ABSTRAK:
Percobaan Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair-Uap dilakukan dengan metode destilasi.
Metode destilasi ini merupakan proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih di antara
komponen-komponennya. Prinsip dasar pemisahan adalah jika campuran cairan berada dalam
keadaan setimbang dengan fasa uapnya maka komposisi pada cairan dan uap akan berbeda.
Hasil destilasi disebut destilat, destilat akan mengandung lebih banyak cairan yang lebih
volatile/ cairan yang mudah menguap. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan bahan-
bahan senyawa organik seperti metanol, etanol, akuades dan pelarut organik lain seperti aseton,
chloroform, dll dengan cara mengukur indeks bias dari campuran biner yang telah ditentukan
deret volumenya sehingga dapat ditentukan fraksi mol dari campuran biner tersebut. Kemudian
indeks bias dari suatu campuran biner tersebut diukur dengan alat refraktometer. Prinsip alat
refraktometer yaitu menggunakan pembiasan cahaya ketika melalui suatu larutan. Ketika cahaya
datang dari udara dan menuju larutan maka kecepatannya akan berkurang sehingga terlihat
seperti dibelokkan. Hasil dari percobaan yang didapatkan yaitu indeks bias dan temperatur,
kemudian dibuat kurva antara indeks bias sebagai fungsi komposisi. Hasil destilasi dinamakan
destilat, komposisi dari destilat ini diukur indeks bias dan temperaturnya sehingga dapat dibuat
kurva yang menghubungkan antara indeks bias dan temperatur.
I. PENDAHULUAN
Fasa adalah bagian yang serbasama dari suatu sistem, yang dapat dipisahkan
secara mekanik; serbasama dalam hal komposisi kimia dan sifat-sifat fisika. Jadi suatu
sistem yang mengandung cairan dan uap masing-masing mempunyai bagian daerah yang
serbasama. Dalam fasa uap kerapatannya serbasama disemua bagian pada uap tersebut.
Dalam fasa cair kerapatannya serbasama disemua bagian pada cairan tersebut, tetapi nilai
kerapatannya berbeda dengan di fasa uap. Sistem yang terdiri atas campuran wujud gas
saja hanya ada satu fasa pada kesetimbangan sebab gas selalu bercampur secara homogen.
Dalam sistem yang hanya terdiri atas wujud cairan-cairan pada kesetimbangan bisa
terdapat satu fasa atau lebih, tergantung pada kelarutannya. Padatan-padatan biasanya
mempunyai kelarutan yang lebih terbatas dan pada suatu sistem padat yang setimbang
bisa terdapat beberapa fasa padat yang berbeda. Jumlah komponen dalam suatu sistem
merupakan jumlah minimum dari spesi yang secara kimia independen yang diperlukan
Laporan Praktikum Kimia Fisik
untuk menyatakan komposisi setiap fasa dalam sistem tersebut. Cara praktis untuk
menentukan jumlah komponen adalah dengan menentukan jumlah total spesi kimia
dalam sistem dikurangi dengan jumlah reaksi-reaksi kesetimbangan yang berbeda yang
dapat terjadi antara zat-zat yang ada dalam sistem tersebut.
Pada dasarnya, suatu sistem disebut setimbang secara termodinamika jika
dipenuhi kriteria kesetimbangan termal, kesetimbangan mekanik, dan kesetimbangan
material. Jika T > T, maka panas akan mengalir spontan dari fasa ke fasa sampai T
= T. Jika P > P kerja akan mengalir spontan dari fasa ke fasa sampai P = P. Jika
i > i maka zat i akan mengalir spontan dari fasa ke fasa sampai i = i. Fungsi
keadaan T menentukan ada tidaknya kesetimbangan termal antar fasa. Fungsi keadaan P
menentukan ada tidaknya kesetimbangan mekanik antar fasa. Fungsi keadaan
menentukan ada tidaknya kesetimbangan material antar fasa.
Kesetimbangan: jika sebuah sistem mempunyai energi bebas minimum pada
temperatur, tekanan dan komposisi tertentu, maksudnya tidak terjadi perubahan kondisi.
Makin tinggi energi bebas, maka gerak atom pada bahan makin acak dan tidak teratur.
Secara makro: sifat-sifat sistem tidak berubah terhadap waktu maka stabil.
Kesetimbangan fase adalah kesetimbangan pada sistem yang terdiri lebih dari 1 fase.
Masing-masing fase tidak mengalami perubahan.
Konsep kaidah fasa mencakup jumlah fasa (P), jumlah komponen (C), dan jumlah
kebebasan/varian (F) dalam sistem.
Jumlah Fasa(P)
Jumlah fasa adalah jumlah bagian bagian yang serbasama dalam sistem. Fasa adalah
bagian dari sistem yang bersifat homogen, dan dipisahkan dari bagian sistem yang lain
dengan batas yang jelas.
Karakteristik setiap campuran sangat khas, misalnya ada sistem cair- cair yang
membentuk campuran yang homogen atau 1 fasa pada segala P,T dan komposisi,
tetapi ada pula yang hanya membentuk 1 fasa pada P,T atau komposisi tertentu.
Kedua komponen misibel dalam fasa cair dan imisibel dalam fasa padat
Laporan Praktikum Kimia Fisik
Kedua komponen misibel dalam fasa cair dan misibel sebagian dalam fasa padat
Refractometer adalah sebuah alat yang biasa digunakan untuk mengukur kadar
atau konsentasi bahan terlarut berdasarkan indeks bias. Refractometer bekerja
menggunakan prinsip pembiasan cahaya ketika melalui suatu larutan. Ketika cahaya
datang dari udara dan menuju larutan maka kecepatannya akan berkurang sehingga
terlihat seperti dibelokkan. Sebagian besar refractometer menggunakan prinsip sudut
kritis. Pada sudut kritis refractometer cahaya yang telah melewati cairan yang sedang
diuji masuk ke dalam kaca prisma dengan indeks bias yang lebih tinggi, cahaya diamati
saat muncul dari prisma melalui teleskop yang terfokus pada tak hingga. Tiga jenis
instrument utama berdasarkan prinsip sudut kritis adalah refractometer Abbe,
refractometer Pulfrich, dan refractometer immersion (Yadav, 2010).
Persamaan yang menghubungkan konsentrasi dan kesetimbangan dalam kedua
fasa telah dikembangkan. Untuk kasus fasa cair dan gas non ideal, hubungan itu
umumnya rumit. Meskipun demikian, dalam kasus-kasus yang menyangkut fasa cair dan
gas ideal ada beberapa hubungan yang cukup sederhana. Sebagai contoh, jika fasa cairnya
ideal maka hukum Raoult berlaku
pA = xAPA
dimana pA adalah tekanan parsial kesetimbangan dari komponen A di dalam fasa uap di
atas fasa cair, xA adaah fraksi mol A di dalam fasa cair, dan PA adalah tekanan uap A
murni pada temperatur kesetimbangan. Jika fasa gasnya adalah ideal, maka hukum Dalton
dipenuhi
pA = yAP
dimana yA adalah fraksimol A dalamfasa gas dan P adalah tekanan total dari sistem. Bila
kedua fasanya ideal, maka kedua persamaan dapat dikombinasikan untuk memperoleh
hubungan antara suku-suku konsentrasi xA dan yA , pada tekanan dan temperatur konstan,
kombinasi hukum kesetimbangan Raoult-Dalton mensyaratkan
yAP = xAPA
(Welty, 2007).
Clausius Clapeyron merupakan persamaan yang digunakan untuk menentukan
komposisi tekanan uap jenuh. Berhubungan dengan panas laten (perubahan panas) dari
uap atau kondensasi terhadap perubahan laju dari tekanan tekanan uap dengan temperatur.
Dalam kasus perubahan padat-cair berhubungan dengan panas laten atau fusi dalam
perubahan lajunya
Laporan Praktikum Kimia Fisik
=
(2 1)
Keterangan :
L : Konstanta panas laten
T : Temperatur
V : Volume
(D. Koutsoyiannis. 2012)
Peristiwa mendidih,membeku, dan perubahan seperti intan menjadi grafik
merupakan contoh-contoh perubahan fase tanpa perubahan komposisi. Dalam hal
tersebut terjadi transisi fase pada temperatur dan tekanan tertentu. Peristiwa-peristiwa
tersebut dapat digambarkan dengan diagram fase. Diagram fase suatu zat memperlihatkan
daerah-daerah tekanan dan temperatur dimana berbagai fase bersifat stabil secara
termodinamis. Batas-batas antara daerah-daerah antara itu, yaitu batas-batas fase,
memperlihatkan nilai-nilai P (tekanan) dan T (waktu) dimana dua fase berada dalam
kesetimbangan. Dalam diagram fase digambarkan tidik didih, titik kritis, titik leleh, dan
titi tripel. Titih didih adalah temperatur dimana tekanan uap antara sistem dengan tekanan
udara disekitarnya berada dalam kesetimbangan. Titik kritis adalah temperatur dimana
permukaan menghilang. Titik leleh adalah temperatur dimana tekanan tertentu pada saat
cairan dan padatan berada dalam kesetimbangan. Sedangkan titik tripel adalah
termperatur dimana tiga fase (padatan, cairan, dan gas) berada dalam kesetimbangan.
Diagram fase menggambarkan sifat-sifat unik dari suatu senyawa atau molekul. Titik
tripel air berada pada temperatur 273,16 K. Dialam semesta air dalam fase cair lebih
sedikit dibandingkan fase gas dan esnya,hal ini karena rentang suhu dan temperatur untuk
menjaga air tetap pada fase cair relatif lebih sempit dibandingkan fase gas dan esnya (
Jones,2012).
II. METODOLOGI
II.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan kesetimbangan fasa cair-cair dan cair-uap
diantaranya: 1 set destilator sederhana, 1 set refraktometer, 2 buah gelas kimia 250
mL, 2 buah pipet ukur 2,10 mL, 12 buah tabung reaksi, 1 buah rak tabung reaksi, 1
Laporan Praktikum Kimia Fisik
buah pipet tetes, kertas saring. Sedangkan, bahan yang akan digunakan pada
percobaan ini diantaranya: metanol, etanol, akuades, dan pelarut organik lainnya.
Kalibrasi Komposisi melalui penentuan indeks bias dilakukan dengan cara lima
buah tabung reaksi disiapkan, diisi campuran pelarut I dengan volume 3 mL; 2,5 mL; 2
mL; 1,5 mL; 1 mL; 0,5 mL dan 0 mL dan diisi pelarut II dengan volume 0 mL; 0,5 mL;
2,5 mL dan 3 mL. Setelah itu, dihitung fraksi mol tiap komponen. Alat refraktometer
dibersihkan dengan aseton 1-2 tetes dan dilakukan pengukuran indeks bias masing-
masing campuran. Kemudian dibuat kurva indeks bias sebagai fungsi komposisi
Percobaan destilasi campuran biner ini dilakukan dengan cara lima seri campuran
biner dibuat untuk jenis pelarut yang sama dengan percobaan kalibrasi komposisi melalui
penentuan indeks bias. Tabung reaksi diisi campuran pelarut I dengan volume 3 mL; 2,5
mL; 2 mL; 1,5 mL; 1 mL; 0,5 mL dan 0 mL dan diisi pelarut II dengan volume 0 mL; 0,5
mL; 2,5 mL dan 3 mL. Komposisi campuran kedua diisi pelarut I dengan volume 20 mL;
20 mL; 20 mL; 20 mL dan pelarut II dengan volume 2 mL; 4 mL; 6 mL dan 8 mL.
Campuran 1 dimasukkan kedalam labu bundar dan dilakukan destilasi sehingga
didapatkan destilat. Temperatur dicatat saat awal pelarut keluar hingga volume yang
diinginkan.Hal ini dilakukan 5 kali pengamatan dan ditampung fraksi di dalam tabung
berbeda. Diukur indeks bias destilat untuk setiap fraksi. Dilakukan hal yang sama untuk
campuran biner kedua.
Laporan Praktikum Kimia Fisik
Daftar Pustaka
Jones, E. G. & Lineweaver, C. H. 2012. Using the phase diagram of liquid water to
search for life, Australian Journal of Earth Sciences: An International Geoscience
Journal of the Geological Society of Australia, 59:2, 253-262
Levine, Ira N.. 2008. Physical Chemistry Sixth Edition. New York: McGraw-Hill.
Rubyanto, Dwiarso, 2017, Metode Kromatografi, CV Budi Utama, Yogyakarta.
Yadav, J. B., 2010, Advanced Practical Physical Chemistry, India, Krishna Prakashan
Media Ltd.