Kami menyaddari bahwa dalam tulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu kritikan dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan
penulisan makalah kami selanjutnya
Demikian yang dapat kami sampaikan, sehingga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca pada umum nya.
Kelompok I
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
A. Sumber Data....................................................................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................................8
BAB V PENUTUP...................................................................................................................10
A. Kesimpulan......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki industri manufaktur mobil terbesar kedua di Asia Tenggara dan di
wilayah ASEAN setelah Thailand yang menguasai sekitar 50 % dari produksi mobil di
wilayah ASEAN dengan demikian banyaknya perusahaan manufaktur otomotif yang
berproduksi di negara Indonesia. Keberadaan limbah B3 yang dihasilkan dari berbagai
kegiatan produksi membutuhkan perhatian khusus, karena kerugian yang akan
ditimbulkannya apabila limbah tersebut tidak dikelola dan tidak diolah dengan baik. Setiap
orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan tehadap limbah B3 yang
dihasilkannya.
PT. YTK Indonesia merupakan salah satu industri otomotif di Indonesia namun PT.
YTK Indonesia belum memiliki izin terkait pengolahan limbah B3 sendiri, sehingga limbah
B3 yang telah dihasilkan diserahkan kepada pihak ketiga untuk selanjutnya diolah. Karena
itu, PT. YTK Indonesia memiliki kewajiban yang besar dalam hal pengelolaan limbah B3,
mencakup proses pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan dan pemanfaatan.
Ditambah lagi tidak adanya departemen yang khusus untuk fokus memperhatikan sistem
pengelolaan limbah B3.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengelolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian limbah B3
Menurut PP No. 101 Tahun 2014, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah “sisa
suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk
hidup lain.” Materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung
B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.
Limbah B3 didefinisikan sebagai limbah padat atau kombinasi dari limbah padat yang
karena jumlah, konsentrasinya, sifat fisik, kimia maupun yang bersifat infeksi yang dapat
menyebabkan kematian dan penyakit yang tidak dapat pulih, yang substansinya dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia atau lingkungan dikarenakan pengelolaan yang tidak
tepat, baik itu penyimpanan, transportasi, ataupun dalam pembuangannya.
a. Mudah meledak
b. Mudah terbakar
c. Reaktif
d. Infeksius
e. Korosif
f. Beracun
Kegiatan usaha bengkel memiliki dampak positif maupun dampak negatif. Secara
umum, dampak positifnya adalah dapat memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah
(PAD), memberikan kesejahteraan, dan memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat.
Adanya bengkel juga memudahkan konsumen dalam membetulkan, memperbaiki, dan
merawat kendaraan bermotor agar tetap memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Dampak
negatif yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan usaha bengkel adalah berpotensi menimbulkan
persoalan lingkungan dan kesehatan manusia. Persoalan lingkungan yang ditimbulkan oleh
bengkel dapat berupa kebisingan, kerusakan tanah, pencemaran air, dan pencemaran udara.
Persoalan lingkungan yang lebih serius dapat ditimbulkan oleh limbah B3 yang berupa
minyak pelumas bekas.
BAB III
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu
memberikan gambaran secara jelas yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah
dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan penyingkapan suatu fakta dan
data yang diperoleh dan digunakan sebagai bahan penulisan laporan serta bertujuan untuk
mengetahui bagaimana gambaran pengelolaan limbah B3 yang ada di PT. YTK Indonesia.
A. Sumber Data
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil pengamatan
kegiatan pada area produksi dan area limbah B3.
b. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder meliputi kegiatan pengumpulan sekunder, literatur,
jurnal, makalah, laporan penelitian terdahulu, data keterangan berupa bagan alir
proses produksi dan dampak yang mungkin timbul serta data pendukung lainnya
seperti membandingkan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
BAB IV
PEMBAHASAN
a. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh PT. YTK Indonesia merupakan hasil dari proses
produksi juga sisa material (drum bekas, ember bekas, tong bekas, sarung tangan
bekas, majun bekas, sarung tangan bekas, sludge grinding, iron scrap, serbuk
aluminium, part NG, serbuk kayu terkontaminasi dan sisa material.
b. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan oleh PT. YTK Indonesia berasal dari proses produksi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan dibawah ini:
a. Limbah B3 yang dihasilkan PT. YTK Indonesia antara lain drum bekas, ember
bekas, majun terkontaminasi, sarung tagan kain terkontaminasi, iron scrab, sludge
grinding, serbuk kayu terkontaminasi, serbuk alumunium, part NG, sisa material,
gloves terkontaminasi, oil bekas, serta limbah B3 domestik.
b. Pengelolaan Limbah bahan berbaya dan beracun (B3) yang dilakukan oleh PT. YTK
Indonesia meliputi pengurangan, penyimpanan, pewadahan, pengangkutan internal,
pengangkutan ekternal, dan pemanfaatan. Tidak ada proses pengolahan limbah B3
yang dilakukan oleh PT. YTK Indonesia, semua limbah B3 diserahkan kepada pihak
ketiga yaitu PT. Menembus Batas Langit dan PT. Bina Karya Bumi Persada.
DAFTAR PUSTAKA
Undang Undang. 2009. No. 32: Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup