Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN

LIMBAH INDUSTRI
TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS)
LIMBAH B3

Disusun Oleh :
Ainun Rosa Muqaroroh NRP 10411610000009
Inayah Wulandari NRP 10411710000098
Nina Adriana NRP 10411710000102
M. Kanzul Ulum B NRP 10411710000107

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA INDUSTRI


FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)..................................................................2
2.2 Persyaratan Lokasi Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3...........................2
2.3 Persyaratan Bangunan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3....................3
2.4 Tata Cara Penyimpanan Sementara Limbah B3.............................................................6
2.5 Persyaratan Izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3................................7
2.6 Sistem, Mekanisme dan Prosedur.......................................................................................7
2.7 Ketentuan Teknis TPS Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun...............................8
2.8 Simbol dan Pelabelan.............................................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................10
3.2 Saran............................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................ii

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia semakin lama telah semakin berkembang. Hal tersebut diikuti
oleh perkembangan industri yang semakin pesat juga untuk mempermudah manusia dalam
melakukan kegiatan sehari-hari. Hingga saat ini perkembangan industri telah sampai pada
tahap keempat atau yang biasa disebut dengan revolusi industry 4.0. Namun di sisi lain
perkembangan pesat tersebut tentunya juga memberi dampak yang signifikan terhadap
lingkungan. Limbah yang dihasilkan oleh industri akan berdampak negatif apabila tidak
diolah terlebih dahulu. Sampai saat ini pengolahan limbah masih menjadi masalah yang
serius. Limbah sendiri digolongkan dalam beberapa jenis. Salah satunya adalah limbah yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun atau biasa disebut B3 . Limbah jenis sangat
berbahaya bagi manusia dan lingkungan apabila tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu.
Menurut PP 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3, pengertian limbah B3
adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, keangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Dalam pengelolaannya limbah B3 harus ditangani secara khusus dan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Seseorang dapat dituntut secara perdata dan pidana lingkungan jika mengolah
limbah B3 sembarangan dan tidak mengacu pada peraturan yang sudah ditetapkan.
Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko
yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal tersebut
termasuk proses pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya. Pengemasan limbah B3
dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat
dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan
kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di
dalamnya. Dalam penyusunan makalah ini akan dibahas tentang tempat penyimpanan
sementara limbah B3.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana persyaratan mendirikan tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3?

1.3 Tujuan
Tujuan percobaan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk memahami persyaratan mendirikan tempat penyimpanan sementara (TPS)
limbah B3.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Bahan Berbahaya dan Beracun
yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Bahan-bahan
ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut :
1. Mudah meledak
2. Mudah terbakar
3. Bersifat reaktif
4. Beracun
5. Menyebabkan infeksi
6. Bersifat korosif
7. Apabila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3
Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah kegiatan yang meliputi
pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
dan/atau penimbunan limbah B3. Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan
menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah
B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai
dengan fungsinya kembali. Kegiatan pengelolaan limbah B3 yang memerlukan izin dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan diantaranya :
1. Pengumpulan limbah B3 skala nasional
2. Pemanfaatan limbah B3
3. Pengolahan limbah B3
4. Penimbunan (landfill) limbah B3
5. Dumping limbah B3 ke laut
Izin pengelolaan limbah B3 di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
merupakan kewenangan dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan
Berbahaya dan Beracun. Tujuan perizinan adalah :
1. Sebagai alat control dalam penataan PLB3
2. Memastikan pengelolaan limbah B3 memenuhi persayaratan administrative dan teknis
sehingga meminimisasi potensi bahaya ke lingkungan
3. Menjamin ‘leveled playing field’
4. Memudahkan pengawasan

2.2 Persyaratan Lokasi Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3


Lokasi untuk penyimpanan limbah B3 harus memenuhi persyaratan teknis sehingga
meminimalkan dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan sekitarnya antara lain:

2
1. Letak lokasi TPS berada di area kawasan kegiatan
2. Merupakan daerah bebas banjir
3. Letak bangunan berjauhan atau pada jarak yang aman dari bahan lain yang mudah
terkontaminasi dan/atau mudah terbakar dan atau mudah bereaksi atau tidak
berdekatan dengan fasilitas umum

2.3 Persyaratan Bangunan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3


1. Bangunan untuk tempat penyimpanan sementara limbah B3 harus memenuhi
persyaratan teknis antara lain:
a. Memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan jenis,
karakteristik dan jumlah limbah B3 yang disimpan
b. Bangunan beratap dari bahan yang tidak mudah terbakar dan memiliki ventilasi
udara yang memadai
c. Terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak langsung
d. Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai
e. Lantai harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak
f. Mempunyai dinding dari bahan yang tidak mudah terbakar
g. Bangunan dilengkapi dengan symbol
h. Dilengkapi dengan penangkal petir jika diperlukan
i. Bila tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan limbah B3 yang
mudah terbakar maka bangunan tempat penyimpanan limbah B3 harus :
 Tembok beton bertulang atau bata merah atau bata tahan api
 Lokasi harus dijauhkan dari sumber pemicu kebakaran dana tau sumber panas
j. Bila tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan limbah B3 yang
mudah meledak, maka bangunan tempat penyimpanan limbah B3 harus :
 Konstruksi bangunan baik lantai, dinding, maupun atap harus dibuat dari
bahan tahan ledakan dan kedap air. Konstruksi lantai dan dinding harus lebih
kuat dari konstruksi atap, sehingga bila terjadi ledakan yang sangat kuat akan
mengarah ke atas (tidak kesamping)
 Suhu dalam ruangan harus dapat dikendalikan tetap dalam kondisi normal
k. Bila tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan limbah B3 yang
mudah reaktif, korosif, dan beracun, maka bangunan tempat penyimpanan limbah
B3 harus :
 Konstruksi dinding harus dibuat mudah lepas, guna memudahkan pengamanan
limbah B3 dalam keadaan darurat
 Konstruksi atap, dinding, dan lantai harus tahan terhadap korosi dana pi
l. Dan hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah :
 Jika yang disimpan 100% limbah B3 berupa fasa cair, maka tempat
penyimpanan memerlukan bak penampung (untuk menampung jika terjadi
bocor/tumpahan) dengan volume minimal 110% dari volume kemasan
terbesar yang ada. Untuk menentukan volume bak penampung lihat contoh
perhitungan di bawah ini :
Contoh kasus:

3
Jika disimpan limbah cair yang terdiri dari oli bekas dan solvent kedaluarsa,
yaitu kemasan oli bekas dalam bentuk drum dari logam dia meter 60 cm,
tinggi 80 cm sedangkan solvent kedaluarsa dikemas dalam drum plastik
dengan ukuran variasi yaitu drum A diameter 40 cm tinggi 50 cm, drum B 30
cm tinggi 65 cm.
Dari contoh kasus di atas maka berapa selayaknya volume minimal dari
bak penampung
Jawab:
Kita bandingkan dari ukuran-ukuran kemasan yang ada, yaitu :

Dari ketiga perhitungan di atas maka volume bak penampung yang diambil
3
adalah volume bak penampung terbesar dalam hal ini 0,23 m .
 Lokasi bak penampung sebaiknya berada di dalam tempat penyimpanan dan
jika bak penampung berada di luar tempat penyimpanan, maka :
1) Bak penampung harus dalam keadaan tertutup
2) Bak penampung harus dibuat kedap air
3) Saluran dari lokasi tumpahan dalamtempat penyimpanan menuju bak
penampung harus dalam keadaan tertutup dan dibuat melandai dengan
kemiringan minimal 1% menuju bak penampungan
 Penyimpanan limbah B3 fasa cair yang mudah menguap dalam kemasan,
harus menyisakan ruang 10% dari total volume kemasan. Jika yang disimpan
berupa fase padat, maka :
1) Tempat penyimpanan tidak memerlukan bak penampung
2) Lantai tempat penyimpanan tidak perlu ada kemiringan
m. Jika yang disimpan limbah B3 yang memiliki sifat self combustion perlu
dipertimbangkan untuk mengurangi kontak langsung dengan oksigen
n. Jika limbah B3 yang disimpan berupa fasa padat di mana kandungan air masih
memungkinkan terjadi rembesan atau ceceran (misal lumpur IPAL), maka :
 Tempat penyimpanan memerlukan bak penampung dengan volume bak
penampung disesuaikan dengan perkiraan volume ceceran
 Bak penampung harus dibuat kedap air
 Kemiringan lantai minimal 1% menuju saluran bak penampung
o. Jika yang disimpan berupa limbah B3 dengan karakteristik berbeda, maka :
 Perlu ada batas pemisah antara setiap jenis limbah yang berbeda karakteristik
 Memerlukan bak penampung dengan volume yang disesuaikan
 Bak penampung harus dibuat kedap air
 Kemiringan lantai 1% mengarah ke saluran bak penampung
4
p. Jika bangunan tempat penyimpanan brada lebih tinggi dari bangunan sekitarnya,
maka diperlukan penangkal petir
q. Luas area tempat penyimpanan disesuaikan dengan jumlah limbah yang
dihasilkan/dikumpulkan dengan mempertimbangkan waktu maksimal
penyimpanan selama 90 hari.

Tabel 2.1 Bangunan Tempat Penyimpanan Limbah B3


Jenis Limbah B3 yang Disimpan
LB3 Kategori LB3 Kategori LB3 Kategori
Fasilitas
LB3 Kategori 2 dari Sumber 2 dari Sumber 2 dari Sumber
Penyimpanan
1 Tidak Spesifik Spesifik
Spesifik Umum Khusus
Desain dan kontruksi
yang mampu
melindungi limbah B3
v v v v
dari hujan dan sinar
matahari

Memiliki penerangan
v v v
dan ventilasi
Memiliki saluran
drainase dan bak v v v v
penampung

2. Jika menyimpan dalam jumlah yang besar per satuan waktu tertentu seperti, fly ash,
bottom ash, nickel slag, iron slag, sludge oil, drilling cutting maka tempat
penyimpanan dapat didesain sesuai dengan kebutuhan tanpa memenuhi sepenuhnya
persyaratan yang ditetapkan pada butir 1 (satu) di atas.
3. Tempat penyimpanan B3 dapat berupa tangki atau silo.

Gambar 2.1 Tempat Penyimpanan Sementara Bagian Luar

5
Gambar 2.2 Tempat Penyimpanan Sementara Bagian Dalam

2.4 Tata Cara Penyimpanan Sementara Limbah B3


1. Pra Pengemasan :
a) Mengetahui karakteristik limbah dapat dilakukan melalui pengujian laboratorium
b) Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan kecocokannya terhadap
jenis dan karakteristrik limbah yang akan dikemas
2. Persyaratan Umum Pengemasan :
a) Kemasan limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari
pengkaratan serta kebocoran
b) Bentuk ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan karakteristik
limbah B3 yang akan dikemas dengan mempertimbangkan segi keamanan dan
kemudahan dalam penanganannya
c) Kemasan dapat terbuat dari bak kontainer atau tangki berbentuk silinder vertikal
maupun horizontal atau drum yang terbuat dari bahan logam, drum yang terbuat
dari bahan plastik (HDPE, PP, atau PVC) atau bahan logam dengan syarat bahan
kemasan yang dipergunakan tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpan

d) Limbah B3 yang tidak sesuai karakteristiknya tidak boleh disimpan secara


bersama-sama dalam satu kemasan
e) Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan, jumlah pengisian
limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan
f) Jika kemasan limbah B3 sudah dalam ondisi yang tidak layak (misalnya terjadi
pengkaratan atau terjadi kerusakan permanen) atau jika mulai bocor, limbah B3
tersebut harus dipindahkan ke dalam kemasan lain yang memenuhi syarat sebagai
kemasan bagi limbah B3
g) Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai dengan
ketentuan tentang tatacara dan persyaratan bagi penyimpanan dan pengumpulan
limbah B3

6
 Symbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus sesuai dengan
karakteristik limbah yang dikemas
 Symbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus mempunyai ukuran
minimum adalah 10 cm x 10 cm atau lebih besar
 Symbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus terbuat dari bahan yang
tahan terhadap goresan atau bahan kimia yang mungkin mengenainya dan
harus melekat kuat pada permukaan kemasan
 Symbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus dipasang pada sisi-sisi
kemasan yang tidak terhalang oleh kemasan lain dan mudah terlihat
 Symbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 tidak boleh terlepas atau
dilepas dan diganti dengan symbol lain sebelum kemasan dikosongkan dan
dibersihkan dari sisa-sisa limbah B3
 Symbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 yang kemasannya telah
dibersihkan dan akan dipergunakan kembali untuk pengemasan limbah B3
harus diberi label “kosong”
 Label harus dipasang pada kemasan limbah B3 yang berfungsi untuk
memberikan informasi dasar mengenai kualitatif dan kuantitatif dari suatu
limbah B3 yang dikemas
h) Limbah B3 yang berupa padatan dapat disimpan di dalam kemasan jumbo bag,
drum, karung, atau disimpan tanpa kemasan (curah)
i) Setiap kemasan wajib diberikan symbol dan label sesuai dengan karakteristik
limbah yang disimpan
j) Setiap limbah yang disimpan dalam kemasan karung, jumbo bag atau drum dialasi
dengan palet

2.5 Persyaratan Izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3


Berikut merupakan syarat yang diperlukan untuk mendapatkan izin dalam pembuatan
tempat penyimpanan sementara limbah B3 :
1. Fotocopy dokumen lingkungan AMDAL/UKL-UPL/DELH/DPLH/SPPL
2. Fotocopy izin lokasi
3. Fotocopy IMB
4. Fotocopy izin gangguan/SKTU
5. Fotocopy akta pendirian perusahaan
6. Fotocopy asuransi pengelolaan lingkungan
7. Keterangan tentang lokasi yang meliputi nama tempat/letak, luas dan titik koordinat

2.6 Sistem, Mekanisme dan Prosedur


Berikut merupakan sistem, mekanisme dan prosedur untuk mendapatkan izin dalam
pembuatan tempat penyimpanan sementara limbah B3 :
1. Pendaftaran secara online
2. Menerima berkasi permohonan dan memeriksa berkas pemohon
3. Survey lapangan
4. Entry data

7
5. Verifikasi berkas dan SK, apabila ada kesalahan dalam pengentryan data
dikembalikan ke BO
6. Verifikasi berkas
7. Penandatanganan SK izin secara elektronik
8. Pencetakan SK dan pembubuhan stempel apabila diambil dalam bentuk hardcopy atau
pengiriman SK melalui email dalam bentuk softcopy
9. Penyerahan SK izin

2.7 Ketentuan Teknis TPS Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


1. Bagian luar bangunan diberi papan nama dan diberi symbol limbah B3 sesuai dengan
karakteristik limbah B3 yang disimpan
2. Limbah B3 terlindung dari hujan dan sinar matahari
3. Bangunan memiliki sistem ventilasi
4. Bangunan dilengkapi dengan saluran dan bak penampung tumpahan (jika menyimpan
limbah B3 cair)
5. Sistem penyimpanan menggunakan sistem blok/sel yang dipisahkan masing-masing
blok/sel dipisahkan gang/tanggul
6. Lokasi penyimpanan limbah B3 bebas banjir dan tidak rawan bencana (dapat
direkayasa dengan teknologi untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hdup)
7. Lokasi penyimpanan limbah B3 berada di dalam penguasaan setiap orang yang
menghasilkan limbah B3 tersebut/tanah hak milik

2.8 Simbol dan Pelabelan


Simbol dan pelabelan yang sesuai merupakan salah satu syarat kelengkapan suatu
kemasan dan tempat penyimpanan limbah B3 yang harus menjadi perhatian. Penggunaan simbol
dan label harus sesuai dengan Syarat teknis simbol dan label limbah B3 dalam
KEP05/BAPEDAL/09/1995. Adapun simbol yang harus dipasang pada kemasan dan tempat
penyimpanan limbah B3 harus di sesuaikan dengan karakteristik limbah B3 yang dihasilkan.
Label B3 merupakan uraian singkat yang menunjukkan klasifikasi dan jenis B3 sehingga dapat

8
dilakukan penanganan yang sesuai agar terhindar dari bahaya. Label limbah B3 seharusnya
mudah terbaca, proporsional terhadap kemasan, berisi informasi lengkap dan jelas tentang
limbah B3. Berikut merupakan contoh label kemasan TPS limbah B3.

Gambar 2.3 Label Limbah B3

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut :
1. Lokasi untuk penyimpanan limbah B3 harus memenuhi persyaratan teknis yang
ditetapkan.
2. Bangunan untuk tempat penyimpanan sementara limbah B3 harus memenuhi
persyaratan teknis yang ditetapkan.
3. Tempat penyimpanan harus sesuai dengan karakterisitik dari limbah B3 dan
mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan.
4. Untuk mendapat izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 harus mengikuti
sistem, mekanisme, dan prosedur yang sudah ditetapkan.

3.2 Saran
Sebaiknya setiap perusahaan atau pihak ke-3 yang bekerjasama dengan perusahaan
wajib mengetahui persyaratan mendirikan tempat penyimpanan sementara (TPS) limbah B3
dan cara pengelolaan Limbah B3 yang memenuhi persyaratan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bapedal, 1995. Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 tentang tata cara dan
persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah bahan berbahaya dan
beracun, Bapedal, Jakarta, Indonesia.
Bapedal, 1995. Keputusan Kepala Bapedal No. 5 Tahun 1995 tentang simbol dan label
limbah B3, Bapedal, Jakarta, Indonesia.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman – Izin TPS Limbah B3
(https://dinlh.slemankab.go.id/pelayanan-2/limbah-b3/).
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
(https://sipp.menpan.go.id/pelayanan-publik/kalimantan-selatan/kabupaten-tabalong/izin-
tempat-penyimpanan-sementara-limbah-b3).
Kumala Sari, Tika dkk. 2013. MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH B3 ”Pengelolaan
Limbah B3 PT.Indominco Mandiri”.
https://www.academia.edu/5071765/MAKALAH_B3_ BUAT_PAK_WELLY.
(diakses pada 22 April 2020)
Lampiran Peraturan Bupati Ciamis Nomor 63 Tahun 2015 Tanggal 31 Desember 2015
(Persyaratan lokasi, bangunan, dan tatacara penyimpanan sementara limbah B3 dan
pengumpulan limbah B3).
Mamur, Syafira Natasya., dkk. 2015. Makalah Perizinan Pengelolaan Limbah B3.
Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Tata Laksana
Perizinan Dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Serta
Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Oleh Pemerintah Daerah
(https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/PERMENLH_30_2009.pdf).
Pemerintah Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 Tahun tentang pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Lembaran Negara RI tahun 1999, No.18.
Sekretariat Negara. Jakarta.

ii

Anda mungkin juga menyukai