Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sifat sifat Zat
Murni”.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
b)energy………………………………………………………..…71
BAB I V PENUTUPAN...............................................................................94
a) Kesimpulan.............................................................................95
b) Saran.......................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................97
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Termodinamika berasal dari dua kata yaitu thermal (yang berkenaan dengan
panas) dan dinamika (yang berkenaan dengan pergerakan). Termodinamika adalah
kajian mengenai hubungan, panas, kerja, dan energi dan secara khusus perubahan
panas menjadi kerja. Hukum termodinamika pertama dan kedua dirumuskan pada
abad ke-19. Oleh para ilmuan mengenai peningkatan efisiensi mesin uap.
Bagaimanapun hukum ini merupakan dasar seperti hukum fisika lainnya
⇒ Rumusan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk membantu memahami kepada
pembaca khususnya mahasiswa apa itu Sifat sifat Zat Murni, dan apa saja yang ada di
dalam Sifat sifat Zat Murni. Selain itu juga penulisan ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Termodinamika I
BAB II
PEMBAHASAN
Vapor Vapor
N2
Udara H2O Udara
Liquid Liquid
⇒ Liquid (cair) : Susunan molekul mirip dengan zat padat , tetapi terhadap
yang lain sudah tidak tetap lagi. Sekumpulan molekul akan mengambang
satu sama lain.
Gambar 2.2 Diagram T-v proses perubahan fase air pada tekanan konstan
Proses 1-2-3-4-5 adalah pemanasan pada tekanan konstan
Proses 5-4-3-2-1 adalah pendinginan pada tekanan konstan
.
PROPERTY DIAGRAM ( DIAGRAM SIFAT)
Diagram T - v
tinggi pula titik didihnya. Tsat merupakan fungsi dari Psat ,(Tsat = f Psat)
Di atas titik tekanan kritis proses perubahan dari cair menjadi uap tidak lagi
terlihat jelas/nyata. Terjadi perubahan secara spontan dari cair menjadi uap.
Diagram P - v
Pada kondisi tertentu fase padat, cair dan gas berada dalam
kesetimbangan. Pada diagram P-v dan T-v keadaan ini akan membentuk suatu
garis yang disebut Triple line. Dalam diagram P-T keadaan ini nampak sebagai
o
suatu titik dan disebut Triple point. Triple point air adalah TTR = 0,01 C dan PTR
= 0,06113 kPa.
Sebagai contoh akan dibahas tabel air (water), untuk zat yang lain analog.
Tabel jenuh air (saturated water table) :
Pada proses perubahan fase temperatur dan tekanan merupakan variabel yang
saling tergantung (dependent variable). Oleh karena itu disusun dua tabel yaitu
tabel dengan temperatur sebagai variable bebas dan tabel dengan tekanan sebagai
variabel bebas.
Tabel Temperatur
Tabel Tekanan
Volume jenis
untuk fase
cair jenuh
X =
m
vapor
m
total
+
m m
= m-m
g
mm
mg
=1−
m
=1 − X
vav = (1 − X) vf + X vg
= vf + X (v g − vf )
mf
= vf + X vfg
Sifat-sifat termodinamika suatu campuran cair jenuh dan uap dengan kualitas X :
u = uav = uf + X ufg
h = hav = hf + X hfg
s = sav = sf + X sfg
secara umum y = yf + X yfg
Gambar 2.10 Kualitas (fraksi) uap
Fraksi uap dapat dinyatakan
y-y
X = f
y
fg
Apabila tabel Compressed liquid tidak dijumpai maka nilai properti didekati
sebagai properti pada keadaan cair jenuh berdasarkan temperatur
Untuk membaca nilai properti gunakan tabel sesuai fasenya. Fase suatu zat
ditentukan dengan cara membandingkan properti yang diketahui dengan properti
pada keadaan jenuh (lihat karakteristik tiap fase).
PERSAMAAN GAS IDEAL
Persamaan keadaan (equation of state) : persamaan yang menghubungkan
tekanan, temperatur dan volume jenis suatu zat.
• fase uap suatu zat disebut gas jika berada di atas temperatur kritis.
• vapor (uap) : gas yang tidak jauh dari keadaan kondensasi
1
• Robert Boyle (Inggris, 1662) : P~ v
T
• J. Charles dan J. Gay Lussac (Perancis 1810) : P=R v
Pv=RT ⇒ Persamaan gas ideal
P = Tekanan absolut : Tekanan terukur + tekanan atmosfir
T = Temperatur absolut ( K atau R)
V = Volume jenis
R = konstante gas : udara R = 287 J/(kg K)
helium R = 2077 J/(kg K)
argon R = 208 J/(kg K)
nitrogen R = 296 J/(kg K)
RU
R=
M
RU = konstanta gas umum = 8,314 kJ/(k mol K)
= 1,986 Btu/(lb mol R)
M = molar mass (berat molekul)
massa sistem : m = M N ; N = jumlah molekul
V=mv ⇒ PV=mRT
m R = M N R = N RU ⇒ P V = N RU T
V=Nv ⇒ P v = RU T
v = volume jenis molekul ( volume tiap satuan mole )
Untuk fixed mass system :
PV
P1 V1 = 2 21
=mR
T1 T2
Gambar 2.11 Penyimpangan nilai volume jenis dengan asumsi
steam sebagai gas ideal dibanding tabel
vtabel − videal
Percent error = x 100%
v
tabel
Pada tekanan rendah dan temperatur tinggi gas dapat dianggap sebagai gas ideal.
Awas :
Uap air bukan gas ideal. Untuk uap air jangan gunakan persamaan gas ideal.
Z untuk semua gas sama pada PR dan TR yang sama ( “Principle of corresponding
states)
Catatan :
1. PR << 1 (regardless temperatur) : mendekati gas ideal
2. Temperatur tinggi ( TR > 2 ) : mempunyai ketelitian yang baik tanpa
memperhatikan tekanannya, kecuali untuk PR >> 1.
3. Deviasi dari gas ideal akan semakin besar bila dekat dengan titik kritis.
a= 64 PCR
R TCR
b= 8P
CR
a
2
= pengaruh gaya - gaya antar molekul.
v
b = pengaruh volume ruang yang ditempati molekul gas.
B = Bo (1- v)
ε = c
v T3
Persamaan Beattie - Bridgeman digunakan untuk massa jenis kurang dari
massa jenis pada titik kritis. Untuk massa jenis yang lebih besar dapat
digunakan persamaan Benedict - Webb - Rubin .
v o U o T2 v 2 v 3 v 6
γ
c γ − 2
1 + ev
3 2
2
vT v
Gambar 2.14 Penyimpangan nilai volume jenis
Nitrogen dengan menggunakan
persamaan dibanding tabel
v −v
Percent error = tabel persamaan x 100%
v
tabel
B. Keadaan Kesetimbangan Sistem
f(p,V.T) = 0
2 2
p v – (p b + R T) v + a v – a b = 0
2
A = R T, B = R T b, C = R T b , demikian selanjutnya
2. Sistem Paramagnetik
Sistem paramagnetik merupakan gas, cairan, padatan, atau
campuran dari dua atau tiga wujud tersebut yang memiliki kuat medan
magnet luar yang disebut induksi magnetik (B) yang mempengaruhi
kemagnetan atom-atom atau magnetisasi (M). Sedangkan temperatur
sistem paramagnetik mempengaruhi orientasi atom-atom sistem
paramagnetik dan orientasi atom-atom ini akhirnya mempengaruhi
magnetisasi.
Jadi sistem paramagnetik minimal mempunyai tiga koordinat
sistem, yaitu: induksi magnetik luar (B), Magnetisasi (M), dan temperatur
sistem paramagnetik (T). Sedangkan contoh sistem paramagnetik
misalnya: Aluminum (Al), Calcium (Ca), Magnesium (Mg), dan
Chromium (Cr).
Untuk jelasnya, ditinjau sebuah kristal Mg yang memiliki banyak
atom, misalnya sebanyak m buah atom. Andaikan kristal ini dibiarkan
begitu saja, maka kristal tetap dalam kondisi netral. Jika dipandang dari
segi kemagnetannya, atom-atom Mg merupakan momen atau dipol
atau dipol magnetik (μi) oleh kuat medan magnet luar dengan induksi
magnetik B ditentang oleh temperatur (T). Maksudnya, karena atom-atom
dalam suatu kristal
senantiasa bergetar, sedangkan kenaikan temperatur
menyebabkan getaran semakin hebat, maka semakin tinggi
temperatur semakin acak orientasi magnet elementer atau dipol
magnetiknya, sehingga magnetisasinya (M) semakin kecil.
3. Sistem Dielektris
Dielektrik adalah sejenis bahan Isolator listrik yang dapat
dikutubkan (polarized) dengan cara menempatkan bahan dielektrik
dalam medan listrik. Ketika bahan ini berada dalam medan listrik,
muatan listrik yang terkandung di dalamnya tidak akan mengalir,
sehingga tidak timbul arus seperti bahankonduktor, tapi hanya
sedikit bergeser dari posisi setimbangnya mengakibatkan
terciptanya pengutuban dielektrik. Oleh karena pengutuban
dielektrik, muatan positif bergerak menuju kutub negatif medan
listrik, sedang muatan negatif bergerak pada arah berlawanan
(yaitu menuju kutub positif medan listrik) Hal ini menimbulkan
medan listrik internal (di dalam bahan dielektrik) yang
menyebabkan jumlah keseluruhan medan listrik yang melingkupi
bahan dielektrik menurun. Jika bahan dielektrik terdiri dari molekul-
molekul yang memiliki ikatan lemah, molekul-molekul ini tidak
hanya menjadi terkutub, namun juga sampai bisa tertata ulang
sehingga sumbu simetrinya mengikuti arah medan listrik.
Walaupun istilah "isolator" juga mengandung arti konduksi
listriknyarendah, seperti "dielektrik", namun istilah "dielektrik"
biasanya digunakan untuk bahan-bahan isolator yang memiliki
tingkat kemampuan pengutuban tinggi yang besarannya diwakili
oleh konstanta dielektrik. Contoh umum tentang dielektrik adalah
sekat isolator di antara plat konduktor yang terdapat dalam
kapasitor. Pengutuban bahan dielektrik dengan memaparkan
medan listrik padanya mengubah muatan listrik pada kutub-kutub
kapasitor
4. Sistem Dawai Teregang
Semua bahan berubah bentuk karena pengaruh gaya. Ada
bahan yang kembali ke bentuk aslinya bila gaya yang
mempengaruhi dihilangkan, bahan yang seperti ini disebut bahan
yang lenting sempurna. Ada pula bahan yang tetap berubah
bentuknya walaupun gaya yang mempengaruhi dihilangkan,
bahan yang seperti ini disebut bahan tidak lenting sempurna.
Namun tidak boleh ada gaya yang melebihi kekuatan maksimum
bahan.
Jika ada gaya yang melebihi kekuatan maksimum bahan,
maka bahan akan putus, patah, atau retak. Batas ini disebut
sebagai batas kelentingan bahan. Sifat-sifat kelentingan bahan
dijelaskan dengan dua pengertian dasar, yaitu: stres dan strain.
Gambar a melukiskan sebuah batang baja A yang ditarik
oleh dua gaya yang sama, ke kanan dan kekiri, yaitu: F. Karena
kuatnya gaya tarik tersebut, maka batang baja akan mengecil dan
berubah bentuknya menjadi batang B. Perubahan bentuk ini tetap,
walaupun kedua gaya tarik dihilangkan.
Gambar b melukiskan sebuah batang baja A yang ditekan
dengan gaya yang berlawanan sebesar F. Akibatnya batang baja A
membesar dan memendek serta berubah bentuknya menjadi B.
Perubahan bentuk ini tetap, walaupun gaya tekan dihilangkan.
5. Sistem Selaput Tipis
Selaput tipis (Thin Layer) juga merupakan sistem
termodinamis. Contoh konkret selaput tipis antara lain:
a. bagian atas permukaan cairan dalam kesetimbangan
dengan uapnya, b. gelembung sabun atau selaput sabun
yang teregang pada suatu
kerangka yang terjadi dari dua permukaan selaput sabun dengan
sedikit cairannya, dan
c. lapisan minyak di atas permukaan air.
Lapisan minyak di atas air mirip dengan membran yang
teregang seperti gambar berikut.
a) Muai panjang
Muai panjang adalah bertambahnya ukuran panjang
suatu benda karena menerima kalor. Pada pemuaian panjang
nilai lebar dan tebal sangat kecil dibandingkan dengan nilai
panjang benda tersebut. Sehingga lebar dan tebal dianggap
tidak ada. Contoh benda yang hanya mengalami pemuaian
panjang saja adalah kawat kecil yang panjang sekali.
Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu panjang awal benda, koefisien muai
panjang dan besar perubahan suhu. Koefisien muai panjang
suatu benda sendiri dipengaruhi oleh jenis benda atau jenis
bahan. Berikut beberapa koefisien muai panjang benda padat.
Koefisien muai panjang berbagai jenis zat padat
Q Aluminium 0,000024/°C
R Perunggu 0,000019/°C
3. Baja 0,000011/°C
AA Tembaga 0,000017/°C
BB Kaca 0,000009/°C
6. Pirek 0,000003/°C
7. Berlian 0,000001/°C
8. Grafit 0,000008/°C
= 0,000048
Ditanya : A ?
Jawab :
A = Ao { 1 + β ( t2 – t1 ) }
A = 400 { 1 + 0,000048 (125 - 25)
=400{ 1 + 0,000048 x 100}
=400 {1,0048)
= 101,92
Jadi, luas plat alumunium = 101,92 cm
c) Muai volume
Muai volume dalah pertambahan ukuran volume suatu
benda karena menerima kalor. Pemuaian volume terjadi benda
yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan tebal. Contoh
benda yang mempunyai pemuaian volume adalah kubus, air
dan udara. Volume merupakan bentuk lain dari panjang dalam 3
dimensi karena itu untuk menentukan koefisien muai volume
sama dengan 3 kali koefisien muai panjang.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan
pertambahan volume dan volume akhir suatu benda tidak jauh
beda pada perumusan sebelum. Hanya saja beda pada
lambangnya saja. Perumusannya adalah
V = Vo { 1 + γ ( t2 – t1 ) }
3
Keterangan : V= volume setelah pemanasan atau pendinginan (m )
3
atau (cm )
3 3
Vo = volume awal (m ) atau (cm )
Y = koefisien muai volume (/°C)
Y t1 = suhu mula-mula (°C)
Catatan : γ = 3α
Contoh Soal :
Sebuah bola tembaga pada suhu 15°C volumenya 1 m³.
Berapakah volume tembaga itu pada suhu 100°C ? Koefisien
muai ruang tembaga = 0,000017 /°C.
Pembahasan:
Diketahui :
Jawab :
V0= 1 m³
V = Vo { 1 + γ ( t2 – t1 ) }
t1 = 15°C
V = 1 { 1 + 0,000051 (100 - 15)
t2 = 100°C
= 1 { 1 + 0,000051 x 85 }
γ = 3α = 3 x
= 1 {1,004335)
0,000017
= 1, 004335
=
Jadi, ruang tembaga setelah memuai = 1, 004335 m³
0,000051 /°C
Ditanya : V?
2. Aseton 0,00150/°C
3. Air 0,00021/°C
4. Bensin 0,00095/°C
Contoh soal :
Pada suhu 20°C sebuah botol berisi penuh cairan yang volumenya 500 cc.
70°C?
Penyelesaian:
Diketahui:
T0 = 20°C
Vb = Va = 500 cc
γb = 0,00004/°C
γa = 0,0004/°C
T = 70°C
∆T= T-TO
∆T = 700C – 200C
∆T = 500C
ΔVb = γb.Vb. ΔT
ΔVb = 1 cc
ΔVa = γa.Va. ΔT
ΔVa = 10 cc
V tumpah = ΔVa – ΔVb
V tumpah = 10 cc – 1 cc
V tumpah = 9 cc
Keterangan :
P = tekanan gas pada suhu t ( m³ )
Po = tekanan gas mula-mula ( m³ )
γv = koefisien muai gas pada volume tetap ( / °C)
t1 = suhu mula-mula ( °C )
t2 = suhu akhir ( °C )
c. Muai volume gas
V = Vo ( 1 + t/273 )
Dari hasil eksperimen yang dilakukan ternyata koefisien muai untuk
semua jenis gas adalah sama yaitu 1/273 /K atau 0,00367 /K.
Hukum yang menjelaskan tentang
pemuaian zat gas a. Hukum Gay
Lussac
PV = nRT
P = tekanan (atm)
V = volume (L)
n = mol zat
R = 0,0082
0 0 0
T = suhu ( K), x C = (x + 273) K
Penyelesaian:
Diketahui:
T1 = 27°C = 300 K
V1 = 5L
V2 = 5,5L
Ditanyakan: T = ?
Jawab:
V1/T1 = V2/T2
5L/300 K = 5,5L/T2
T2 = 330 K
T2 = 57°C
4) Kompresibilitas
Komprestabilitas adalah penyimpangan gas ideal . Faktor
komprestabilitas adalah rasio molar volume gas terhadap volume gas
ideal pada tekanan dan temperatur sama. Faktor kompresibilitas
merupakan salah satu properti termodinamika yang berguna untuk
memodifikasi hukum gas ideal untuk melihat perilaku gas nyata.Secara
umum, penyimpangan dari keadaann ideal menjadi semakin besar
ketika gas semakin mendekati perubahan fasa, suhu yang semakin
rendah atau tekanan makin tinggi. Faktor kompresibilitas biasanya
didapatkan dari perhitungan persamaan keadaan (EOS), seperti
persamaan virial yang membutuhkan konstanta empiris spesifik
senyawa untuk menghitungnya. Untuk gas yang merupakan campuran
2 gas murni atau lebih, komposisi gas harus diketahui sebelum
kompresibilitasnya dapat dihitung.
Contoh Soal
1. ideal berada di dalam suatu ruang pada mulanya mempunyai volume V
dan suhu T. Jika gas dipanaskan sehingga suhunya berubah menjadi 5/4 T
dan tekanan berubah menjadi 2P maka volume gas berubah menjadi…
Pembahasan
Diketahui :
Volume awal (V1) = V
Suhu awal (T1) = T
Suhu akhir (T2) = 5/4 T
Tekanan awal (P1) = P
Tekanan akhir (P2) = 2P
Ditanya : Volume akhir (V2)
D. Proses Proses Kuasistatik
Proses kuasi-statik adalah proses dalam keadaan ideal
dengan hanya mengubah sedikit saja gaya eksternal yang beraksi
pada sistem sehingga gaya takberimbangnya sangat kecil. Proses
kuasi-statik merupakan suatu pengidealan yang dapat diterapkan
untuk segala sistem termodinamika, termasuk sistem listrik dan
magnetik.
E. Diagram Termodinamika
Diagram p-v-T dan Diagram p-T , p-v ,T-v
Dalam mempelajari ilmu termodinamika erat kaitannya
dengan tiga faktor utama yang mempengaruhi sifat kimia fisika
suatu materi yaitu tekanan (p), volum (V) dan suhu (T). Ketiga
faktor tersebut berperan penting untuk menentukan wujud atau fasa
suatu materi. Secara umum, kita mengetahui terdapat tiga jenis
fasa materi, yaitu padat, cair, gas. Namun, dalam kajian
termodinamika fasa materi tidak hanya itu, masih ada beberapa
jenis fasa
lainnya bergantung pada kondisi. Pada kondisi tertentu, dapat
dimungkinkan muncul lebih dari satu jenis fasa yang berbeda
sekaligus. Hubungan kondisi tersebut dapat dipelajari lebih mudah
melalui suatu penggambaran diagram yang mencakup tekanan (p),
volum (V) dan suhu (T). Ketiga faktor tersebut berpadu membentuk
sebuah diagram tiga dimensi (3D) yang sering disebut diagram p-v-
T yang ditunjukkan pada gambar 1 . Diagram tersebut dibentuk
dengan meletakkan masing-masing faktor (p-v-T) pada sumbu
koordinat kartesius (x,y,z). Hasil visualisasi tersebut diperoleh dari
serangkaian percobaan atau eksperimen para ahli. Dari hasil
percobaan tersebut diperoleh suatu hubungan-hubungan kuantitatif
yang kemudian dapat ditafsirkan secara kualitatif.
F.Gambar 1. diagram p-v-T
Diagram p-v
Proyeksi diagram tiga dimensi p-v-T ke dalam diagram p-v
diperlihatkan pada gambar 4. Pada diagram tersebut tampak garis-
garis isotermal (suhu tetap). Pada grafik di bawah, dapat dilihat
bahwa pada suhu di bawah titik kritis, maka tekanan akan konstan
ketika melalui daerah dua fasa cair-uap, tetapi pada daerah satu
fasa ( cair atau gas) maka tekanan akan turun pada temperature
tetap dan volume spesifik naik (kurva ditunjukkan tanda panah
merah). Sedangkan saat temperature sama atau lebih dari
temperature kritis (Tc), maka tekanan akan menurun secara terus
menerus pada temperature tetap dan volume spesifik meningkat
(kurva ditunjukkan oleh tanda panah biru). Hal ini terjadi karena
kurva tersebut tidak memotong pada daerah dua fasa cair-uap.
H.
I. Gambar 3. Diagram p-v
Diagram p-T
Ketika gambar permukaan p-v-T diproyeksikan pada
diagram p-T (gambar 4), daerah padatan-cairan menjadi garis
peleburan, daerah cairan-uap menjadi garis penguapan dan daerah
padatan-uap menjadi garis sublimasi. Garis tripel diproyeksikan
menjadi titik tripel.
Diagram p-T adalah jalan untuk menunjukkan suatu fase zat
karena pada diagram tersebut , tiga fase dari zat dipisahkan secara
jelas melalui garis, yaitu garis peleburan ( kesetimbangan fase
padat dan cair), garis penguapan ( kesetimbangan fase cair dan
uap), garis penyubliman (kesetimbangan fsae padat dan uap).
Ketiga garis tersebut bertemu di titik tripel. Titik tripel adalah ketika
suatu zat berada pada kesetimbangan fase padat, cair dan uap.
Gambar di bawah juga memperjelas bidang cair dari 2 jenis zat,
yakni:
Bidang a – b – d merupakan bidang cair dari zat yang memuai saat beku.
Artinya, semua kombinasi Tekanan dan Suhu dari zat yang berada di
bidang ini berada pada keadaan cair.
Bidang c – b – d merupakan bidang cair dari zat yang
menyusut saat beku. Gambar tersebut juga menerangkan proses
perubahan wujud zat dari beku menjadi uap melalui dua
mekanisme. Pada proses yang ditandai dengan panah merah,
mula-mula zat dari keadaan beku (fasa padat) berubah menjadi cair
(pencairan) kemudian berubah menjadi uap (penguapan).
Sementara pada proses yang ditandai dengan panah biru,
perubahan dari bentuk beku (padat) menjadi uap terjadi tanpa
melalui proses pelelehan (mencair). Proses ini disebut dengan
menyublim. Dan proses tersebut hanya dapat terjadi pada tekanan
dan suhu dibawah tekanan dan suhu triple point.
Diagram T-v
K. Hukum I Termodinamika
Hukum I termodinamika merupakan salah satu dari hukum
fisika yang
berhubungan dengan kekekalan. Di dalam fisika kita mengenal
bermacam –
macam hukum kekekalan seperti hukum kekekalan energi, hukum
kekekalan
massa,hukum kekekalan momentum dll.
a) Pengertian Termodinamika
Sebelum membahas hukum–hukum Termodinamika
terlebih dahulu kita harus tahu apa itu termodinamika.
Termodinamika merupakan ilmu yang mempelajari hubungan
antara usaha dan kalor. Di dalam termodinamika kita mengenal
adanya sistem dan lingkungan. Dalam termodinamika sistem
diarttikan sebagai kumpulan dari benda – benda atau objek
yang diteliti atau menjadi pusat perhatian kita sedangkan
lingkungan diartikan sebagai benda atau objek yang berada di
luar sistem. Batas ialah perantara antara siitem dan lingkungan.
Daerah tempat Sistem dan lingkungan berada disebut semesta.
b) Hukum I Termodinamika
Seperti yang telah disebutkan di atas, Hukum – hukum
Termodinamika membahas tentang kekekalan energi antara
sistem dan lingkungan. Hukum I termodinamika menyatakan
bahwa "Jumlah kalor pada suatu sistem adalah sama dengan
perubahan energi di dalam sistem tersebut ditambah dengan
usaha yang dilakukan oleh sistem”. Energi dalam sistem adalah
jumlah total semua energi molekul yang ada di dalam sistem.
Apabila sistem melakukan usaha atau sistem memperoleh kalor
dari lingkungan, maka energi dalam sistem akan naik.
Sebaliknya energi dalam sistem akan berkurang jika sistem
melakukan usaha terhadap lingkungan atau sistem memberi
kalor pada lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa perubahan energi dalam pada sistem tertutup
merupakan selisih kalor yang diterima dengan usaha yang
dilakukan sistem.
) Rumus Hukum I Termodinamika
Dari bunyi hukum I Termodinamika, maka rumus hukum I
Termodinamika dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = ∆U + W atau ∆U = Q – W atau
Dimana :
∆U : Perubahan energi dalam sistem (J)
Q : Kalor yang diterima/dilepas sistem (J)
W : Usaha (J)
Hukum I Termodinamika :
Aturan tanda :
Q positif jika kalor ditambahkan pada sistem
W positif jika sistem melakukan usaha pada lingkungan
Q negatif jika kalor dilepaskan sistem
W negatif jika lingkungan melakukan usaha pada sistem
Tekanan - Volume
Suhu - entropi
Sebuah proses adiabatik adalah proses di mana ada tidak ada energi
ditambahkan atau dikurangi dari sistem dengan pemanasan atau
pendinginansistem termal terisolasi dari lingkungannya dan bahwa
batasnya adalah isolator termal. Jika sistem memiliki entropi yang
belum mencapai nilai kesetimbangan maksimum, entropi akan
meningkat meskipun sistem termal terisolasi. Dalam kondisi tertentu
dua negara dari sistem dapat dianggap adiabatik accesisble
Sebuah proses isentropik terjadi pada konstan entropi . Untuk
proses reversibel ini identik dengan proses adiabatik. Jika sistem
memiliki entropi yang belum mencapai keseimbangan maksimum
nilai, proses pendinginan mungkin diperlukan untuk
mempertahankan bahwa nilai entropi.
.
Tetapan Laplace:
karena, maka persamaan diatas dapat juga ditulis:
Penyelesaian
n = 2 mol
T1 =370c
T2 =620C
R = 8,314 J/K
i) KESIMPULAN
a) Dalam termodinamika, suatu sistem termodinamik disebut
berada dalam kesetimbangan termodinamik bila sistem
tersebut berada dalam keadaan setimbang mekanis,
setimbang termal dan setimbang secara kimia.
b) Persamaan keadaan adalah sebuah persamaan konstitutif
yang menyediakan hubungan matematik antara dua atau
lebih fungsi keadaan yang berhubungan dengan materi,
seperti temperatur, tekanan, volume dan energi dalam.
c) Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena
pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu
benda karena menerima kalor.
d) Proses kuasi-statik adalah proses dalam keadaan ideal
dengan hanya mengubah sedikit saja gaya eksternal yang
beraksi pada sistem sehingga gaya takberimbangnya sangat
kecil.
e) Dalam mempelajari ilmu termodinamika erat kaitannya
dengan tiga faktor utama yang mempengaruhi sifat kimia
fisika suatu materi yaitu tekanan (p), volum (V) dan suhu (T).
f) Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sistem terisolasi,
sistem tertutup, dan sistem terbuka.
g) Hukum I termodinamika menyatakan bahwa "Jumlah kalor
pada suatu sistem adalah sama dengan perubahan energi di
dalam sistem tersebut ditambah dengan usaha yang
dilakukan oleh sistem”.
h) Proses adiabatik adalah sistem yang tidak melakukan
pertukaran panas dengan lingkungannya.
I) Energi adalah suatu bentuk kekuatan yang dihasilkan atau dimiliki oleh
suatu benda. Energi menjadi komponen penting bagi kelangsungan hidup
manusia karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat
tergantung pada ketersediaan energi yang cukup. Untuk menghindari
krisis energi yang dikarenakan keterbatasan energi di alam di perlukanlan
energi terbarukan. Energi terbarukan adalah adalah energi yang berasal dari
"proses alam yang berkelanjutan", seperti tenaga surya, tenaga angin, arus
air proses biologi, dan panas bumi. Dengan adanya energi terbarukan
diharapkan kebutuhan manusia akan sumber energi tidak akan berkurang.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
HAMID, AHMAD ABU.2019.DIKTAT PERKULIAHAN
TERMODINAMIKA.KALOR DAN
TERMODINAMIKA.YOGYAKARTA:FMIPA UNY
https://gurumuda.net/contoh-soal-hukum-i-termodinamika.htm [8 Maret
2016 pukul 11.30 WIB]
https://djukarna.wordpress.com/2014/05/07/proses-proses-termodinamika/
[9 Maret 2016 pukul 14.00 WIB]
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Termodinamika #Keadaan_termodinamika
[7 Maret 2016 pukul 12.00 WIB]
http://temodinamikarizkykhusnulhasanah.blogspot.co.id/2015/0
3/keadaan-kesetimbangan-sistem-dan.html?m=1 [8 Maret
2016 pukul 13.25 WIB]
thermodynamicsproject.blogspot.co.id/2015/03/sistem-dan-
persamaankeadaan-sistem-a.html [8 Maret 2016 pukul 21.00 WIB]
http://bahanbelajarsekolah.blogspot.co.id/2015/05/contoh-soal-dan-
jawaban-pemuaian-zat.html [9 Maret 2016 pukul 20.30 WIB]
http://rumushitung.com/2013/01/24/pemuaian-zat-padat-cair-gas/ [8 Maret
2016 pukul 21.00 WIB]
http://sonyaljazary.blogspot.co.id/2013/02/diagram-p-v-t-dan-diagram-p-t-
p-v-t-v.html [9 Maret 2016 pukul 21.00]