Judul Percobaan
Kesetimbangan Fase Dua Komponen
II. Hari/Tanggal Percobaan
Jum’at, 18 November 2022 pukul 08.00 WIB
III. Selesai Percobaan
Jum’at, 18 November 2022 pukul 13.00 WIB
IV. Tujuan Percobaan
1. Menggambarkan kesetimbangan fase dua komponen fase cair-cair
(butanol-air)
2. Menentukan titik ekivalen pada kesetimbangan fase dua komponen fase
cair-cair (butanol-air)
3. Menentukan fasa, komponen, dan derajat kebebasan suatu sistem
kesetimbangan fase dua komponen fase cair-cair (butanol-air)
V. Tinjauan Pustaka
A. Sistem dan lingkungan
Sistem adalah bagian tertentu dunia yang menjadi pusat perhatian.
Yang berada di luar sistem disebut lingkungan, dimana bagian dunia yang
dapat memberikan efek berarti terhadap sistem. Antara sistem dan
lingkungan terdapat bidang batas yang disebut dinding. Dinding yang
dapat dilewati materi disebut permiabel dan yang tidak dapat disebut
impermiabel. Dinding semipermiabel ialah dinding yang dapat dilewati
oleh materi tertentu dan tidak untuk yang lain. Dinding yang dapat dilewati
kalor disebut diatermal dan yang tidak disebut adiatermal. Dinding yang
tidak dapat diubah bentuknya disebut rigit, sedangkan dinding yang dapat
berubah bentuk dan ukurannya disebut disebut non rigit. Selain itu juga
ada dinding yang dapat bergerak salah satu sisinya, contohnya pompa
karena ada piston yang dapat ditekan atau ditarik. Berdasarkan interaksi
dengan lingkungannya, sistem dapat dibagi atas : sistem terbuka, tertutup
dan tersekat (terisolasi). Sistem terbuka adalah sistem yang dindingnya
permiabel dan diatermal, sehingga dapat terjadi perpindahan materi dan
kalor dengan lingkungannya. Sistem tertutup adalah sistem berdinding
impermiabel dan diatermal, sehingga tidak terjadi perpindahan materi
tetapi hanya perpindahan kalor dengan lingkungan. Sedangkan sistem
yang berdinding rigit, impermiabel, adiathermal akan menghasilkan sistem
terisolasi karena tidak terjadi perpindahan baik materi maupun kalor
dengan lingkungan (Hardeli Dan S, 2013).
B. Fase
Kata 'fase' berasal dari kata Yunani yang berarti 'munculnya'. Fasa
adalah bentuk materi yang seragam di seluruh komposisi kimia dan
keadaan fisik (Atkins , Paula , & Keeler, 2018). Fase fisik yang ditandai
dengan perubahan urutan molekul. Molekul dalam padatan memiliki orde
tertinggi dan molekul dalam fase gas memiliki keacakan tertinggi
(Raymond, 2005).
Perubahan fase adalah perubahan fisika yang ditandai dengan
perubahan susunan molekul. Molekul-molekul dalam keadaan padat
memiliki orde tertinggi, dan molekul dalam fase gas memiliki
ketidakteraturan tertinggi (Chang, 2005).
Materi memiliki tiga keadaan: cair, padat dan gas. Suatu zat (unsur
atau senyawa) dapat berada dalam tiga wujud, yaitu padat, cair dan gas.
Adanya wujud adalah akibat daya tarik antar partikel materi (atom,
molekul atau ion). Jika daya tarik itu sangat kuat akan berwujud padat, jika
sedang berwujud cair dan jika lemah sekali zat akan berwujud gas.
Walaupun wujud zat ada tiga tetapi fasanya dapat lebih dari tiga karena zat
berwujud padat bisa mempunyai dua fasa atau lebih sebab zat ada yang
mempunyai dua struktur kristal,contoh padatan belerang mempunnyai
strutur rhombis dan monoklin.Masing-masing keadaan ini disebut fase,
dan merupakan bagian homogen dari sistem yang bersentuhan dengan
bagian lain dari sistem pada batas yang jelas. Transisi fase adalah transisi
dari satu fase ke fase lainnya dan terjadi ketika energi bertambah atau
berkurang. Transisi fase adalah perubahan fisik yang ditandai dengan
perubahan urutan molekul. Molekul dalam keadaan padat memiliki urutan
maksimum, dan molekul dalam fase gas memiliki keacakan maksimum.
Transisi fase terjadi pada suhu dan tekanan tertentu (Tjahjani, Nasrudin, &
Novita, 2013).
C. Kesetimbangan Fasa
1. Jumlah Fasa
2. Jumlah Komponen
3. Aturan Fase
Aquades adalah air suling yang bebas dari zat pengotor sehingga
cukup ideal digunakan untuk kegiatan laboratorium. Memiliki ciri-ciri
seperti bening, tidak berwarna, dan tidak berasa. Aquades biasanya
digunakan untuk membersihkan peralatan laboratorium dari kotoran.
Aquades dinamis karena memiliki kesetimbangan antara fase cair dan
padat di bawah tekanan standar dan suhu. Dalam bentuk ionik aquades
dapat digambarkan sebagai asosiasi atau ikatan antara ion hidrogen dan ion
hidroksida.
Air disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak
zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fasa cair dan
padat dibawah tekanan dan temperatur standar. Tarikan atom oksigen pada
elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat daripada ikatan atom hidrogen.
Adanya muatan pada tiap atom membuat molekul air memiliki sejumlah
momen dipol yang membuat masing-masing molekul berdekatan
membuatnya sulit dipisahkan dan pada akhirnya menaikkan titik didih air.
Gaya tarik menarik ini disebut ikatan hidrogen. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya fenol
dalam air. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat
dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh
yang menstabil (Sukardjo, 1997).
Untuk melakukan praktikum kesetimbangan fase harus disiapkan air
mendidih dan juga air dingin. Ketika fase terpisah secara perlahan, nilai
termometer harus dicatat. Reaksi akan menyebabkan cairan berubah
setelah larutan bening atau tidak berwarna menjadi keruh. Ini
menunjukkan bahwa ada adalah dua komponen atau fase, dan komponen
cair-cair.
VI. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Tabung reaksi besar 2 buah
2. Pengaduk 1 buah
3. Beaker Glass 500 mL 2 buah
4. Kaki tiga dan kasa pembakar spiritus 1 buah
5. Gelas ukur 10 mL 2 buah
6. Pembakar spiritus 1 buah
7. Gelas kimia 100 mL 1 buah
8. Gelas kimia 50 mL 1 buah
9. Pipet tetes secukupnya
b. Bahan
1. Aquades secukupnya
2. Butanol teknis secukupnya
Air mendidih
Tabung reaksi besar A Tabung reaksi besar B
Hasil
Reaksi:
Sebelum pemanasan
% Butanol
Series2 Series4
80
60
40
20
0
10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
% Butanol
Series2 Series4
Air dimasukkan
kedalam beaker glass
2.
ukuran 500 mL dan
didihkan dengan
pembakar spiritus
Tabung A
Disiapkan 10 mL
1 aquadest
.
Disiapkan 2 mL
2 butanol
.
Dimasukkan 10 mL
3 aquadest dan 2 mL
.
butanol
Dimasukkan ke dalam
4 beaker glass yang
.
telah didihkan airnya
Setelah dipanaskan,
terjadi perubahan
5
. menjadi jernih sebagai
t1A pada suhu 68°C
Dimasukkan ke dalam
6. beaker glass yang berisi
air dingin
Setelah didinginkan,
terjadi perubahan
7. menjadi keruh sebagai
t2A pada suhu 40°C
Diulangi langkah-
langkah diatas dengan
penambahan 2 mL
8. butanol setiap
pengulangannya
Setelah dipanaskan pada
penambahan ke 15
9. dengan hasil jernih
jernih pada suhu 60°C
Setelah didinginkan
pada penambahan ke 15
10. dengan hasil jernih
jernih pada suhu 58°C
Bagian B
Disiapkan 10 mL
1 butanol
.
Disiapkan 2 mL
2 aquadest
.
Dimasukkan 10 mL
3 butanol dan 2 mL
.
aquadest
Dimasukkan ke dalam
4 beaker glass yang
.
telah didihkan airnya
Setelah dipanaskan,
terjadi perubahan
5
. menjadi jernih sebagai
t1B pada suhu 63°C
Dimasukkan ke dalam
6. beaker glass yang berisi
air dingin
Setelah didinginkan,
terjadi perubahan
7. menjadi keruh sebagai
t2B pada suhu 30°C
Diulangi langkah-
langkah diatas dengan
penambahan 2 mL
8. aquadest setiap
pengulangannya
Setelah dipanaskan pada
penambahan ke 16
9. dengan hasil keruh
jernih pada suhu 74°C
Setelah didinginkan
pada penambahan ke 16
10. dengan hasil keruh
jernih pada suhu 39°C
1. Penambahan 1 ( 2 ml aquades )
10
% butanol= × 100 %=83,33 % ketika T1B dipanaskan, Larutan
2+10
berubah menjadi jernih pada suhu 63oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 30 oC
2. Penambahan 2 ( 4 ml aquades )
10
% butanol= × 100 %=71,43% ketika T1B dipanaskan, Larutan
4 +10
berubah menjadi jernih pada suhu 78 oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 56 oC
3. Penambahan 3 ( 6 ml aquades )
10
% butanol= ×100 %=62,50 % ketika T1B dipanaskan, Larutan
6+10
berubah menjadi jernih pada suhu 75oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 38 oC
4. Penambahan 4 ( 8 ml aquades )
10
% butanol= ×100 %=55,56 % ketika T1B dipanaskan, Larutan
8+10
berubah menjadi jernih pada suhu 64 oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 48 oC
5. Penambahan 5 ( 10 ml aquades )
10
% butanol= × 100 %=50 % ketika T1B dipanaskan, Larutan
10+10
berubah menjadi jernih pada suhu 69 oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 62 oC
6. Penambahan 6 ( 12 ml aquades )
10
% butanol= ×100 %=45,45 % ketika T1B dipanaskan, Larutan
12+10
berubah menjadi jernih pada suhu 73 oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 59 oC
7. Penambahan 7 ( 14 ml aquades )
10
% butanol= ×100 %=41,67 % ketika T1B dipanaskan, Larutan
14+10
berubah menjadi jernih pada suhu 78oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 60oC
8. Penambahan 8 ( 16 ml aquades )
10
% butanol= × 100 %=38,46 % ketika T1B dipanaskan, Larutan
16+10
berubah menjadi jernih pada suhu 91 oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 85oC
9. Penambahan 9 ( 18 ml aquades )
10
% butanol= × 100 %=35,71% ketika T1B dipanaskan, Larutan
18+10
berubah menjadi jernih pada suhu 87 oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 82oC
10. Penambahan 10 ( 20 ml aquades )
10
% butanol= × 100 %=33,33 % ketika T1B dipanaskan, Larutan
20+10
berubah menjadi jernih pada suhu 94 oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 83 oC
11. Penambahan 11 ( 22 ml aquades )
10
% butanol= × 100 %=31,25% ketika T1B dipanaskan, Larutan
22+10
berubah menjadi jernih pada suhu 86oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 80oC
12. Penambahan 12 ( 24 ml aquades )
10
% butanol= ×100 %=29,41 % ketika T1B dipanaskan, Larutan
24+10
berubah menjadi jernih pada suhu 90oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 82 oC
13. Penambahan 13 ( 26 ml aquades )
10
% butanol= ×100 %=27,78 % ketika T1B dipanaskan, Larutan
26+10
berubah menjadi jernih pada suhu 90 oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 83 oC
14. Penambahan 14 ( 28 ml aquades )
10
% butanol= × 100 %=26,32 % ketika T1B dipanaskan, Larutan
28+10
berubah menjadi jernih pada suhu 71oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 67 oC
15. Penambahan 15 ( 30 ml aquades )
10
% butanol= × 100 %=25 % ketika T1B dipanaskan, Larutan
30+10
berubah menjadi jernih pada suhu 66oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 42 oC
16. Penambahan 16 ( 32 ml aquades )
10
% butanol= ×100 %=23,81% ketika T1B dipanaskan, Larutan
32+10
berubah menjadi jernih pada suhu 68 oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 58oC
17. Penambahan 17 ( 34 ml aquades )
10
% butanol= ×100 %=22,73 % ketika T1B dipanaskan, Larutan
34+10
berubah menjadi jernih pada suhu 74 oC dan ketika T2B didinginkan,
Larutan berubah menjadi keruh pada suhu 39oC
1. Penambahan 1 ( 2 ml butanol )
2
% butanol= × 100 %=16,67 %
2+10
2. Penambahan 2 ( 4 ml butanol )
4
% butanol= × 100 %=28,57 %
4 +10
3. Penambahan 3 ( 6 ml butanol )
6
% butanol= ×100 %=37,50 %
6+10
4. Penambahan 4 ( 8 ml butanol )
8
% butanol= ×100 %=44,44 %
8+10
5. Penambahan 5 ( 10 ml butanol )
10
% butanol= × 100 %=50 %
10+10
6. Penambahan 6 ( 12 ml butanol )
12
% butanol= ×100 %=54,55 %
12+10
7. Penambahan 7 ( 14 ml butanol )
14
% butanol= ×100 %=58,33 %
14+10
8. Penambahan 8 ( 16 ml butanol )
16
% butanol= × 100 %=61,54 %
16+10
9. Penambahan 9 ( 18 ml butanol )
18
% butanol= × 100 %=64,29 %
18+10
10. Penambahan 10 ( 20 ml butanol )
20
% butanol= × 100 %=66,67 %
20+10
11. Penambahan 10 ( 22 ml butanol )
22
% butanol= × 100 %=68,75 %
22+10
4. Penambahan 4 ( 8 ml aquades )
10
% butanol= ×100 %=55,6 %
8+10
5. Penambahan 5 ( 10 ml aquades )
10
% butanol= × 100 %=50 %
10+10
6. Penambahan 6 ( 12 ml aquades )
10
% butanol= ×100 %=45,46 %
12+10
7. Penambahan 7 ( 14 ml aquades )
10
% butanol= ×100 %=41,67 %
14+10
8. Penambahan 8 ( 16 ml aquades )
10
% butanol= × 100 %=38,46 %
16+10
9. Penambahan 9 ( 18 ml aquades )
10
% butanol= × 100 %=35,72%
18+10
10. Penambahan 10 ( 20 ml aquades )
10
% butanol= × 100 %=33,33 %
20+10
11. Penambahan 11 ( 22 ml aquades )
10
% butanol= × 100 %=31,25%
22+10
12. Penambahan 12 ( 24 ml aquades )
10
% butanol= ×100 %=29,41 %
24+10
13. Penambahan 13 ( 26 ml aquades )
10
% butanol= ×100 %=27,78 %
26+10
14. Penambahan 14 ( 28 ml aquades )
10
% butanol= × 100 %=26,32 %
28+10