Anda di halaman 1dari 22

TEORI GAS

 Apa Itu Gas ?

Gas adalah salah satu dari wujut materi (laiinya adalah padat, Cairan dan Plasma ).
Gas murni dapat tersusun dari atom (misalnya Gas Mulia seperti Neon), molekul unsur
kimia yang tersusun dari satu jenis atom (misalnya Oksigen ), atau molekul Senyawa Kimia
yang tersusun dari berbagai macam atom (misalnya Karon Dioksida). Campuran gas akan
mengandung beragam gas murni seperti Udara. Hal yang membedakan gas dari cairan dan
padat adalah pemisahan partikel gas yang sangat besar. Pemisahan ini biasanya membuat
gas tak berwarna menjadi tak terlihat oleh pengamatan manusia. Interaksi partikel gas
dengan adanya medan listrik dan Medan Grafitasi dapat diabaikan seperti ditunjukkan oleh
vektor kecepatan konstan pada gambar. Materi berwujud gas dijumpai antara wujud cairan
dan plasma,yang terakhir memberikan batas suhu atas untuk gas. Batas bawah skala suhu
terletak gas kuantum degeneratif yang mendapatkan perhatian meningkat.Gas atom dengan
berdensitas tinggi yang didinginkan super pada suhu sangat rendah diklasifikasikan menurut
perilaku statistiknya baik sebagai gas Bose atau gas Fermi. Untuk daftar lengkap wujud
materi eksotis ini lihat daftar wujud materi.

 Karakteristik Gas

Gas sulit untuk diamati secara langsung, mereka digambarkan melalui empat Sifat
Fisik atau karakteristik skala mikrokopis : Tekanan , Termodinamika, jumlah partikel
(kimiawan mengelompokkannya dengan mol ) dan suhu. Dibandingkan wujud materi
lainnya, gas memiliki Densitas dan viskositas rendah. Tekanan dan Suhu mempengaruhi
partikel dalam volume tertentu. Variasi pemisahan dan kecepatan partikel ini disebut sebagai
kompresibilitas. Pemisahan dan ukuran partikel ini mempengaruhi sifat optik gas seperti
dapat ditemukan dalam Daftar Indeks Bias berikut. Akhirnya, partikel gas menyebar
terpisah atau Difusi agar terdistribusi secara merata ke seluruh wadah.Karakteristik fisik
Oleh karena sebagian besar gas sulit untuk diamati secara langsung, mereka digambarkan
melalui empat sifat fisik atau karakteristik makroskopis: tekanan, volume, jumlah partikel
(kimiawan mengelompokkannya dengan mol) dan suhu. Empat karakteristik ini berulang-
ulang diamati oleh para ilmuwan seperti Robert Boyle, Jacques Charles, John Dalton, Joseph
Gay-Lussac dan Amedeo Avogadro untuk beragam gas dalam berbagai situasi.

1
Partikel asap melayang memberi petunjuk adanya pergerakan gas di sekitarnya.

Partikel gas dipisahkan berjauhan satu sama lain, dan akibatnya, memiliki ikatan
antarmolekul yang lebih lemah daripada cairan atau padatan. Gaya antarmolekul ini
dihasilkan dari interaksi elektrostatik antar partikel gas. Daerah gas bermuatan sejenis
dengan partikel gas yang berbeda saling tolak-menolak, sementara daerah yang bermuatan
berbeda saling tarik menarik satu sama lain; gas yang mengandung ion bermuatan permanen
dikenal sebagai plasma. Senyawa gas dengan ikatan kovalen polar mengandung
ketidakseimbangan muatan permanen dan dengan demikian mengalami gaya antarmolekul
yang relatif kuat, walaupun muatan bersih senyawanya tetap netral. Sementara itu, muatan
yang diinduksi secara acak berada pada molekul berikatan kovalen non-polar dan interaksi
elektrostatik yang disebabkan olehnya disebut sebagai gaya Van der Waals. Interaksi gaya
antarmolekul ini bervariasi di dalam zat yang menentukan banyak sifat fisik yang unik untuk
setiap gas.Perbandingan titik didih untuk senyawa yang terbentuk oleh ikatan ionik dan
kovalen membawa kita pada kesimpulan ini.Partikel asap yang bergerak melayang pada
gambar memberikan beberapa wawasan tentang perilaku gas bertekanan rendah.

Dibandingkan wujud materi lainnya, gas memiliki densitas dan viskositas rendah.
Tekanan dan suhu mempengaruhi partikel dalam volume tertentu. Variasi pemisahan dan
kecepatan partikel ini disebut sebagai kompresibilitas. Pemisahan dan ukuran partikel ini
mempengaruhi sifat optik gas seperti dapat ditemukan dalam daftar indeks bias berikut.
Akhirnya, partikel gas menyebar terpisah atau berdifusi agar terdistribusi secara merata ke
seluruh wadah.

2
Karakteristik Gas

Makroskopis : Mikroskopis :

1. Tekanan 1. Teori Kinetik

2. Suhu 2. gerak brown

3. Volume 3. gaya antar molekul

4. Densitas

Makroskopis :

1. Tekanan ( P )
Simbol atau lambang yang digunakan untuk mewakili tekanan dalam persamaan
adalah p atau P dengan satuan SI Pascal. Ketika menjelaskan satu wadah gas, istilah
Tekanan (atau tekanan absolut) merujuk pada gaya rata-rata per satuan luas yang dberikan
oleh gas pada permukaan wadah. Dalam volume ini, kadang-kadang lebih mudah
memvisualisasikan partikel gas bergerak dalam garis lurus sampai mereka menumbuk
dinding wadah (lihat diagram di atas artikel ini). Gaya yang diberikan oleh partikel gas
kepada wadah saat tumbukan ini adalah perubahan Momentum partikel. Saat terjadi
tumbukan, hanya kecepatan komponen Normal ( geometri ) yang berubah. Partikel yang
bergerak sejajar dengan dinding tidak mengalami perubahan momentum ini. Oleh karena
itu, gaya rata-rata pada permukaan dinding wadah harus merupakan rata-rata perubahan
Momentum dari seluruh tumbukan partikel gas ini. Tekanan adalah jumlah seluruh gaya
komponen normal dan tangensial yang diberikan oleh partikel yang menabrak dinding
wadah dibagi dengan luas permukaan dinding.
2. Suhu ( T )
Simbol atau lambang yang digunakan untuk menandakan suhu dalam persamaan
adalah T dengan satuan SI kelvin. Laju partikel gas berbanding lurus dengan suhu
Termodinamika. Volume balon dalam video menyusut saat partikel gas yang terperangkap
3
melambat dengan penambahan nitrogen yang sangat dingin. Suhu dari setiap sistem Fisik
berhubungan dengan gerakan partikel (molekul dan atom) yang membentuk sistem [gas].
Dalam mekanika statistika, suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata yang tersimpan
dalam partikel. Metode penyimpanan energi ini didikte oleh derajat kebebasan ( fisika dan
kimia ) partikel itu sendiri (Tingkat Energi ). Energi kinetik yang ditambahkan (proses
Endotermik ) pada partikel gas melalui tumbukan menghasilkan gerakan linier, rotasi, dan
vibrasi. Sebaliknya, penambahan panas pada molekul padatan hanya dapat meningkatkan
moda vibrasinya karena struktur kristal kisi mencegah gerak linier maupun rotasi. Molekul
gas yang dipanaskan ini memiliki rentang kecepatan lebih besar yang selalu bervariasi
karena konstan bertumbukan dengan partikel lain. Rentang kecepatan dapat digambarkan
dengan Dstribusi Maxwell – Boltzmann. Penggunaan distribusi ini menyiratkan gas ideal
di dekat kesetimbangan termodinamika untuk sistem partikel yang dipertimbangkan.

3. Volume Spesifik ( V )
Simbol yang digunakan untuk mewakili volume spesifik dalam persamaan adalah
"v" dengan satuan SI meter kubik per kilogram (m3/kg). Simbol yang digunakan untuk
mewakili volume dalam persamaan adalah "V" dengan satuan SI meter kubik (m3). Saat
melakukan analisis Termodinamika, biasanya dibahas tentang sifat ektensif dan intensif.
Sifat yang bergantung pada jumlah gas (baik massa maupun volume) disebut sifat ekstensif,
sedangkan sifat yang tidak bergantung pada jumlah gas disebut sifat intensif. Volume
spesifik adalah contoh sifat intensif karena ini adalah rasio volume terhadap satuan massa
gas yang identik di seluruh sistem pada kesetimbangan. Seribu atom gas menempati ruang
yang sama seperti 1000 atom lainnya pada suhu dan tekanan tertentu. Konsep ini lebih
mudah divisualisasikan untuk padatan seperti besi yang tak
termampatkan (incompresibell) dibandingkan gas. Volume adalah sifat ekstensif, karena
gas mengisi wadah mana pun yang ditempatinya.

4. Densitas ( 𝜌 )
Simbol yang digunakan untuk merepresentasikan densitas dalam persamaan adalah
ρ (rho) dengan satuan SI kilogram per meter kubik. Istilah ini adalah balikan perkalian (
Multiplicative Inverse ) dari volume spesifik. Massa gas biasanya dikarakterisasi melalui
densitasnya, karena molekul-molekul gas dapat bergerak bebas di dalam wadah. Densitas
adalah jumlah massa per satuan volume suatu zat, atau kebalikan dari volume spesifik.
Untuk gas, densitasnya bisa bervariasi dalam rentang yang luas karena partikelnya bebas
4
bergerak mendekat saat terkendala oleh tekanan atau volume. Variasi densitas ini disebut
sebagai kompresibilitas. Seperti tekanan dan suhu, densitas adalah variable keadaan ( state
variable ) gas dan perubahan densitas selama proses apapun diatur oleh hukum
termodinamika. Untuk statika fluida, densitasnya sama di seluruh wadah. Oleh karena itu,
densitas merupakan skalar ( Fisika ). Hal ini dapat ditunjukkan oleh teori kinetika bahwa
densitas berbanding terbalik dengan ukuran wadah di mana ada keterbatasan massa gas
tetap. Dalam kasus massa tetap ini, densitasnya berkurang saat volume meningkat.

Mikroskopis :

1. Teori Kinetik
Teori kinetika memberi wawasan tentang sifat makroskopis gas dengan
mempertimbangkan komposisi dan gerak molekulnya. Dimulai dengan definisi Momentum
dan Energi Kinetik, seseorang dapat menggunakan Hukum Kekalan dan hubungan
geometrik sebuah kubus untuk menghubungkan sifat sistem makroskopis suhu dan tekanan
dengan sifat mikroskopis energi kinetik per molekul. Teori ini memberikan nilai rata-rata
untuk kedua sifat ini. Teori ini juga menjelaskan cara sistem gas merespon perubahan.
Sebagai contoh, saat gas dipanaskan dari nol mutlak, ketika berada dalam keadaan diam
sempurna (teori), maka energy dalam (suhu)nya meningkat. Saat gas dipanaskan, laju
partikel dipercepat dan suhu naik. Hal ini menghasilkan jumlah tumbukan dengan wadah
per satuan waktu menjadi lebih besar karena laju partikel menjadi lebih tinggi terkait dengan
kenaikan suhu. Kenaikan tekanan berbanding lurus dengan jumlah tumbukan per satuan
waktu.

2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah model matematis yang digunakan untuk menggambarkan
gerakan acak partikel yang tersuspensi dalam fluida. Animasi partikel gas, menggunakan
partikel pink dan hijau, menggambarkan bagaimana perilaku ini berakibat pada penyebaran
gas ( entropi ). Peristiwa ini juga dijelaskan dalam partikel. Oleh karena untuk mengamati
partikel gas (atom atau molekul) berada pada (atau melebihi) batas teknologi saat ini, hanya
perhitungan teoretis yang dapat memberikan saran tentang gerakannya, tetapi gerak mereka
berbeda dengan gerak Brown karena gerak Brown melibatkan kelenturan yang mulus karena
kekuatan gesekan banyak molekul gas, diselingi oleh benturan keras antar (beberapa)
molekul gas dengan partikelnya. Oleh karena iti, partikel (umumnya terdiri dari jutaan atau
5
miliaran atom) bergerak zig-zag, namun tidak begitu zig-zag seperti yang diharapkan jika
diamati molekul gas individual.

3. Gaya Antar Molekul


Seperti yang telah dibahas sebelumnya, gaya tarik (atau tolak) sesaat antar partikel
berpengaruh pada Dinamika Gas. Dalam Kimia Fisika, gaya antarmolekul ini dinamakan
gaya van der Waals. Gaya ini memainkan peran kunci dalam menentukan Sifat Fisika gas
seperti Viskositas dan Laju Aliran Massa (lihat bagian karakteristik fisik). Mengabaikan
gaya ini dalam kondisi tertentu teori kinetika gas) memungkinkan gas nyata diperlakukan
seperti gas ideal. Asumsi ini memungkinkan penggunaan Hukum Gas Ideal yang sangat
menyederhanakan perhitungan.

A. HUKUM - HUKUM GAS

Anda tentu tahu bahwa bentuk dan volume gas tergantung pada wadahnya. Selain
itu, volume, tekanan, dan suhunya saling bergantung satu sama lain. Pada tekanan
rendah dan suhu ruang, gas rill biasanya memenuhi hokum – hokum gas ideal. Gas
yang memenuhi hokum hokum gas disebut dengan gas ideal. Hokum gas ideal
mencakup :

 Hukum Boyle
Hukum Boyle, yaitu hukum fisika yang menjelaskan bagaimana kaitan antara
tekanan dan volume suatu gas. Penemu hokum boyle adalah Robert Boyle (1627-1691),
dia melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara tekanan dan volume gas pada
suhu yang konstan. Dari hasil penelitiannya, Robet Boyle menemukan bahwa hasil kali
tekanan dan volume gas dalam ruangan tertutup adalah tetap/konstan. Pernyataan Robert
Boyle dikenal dengan Hukum Boyle, yang berbunyi :
“Pada suhu tetap, tekanan gas di dalam ruang tertutup berbanding terbalik dengan
volumenya”
Dari hukum Boyle tersebut berarti hasil kali tekanan dan volume gas dalam ruang tertutup
adalah konstan (tetap) asalkan suhu gas tetap.

Pernyataan tersebut bila ditulis dalam bentuk rumus :


P.V=C
6
Dimana c = bilangan tetap (konstanta)
Bila tekanan diubah maka volum gas juga berubah maka rumus di atas dapat ditulis sebagai
berikut.
P1 . V1 = P2 . V2
Keterangan:
P1 = tekanan gas mula-mula (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
P2 = tekanan gas akhir (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
V1 = volum gas mula-mula (m3, cm3)
V2 = volum gas akhir (m3, cm3)
Jika dibuat grafik, maka akan menghasilkan sebuah kurva yang disebut kurva isotermal.
Perhatikan gambar diatas. Kurva isotermal merupakan kurva yang bersuhu sama.

Grafik hubungan volume dan tekanan gas pada suhu konstan (isotermal)

Penerapan Hukum Boyle


Penerapan Hukum Boyle terdapat pada prinsip kerja pompa. Pompa adalah alat yang
digunakan untuk memindahkan gas atau zat cair. Berdasarkan prinsip kerja ini, pompa
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu pompa hisap dan pompa tekan.

7
Saat penghisap ditarik, maka volume udara dalam pompa membesar dan udara tidak dapat
masuk ke ban sebab harus masuk melalui katup (ventil) dari karet. Jika pengisap ditekan
maka volume udara dalam pompa mengecil dan udara dapat masuk ke ban melalui ventil
karena tekanannya membesar.
Contoh Soal Terkait Hukum Boyle :
Suatu ruangan tertutup mengandung gas dengan volume 200 ml. Jika tekanan ruangan
tersebut adalah 60 cmHg, hitunglah tekanan gas pada ruangan yang volumenya 150 ml?
Diketahui: V1 = 200 mL ; P1 = 60 cmHg ; V2 = 150 ml
Ditanya : P2 ?
Jawab :

Jadi, tekanan gas pada ruangan yang volumenya 150 ml berdasarkan hokum boyle adalah
80 cmHg.

 Hukum Charles
Hukum Charles dikemukakan oleh fisikawan Prancis bernama Jacques Charles.
Charles menyatakan bahwa “ jika tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup
dipertahankan konstan, maka volume gas sebanding dengan suhu mutlaknya”. Untuk gas
yang berada dalam dua keadaan seimbang yang berbeda pada tekanan konstan, diperoleh
persamaan sebagai berikut.

8
Keterangan:
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)

Apabila hubungan antara volume dan suhu pada hukum Charles kita lukiskan dalam grafik,
maka hasilnya tampak seperti pada gambar diatas. Kurva yang terjadi disebut kurva
Isobarik yang artinya bertekanan sama.

Grafik hubungan volume dan suhu gas pada tekanan konstan (Isobarik )

 Hukum Gay-Lusac
Hukum Gay Lussac dikemukakan oleh kimiawan Perancis bernama Joseph Gay
Iussac. Gay Lussac menyatakan bahwa jika volume gas yang berada dalam bejana tertutup
dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya. Untuk gas
yang berada dalam dua keadaan seimbang yang berbeda pada volume konstan, diperoleh
persamaan sebagai berikut.

9
Keterangan:
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
p1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)

Apabila hubungan antara tekanan dan suhu gas pada hukum Gay Lussac dilukiskan dalam
grafik, maka hasilnya tampak seperti pada gambar diatas. Kurva yang terjadi disebut kurva
artinya volume sama

Grafik hubungan tekanan dan suhu gas pada volume konstan ( Isohorik)

 Hukum Boyle Gay-Lusac


Apabila hukum Boyle, hukum Charles, dan hukum Gay Lussac digabungkan, maka
diperoleh persamaan sebagai berikut.

Persamaan di atas disebut hukum Boyle-Gay Lussac. Kita telah mempelajari hukum-hukum
tentang gas, yaitu hukum Boyle, Charles, dan Gay Lussac

10
 Hokum Avogadro
Apabila kita menyatakan ukuran zat tidak dalam bentuk massa (m), tapi dalam jumlah
mol (n), maka konstanta gas universal (R) berlaku untuk semua gas. Hal ini pertama kali
ditemukan oleh Amedeo Avogadro (1776‐1856), ilmuwan Italia.

“ Avogadro mengatakan bahwa ketika volume, tekanan dan suhu setiap gas sama, maka
setiap gas tersebut memiliki jumlah molekul yang sama.”

Hal ini menghasilkan volume molar gas, yang pada suhu dan tekanan standar (273.15 K,
1 atm) adalah sekitar 22.4 L. Hubungan ini dinyatakan oleh

di mana n sama dengan jumlah mol gas (atau banyaknya mol gas).

Kalimat yang dicetak tebal miring disebut hipotesa Avogadro. Hipotesa atau dugaan
Avogadro sesuai dengan kenyataan bahwa konstanta R sama untuk semua gas. Berikut ini
beberapa pembuktiannya :
Pertama, jika kita menyelesaikan soal menggunakan persamaan hukum gas ideal (PV =
nRT), kita akan menemukan bahwa ketika jumlah mol (n) sama, tekanan dan suhu juga
sama, maka volume semua gas akan bernilai sama, apabila kita menggunakan konstanta gas
universal (R = 8,315 J/mol.K). Pada STP, setiap gas yang memiliki jumlah mol (n) yang
sama akan memiliki volume yang sama. Volume 1 mol gas pada STP = 22,4 liter. Volume
2 mol gas = 44,8 liter. Volume 3 mol gas = 67,2 liter. Dan seterusnya… ini berlaku untuk
semua gas.
Kedua, jumlah molekul dalam 1 mol sama untuk semua gas. Jumlah molekul dalam 1 mol
= jumlah molekul per mol = bilangan avogadro (NA). Jadi bilangan Avogadro bernilai sama
untuk semua gas.
Besarnya bilangan Avogadro diperoleh melalui pengukuran :

NA = 6,02 x 1023 molekul/mol

11
Untuk memperoleh jumlah total molekul (N), kita bisa mengalikan jumlah molekul per mol
(NA) dengan jumlah mol (n).

Ini adalah persamaan hukum gas ideal dalam bentuk jumlah molekul.

Hokum – hokum gas lainnya :

 Hukum Dalton tentang gas


Mengenai tekanan parsial menyatakan bahwa tekanan campuran gas secara sederhana
merupakan jumlah tekanan parsial dari komponen individualnya. Hukum Dalton dituliskan
sebagai:

 Hokum Graham
Menyatakan bahwa laju ketika molekul gas Difusi berbanding terbalik dengan akar
kuadrat densitasnya pada suhu konstan. Dikombinasikan dengan hukum Avogadro (yaitu
karena volume yang sama memiliki jumlah molekul yang sama) hal ini sama dengan
berbanding terbalik terhadap akar berat molekul.

12
 Hokum Amagat
Mengenai volume gas parsial menyatakan bahwa volume campuran gas (atau volume
wadah) secara sederhana merupakan jumlah volume parsial dari komponen individualnya.
Hukum Amagat dituliskan sebagai:

di mana VTotal adalah volume total campuran gas, atau volume wadah,
Vi adalah volume parsial gas dalam campuran gas pada suhu dan tekanan tersebut.

 Hokum Henry
menyatakan bahwa :
“Pada suhu konstan, jumlah gas yang terlarut dalam jenis dan volume cairan yang
diberikan sebanding dengan tekanan parsial gas tersebut dalam kesetimbangan dengan
cairan tersebut”.

 Hokum Gas Nyata


Dijelaskan oleh Johannes Diherik Van Der Walls.

B. GAS IDEAL

 Apa itu Gas Idel


Gas ideal adalah gas teoritis yang terdiri dari partikel titik yang bergerak secara
acak dan tidak saling berinteraksi. Konsep gas ideal sangat berguna karena memenuhi
hokum gas idea, sebuah persamaan keadaan yang disederhanakan, sehingga dapat
dianalisis denganmekanika statistika. Pada kondisi normal sepertitemperatur dan tekanan
standar, kebanyakan gas nyata berperilaku seperti gas ideal. Banyak gas seperti Nitrogen,
Oksigen, Hidrogen, Gas Mulia, dan Karbon Dioksida dapat diperlakukan seperti gas ideal
dengan perbedaan yang masih dapat ditolerir. Secara umum, gas berperilaku seperti gas ideal
pada temperatur tinggi dan tekanan rendah, karena kerja fisika yang melawan gaya
intermolekuler menjadi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan enerhi kinetic partikel,
dan ukuran molekul juga menjadi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan ruangan kosong

13
antar molekul. Model gas ideal tak dapat dipakai pada suhu rendah atau tekanan tinggi,
karena gaya intermolekuler dan ukuran molekuler menjadi penting. Model gas ideal juga tak
dapat dipakai pada gas-gas berat seperti refrigeran atau gas dengan gaya intermolekuler kuat,
sepert uap air. Pada beberapa titik ketika suhu rendah dan tekanan tinggi, gas nyata akan
menjalani fase tansisi menjadi Liquid atau solid. Model gas ideal tidak dapat menjelaskan
atau memperbolehkan fase transisi. Hal ini dapat dijelaskan dengan persamaan keadaan
yang lebih kompleks.
Model gas ideal mengikuti asumsi berikut ini:
- Molekul gas tidak dibedakan, berukuran kecil, dan berbentuk bola
- Semua tabrakan antar gas bersifat elastis dan semua gerakannya tanpa friksi (tidak ada
energi hilang pada gerakan atau tabrakan)
- Menggunakan hukum Newton
- Jarak rata-rata antar molekul jauh lebih besar daripada ukuran molekul
- Molekul secara konstan bergerak pada arah acak dengan distribusi kecepatan
- Tidak ada gaya atraktif atau repulsif antara molekul atau sekitarnya

 Persamaan Gas Ideal


Karakteristik termodinamika gas ideal dapat dijelaskan dengan 2 persamaan: persamaan gas
ideal adalah Hukum Gas Ideal :

Persamaan ini diturunkan dari Hukum Boyle, Charles, Dan Avogadro. Menjandi :

Pada kondisi ideal, maka, :

Energy dalam gas ideal dinyatakan dengan :

14
Dengan :
P : Tekanan
T : Suhu mutlak
R : konstanta gas umum ( 8,314 x 103 J/kmol.K )
n : mol gas
V : volume
U : Energi Dalam
𝑐̂𝑣 : spesifik pada volume konstan, ≈ 3/2 untuk gas monoatom, 5/2 untuk diatom dan 3
untuk molekul lain yang lebih kompleks. Untuk mengubah dari besaran makroskopik ke
mikroskopik, maka digunakan.

Tekanan Gas Ideal Menurut Teori Kinetika Gas :

Tekanan gas pada dinding bejana sama dengan besarnya momentum yang diberikan oleh
molekul gas pada tiap satuan luas tiap satuan waktu. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
gambar berikut.

Diagram gerakan molekul gas dalam dinding bejana berbentuk kubus.

Misalnya terdapat suatu molekul gas ideal yang berada dalam sebuah bejana berbentuk
kubus dengan panjang sisi L. Molekul gas tersebut memiliki massa m, dan kecepatan
terhadap sumbu X sebesar vx. Sebelum molekul menumbuk dinding momentumnya m × vX.
Setelah menumbuk dinding molekul berubah arahnya sehingga momentumnya menjadi -m
× vX. Jadi, setiap kali molekul menumbuk dinding, molekul tersebut mengalami perubahan

15
momentum sebesar selisih antara momentum sebelum tumbukan dan momentum setelah
tumbukan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
Δp = p1 – p2
Δp = (m × vX) – (-m × vX)
Δp = 2 m vX
Molekul tersebut akan menumbak dinding untuk kedua kalinya setelah selang waktu

Δt =

Sehingga momentum persatuan waktu yang diberikan oleh molekul ke dinding bejana
adalah:

px =
Sebaliknya, dinding akan mengalami momentum persatuan waktu yang sama besarnya
tetapi berlawanan arahnya. Jika dalam bejana terdapat N molekul gas dengan kecepatan rata-
rata vX , maka besar momentum persatuan waktu yang diterima dinding adalah sebagai
berikut.

px =
Diketahui bahwa molekul gas bergerak dalam tiga dimensi (ke segala arah). Sesuai dengan
anggapanbahwa setiap molekul bergerak acak ke segala arah, maka rata-rata kecepatan

kuadrat kelajuan pada arah sumbu X,Y, dan Z adalah sama besar ( ). Jadi,
resultan rata-rata kuadrat kecepatan ( v2 ) adalah sebagai berikut.
Oleh karena itu, besar momentum per satuan waktu yang diterima dinding bejana kubus
dapat di tulis sebagai berikut.

Karena L3 merupakan volume kubus (V), maka persamannya dapat ditulis:

16
atau atau

Apabila dihubungkan dengan pv = N k T, maka persamaan berubah menjadi:

Jika dihubungkan dengan energi kinetik rata-rata (Ek = mv2), maka persamaan menjadi:

atau
Keterangan:
p : tekanan gas (Nm–2)
N : jumlah molekul
v : kecepatan (m/s)
m : massa molekul (kg)
V : volume gas (m3)
Ek : energi kinetik (J)

Telah kita ketahui bahwa . Jika dihubungkan dengan persamaan pV = n R T,


maka dapat diperoleh persamaan berikut.

nRT = EkN atau T =

Jika dihubungkan dengan persamaan pV = NKT, maka diperoleh persamaan:

NKT = EkN atau Ek = kT atau T = (untuk N=1)

17
C. TERMODINAMIKA

Termodinamika (berasal dari kata thermos (panas) dan dynamic (gerak atau
perubahan)) adalah salah satu cabang dari ilmu fisika yang mempelajari panas dan
temperatur, serta hubungan keduanya pada energi dan gerak. Inti dari pembahasan
termodinamika adalah bagaimana energi dalam bentuk panas dapat mengalir dari satu benda
ke benda lain, proses dari aliran energi tersebut, dan akibat yang dihasikan oleh perpindahan
energi tersebut. Seluruh fenomena fisika tersebut dapat dijelaskan dengan hukum-hukum
dan persamaan-persamaan.

PRINSIP TERMODINAMIKA
Prinsip termodinamika sebenarnya adalah hal alami yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, termodinamika
direkayasa sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk mekanisme yang dapat membantu
manusia dalam kegiatannya. Aplikasi termodinamika yang begitu luas dimungkinkan karena
perkembangan ilmu termodinamika sejak abad 17. Pengembangan ilmu termodinamika
dimulai dengan pendekatan makroskopik yaitu perilaku umum partikel zat yang menjadi
media pembawa energi.

Pada termodinamika, terdapat 4 hukum yang berlaku secara universal :

Hukum 0 Termodinamika :
Hukum termodinamika 0 menjelaskan kesetimbangan termal berlaku universal,
dengan kata lain apapun zat atau materi benda akan memiliki kesetimbangan termal yang
sama bila disatukan.
“Jika dua sistem berada dalam kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka mereka
berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain”

Hokum 1 Termodinamika :
Hukum pertama termodinamika sebenarnya adalah kekalan tenaga yang
menghubungkan antara usaha yang dilakukan pada sistem,panas yang ditambahkan atau
dikurangkan, dan tenaga dalam sistem. Jika usaha dilakukan oleh sistem pada lingkungan
misalkan gas mengembang sehingga volume tabung membesar maka usaha W bertanda
positif (+). Jika usaha dilakukan pada sistem, misalkan volume mengecil maka dilakukan

18
usaha pada sistem atau W bertanda negatif (-). Jika positif artinya panas diberikan kepada
sistem, Q bertanda negatif jika panas keluar dari sistem. Apa yang kita perkirakan akan
terjadi jika sejumlah gas dalam suatu ruang tertutup dipanaskan? Keadaan yang langsung
bisa dilihat suhunya naik dan mungkin volumenya bertambah. Kejadian inilah yang
dijelaskan pada hukum I Termodinamika.
“Panas yang ditambahkan pada suatu sistem sama dengan perubahan energi internal
sistem ditambah usaha yang dilakukan oleh sistem.”

Hubungan di atas dapat dinamakan kekalan energy dan dituliskan sebagai berikut.
Q = ΔU + W

Dimana adalah kalor/panas yang diterima/dilepas (J), adalah energi/usaha (J), dan
adalah perubahan energi (J). J adalah satuan internasional untuk Energi atau usaha , yaitu
Joule. Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa seluruh kalor yang diterima atau
dilepas oleh benda akan dijadikan usaha ditambahkan dengan perubahan energi.

Hokum 2 Termodinamika :
Hukum 2 termodinamika menunjukkan kondisi alami dari alur kalor suatu objek dengan
sistem.
“Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda yang dingin; kalor tidak
akan mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas tanpa dilakukan usaha”
Hokum 3 Termodinamika :
“Entropi dari suatu kristal sempurna pada absolut nol adalah sama dengan nol,”
Proses - Proses Termodinamika :
Proses termodinamika adalah perubahan keadaan gas, yaitu tekanan, volume dan suhunya.
Perubahan ini diiringi dengan perubahan kalor, usaha dan energi dalamnya. Proses-proses
yang memiliki sifat-sifat khusus ada empat contoh seperti berikut.
1. Proses Isobarik
Proses isobarik adalah proses perubahan gas dengan tahanan tetap. Pada garis P – V proses
isobaric dapat digambarkan seperti pada gambar berikut.

19
Usaha proses isobarik dapat ditentukan dari luas kurva di bawah grafik P – V.

W = P (VB – VA)

Untuk proses isobarik usaha yang dilakukan gas adalah W = PΔV maka hukum
termodinamika pertama menjadi:

Q = ΔU + PΔV
2. Proses Isotermis
Proses isotermis adalah proses perubahan gas dengan suhu tetap. Perhatikan grafikk pada
gambar dibawah. Pada proses ini berlaku hukum Boyle.

Pada proses isotermik usaha yang diakukan gas adalah

karena suhu konstan maka energi dalam sistem juga konstan atau ΔU = 0. Hukum
termodinamika pertama menjadi :

20
3. Proses Isokhoris
Proses isokhoris adalah proses perubahan gas dengan volume tetap. Pada grafik P.V dapat
digambarkan seperti pada gambar dibawah. Karena volumenya tetap berarti usaha pada

gas ini nol, W = 0

Pada proses isokorik, usaha yang dilakukan gas adalah nol, maka Q =ΔU. Dengan demikian
semua kalor yang masuk digunakan untuk menaikkan tenaga dalam sistem.
4. Proses Adiabatis

Pada isotermis sudah kita ketahui, U = 0 dan pada proses isokoris, W = 0. Bagaiaman jika
terjadi proses termodinamika tetapi Q = 0 ? Proses yang inilah yang dinamakana diabatis.
Berdasarkan hokum termodinamika 1 maka proses adiabatic memiliki sifat dibawah.
Q=0
W = -ΔU
5. Proses lain dan gabungan proses

Untuk memudahkan penyelesaian dapat digambarkan grafik P – V prosesnya. Dari grafik


tersebut dapat ditentukan usaha proses sama dengan luas kurva dan perubahan energi
dalamnya . Sedangkan gabungan proses adalah gabungan dua proses adiabatic yang
berkelanjutan. Pada gabungan proses ini berlaku hokum pertama termodinamika secara
menyeluruh.
21
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. “ gas “ . Diakses 8 september 2018 . https://id.wikipedia.org/wiki/Gas

Wikipedia. “gas ideal “. Diakses 8 september 2018.


https://es.wikipedia.org/wiki/Gas_ideal

Fisikazone.”hokum gas ideal “. Diakses 8 sepetember 2018.


http://fisikazone.com/hukum-hukum-gas-ideal/

Fisikazone.”teori kinetic gas”. Diakses 8 september 2018. http://fisikazone.com/teori-


kinetik-gas-dan-pengertian-gas-ideal/

Softilmu.”Prinsip Dasar Termodinamika”.Diakses 9 september 2018. https://www.softilmu


.com/2015/11/Pengertian-Prinsip-Konsep-Kesetimbangan-Hukum-I-II-III-
Termodinamika-Adalah.html

22

Anda mungkin juga menyukai