Memahami proses perubahan fasa dan upaya yang diperlukan pada segi termodinamika
untuk mencapai kesetimbangan fasa pada proses hayati
Nama
Kelompok/NPM
: 10/1406573394
Jurusan
: Teknologi Bioproses
Outline
Komponen
Pendahuluan
Perubahan fasa adalah proses perubahan bentuk suatu zat menjadi bentuk lain, salah
satu faktor penyebab perubahan fase tersebut adalah kalor. Perubahan fasa merupakan efek
dari adanya salah satu sifat fisika zat, yaitu wujud. Sifat fisika zat sendiri ialah sifat yang
dapat diamati secara langsung tanpa mengubah susunan zat, misalnya wujud, warna,
kelarutan, daya hantar listrik, dan kemagnetan, titik lebur dan titik didih. (Respati. 1982)
Secara harfiah, perubahan fasa terjadi saat sebuah zat berubah dari satu wujud ke
wujud yang lain. Misalnya dari gas ke cair, cair ke padat, padat ke gas, dan sebaliknya. Setiap
proses melibatkan panas, baik panas itu dilepas oleh zat ataupun diterima oleh zat, tapi tidak
melibatkan perubahan temperatur. (Respati. 1982)
Wujud zat merupakan bentuk-bentuk berbeda yang diambil oleh berbagai fase materi
berlainan. Secara historis, pembedaan ini dibuat berdasarkan perbedaan kualitatif dalam sifat
bulk. Dalam keadaan padatan zat mempertahankan bentuk dan volume; dalam keadaan cairan
zat mempertahankan volume tetapi menyesuaikan dengan bentuk wadah tersebut dan
sedangkan gas mengembang untuk menempati volume apa pun yang tersedia.
Setiap zat akan berubah apabila menerima panas (kalor). Es dipanaskan akan mencair.
Air dipanaskan akan menguap menjadi uap air (gas). Apabila uap air didinginkan menjadi
embun dan kembali menjadi air. Air didinginkan menjadi es. Perubahan wujud benda terjadi
karena proses pemanasan dan pendinginan.
Fase dari Zat Murni :
Solid (padat) : jarak antar molekul sangat dekat sehingga gaya tarik antar molekul sangat
kuat,
maka
dengan
S = besar perubahan entropi
Q = kalor yang diserap
T = suhu zat
Q
T
................................................................1
Jika
kita
hanya
memperhatikan
temperatur
dan
tekanan
sebagai
peubah
thermodinamika (seperti halnya pada penentuan energi bebas Gibbs), maka berbagai
kehadiran fasa yang terjadi pada sistem komponen tunggal dapat kita gambarkan dengan
mengambil temperatur sebagai ordinat dan tekanan sebagai absis, seperti terlihat pada
Gambar 1. Sistem komponen tunggal dengan diagram seperti ini yang banyak dikenal adalah
H2O, yang biasanya tekanan diambil sebagai ordinat dan temperatur sebagai absis dan dikenal
dengan diagram P-T air. (Maron, S.H. dan Lando, JB. 1974)
Sistem 2 Komponen
Sistem 2 komponen dapat berupa campuran dari fasa cair- gas, cair- cair, fasa padatcair, ataupun padat- padat. Karakteristik setiap campuran sangat khas, misalnya ada sistem
cair- cair yang membentuk campuran yang homogen atau 1 fasa pada segala
P,T dan komposisi, tetapi ada pula yang hanya membentuk 1 fasa pada P,T atau komposisi
tertentu.
Diagram fasa untuk sistem dua komponen digambarkan sebagai fungsi komposisi
terhadap tekanan atau komposisi terhadap suhu. Oleh sebab itu aturan fasa berubah menjadi F
+ D = C + 1 karena salah satu variabel (P atau T) dalam keadaan konstan. Derajat kebebasan
(D) menjadi = 2 - F. (Barrow, Gordon M. 1979)
Gambar 4. Kurva pendinginan dan diagram fasa suhu persen berat untuk sistem Bi Cd
(Sumber: Barrow, Gordon M. 1979)
Bila suatu cairan yang mengandung hanya satu komponen didinginkan, plot suhu
terhadap waktu memiliki lereng yang hampir tetap. Pada suhu mengkristalnya padatan yang
keluar dari cairan, kurva pendingina akan mendatar jika pendinginan berlangsung lambat.
Patahan pada kurva pendinginan disebabkan oleh terlepasnya kalor ketika cairan memadat.
Hal ini ditunjukkan pada bagian kiri gambar 4, yaitu cairan hanya mengandung Bi (ditandai
dengan komposisi Cd 0%) pada suhu 273 oC dan cairan yang hanya mengandung Cd (ditandai
dengan komposisi Cd 100%) pada suhu 323oC.
Jika suatu larutan didinginkan, terjadi perubahan lereng kurva pendinginan pada suhu
mulai mengkristalnya salah satu komponen dari larutan, yang kemudian memadat. Perubahan
lereng ini disebabkan oleh lepasnya kalor karena proses kristalisasi dari padatan yan gkeluar
dari larutan dan juga oleh perubahan kapasitas kalor. Hal ini dapat terlihat pada komposisi
20% dan 80% Cd. Untuk komposisi 40% Cd pada suhu 140 oC, terjadi pertemuan antara
lereng kurva pedinginan Bi dan Cd yang menghasilkan garis mendatar. Pada suhu ini, Bi dan
Cd mengkristal dan keluar dari larutan, menghasilkan padatan Bi dan Cd murni. Kondisi
dimana larutan menghasilkan dua padatan ini disebut titik eutektik, yang hanya terjadi pada
komposisi dan suhu tertentu. Pada titik eutektik terdapat tiga fasa, yaitu Bi padat, Cd padat
dan larutan yang mengandung 40% Cd. Derajat kebebasan untuk titik ini adalah 0, sehingga
titik eutektik adalah invarian. Eutektik bukan merupakan fasa, tetapi kondisi dimana terdapat
campuran yang mengandung dua fasa padat yang berstruktur butiran halus. (Maron, S.H. dan
Lando, JB. 1974)
Sistem Tiga Komponen
Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (c = 3) sesuai dengan xA + XB XC=1
Gambar 5. Diagram fasa sistem tiga komponen air asam asetat vinil asetat
Diagram
fase yang digambarkan sebagai segitiga sama sisi menjamin dipenuhinya sifat ini secara
otomatis sebab jarak ke sebuah titik di dalam segitiga sama sisi yang diukur sejajar dengan
sisi-sisinya sama dengan panjang sisi segitiga diatas yang dapat diambil sebagai satuan
panjang. (Barrow, Gordon M. 1979)
REFERENSI
Barrow, Gordon M. 1979. Physical Chemistry. New York: McGraw-Hill Inc.
Maron, S.H. dan Lando, JB. 1974.
Macmillan Publishing Co. Inc.