Disusun Oleh:
Kelompok 4
Kelas : 4 KD
Dosen Pengampu:
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat, rahmat, serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Grafik Kesetimbangan Konsentrasi Solut A Pada Fase
Padat-Cair”. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. H.
Muhammad Yerizam, M. T. yang telah membimbing kami.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Operasi
Teknik Kimia I. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah ini dapat kami perbaiki dan
menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Kami juga yakin bahwa makalah ini masih belum sempurna dan masih membutuhkan
kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya.
Palembang, April 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan............................................................................................. 1
1.1..........................................................................................................................Latar
Belakang.......................................................................................................... 1
1.2..........................................................................................................................Rumusa
n Masalah......................................................................................................... 1
1.3..........................................................................................................................Tujuan
Penulisan.......................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan............................................................................................ 3
2.1 Diagram Fase dan Komponen Diagram Fase.................................................. 3
2.2 Kesetimbangan Fase dan Aturan Fase Gibbs.................................................. 3
2.3 Kesetimbangan Fase Padat-Cair...................................................................... 5
Daftar Pustaka..................................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bagian sesuatu yang menjadi pusat perhatian dan dipelajari disebut sebagai
sistem. Suatu sistem heterogen terdiri dari berbagai bagian yang homogen yang saling
bersentuhan dengan batas yang jelas. Bagian homogen ini disebut sebagai fasa. Fasa
adalah bagian sistem yang komposisi kimia dan sfat-sifat fisiknya seragam, yang
terdapat dari bagian sistem lainnya oleh adanya bidang batas. Perilaku fasa yang
dipunyai suatu zat murni adalah sangat beragam dan rumit.
Suatu zat berada dalam fasa gas, cair, atau padatan ditentukan oleh faktor
tekanan dan temperatur. Demikian pula, kedua faktor ini menentukan kesetimbangan
dua fasa dari materi yang sama. Keseimbangan fasa dari suatu sistem harus memenuhi
persyaratan berikut:
1. Sistem bisa mempunyai lebih dari satu fasa meskipun materinya sama;
2. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fasa ke fasa lain;
3. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur yang merata.
Untuk megetahui berapa jumlah besaran variabel yang diperlukan untuk
menentukan keadaan sistem dapat digunakan aturan fasa Gibbs. Kedudukan
kesetimbangan fasa dalam sistem satu komponen ditentukan oleh dua bearan variabel
yaitu tekanan dan temperatur, dan dapat digambarkan dengan diagram yang disebut
diagram fasa atau diagram P-T. diagram fase adalah sejenis grafik yang digunakan
untuk menunjukkan kondisi kesetimbangan antara fase-fase yang berbeda dari suatu zat
yang sama. Namun dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai grafik kesetimbangan
konsentrasi solut A dalam fasa padat – cair.
1
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian kesetimbangan fase.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian diagram fase dan komponennya.
3. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk kesetimbangan fase untuk fase padat-cair.
4. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis dari diagram fase padat-cair.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Tekanan dan temperatur menentukan keadaan suatu materi kesetimbangan fase
dari materi yang sama. Kesetimbangan fase dari suatu sistem harus memenuhi syarat
berikut:
a. Sistem mempunyai lebih dari satu fase meskipun materinya sama
b. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fase ke fase lain
c. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur sama
Kesetimbangan fase dikelompokan menurut jumlah komponen penyusunnya
yaitu sistem satu komponen, dua komponen dan tiga komponen. Pemahaman mengenai
perilaku fase berkembang dengan adanya aturan fase Gibbs.
Aturan fase Gibbs mendeskripsikan banyaknya komposisi dan variable fase
yang bisa divariasikan secara bebas pada sistem saat berada dalam kesetimbangan.
Untuk setiap fase yang hadir dalam sistem, fraksi mol dari dapat divariasikan.
Bagaimanapun juga, jumlah fraksi mol harus memenuhi:
n
∑ x i=1
i
Hukum fase gibbs, jumlah terkecil variable bebas yang dilakukan untuk
menyatakan keadaan suatu system dengan tepat dengan kesetimbangan diungkapkan
sebagai :
F=C – P+ 2
Dengan,
F = Jumlah derajat kebebasan
C = Jumlah komponen
P = Jumlah fase
4
penggambaran diagram fase dapat dilakukan dalam bentuk dua dimensi, baik diagram
fase komposisi-suhu pada tekanan konstan atau diagram fase komposisi-tekanan pada
temperature konstan. Variable komposisi bervariasi di sepanjang sumbu-X, dapat
berupa fraksi mol, fraksi massa atau persen massa.
(a) (b)
Gambar 1: diagram fase kelarutan penuh system Ni-Cu
5
Dari diagram tersebut, terdapat 3 buah parameter yang tersedia, diantaranya:
penyajian bentuk fase, komposisi fase, dan jumlah fase (di bagian area dua fase).
Penyajian bentuk fase dibuat dari hubungan antara komposisi dan temperature,
pemilihan komposisi dan temperature akan dapat menentukan jenis fase senyawa
tersebut. Penyajian komposisi fase disajikan dalam bentuk fraksi mol, fraksi massa atau
persen massa yang dalam rentang 0,0-1,0 atau 0-100%. Sedangkan jumlah fase
ditentukan menggunakan aturan tuas (lever rule).
Dalam system multi komponen, pelelehan terjadi ketika melewati batas
jangkauan temperature, diantara garis solidus dan likuidus, atau area dua fase. Di area
ini, fase cairan dan padatan berada dalam kesetimbangan.
Dalam menentukan komposisi senyawa di area dua fase. Sebuah titik
ditempatkan secara acak di area dua fase, titik b dengan komposisi C 0 seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 1.b, lalu buat garis tie line yang akan memotong garis likuidus
dan garis solidus, selanjutnya dari hasil perpotongan dibuat garis kembali memotong
sumbu-X (komposisi). Komposisi Ni dalam cairan ialah C l dan konsentrasi Ni dalam
padatan α ialah C α. Perhitungan komposisi mengikuti lever rule.
Sehingga akan diperoleh,
S C α −C 0 R C 0−C l
W l= = dan W α = =
R+ S C α −C l R+ S Cα −C l
Dimana, W l merupakan komposisi zat di fase cair dan W α merupakan komposisi
zat di fase padatan.
6
c. Titik eutektik merupakan titik komposisi dimana campuran dua padatan
memiliki titik leleh yang rendah.
d. Batas kelarutan maksimum merujuk kepada banyaknya jumlah komponen
maksimum B dalam α atau komponen maksimum A dalam β. Batas kelarutan
maksimum selalu berada pada temperature eutektik.
Pada diagram fase ini rumus lever rule yang digunakan ialah sebagai berikut.
W P C E −C
=
WE C
Dimana,
W P: Berat kristal primer
W E: berat campuran di titik eutektik
C E : komposisi zat di titik eutektik
C: komposisi zat di titik tertentu
7
Gambar tersebut menunjukkan diagram fase komposisi-temperatur pada tekanan
tetap. Variable komposisi z B menunjukkan fraksi mol zat B dalam system. Fase yang
ditunjukkan ialah cairan A dan B, padatan A, dan padatan B. Wilayah fase tunggal
cairan dibatasi oleh 2 buah kurva, yang dianggap sebagai titik beku kurva untuk cairan
dan atau sebagai titik kelarutan kurva untuk padatan. Kurva ini terdiri atas garis
likuidus. Ketika fraksi mol dari kedua komponen mengalami perubahan, misalkan z B ke
arah kiri (penurunan) sedangkan z A ke arah kanan (peningkatan) menyebabkan
terjadinya penurunan titik beku. Kedua kurva akan bertemu di salah satu titik dari
diagram yang disebut titik eutetik. Pada keadaan inilah, terjadi kesetimbangan fase
antara padatan A dan B dengan cairan A dan B.
Anggaplah terjadi pencampuran antara 0,60 mol zat A dan 0,40 mol zat B (
z B =0,4 ¿ dan menyesuaikan system dengan letak titik system ditempatkan pada titik b.
Titik ini berada dalam fasa cair tunggal, sehingga system kesetimbangan pada suhu ini
memiliki fase cair tunggal. Jika system dilakukan kontak termal dengan reservoir
dingin, panas dipindahkan keluar dari system dan titik system bergerak di sepanjang
isopleth (jalur komposisi konstan) di b-h. tingkat pendinginan bergantung pada gradien
suhu di batas system dan kapasitas panas system.
Di titik c pada garis isopleth, titik system mencapai batas area satu fase dan akan
memasuki area dua fase dengan label A s+ ¿ cair. Dalam proses pendinginan di titik c,
cairan jenuh A dan padatan A akan membeku dari cairan. Terjadi penurun temperature
akibat proses pembekuan/pengkristalan melibatkan penurunan entalpi sehingga akan
terjadi pergeseran titik dari titik c menuju titik d.
Ketika berada di temperature yang lebih rendah (titik d), titik system berada di
area dua fase padat-cair. Garis tie line e-f dibuat melewati titik d. Komposisi dari dua
fase diberikan dengan nilai z B di akhir tie line: x sB =0 untuk padatan dan x lB =0,5 untuk
cairan. Dengan menggunakan keumuman lever rule, rasio jumlah pada fase ini ialah.
s
n l z B−x B 0,4−0
= = =4,0
ns x lB−z B 0,5−0,4
Karena nilai nl + ns haruslah bernilai 1, maka jumlah dari dua fase ini ialah
n s=0,2 mol dan nl =0,8 mol .
8
Ketika titik system mencapai titik eutektik pada titik g, terjadi penghentian
pendingian sampai semua cairan membeku. Padatan B membeku begitu juga dengan
padatan A. Selama proses ini, awalnya terdapat 3 fase: cairan dengan komposisi
eutektik, padatan A, dan padatan B. Ketika panas terus-menerus keluar dari system,
jumlah cairan menurun dan jumlah padatan meningkat hingga menyisakan padatan A
dan padatan B saja. Suhu mulai turun kembali dan titik system mamasuki area dua fase
untuk padatan A dan padatan B; garis tie line pada area ini membentang dari z B =0
hingga z B =1.
Diagram fase komposisi-temperatur seperti ini sering digunakan untuk
menggambarkan kurva pendinginan secara eksperimental dengan mengobservasi kurva
pendinginan (temperature sebagai fungsi waktu) sepanjang isopleth dari berbagai
komposisi yang dikenal dengan analisis termal. Terputusnya kurva pendinginan pada
suhu tertentu menunjukkan titik system telah berpindah dari area cair satu fase ke area
dua fase padat-cair.
Diagram fase padat-cair memiliki beberapa jenis, yang diantaranya sebagai
berikut.
a. Diagram Fase Eutektik: Ketakkongruenan titik leleh
Seringkali, senyawa stabil yang terbentuk dari dua padatan hanya berada
dalam keadaan stabil ketika memiliki fase padatan, dan terdekomposisi
ketika proses pelelehan. Sebagai hasilnya diagram akan sedikit berbeda
seperti pada gambar 3.
9
Dari diagram tersebut, rumus molekul senyawa yang stabil terbentuk
dengan rumus molekul Na2 K dan terpisahkan diantara dua area fase padatan
yang tidak memanjang layaknya area fase cair. Hal ini dikarenakan senyawa
tersebut akan terdekomposisi ketika terjadi proses pelelehan.
10
Gambar 5: Diagram fase system Mg-Pb
11
ini bisa hadir secara bersama-sama pada kesetimbangan di 0℃. fase transisi
seperti ini, dimana padatan berubah menjadi caira dan padatan lainnya,
disebut ketakkongruenan pelelehan. Titik pada diagram fase di temperature
pada komposisi fase cairan disebut dengan titik peritektik. Gambar 6
menunjukkan adanya 2 temperatur berbeda dimana ketiga fase dapat hadir
secara bersama-sama: pada −21 ℃ dimana fasenya es, larutan pada titik
euektik, dan padatan hidrat; dan pada 109℃, dimana gas H 2 O , larutan
dengan komposisi 28,3%NaCl dan padatan NaCl.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesetimbangan fase adalah suatu keadaan dimana suatu zat memiliki komposisi
yang pasti pada kedua fasenya pada suhu dan tekanan tertentu, biasanya pada fase cair
dan uapnya. Pada kesetimbangan, struktur paduan ini dapat digambarkan dalam suatu
diagram yang disebut diagram fase (diagram kesetimbangan) dengan parameter suhu
(T) versus komposisi (mol atau fraksi mol). Komponen umum diagram fase adalah
garis kesetimbangan atau batas fase, yang merujuk pada baris yang menandai kondisi di
mana beberapa fase dapat hidup berdampingan pada kesetimbangan.
Ada banyak macam jenis kesetimbangan dua komponen padat- cair, yaitu
kesetimbangan fase padat-cair isomorphous system dan kesetimbangan fase padat-cair
kelarutan parsial. Sedangkan jenis-jenis dari diagram fase padat-cair diantaranya adalah
diagram fase eutektik: ketakkongruenan titik leleh, diagram fase eutektik: fase
intermediet, diagram fase eutektik: senyawa intermetalik, dan diagram fase eutektik: 2
titik eutektik
13
DAFTAR PUSTAKA
Clark, Jim. (16 Maret 2020). Liquid-Solid Phase Diagrams: Tin and Lead.
https://chem.libretexts.org/link?3866 (Diakses pada Senin, 6 Maret 2020).
DeVoe, Hovard. (17 Maret 2020). 13.2 Phase Diagrams: Binary Systems.
https://chem.lib retexts.org/link?20628 (Diakses pada Senin, 6 Maret 2020).
14