Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Landasan Teori


II. 1.1 Pengertian Larutan Biner
Larutan dapat didefinisikan sebagai suatu sitem homogen yang terdiri dari
dua komponen atau lebih. Istilah pelarut dan zat pelarut sebenarnya biasa
dipertukarkan, tetapi istilah pelarut biasanya digunakan untuk cairan, bila larutan
terdiri dari padatan atau gas dalam cairan. Istilah ini untuk jenis larutan lain biasa
digunakan untuk menyatakan zat yang terdapat dalam jumlah yang lebih banyak.
Komponen-komponen yang terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit biasanya
dinamakan zat terlarut (Bird T. , 1993).
Larutan biner adalah larutan yang mengandung dua komponen yaitu
komponen zat terlarut dan komponen pelarut. Larutan bine r memiliki
beberapa sifat yakni homogen,tidak mempunyai entalpi pencampuran
dan tidak ada volume pencampuran delta V=0 (Atkin;2006).
Larutan biner juga dapat diartikan sebagai larutan yg mengandung dua atau
lebih zat yg dapat melarut dengan baik. Umpan campuran biner (2-propanol dan
ethyl acetat) hendak dimurnikan dengan cara distilasi dan kedua aliran produk
pemisahan diharapkan memiliki kemurnian 99,8%-mol. Umpan tersedia pada
kondisi tekanan atmosferik dan temperatur ambien. 2-propanol dan etyhl acetate
ialah campuran azeotrop. Proses pemisahan dapat diklasifikasikan menjadi proses
pemisahan secara mekanis atau kimiawi. Pemilihan jenis proses pemisahan yang
digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi. Pemisahan secara mekanis
dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya operasinya lebih murah dari
pemisahan secara kimiawi. Untuk campuran yang tidak dapat dipisahkan melalui
proses pemisahan mekanis (seperti pemisahan minyak bumi), proses pemisahan
kimiawi harus dilakukan (Sinaga, 2010).
Bila seluruh larutan biner diuapkan secara parsial, komponen yang
mempunyai tekanan uap lebih tinggi akan terkonsentrasi pada fase uapnya, hingga
terjadi perbedaan komposisi antara cairan dengan uap yang setimbang. Uap
tersebut dapat diembunkan sebagai kondensat. Uap yang diperoleh dengan

II-1
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

mengupkan secara parsial kondensat itu akan mempunyai komposisi yang lebih
kaya lagi akan komponen yang mudah menguap (Alberty, 1987).
II.1.2 Sistem dan Fasa
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui sebelum dibicarakan apa itu fase,
yaitu: sistem, fase, kesetimbangan sejati, menstabil atau stabil jumlah komponen
dan derajat kebebasan. Sistem adalah suatu zat atau campuran, yang diisolasikan
dari zat-zat lain dalam suatu bejana inert, untuk diselidiki pengaruh perubahan
temperatur, tekanan dan konsentrasi terhadap zat tersebut, misalnya sistem air, air
dalam garam, gas dan sebagainya. Fase ialah bagian dari sistem, yang fisis berbeda
dan dapat dipisahkan secara mekanis. Dapat dipisahkan secara mekanis, berarti fase
tersebut dapat dipisahkan secara filtrasi, sedimentasi dekantasi dan sebagainya.
Dalam hal ini tidak termasuk pemisahan secara penguapan, destilasi, adsorpsi, atau
ekstraksi (Sukardjo, 2002).
Temperatur kritis adalah batas atas temperature dimana terjadi pemisahan
fasa. Diatas temperature batas atas, kedua komponen benar benar bercampur.
Temperatur ini ada karena gerakan termal yang lebih besar menghasilkan
kemampuan campur yang lebih besar pada kedua komponen bercampur dalam
segala perbandingan dan di atas temperature ini kedua komponen membentuk dua
fase. Salah satu contohnya adalah air dalam trietilamina. Dalam hal ini pada
temperatur rendah kedua kompnen lebih dapat campur karena komponen
komponen ini membentuk kompleks yang lemah, pada temperature lebih tinggi
kompleks itu terurai dan komponen kurang dapat bercampur. Beberapa system
mempunyai temperatur kritis atas dan temperatur kritis bawah. Sebabnya, sesudah
kompleks yang lemah terurai, sehingga kedua komponen dapat bercampur sebagian
, pada temperatur lebih tinggi, gerakan termal membuat campuran homogen
kembali, seperti halnya cairan campur sebagian biasa (Atkins, 1999).
Pada operasi destilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bila
campuran zat cair dalam keadaan setimbang dengan uapnya, maka fasa uapnya
akan lebih banyak mengandung komponen yang lebih mudah menguap. Apabila
uap tersebut kemudian dikondensasikan, maka akan didapatkan cairan yang
berbeda komposisinya dari cairan yang pertama. Cairan yang didapatkan dari
kondensasi mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap
(volatile). Bila cairan yang berasal dari kondensasi diuapkan lagi sebagian, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

didapatkan uap dengan komponen volatile yang lebih tinggi. Keberhasilan destilasi
tergantung pada keadaan setimbang yang terjadi antara fasa uap dan fasa cair dari
suatu campuran biner yang terdiridari komponen volatile dan non-volatile (Perry's,
1988).
Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fase komponen penyusun
campuran. Suatu campuran dapat berupa campuran homogen (satu fase) atau
campuran heterogen (lebih dari satu fase). Suatu campuran heterogen dapat
mengandung dua atau lebih fase : padat-padat, padat-cair, padat-gas, cair-cair, cair-
gas, gas-gas, campuran padat-cair-gas, dan sebagaianya. Di berbagai kasus, dua
atau lebih proses pemisahan harus dikombinasikan unuk mendapatkan hasil
pemisahan yang diinginkan (Sinaga, 2010).
II. 1.3 Hukum Raoult
Francois M Raoult (1830 – 1901) mempelajari sifat-sifat tekanan uap larutan yang
mengandung zat pelarut yang bersifat nonvolatile. Secara terperinci dia menyatakan
bahwa: “ tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat
terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut” (Dogra, 1990).
Secara matematis ditulis sebagai:
Plarutan = Xterlarut . Ppelarut
Dimana : Plarutan = tekanan uap larutan
Xterlarut = fraksi mol zat terlarut
Ppelarut = tekanan uap pelarut murni
Persamaan Raoult diatas apabila kita perhatikan merupakan persamaan linier dalam
bentuk y = mx, dimana y = Plarutan , m = Ppelarut , dan x = Xterlarut , sehingga apabila kita
membuat grafik persamaan Raoult antara tekanan uap larutan dengan fraksi mol zat terlarut
akan diperoleh garis seperti gambar.

Gambar II.1 Grafik tekanan uap dengan fraksi mol zat terlarut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

Slope atau gradient garis akan sama dengan tekanan uap pelarut. Jadi apabila kita
mempunyai data antara tekanan uap larutan dengan fraksi mol zat terlarut kita bisa
mengetahui tekanan uap pelarutnya dengan mencari gradient garis. Rumus Raoult sangat
penting sangat penting untuk mempelajari sifat karakteristik fisik dari larutan, seperti
menghitung jumlah molekul dan memprediksi masa molar suatu zat (Mr) (Syukri, 1999).
Dalam larutan ideal, semua komponen (pelarut dan zat terlarut) mengikuti hukum
Raoult pada seluruh selang konsentrasi. Larutan benzena dan toluena adalah larutan ideal.
Dalam semua larutan encer yang tak mempunyai interaksi kimia diantara komponen-
komponennya, hukum Raoult berlaku bagi pelarut, baik ideal maupun tak ideal. Tetapi
hukum Raoult tak berlaku pada zat terlarut pada larutan tak ideal encer. Perbedaan ini
bersumber pada kenyataan: molekul-molekul pelarut yang luar biasa banyaknya. Hal ini
menyebabkan lingkungan molekul terlarut sangat berbeda dalam lingkungan pelarut murni.
Zat terlarut dalam larutan tak ideal encer mengikuti hukum Henry, bukan hukum Raoult
(Petrucci, 1992).
Bila dua cairan bercampur maka ruang diatasnya berisi uap kedua cairan tersebut.
tekanan uap jenuh masing-masing komponen ( poi ) di ruangan itu lebih kecil daripada
tekanan uap jenuh murni ( poi ), karen permukaan larutan diisi oleh dua jenis zat sehingga
peluang tiap kompinen untuk menguap berkurang. Peluang itu setara dengan fraksi molnya
masing-masing (xi) (Syukri, 1999).
Menurut Anonim 2006, jika dua macam cairan dicampur dan tekanan uap
parsialnya masing-masing diukur, maka menurut hukum Raoult untuk tekanan uap parsial
A berlaku :
PA = X A . P oA
Sedangkan untuk tekanan uap parsial B berlaku :
PB = XB . PoB
Keterangan: PoA = tekanan uap A (cairan murni)
PoB = tekanan uap B
XA dan XB = fraksi mol A dan fraksi mol B

Hukum Raoult secara umum didefinisikan sebagai fugasitas dari tiap komponen
dlam larutan yang sama dengan hasil kali fugasitasnya dalam keadaan murni pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

temperatur dan tekanan yang sama serta fraksi molnya dalam larutan tersebut (Dogra,
1990).
Penyimpangan hukum Raoult terjadi karena perbedaan interaksi antara partikel
sejenis dengan yang tak sejenis. Misalnya campuran A dan B, jika daya tarik A-B lebih
besar dari A-A atau B-B, maka kecenderungan bercampur lebih besar, akibatnya jumlah
yekanan uap kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal disebut penyimpangan negatif.
Penyimpangan positif terjadi bila daya tarik A-A dan B-B, akibatnya tkanan uapnya lebih
besar dari larutan ideal. Sifat suatu larutan mendekati sifat pelarutnya jika jumlahnya lebih
besar. Akan tetapi larutan dua macam cairan dapat berkomposisi tanpa batas, karena saling
melarutkan. Kedua cairan dapat sebagai pelarut atau sebgai zat terlarut tergantung pada
komposisinya (Syukri, 1999).
II. 1.4 Diagram Fase
Diagram fase ada berbagai macam, diagram fase untuk suatu sistem paduan yang
terdiri dari dua komponen dinamakan diagram biner. Perubahan fase (transformasi) dapat
terjadi dari fase cair ke padat atau sebaliknya dan dari fase padat ke padat. Tarnsformasi
dengan reaksi yang sama akan mempunyai bentuk diagram fase yang sama (P. Papon, J.
Leblond, and P.H.E. Meijer, 1999).
Pada transformasi cair – padat ada beberapa kemungkinan dapat terjadi pada
paduan:
1. Kedua komponennya tetap larut tak terbatas pada keadaan padat.
2. Keduan komponen saling tidak melarutkan pada keadaan padat (tidak
membentuk larutan padat), terjadi reaksi eutektik.
3. Kedua komponen dapat saling melarutkan secara terbatas pada keadaan padat.
4. Kedua komponen mengalami reaksi peritektik.
a) Diagram Fase 2 Komponn yang Larut Sempurna (solid solution)
Menurut Fatimah Is dalam hal ini kedua komponen paduan bisa membentuk larutan
baik pada fase cair maupun padat dengan segala komposisi. Maka satu-satunya
kemungkinan adalah bahwa larutan padatnya adalah larutan padat substitusional.
Kedua komponen harus memiliki bentuk kristal yang sama dan jari-jari atomnya
juga hampir sama.
Dalam kimia fisika, minerologi, dan teknik material, diagram fasa adalah
sejenis grafik yang digunakan untuk menunjukkan kondisi kesetimbangan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

fasa-fasa yang berbeda dari suatu zat yang sama. Perubahan struktur pada bahan
paduan terdiri dari fasa tunggal, serta fasa campuran, dimana fasa adalah bagian
dari perubahan sistem kimia untuk menghasilkan paduan dengan karakter khusus
bergantung pada komposisi dan temperatur pendinginnya. Fasa berada selama
pendinginan dan pada temeratur ruangan serta tergantung pula pada perilaku
susunan unsur-unsur lainnya.
Fase pada suatu material didasarkan atas daerah yang berbeda dalam
struktur atau komposisi dari daerah lainnya, tidak seperti struktur logam murni
yang hanya dipengaruhi oleh suhu dan komposisi. Pada kestimbangan ini, struktur
paduan ini dapat digambarkan dalam suatu diagram fase (diagram kesetimbangan)
dengan parameter suhu ( T ) versus komposisi (mola atau fraksi mol). Pada
umumnya diagram fasa dibangun pada keadaan kesetimbangan (kondisinya adalah
pendinginan yang sangat lambat). Diagram fasa secara umum dipakai ada dua jenis,
yaitu :
1. Diagram fasa tunggal (komposisi sama dengan paduan)
2. Diagram fasa biner (2 komponen unsur dan temperatur)
3. Diagram fasa terner (3 komponen unsur dan temperatur)
Diagram fasa tunggal memiliki komposisi yang sama dengan paduan, misalnya
timbal dan timah. Diagram biner misalnya paduan kuningan (Cu-Zn), (Cu-Ni), dll.
Diagram fasa terner misalnya paduan stainless steel (Fe-Cr-Ni), dll. Diagram pendinginan
merupakan diagram yang memetakkan kondisi struktur mikro apa yang akan didapatkan
melalui dua variabel utama yaitu ( temperatur dan waktu ) disebut juga diagram TTT atau
juga dua variabel utama yaitu (temperatur dan cooling rater) disebut juga diagram CCT.
Kegunaan diagram fase antara lain sebagai berikut:
1. Dapat memberikan informasi tentang struktur dan komposisi fase-fase dalam
kesetimbangan.
2. Memudahkan memilih temperatur pemanasan yang sesuai untuk setiap proses perlakuan
panas baik proses anil, normalizing maupun proses pengerasan.
Klasifikasi dan Komposisi Penyusun Kesetimbangan Diagram Fasa
Klasifikasi diagram fasa bertujuan untuk mengetahui reaksi yang dapat ditimbulkan
dari percobaan yang dilakukan. Klasifikasi yang terdapat pada diagram fasa dibedakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

menjadi beberapa golongan. Reaksi yang ditimbulkan dapat terjadi apabila dalam keadaan
cair maupun dalam keadaan padat, berikut adalah beberapa klasifikasi yang dapat terjadi:
1. Larut sempurna dalam keadaan cair dan padat
2. Larut sempurna dalam keadaan cair, tidak larut dalam keadaan padat (reaksi
eutektik).
3. Larut sempurna dalam keadaan cair, larut sebagian dalam keadaan padat (reaksi
eutaktik).
4. Larut sempurna dalam keadaan cair, larut sebagian dalam keadaan padat (reaksi
peritektik).
5. Larut sempurna dalam keadaan cair, tidak larut dalam keadaan padat dan
membentuk senyawa.
6. Larut sebagian dalam keadaan cair (reaksi monotektik).
7. Tidak larut dalam keadaan cair maupun padat.
Diagram fasa idealnya menggambarkan hubngan antara fase komposisi dan
temperatur. Pada kondisi kesetimbangan yaitu suatu kondisi yang tidak terjadi perubahan
yang tergantung pada waktu. Kondisi kesetimbangan biasanya didekati dengan kondisi
pemenasan atau pendinginan yang sangat lambat, sehingga bila ada perubahan fase yang
harus terjadi akan ada waktu yang cukup untuk mencapai kondisi keseimbangan.
Diagram fasa dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Diagram Biner
Diagram biner adalah diagram yang menggambarkan dua jenis fasa dan
menunjukan sifat solubilitas timbal balik pada suhu tertentu dan tekanan yang sama.
Diagram biner adalah diagram yang menunjukkan sistem 2 fasa dari dua zat dalam
campuran yang ditunjukkan oleh hubungan temperatur terhadap konsentrasi relatif zat.
Pada diagram biner akan terlihat adanya perubahan dari sistem dua fasa menjadi sistem
satu fasa.

Gambar II.2 Grafik diagram biner

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

Diagram kesetimbangan adalah peta-peta stabil yang terdapat pada jangkauan


(range) komposisi, temperatur, dan tekanan. Diagram fase biner biasa disebut binary
isomorphous alloy system, kedua unsur yang dipadukan larutan sempurna dalam keadaan
cair maupun padat. Pada sistem ini hanya ada satu struktur kristal yang berlaku untuk
semua komposisi, syarat yang berlaku adalah :
a. Struktural kedua unsur harus sama.
b. Perbedaan ukuran atom kedua unsur tidak boleh lebih dari 15%.
c. Unsur-unsur tidak boleh membentuk senyawa
d. Unsur-unsur harus mempunyai valensi yang sama.
Contoh klasik untuk jenis diagram fasa ini adalah diagram fasa Cu-Ni.
- Titik Peritektik : titik pelelehan diatas suhu peritektik (Tp) dan pendinginan melalui Tp
- Titik Eutektik : titik leleh komposisi hanya pada suhu (suhu eutektik/Te) atau
perpotongan antara kurva likuidis dan garis solidius.
- Garis solidius adalah garis yang menunjukkan temperatur rendah dimana logam dalam
keadaan cair atau temperatur terendah dimana logam dalam keadaan cair atu temperatur
dimana awal terjadinya pembekuan dari kondisi cair akibat proses pendinginan.
- Garis liquidis adalah garis antara fasa cairan dan fasa transisi padat-cair (α dan L)
dimana paduan berubah menjadi liquid/cair. Garis yang menunjukkan temperatur
tertinggi satu logam dalam keadaan padat atau temperatur terendah dimana masih
terdapat fasa cair.
- Level rule : perhitungan yang digunakan untuk menghitung besarnya presentasi suatu
fasa pada bagian dua fasa pada diagram biner. Disebut juga aturan kaidah lengan.

Gambar II.3 Diagram aturan kaidah lengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

Misalkan x adalah komposisi paduan yang akan dihitung presentase fasa-fasanya


pada temperatur T, maka tarik garis yang memotong batas kelarutannya (garis L-S).
2. Diagram Fasa Tinery
Sistem tiga komponen (Tinery) mempunyai derajat kebebasan, karena tidak
mungkin membuat diagram dengan 4 variabel,maka sistem tersebut dibuat pada tekanan
dan suhu tetap. Sehingga diagram hanya merupakan fungsi komposisi. Harga derajat
kebebasan maksimal adalah 2, karena harga P hanya mempunyai 2 pilihan 1 fasa yaitu
ketiga komponen bercampur homogen atau 2 fasa yang meliputi 2 pasang misibel.
Umumnya sistem 3 komponen merupakan sistem cair-cair-cair. Jumlah fraksi mol ketiga
komponen berharga 1. Sistem koordinat diagram ini digambarkan sebagai segitiga sama
sisi dapat berupa % mol atau fraksi mol ataupun % berat.

Gambar II.4 Diagram fasa tinery

- Garis liquidus ialah garis yang menunjukkan awal dari proses pendinginan
(pembekuan).
- Garis solidus ialah garis yang menunjukkan akhir dari proses pembekuan (pendinginan).
Komponen Terhadap Tekanan dan Temperatur Diagram Fasa
Komponen umum diagram fase adalah garis kesetimbangan atau batas fase, yang
merujuk pada baris yang menandai kondisi dimana beberapa fase dapat hidup
berdampingan pada kesetimbangan. Fase transisi terjadi di sepanjang garis dari
equilibrium.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

Diagram fasa dapat merupakan diagram yang sederhana antara dua komponen atau
merupakan paduan dari beberapa diagram yang sederhana. Perubahan fasa dapat terjadi
dari fasa cair menjadi padat atau dari padat ke bentuk padat yang lain. Ada beberapa reaksi
yang dapat terjadi pada setiap transformasi, yaitu:
1. Kedua komponenya tetap larut tak terbatas pada keadaan padat
2. Kedua komponennya saling tidak melarutkan pada keadaan padat (tidak
membentuk larutan padat) terjadi reaksi eutektik.
3. Kedua komponen dapat saling melarutkan secara terbatas (partially solube) pada
keadaan padat.
4. Kedua komponennya mengalami reaksi peritektik.

Pada keadaan padat kemungkinan sudah tidak terjadi lagi perubahan fasa, tetapi
pada beberapa sistem paduan dapat terjadi transformasi padat-padat, antara lain:
1. Transformasi allotropic
2. Reaksi eutectoid
3. Reaksi peritektoid
Diagram fasa yang paling sederhana adalah diagram tekanan dan temperatur dari
zat tunggal, seperti air. Sumbu-sumbu diagram berkoresponden dengan tekanan dan
temperatur. Diagram fase pada ruang tekanan-temperatur menunjukkan garis
kesetimbangan atau sempadan fase antara tiga fase padat, cair, dan gas.

Gambar II.5 Grafik diagram biner

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

Garis titik-titik merupakan sifat anomali air. Garis berwarna hijau menandakan titik
beku dan garis biru menandakan titik didih yang berubah-ubah sesuai dengan tekanan.
Penandaan fasa menunjukkan titik-titik dimana energi bebas bersifat non-analitis. Fasa-
fasa dipisahkan dengan sebuah garis non-analisatis, di mana transisi fasa terjadi, dan
disebut sebagai :sempadan fasa”.
II. 1.5 Penentuan Koefisien Aktivitas
Menurut Bronsted, Bjerrum (1943) memperlihatkan bahwa laju reaksi ionik
bergantung pada kekuatan ionik dari larutan, karena kekuatan ionik dari larutan dapat
dirubah dengan penambahan garam ionic, ini dikenal sebagai efek garam primer.
Jika ion bermuatan sama (bermuatan positif), dan komplek teraktivasi membentuk
muatan rangkap positif. Molekul-molekul pelarut didekat ion disebabkan oleh gaya
elektrotatik kuat, yang membatasi kebebasan gerak mereka. Efek ini disebut solver
binding atau electrostriction, akibatnya pengurangan dalam entropi. Jika ion muatan sama
faktor frekwensi lebih kecil dari pada normal. Dalam suatu reaksi antara ion-ion
berlawanan muatan, muatan terasosia dengan komplek aktifasi menurun, akibatnya
menurunkan elektrichor dan entropy aktivasi positif (Budi Santosa, 2006).
Salah satu cara untuk menunjukkan hubungan antara kekuatan ion dan aktvitas ion
adalah mempelajari perubahan kelarutan elektrolit yang sedikit larut (misalnya Ba (IO3)2)
sebagai aikbat adanya penambahan elektrolit lain (bukan ion senama, misalnya KCl). Agar
hukum Debye-Huckel dapat diterapkan, konsentrasi larutan elektrolit sedikit larut tersebut
harus diukur dengan tepat walaupun konsentrasinya rendah. Selain itu kelarutannya dalam
air harus berada dalam batas kisaran hukum Debye-Huckel, yaitu kelarutan ion<0,01 M
untuk elektrolit 1-1 (uni-univalen) (Atkins, 2006).
II. 1.6 Aseton
Aseton merupakan suatu keton yang dapat dibuat dari bahan dasar isopropil alkohol
dengan cara oksidasi. Aseton adalah zat tidak berwarna dengan berat jenis 0,812 gram/mol
dan mempunyai bau yang sengit yang menjadi tandanya. Aseton dapat bercampur dalam
air dan dalam semua perbandingan adalah suatu zat pelarut yang baik bagi banyak zat-zat
organik, aseton dipakai dalam pembuatan senyawa penting antaranya Kloroform dan
Iodoform (Fessenden, 1982).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

Menurut Fessenden 1982, air kencing biasanya mengandung sedikit aseton, tetapi
lebih banyak dalam keadaan sakit tertentu seperti diabetes melitus. Aseton atau propanon
mempunyai rumus (CH3)2CO.
Aseton dibuat secara teknik dengan :
1. pemanasan kalsium asetat
2. mengalirkan uap Asam Asetat pada kira – kira 480 oC melalui oksidasi logam yang
bekerja katalis seperti Alumunium Oksida, Kalsium Oksida, Magnesium Oksida.
3. penguraian zat pati oleh bakteri-bakteri tertentu seperti baccilus aceto – aethyalitus dan
bacillus maseransi hasil sampingan yang didapatkan adalah etil alkohol.
4. oksidasi alkohol sekunder 2-propanol dengan menghangatkannya dalam Kalium
dikromat dalam suasana asam.
Menurut Sunarya (2007), aseton memiliki gugus karbonil yang mempunyai ikatan
rangkap dua karbon- oksigen terdiri atas satu ikatan σ dan satu ikatan π. Umumnya atom
hidrogen yang terikat pada atom karbon sangat stabil dan sangat sukar diputuskan. Namun
lain halnya dengan atom hidrogen yang berada pada karbon (C) di samping gugus karbonil
yang disebut atom hidrogen alfa (α).
Alkohol primer jika dioksidasi akan membentuk aldehid, sedangkan alkohol
sekunder jika dioksidasi akan membentuk keton dan alkohol tersier tidak bisa dioksidasi
kembali. Oleh karena itulah mengapa untuk mensintesis aseton menggunakan alkohol
sekunder (Halleman, 1968).
Menurut Halleman 1968, keton tahan terhadap oksidasi lanjutan, tidak perlu
memisahkan hasilnya dari campuran reaksi selama berlangsungnya reaksi oksidasi. Saat ini
ada kecendrungan yang meningkat menentukan peranan aseton dalam kimia atmosfer dan
menentukan sumber alami aseton.
Aseton ditemukan pada :
1. upper troposphere dan lower stratosphere
2. atmosfer sebagai hasil dari reaksi fotokimia dan hidrokarbon alam
3. emisi langsung dari sumber-sumber biologik
4. oksidasi atmosferik dan berbagai hidrokarbon biogenik.
Ada beberapa sumber biologik aseton yang telah dikenal, diantaranya sudah
dikarakteristik dengan baik, merupakan dekarboksilasi enzimatik dari asetoasetat pada
hewan (Fieser and Fieser M. 1957).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

Bakteri yang telah dikenal memproduksi aseton diantaranya :


1. clostridium acetobutylium
2. bakteri aerobik yaitu streptococus cremonies dan streptococus lactis bila dibiarkan
dalam skim milk.
3. vibrio Sp bila dibiakkan dalam media yang mengandung L-leksin.
4. pseudomonas aeruginosa
Sifat – Sifat dari Aseton :
Sifat Kimia :
1. bersifat polar
2. dapat direduksi dengan LiAlH4 menjadi alkohol
3. merupakan basa lewis lemah dengan mereaksikannya dengan asam kuat.
4. tahan terhadap oksidasi atau tidak dapat dioksidasi, kecuali dalam keadaan tertentu
dimana rantai karbon pecah.
5. larut dalam air
Sifat Fisika :
1. berat jenis 0,787 g/mL
2. titik didih 56oC
3. titik beku -95oC
4. tidak berwarna
5. baunya sengit
6. memiliki berat molekul 58 g/mol
Kegunaan Aseton :
1. sebagai pelarut dalam senyawa karbon, plastik, lilin
2. sebagai bahan dasar sintesis kloroform dan iodoform
3. sebagai bahan pembuat cat
4. sebagai bahan pembuat parfum
5. sebagai pembersih cat kuku atau kuteks
6. sebagai pembuat tinner
7. pelarut dalam selulosa asetat, yang menghasilkan crayon.
Reaksi- Reaksi Aseton :
1. akan membentuk hemi asetal, jika diberikan asam dan alkohol
2. bila ditambahkan dengan glikol akan membentuk ketal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

3. reaksi dengan sianida


4. reaksi reduksi, dengan reaksi sebagai berikut:
5. aminasi reduksi,

II. 1.7 Kloroform


Kloroform merupakan senyawa turunan asam format dan termasuk senyawa
polihalogen yaitu senyawa turunan karboksilat yang mengikat lebih dari satu atom
halogen. Kata kloroform berasal dari kata halogen dan forniat yang artinya struktur
senyawa dapa diturunkan dari asam formaniat dengan menggantinya dengan atom halogen
(Yunan Finarya, 2008).
Menurut Parning 2006, sifat-sifat kloroform (tri klorometan) yaitu sebagai berikut :
1. titik didihnya 610C
2. titik beku -6,40C
3. titik lelehnya -620C
4. density 1,45
5. indeks bias 1,4476
6. cairannya tidak udah terbakar
7. tidak berwarna
8. cairannya barbau khas
9. sangat mudah menguap
10. merupakan asam lemah
11. tidak larut dalam air
12. larut dalam pelaut organik
13. kloroform murni peka terhadap cahaya
14. karsinogenik toksit dan berbahaya bagi kesehatan
Kloroform atau triklorometana mempunyai rumus molekul CHCl3. Dimana pada
tekanan dan temperatur normal merupakan cairan bening dan berbau karakteristik.
Kloroform lebih dikenal karena kegunaanya sebagai bahan pembius, walaupun pada
kenyataannya kloroform lebih banyak digunakan sebagai pelarut nonpolar di
laboratorium atau industri. Secara umum kloroform dapat dibuat dengan empat cara
yaitu :
1. Klorinasi Metana
2. Klorinasi Fotokimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

3. Reduksi Karbon Tetraklorida


4. Reaksi Aseton dengan Kaporit
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing
reaksi kloroform maka dipilih pembuatan kloroform dari aseton dengan kaporit
dengan pertimbangan proses reaksinya cukup sederhana dengan temperatur operasi
yang relatif rendah, yield yang dihasilkan cukup tinggi yaitu sekitar 86- 91%
(Wahyu, 2013).
Menurut Vogel 1979 berikut ini adalah berbagai kegunaan, bahaya dan reaksi-
reaksi kloroform:
a. Kegunaan kloroform
1. Pelarut yang baik untuk banyak senyawa organik seperti garam amonium,
sulfanium, dan phosfarium
2. Pelarut untuk minyak asetat, lemak, alkaloid, lilin, damar, dll.
3. Pelarut dalam spektroskopi inframerah
4. Menurunkan suhu beku karbontetrajlorida dalam industri karet
b. Bahaya kloroform
1. Kontak langsung dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata
2. Bisa menyebabkan pusing, kelelahan, dan kemandulan
3. Bisa menyebabkan kerusakan hati dan ginjal
4. Ketidak teraturan kerja hati
5. Ketika terkena cahaya dan udara, kloroform dapat teroksidasi dengan lambat
membentuk forgen yang sangat beracun
c. Reaksi-reaksi kloroform
1. Jika terkena udara dan cahaya kloroform mengalami oksidasi secara lambat
membentuk forgen dengan toksitas yang tinggi
2. Kloroform dipanaskan dengan alkali akan terurai menjadi alkali forniat
3. Reaksi natrium etilet dengan kloroform membentuk trioksi metana atau metal eter
asam forniat
4. Kloroform dipanaskan dengan amoniak dihidrolisis dan kalium hidroksida menjadi
siankalium.
Kloroform bersifat karsinogenik, jadi jangan menggunakan kloroform sebagai
pelarut dengan rutin di laboratorium. Tapi karena kloroform penting sebagai pelarut untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

sampel tertentu, sering diganti dengan zat yang lebih aman seperti metilen klorpelarut
dengan rutin di laboratorium. Tapi karena kloroform penting sebagai pelarut untuk sampel
tertentu, sering diganti dengan zat yang lebih aman seperti metilen klorida. Peuferon
kloroform adalah pelarutumum yang pada spektroskopi resonansi magnet kontak
kloroform dengan reagen dasar dari larutan harus di hindari karena bisa terurai menjadi
diklorokarbon (sangat berbahaya karena mengandung gas klor). Jangan menggunakan
kloroform sebagai pelarut untuk amina. Lindungi dari cahaya dan simpan di tempat yang
sejuk (Tjay Tan Huan, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3
Laboratorium Dasar-Dasar Kimia Fisika
Departemen Teknik Kimia Industri FV- ITS

II. 2 Jurnal Aplikasi Industri


Sifat Termodinamik Sistem Biner Etanol-Air*)
Isyana SYL
Universitas Negeri Yogyakarta
2005
Sifat-sifat fisik suatu sistem dapat dipelajari dengan menentukan besaran
termodinamik sistem itu. Campuran dapat bersifat ideal bila mengikuti hukum roult,
sebaliknya bila tidak mengikuti hukum roult, campuran bersifat tidak ideal. Penyimpangan
dari keidealan dapat dinyatakan dengan aktivitas. Etanol dan air dapat bercampur dalam
berbagai komposisi, oleh karenanya sangat menarik apabila dikaji tentang sifat-sidfat
termodinamik sistem itu. Perubahan entalpi penguapan dan koefisien aktifitas ditentukan
dengan menggunakan grafik, sedangkan perubahan energi bebas gibbs dan perubahan
entropi ditentukan secara analitik.

“Sejauh manakah sifat-sifat- termodinamik sistem biner etanol-air?” Hal ini


merupakan suatu permasalahan yang memiliki arti sangat luas karena melibatkan sejumlah
besar termodinamik. Pengukuran besaran termodinamik suatu sistem dapat menunjukkan
sidat-sifat sistem itu. Pada kesempatan ini akan dicoba menentukan perubahan entalpi
penguapan, koefisien aktifitas, perubahan energi bebas gibbs dan perubahan entropi sistem
biner etanol-air berdasarkan data variasi titik didih pada berbagai komposisi campuran.
Permasalahan termodinamika sangat berkaitan dengan sifat-sifat fisik suatu sistem tidak
dapat dilepaskan permasalahan termodinamika.

Sistem biner etanol dan air pada berbagai fraksi mol memiliki titik didih yang
berbeda, sistem biner etanol-air memiliki penyimpangan dari keidealan, terutama terjadi
pada kadar etanol 96% atau fraksi mol etanol sebesar 0,542 serta pada kadar etanol 19,2
dan 38,4% atau fraksi mol sebesar 0,069 dan 0,165. Pada kadar etanol 96% terjadi deviasi
positif, sedangkakn pada kadar etanol 19,2 dan 38,4% terjadi deviasi negatif, meskipun
penyimpangan tidak begitu besar, sehingga masih dapat dianggap sebagai suatu campuran
ideal. Perubahan entalpi penguapan sistem biner etanol-air yang berharga positif
menunjukkan bahwa proses penguapan sistem biner etanol-air bersifat endotermik,
sedangkan berdasarkan harga perubahan energi bebas gibbs yang berharga negatif
menunjukkan bahwa proses pencampuran etanol dan air pada berbagai komposisi dapat
terjadi secara spontan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II-3

Anda mungkin juga menyukai