Anda di halaman 1dari 23

TERMODINAMIKA 1

“SIFAT ZAT”

1. Definisi Zat Murni


Merupakan zat yang mempunyai komposisi kimia yang tetap (stabil), misalnya
air, nitrogen, helium, dan CO2. Zat murni tersebut tidak harus terdiri dari suatu unsur
kimia tunggal. Zat murni dapat berupa campuran unsur-unsur kimia asalkan campuran
tersebut bersifat homogen. Campuran dua fasa dari suatu zat murni adalah zat murni
sepanjang komposisi kimia kedua fasa tersebut sama, misalnya seperti campuran air dan
uap air. Namun, campuran dari udara cair dan gas bukan zat murni karena susunan
kimianya berubah atau berbeda.

2. Klasifikasi Zat Murni


Berdasarkan susunan molekulnya, fase dari zat murni terbagi atas :
a. Solid (Padat)
Jarak antar molekul sangat dekat sehingga gaya tarik antar molekul sangat
kuat, maka dari itu bentuknya tetap. Gaya tarik antar molekul cenderung untuk
mempertahankannya pada jarak yang relatif konstan. Pada temperatur tinggi, molekul
melawan gaya antar molekul dan terpencar.

Gambar 1 Molekul berada pada posisi yang relatif tetap

b. Liquid (Cair)
Jarak antar molekul pada fase cair tidak jauh berbeda dengan fase padat, tetapi
molekul-molekulnya tidak lagi berada pada posisi tetap relatif satu sama lain dan
molekulnya dapat beruputar dan berpindah dengan bebas. Gaya antar molekul pada
fase ini lebih lemah dibandingkan fase padat, tetapi relatif kuat dibandingkan gas.
Gambar 2 Kelompok molekul bergerak satu sama lain dalam fase cair

c. Gas
Jarak antar molekul berjauhan satu sama lain, dan tatanan molekul tidak ada.
Molekul gas bergerak secara acak, terus-menerus bertabrakan satu sama lain dan
dengan dinding wadah tempat mereka berada. Khususnya pada kepadatan rendah,
gaya antarmolekul sangat kecil, dan tumbukan adalah satu-satunya cara interaksi
antar molekul. Molekul dalam fase gas mempunyai tingkat energi yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dalam fase cair atau padat. Oleh karena itu, gas harus
melepaskan sejumlah besar energinya sebelum dapat mengembun atau membeku.

Gambar 3 Molekul bergerak secara acak dalam fase gas

3. Proses Perubahan Fasa Pada Zat Murni


Proses perubahan fasa zat murni terjadi apabila dua fase zat murni muncul
bersamaan dalam kesetimbangan.
a. Cairan Terkompresi dan Cairan Jenuh (Compressed Liquid and Saturated Liquid )
Gambar 4 Compressed Liquid

Pada gambar terlihat piston silinder yang berisi air dalam fase cairan (cairan
tertekan), yang memiliki tekanan 1 atm dan temperatur 20°C. Cairan tertekan atau
compressed liquid merupakan zat yang belum akan menguap. Panas dipindahkan ke
air sampai temperatur meningkat dan air dalam wujud cair mulai memuai dan volume
spesifik meningkat. Untuk mengakomodir proses ekspansi air, maka piston akan
bergerak sedikit keatas. Tekanan didalam silinder tetap konstan pada 1 atm. Air
merupakan cairan tertekan pada kondisi ini karena air belum mulai menguap.

Gambar 5 Saturated Liquid


Apabila panas yang dipindahkan semakin banyak, maka temperatur terus
meningkat hingga mencapai temperatur 100°C, tetapi pada kondisi ini air masih
berupa cairan. Namun, setiap penambahan panas akan menyebabkan sebagian cairan
menguap artinya proses perubahan fase dari cair ke uap akan segera terjadi. Cairan
yang mulai akan menguap disebut sebagai cairan jenuh (saturated liquid).

b. Uap Jenuh dan Uap Super Panas (Saturated Vapor and Superheated Vapor)

Gambar 6 Saturated liquid vapor mixture

Pada garis penguapan, silinder berisi cairan dan uap pada jumlah yang sama.
ketika panas terus ditransfer, bagian dari cairan jenuh menguap (saturated liquid-
vapor mixture). Campuran atau Saturated Liquid Vapor Mixture merupakan keadaan
di mana fase cairan dan uap bersama berada dalam kesetimbangan.

Gambar 7 Saturated vapor

Pada kondisi ini, seluruh silinder diisi oleh uap yang berada pada batas fase
cair. setiap kehilangan kalor dari uap ini akan menyebabkan sebagian uap mengalami
kondensasi atau perubahan fase dari uap menjadi cair. Uap yang akan mengembun
unutk berkondensasi disebut uap jenuh. Oleh karena itu, kondisi ini dinamakan uap
jenuh (saturated vapor).

Gambar 8 Superheated vapor

Apabila panas terus diberikan, temperatur mulai meningkat dan ketika kalor
dari uap dipindahkan, temperatur akan turun sedikit, tetapi kondensasi tidak terjadi,
selama temperatur tetap diatas 100°C dengan tekanan 1 atm. Uap yang tidak akan
mengalami kondensasi disebut dengan uap panas lanjut (superheated vapor). Oleh
karena itu air pada kondisi ini merupakan uap yang sangat panas atau uap kering.

4. Diagram T-v Proses Pemanasan Air Pada Tekanan Konstan

Gambar 9 Diagram T-v Proses pemanasan air pada tekanan konstan

Proses perubahan fase dari cairan terkompresi dengan temperatur 20°C


mengalami peningkatan sampai temperatur 100°C. Pada temperatur 100°C tidak akan
mengalami peningkatan tempereatur sampai semua cairan beruah menjadi uap. ketika
sudah berada di fase 4, kalor terus ditambahkan dan uap akan berubah menjadi uap panas
lanjut, hal ini terjadi pada tekanan 1 atm. Jika seluruh proses antara keadaan 1 dan 5
dibalik dengan pendinginan air dengan mempertahankan tekanan pada nilai yang sama,
air akan kembali ke keadaan 1, menyusuri kembali jalur yang sama dan dengan demikian
jumlah panas yang akan dilepaskan tepat sesuai dengan jumlah panas yang ditambahkan
selama proses pemanasan.

5. Temperatur Jenuh dan Tekanan Jauh (Saturation Temperature and Saturation Pressure)
Temperatur di mana air mulai mendidih yang tergantung pada tekanannya. Oleh
karena itu, jika tekanan tetap, maka itulah temperatur titik didihnya.
Temperatur Jenuh (Tsat) : Temperatur di mana zat murni berubah fase pada tekanan
yang diberikan.
Tekanan Jenuh (Psat) : Tekanan di mana zat murni berubah fase pada temperatur
yang diberikan.

Gambar 10 Kurva Cairan Jenuh-Uap Jenuh dari Zat Murni


Tabel 1 Tekanan saturasi (atau uap) air pada berbagai temperatur

Jenis-Jenis Panas
 Panas Laten : Jumlah energi yang diserap atau dilepaskan selama proses
perubahan fasee
 Panas Laten Fusi : Jumlah energi yang diserap selama mencair. Hal ini setara dengan
jumlah energi yang dilepaskan selama pembekuan
 Panas Laten Penguapan : Jumlah energi yang diserap selama penguapan dan itu
adalah setara dengan energi yang dilepaskan selama kondensasi.
Besaran dari kalor laten tergantung pada temperatur atau tekanan di mana perubahan fasa
terjadi. Pada tekanan 1 atm, panas laten fusi air 333.7 kJ/kg dan panas laten penguapan
2256.5 kJ/kg.
Tabel 2 Variasi tekanan atmosfer standar dan suhu didih (saturasi) air dengan ketinggian

Beberapa konsekuensi dari Tsat dan Psat


Suatu zat pada tekanan tertentu mendidih pada temperatur jenuh yang sesuai dengan
tekanan itu. Fenomena ini, memungkinkan untuk mengontrol temperatur didih suatu zat
hanya dengan mengontrol tekanan. Sebagai contoh kaleng refrigeran cair 134a disimpan
pada sebuah ruangan dengan temperatur 25°C. Jika kaleng ini berada di dalam ruang
cukup lama, maka temperaturnya juga akan mengikuti sebesar 25°C. Jika tutup kaleng
dibuka perlahan dan beberapa refrigeran dibiarkan keluar maka tekanan di dalam kaleng
akan mulai turun, sehingga mecapai teknaan atmosfer. Jika kaleng tersebut dipegang
maka temperatur akan turun dengan cepat dan terasa dingin. Es bisa terbentuk diluar
kaleng apabila udara sekitar adalah udara lembab. Apabila termometer dimasukkan ke
dalam kaleng, maka temperatur akan tercatat sekitar -26°C ketika tekanan turun menjadi
1 atm yang merupakan temperatur jenih refrigeran 134a pada tekanan itu. temperatur
refrigeran cair akan tetap pada -26°C sampai tetes akhir menguap. Cairan tidak dapat
menguap kecuali menyerap energi dalam jumlah panas laten penguapan yaitu 217 KJ/Kg
untuk refrigran 134a dengan tekanan 1 atm. Oleh karena itu laju penguapan dari
refrigeran tergantung laju perpindahan panas ke kaleng, semakin besar laju perpindahan
panas, semakin tinggi penguapannya. Laju perpindahan panas ke kaleng atau laju
penguapan refrigeran dapat diminimalkan dengan mengisolasi kaleng secara sempurna
dalam kasus pembatasan tidak ada perpindahan panas, refrigeran akan tetap berada pada
kalemg ini akan tetap pada di dalam kaleng ini sebagai cairan dengan temperatur -26°C
tanpa batas waktu.

6. Diagram Sifat Untuk Proses Perubahan Fase


a. Diagram T-v

Gambar 11 Diagram T-v dari proses peruahan fase tekanan konstan zat murni pada berbagai tekanan

Ketika tekanan ditingkatkan terus menerus maka garis jenuh akan terus menyusut,
dan ini akan menjadi titik ketika tekanan mencapai 22,06 MPa, titik ini disebut sebagai
titik kritis didefiniskan sebagai titik di mana keadaan cair jenuh dan uap jenuh identik.
Temperatur, tekanan, dan volume spesifik dari suatu zat pada titik kritis disebut
Temperatur kritis (Tcr), Tekanan kritis (Pcr), dan volume spesifik kritis (vcr). Contohnya
untuk air, Pcr 5 22.06 MPa, Tcr 5 373.958C, dan vcr 5 0.003106 m3 /kg. Untuk helium,
Pcr 0.23 MPa, Tcr 2267.858C, dan vcr 0.01444 m3 /kg.
Gambar 12 critical point

Pada tekanan superkritis (P>Pcr) diatas tekanan kritis, tidak ada perbedaan proses
perubahan fase (mendidih). Sebaliknya, volume spesifik zat akan terus meningkat dan
setiap saat hanya akan ada satu fasa.

Gambar 13 Diagram T-v pada zat murni

Garis yang bertemu pada titik kritis, akan membentuk kurva seperti gambar
diatas. Semua keadaan cairan terkompresi terletak di wilayah sebelah kiri garis cairan
jenuh yang disebut wilayah cairan terkompresi. Sementara itu, semua keadaan uap panas
lanjut yang terletak di sebelah kanan garis uap jenuh disebut sebagai daerah uap panas
lanjut. Pada dua wilayah tersebut zat berada dalam fase tunggal. Semua keadaan yang
melibatkan kedua fase pada kesetimbangan terletak dibawah kurva yang disebut daerah
campuran uap jenuh.
b. Diagram P-v
Bentuk umum diagram Pv suatu zat murni sangat mirip diagram T-v, tetapi garis T =
konstan pada diagram ini menurun, seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah

Gambar 14 P-v diagram untuk zat murni

Piston-silinder yang berisi air cair pada 1 MPa dan 1508C. Air pada keadaan ini ada
sebagai cairan terkompresi. Sekarang beban-beban yang ada di atas piston dilepas
satu persatu sehingga timbul tekanan di dalam silinder berkurang secara bertahap,
seperti gambar di bawah

Gambar 15 Piston-Cylinder

Air bertukar panas dengan lingkungannya sehingga suhunya tetap. Ketika tekanan
berkurang, volume air sedikit meningkat. Ketika tekanan mencapai nilai tekanan
saturasi pada suhu yang ditentukan (0,4762 MPa), air mulai mendidih. Selama proses
penguapan ini, suhu dan tekanan tetap konstan, tetapi volume spesifiknya meningkat.
Setelah tetes terakhir cairan menguap, dilakukan reduksi lebih lanjut dalam tekanan
menghasilkan peningkatan lebih lanjut dalam volume spesifik. Perhatikan bahwa
selama proses perubahan fase, tidak kehilangan bobot apa pun. Hal itu akan
menyebabkan tekanan dan suhu turun [ Tsat = f(Psat)], dan prosesnya tidak lagi
isotermal. Ketika proses ini diulangi untuk suhu lain, jalurnya serupa diperoleh untuk
proses perubahan fasa. Menghubungkan cairan jenuh dan keadaan uap jenuhnya
berdasarkan kurva, didapatkan diagram P-v dari zat murni, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 15.

Memperluas Diagram untuk Memasukkan Fase Padat


Dua diagram kesetimbangan yang dikembangkan sejauh ini mewakili keadaan
setimbang hanya melibatkan fasa cair dan uap saja. Namun diagram ini bisa mudah
diperluas untuk mencakup fase padat serta padat-cair dan daerah saturasi padat-uap.
Prinsip-prinsip dasar yang dibahas bersamaan dengan proses perubahan fasa cair-uap
juga berlaku untuk padatan proses perubahan fasa cair dan padat-uap. Sebagian besar
zat berkontraksi selama proses pemadatan (yaitu pembekuan). Diagram P-v untuk
kedua kelompok zat diberikan pada
Gambar. 3–19a dan 3–19b.

Gambar 16 Diagram Pv suatu zat yang berkontraksi pada titik beku


Gambar 17 Diagram Pv suatu zat yang memuai jika dibekukan (misalnya air)

Kedua diagram ini hanya berbeda pada padat-cairnya wilayah saturasi. Diagram T-v
sangat mirip dengan diagram P-v, terutama untuk zat yang berkontraksi pada
pembekuan. Fakta bahwa air memuai saat dibekukan mempunyai konsekuensi
penting
alam. Jika air menyusut saat membeku seperti kebanyakan zat lainnya, maka es yang
terbentuk akan lebih berat daripada air cair, dan akan mengendap di dasar sungai,
danau, dan lautan, bukannya mengambang di atas. Sinar matahari tidak akan pernah
mencapai lapisan es ini, dan dasar banyak sungai, danau, dan lautan terkadang
tertutup es, sehingga sangat mengganggu kehidupan laut.

c. Diagram P-T
Diagram ini sering disebut diagram fasa karena ketiga fasanya terpisah satu
sama lain dengan tiga baris. Garis sublimasi memisahkan padatan dan uap daerah,
garis penguapan memisahkan daerah cair dan uap, dan garis leleh (atau fusi)
memisahkan daerah padat dan cair. Ketiga garis bertemu di titik tripel, dimana ketiga
fase hidup berdampingan dalam kesetimbangan. Garis penguapan berakhir pada titik
kritis karena tidak ada perbedaan dibuat antara fase cair dan uap di atas titik kritis. Zat
yang mengembang dan menyusut pada titik beku hanya berbeda pada garis lelehnya
Gambar 18 Diagram P-V

7. Tabel Sifat
Pada sebagian besar zat, hubungan antar sifat termodinamika terlalu rumit untuk
diungkapkan dengan persamaan sederhana. Oleh karena itu, properti sering kali disajikan
dalam bentuk tabel. Beberapa sifat termodinamika dapat diukur dengan mudah, namun
ada pula yang tidak dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan hubungan antara
sifat-sifat tersebut dan sifat-sifat yang dapat diukur. Hasil pengukuran dan perhitungan ini
disajikan dalam tabel dalam format yang mudah digunakan. Tabel uap digunakan untuk
mendemonstrasikan penggunaan tabel properti termodinamika. Tabel properti zat lain
digunakan dengan cara yang sama.
Untuk setiap zat, sifat termodinamika tercantum di lebih dari satu tabel. Faktanya,
tabel terpisah disiapkan untuk setiap wilayah yang diminati seperti uap super panas,
cairan terkompresi, dan wilayah jenuh (campuran). Tabel properti diberikan dalam
lampiran dalam satuan SI dan Inggris. Tabel dalam satuan bahasa Inggris mempunyai
nomor yang sama dengan tabel dalam SI, diikuti dengan pengenal E. Tabel A–6 dan A–
6E, misalnya, mencantumkan sifat-sifat uap air super panas, yang pertama dalam SI dan
yang kedua dalam satuan bahasa Inggris.
a. Enthalpy – Kombinasi Sifat
Pada tabel terdapat dua sifat baru : entalpi h dan entropi s. Entropi adalah properti
yang terkait dengan hukum kedua termodinamika. Dalam analisis jenis proses tertentu,
khususnya pada pembangkit listrik dan pendinginan, sering ditemukan kombinasi
propertiu+ PV . Kombinasi ini didefinisikan sebagai properti baru, entalpi, dan diberi
simbol h :
kJ
h=u+ PV ( )
kg
atau
H=U + PV (kJ )
Entalpi total H dan entalpi spesifik h dirujuk secara sederhana sebagai entalpi
karena konteksnya menjelaskan mana yang dimaksud. Perhatikan bahwa persamaan yang
diberikan di atas adalah homogen secara dimensional. Artinya, satuan hasil kali tekanan-
volume mungkin berbeda dari satuan energi dalam hanya dengan satu faktor (Gbr. 3–26).

Misalnya, dapat dengan mudah ditunjukkan bahwa 1 kPa . m3 ≡ kJ . Dalam


beberapa tabel yang ditemui dalam praktik, energi dalam u sering kali tidak dicantumkan,
namun selalu dapat ditentukan dari u=h−Pv .
Meluasnya penggunaan properti entalpi disebabkan oleh Profesor Richard
Mollier, mengakui pentingnya grup u+ PV .dalam analisis turbin uap dan dalam
representasi sifat-sifat uap dalam bentuk tabel dan grafik (seperti dalam Mollier yang
terkenal bagan). Mollier menyebut golonganu+ PV sebagai kandungan panas dan panas
total. Istilah-istilah ini tidak cukup konsisten dengan terminologi termodinamika modern
dan digantikan pada tahun 1930-an dengan istilah entalpi (dari kata Yunani enthal-pien,
yang berarti memanaskan).
b. Keadaan Cairan Jenuh dan Uap Jenuh
Sifat-sifat cairan jenuh dan uap jenuh air tercantum pada Tabel A–4 dan A–5.
Kedua tabel memberikan informasi yang sama. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa
pada Tabel A–4 properti dicantumkan berdasarkan suhu dan pada Tabel A–5 di bawah
tekanan. Oleh karena itu, akan lebih mudah untuk menggunakan Tabel A–4 ketika suhu
diberikan dan Tabel A–5 ketika tekanan diberikan. Penggunaan Tabel A–4 diilustrasikan
pada Gambar dibawah

Gambar 19 sebagian daftar tabel A-4

Subskrip f digunakan untuk menunjukkan sifat-sifat cairan jenuh, dan subskrip g


untuk menunjukkan sifat-sifat uap jenuh. Simbol-simbol ini biasa digunakan dalam
termodinamika dan berasal dari bahasa Jerman. Subskrip lain yang umum digunakan
adalah fg, yang menunjukkan perbedaan antara nilai uap jenuh dan cairan jenuh dengan
sifat yang sama. Misalnya,
V f =¿ Volume spesifik cairan jenuh
V g=¿Volume spesifik uap jenuh
V fg =¿perbedaan antara V gdan V f (yaitu V fg =V g−V f )
Kuantitash fg disebut entalpi penguapan (atau panas laten penguapan). Ini
mewakili jumlah energi yang dibutuhkan untuk menguapkan satuan massa cairan jenuh
pada suhu atau tekanan tertentu. Ini berkurang dengan meningkatnya suhu atau tekanan
dan menjadi nol pada titik kritis
c. Campuran Uap Jenuh dan Cair Jenuh
Selama proses penguapan, suatu zat ada sebagai bagian cair dan bagian uap.
Artinya, ini adalah campuran cairan jenuh dan uap jenuh gambar dibawah

Gambar 20 Campuran cairan jenuh dan uap jenuh

Untuk menganalisis campuran ini dengan baik, perlu mengetahui proporsi fase
cair dan uap dalam campuran tersebut. Hal ini dilakukan dengan mendefinisikan sifat
baru yang disebut kualitas x sebagai rasio massa uap terhadap massa total campuran:
muap
x=
mtotal
Di mana
mtotal=mliquid +mvapor =mf +mg (kg)
Kualitas mempunyai arti penting hanya untuk campuran jenuh. Ini tidak ada
artinya di daerah cair terkompresi atau uap super panas. Nilainya antara 0 dan 1.
Kualitas sistem yang terdiri dari cairan jenuh adalah 0 (atau 0 persen), dan kualitas
sistem yang terdiri dari uap jenuh adalah 1 (atau 100 persen). Dalam campuran jenuh,
kualitas dapat berfungsi sebagai salah satu dari dua sifat intensif independen yang
diperlukan untuk menggambarkan suatu keadaan. Perhatikan bahwa sifat-sifat cairan
jenuh tetap sama baik cair sendiri maupun dicampur dengan uap jenuh. Selama proses
penguapan, hanya jumlah cairan jenuhnya yang berubah, bukan sifat-sifatnya. Hal
yang sama dapat dikatakan mengenai uap jenuh.
Campuran jenuh dapat dianggap sebagai kombinasi dua subsistem : cairan
jenuh dan uap jenuh. Namun, jumlah massa untuk setiap fase biasanya tidak
diketahui. Oleh karena itu, seringkali lebih mudah untuk membayangkan bahwa
kedua fase tercampur dengan baik, membentuk campuran homogen. Maka sifat-sifat
“campuran” ini hanyalah sifat rata-rata dari campuran cairan-uap jenuh yang ditinjau.
Inilah cara melakukannya.
Misalkan sebuah tangki berisi campuran cairan-uap jenuh. Volume yang
ditempati oleh cairan jenuh adalah V f , dan volume yang ditempati oleh uap jenuh
adalah V g. Volume total V adalah jumlah keduanya:
V =V g +V f (m3 ¿
3
V =mv → mt v avg=mf v f + mg v g (m )
mf =mt −mg →mt v avg=(m ¿ ¿ t−mg )V f +mg v g ¿

Membagi dengan mt
v avg=( 1−x ) V f + x v g (m3 /kg ¿
Jika x=m g /mf Hubungan ini juga dapat dinyatakan sebagai
v avg=v f + xv fg (m3 /kg ¿

Di mana v fg =v g−v f , maka


v avg −v f
x=
v fg

Berdasarkan persamaan ini, kualitas dapat dikaitkan dengan jarak horizontal pada
diagram P-v atau T-v
Gambar 21 Kualitas dikaitkan dengan jarak horizontal

v avg −v f
Pada suhu atau tekanan tertentu, pembilang Persamaan x= adalah jarak
v fg
antara keadaan sebenarnya dan keadaan cair jenuh, dan penyebutnya adalah panjang
seluruh garis horizontal yang menghubungkan keadaan cair jenuh dan uap jenuh.
Keadaan kualitas 50 persen terletak di tengah-tengah garis horizontal ini.
Analisis yang diberikan di atas dapat diulangi untuk energi dalam dan entalpi
dengan hasil sebagai berikut:
kJ
uavg =uf + xufg ( )
kg
kJ
h avg=h f + xhfg ( )
kg
Semua hasil memiliki format yang sama, dan dapat diringkas dalam satu
persamaan sebagai
y avg = y f + xy fg
dimana y adalah v, u, atau h. Subskrip “rata-rata” (untuk “rata-rata”) biasanya
dihilangkan demi kesederhanaan. Nilai sifat rata-rata campuran selalu berada di antara
nilai cairan jenuh dan uap jenuh.
Akhirnya, semua keadaan campuran jenuh terletak di bawah kurva saturasi, dan
untuk menganalisis campuran jenuh, yang kita butuhkan hanyalah cairan jenuh dan data
uap jenuh (Tabel A–4 dan A–5 untuk air).
Tabel properti juga tersedia untuk campuran padat-uap jenuh. Sifat campuran uap
es-air jenuh, misalnya, tercantum pada Tabel A–8. Campuran padat-uap jenuh dapat
dimaknai seperti halnya campuran cair-uap jenuh.
d. Uap Super Panas
Di daerah sebelah kanan garis uap jenuh dan pada suhu di atas suhu titik kritis,
suatu zat berada dalam bentuk uap super panas. Karena daerah super panas merupakan
daerah satu fasa (hanya fasa uap), suhu dan tekanan tidak lagi merupakan sifat yang
bergantung dan keduanya dapat dengan mudah digunakan sebagai dua sifat yang
independen dalam tabel. Format tabel uap super panas adalah :

.
Gambar 22 Sebagian tabel A-6

Dalam tabel ini, properti dicantumkan terhadap suhu untuk tekanan yang dipilih
dimulai dengan data uap jenuh. Suhu saturasi diberikan dalam tanda kurung mengikuti
nilai tekanan.
Dibandingkan dengan uap jenuh, uap super panas mempunyai ciri-ciri :
Tekanan yang lebih rendah (P, Psat pada T tertentu)
Temperatur lebih tinggi (T. Tsat pada P tertentu)
Volume spesifik yang lebih tinggi (v.vg pada P atau T tertentu)
Energi internal yang lebih tinggi (u .ug pada P atau T tertentu)
Entalpi yang lebih tinggi (h.hg pada P atau T tertentu)

e. Cairan Terkompresi
Tabel cairan terkompresi tidak tersedia secara umum, dan Tabel A–7 adalah satu-
satunya tabel cairan terkompresi. Format Tabel A–7 sangat mirip dengan format tabel uap
super panas. Salah satu alasan kurangnya data cairan terkompresi adalah independensi
relatif dari sifat cairan terkompresi terhadap tekanan. Variasi sifat zat cair yang
dikompresi dengan tekanan sangat ringan. Meningkatkan tekanan 100 kali lipat
sering menyebabkan properti berubah kurang dari 1 persen.
Dengan tidak adanya data cairan terkompresi, perkiraan umum adalah
memperlakukan cairan terkompresi sebagai cairan jenuh pada suhu tertentu. Hal ini
karena sifat cairan yang dikompresi lebih bergantung pada suhu daripada tekanan.
Dengan demikian,
y ≅ y f @T
Untuk cairan terkompresi, di mana y adalah v, u, atau h. Dari ketiga sifat tersebut,
yang nilainya paling sensitif terhadap variasi tekanan adalah entalpi h. Meskipun
perkiraan di atas menghasilkan kesalahan yang dapat diabaikan pada v dan u, kesalahan
dalam h mungkin mencapai tingkat yang tidak diinginkan. Namun, kesalahan pada
tekanan dan suhu rendah hingga sedang dapat dikurangi secara signifikan dengan
mengevaluasinya
h ≅ hf @ T + v f @ T ¿ )
Secara umum, cairan terkompresi mempunyai ciri-ciri
Tekanan yang lebih tinggi (P. Psat pada T tertentu)
Suhu yang lebih rendah (T, Tsat pada P tertentu)
Volume spesifik yang lebih rendah (v , vf pada P atau T tertentu)
Energi internal yang lebih rendah (u , uf pada P atau T tertentu)
Entalpi yang lebih rendah (h , hf pada P atau T tertentu)
Namun tidak seperti uap super panas, sifat cairan terkompresi tidak banyak
berbeda dari nilai cairan jenuhnya.

Contoh Soal :
1.8 m³ tangki rigid berisi uap air 20 ℃. Sepertiga dari volume tangki berada dalam fasa
cair dan sisanya dalam bentuk uap. Tentukan
a. Tekanan uap
b. Kualitas campuran
c. Densitas dari campuran
Solusi :

Vapor
V = 1.8 m³
T = 20 ℃ .
1
Liquid
3
a. P@ 220℃ =2319.6 kPa (Tabel A-4)
1
b. V f = (1.8 m³) = 0.6 m³
3
2
Vg = (1.8 m³) = 1.2 m³
3
3
v g=0.086094 m /kg (Tabel A-4)
3
v f =0.001190m /kg (Tabel A-4)
Vg 1.2 m ³
mg = = =13.94 kg
v g 0.086094 m3 /kg
Vf 0.6 m ³
mf = = =504.20 kg
v f 0.001190m3 /kg
mtotal=mf +mg=504.20 kg+13.94 kg=518.1 kg
mg 13.94 kg
x= = =0.0269
mf 504.20 kg
c. v=v f + x (v ¿ ¿ g−v f )¿
3 3
m m 3
v=¿ 0.001190 + 0.0269(0.086094 −0.001190 m /kg)
kg kg
3
v=0.003474 m /kg
1 1
ρ= = =287.85 kg /m ³
v 0.03474 m3 /kg

Anda mungkin juga menyukai