KALIMANTAN TIMUR
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas UAS Mata Kuliah Pengelolaan Lingkungan Hidup
Oleh :
TRI WAHYUNINGSIH
101711123005
Puji serta syukur kami panjatkan ke Hadirat Illahi Rabbi karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan salah satu tugas Mata Kuliah Pengolahan
Lingkungan Hidup.
Dalam penyusunan makalah ini, saya berusaha memaparkan hasil dan informasi
dengan kemampuan yang saya miliki dengan membahas mengenai “Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3)” yang saya paparkan dalam sebuah kasus yang terjadi di
Indonesia.
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk
lebih mengetahui mengenai Limbah B3.
Meski begitu, saya menyadari bahwa pada penyusunan makalah ini belumlah
mencapai kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, sehingga makalah ini menjadi sempurna dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
3
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang ada didunia. Dimana suatu
negara berkembang memiliki tingkat industri yang tinggi, seperti yang ada di Indonsia. Suatu
industri yang telah berdiri dan beroperasi pasti akan melakukan proses kegiatan produksi.
Provinsi Klaimantan Timur merupakan salah satu penghasil batu bara terbesar di Indonesia.
Deposit batu bara di Kalimantan Timur mencapai sekitar 19,5 miliar ton (sekitar 54,4 %) dari
seluruh total produksi batu bara di Indonesia), dengan temuan cadangan yang dieksploitasi
mencapai 2,4 miliar ton. Perkembangan produksi batubara di Kalimantan Timur sejak tahun
2003 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 produksi batubara
mencapai 118.853.758 ton. Tak dapat dipungkiri, saat banyak industri pertambangan berdiri,
maka pada kegiatan pertambangan akan semakin banyak produksi limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) yang dihasilkan. Namun bila tidak dikelola dengan baik, limbah B3 itu
terkadang dibuang begitu saja keperairan/lahan terbuka. Ada juga yang ditimbun/ditampung
dalam kontainer yang mudah rusak menyebabkan limbahnya masuk ke tanah atau terbawa
oleh aliran air hujan ke sistem air permukaan dan air bawah tanah. Sementara limbah yang
dibakar secara tidak terkendali, juga akan menimbulkan uap/gas beracun di udara. Oleh
karena itu diperlukan penanganan yang tepat agar dampak limbah yang dihasilkan terhadap
lingkungan dapat di minimalisir.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) pada suatu industri pertambangan yakni dengan
menggunakan studi kasus PT. Indominco Mandiri. PT. Indominco Mandiri adalah suatu
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara yang merupakan salah satu dari
ketujuh anak perusahaan PT. Indo Tambangraya Megah yang terletak di Bontang,
Kalimantan Timur.
4
benar akan memberikan dampak yang baik pula. Salah satunya dapat meminimalisir dampak
yang akan terjadi, yang dihasilkan oleh limbah B3 tersebut.
Dalam aktivitas pertambangan batu bara, banyak aktivitas yang dapat berpotensi
menghasilkan limbah B3. Agar limbah B3 yang dihasilkan tidak menghasilkan dampak
lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan limbah B3. Dalam makalah ini akan dibahas
topik-topik yang meliputi jenis-jenis limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan penambangan,
perkantoran, dan domestik dengan studi kasus PT. Indominco Mandiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa sajakah sumber limbah B3 yang terkandung pada kasus tersebut?
2. Bagaimana karakteristik limbah B3 yang terkandung pada kasus tersebut?
3. Bagaimana prinsip pengolahan limbah B3 yang terkandung pada kasus tersebut?
4. Bagaimana cara penanganan limbah B3 yang telah dilakukan pada kasus tersebut?
1.3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui sumber limbah B3 yang terkandung pada kasus tersebut?
2. Mengetahui karakteristik limbah B3 yang terkandung pada kasus tersebut?
3. Mengetahui prinsip pengolahan limbah B3 yang terkandung pada kasus tersebut?
4. Mengetahui cara penanganan limbah B3 yang terkandung pada kasus tersebut?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Limbah B3
Menurut PP No. 18 tahun 1999 pengertian limbah adalah sisa suatu usaha dan
atau kegiatan sedang limbah bahan berbahaya dan beracun disingkat menjadi limbah
B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan
atau beracun yang karena sifat konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung, maupun tidak langsung, dan mencemarkan dan atau merusakan lingkungan
hifup, dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup, dapat
mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup, dan dapat membahayakan
lingkungan hidup., kesehatan, kelangsungan hdiup manusia serta makhluk hidup lain.
Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Pasal 1 (21) mendefinisikan
bahan berbahaya dan beracun (disingkat B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen
lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup
manusia dan mahluk hidup lain.
2.2.Klasifikasi Limbah B3
Berbagai zat kimia spesifik dengan penggunaan yang luas adalah berbahaya
karena reaktivitas kimianya, bahaya kebakaran, bahaya keracunan, dan kandungan-
kandungan lainnya. Ada berbagai macam zat berbahaya yang biasanya mengandung
campuran kimia spesifik yaitu :
1. Bahan peledak misalnya dinamit atau amunisi
2. Cairan yang mudah terbakar misalnya gas, minyak tanah aluminium alkali
3. Gas bertekanan tinggi
4. Bahan-bahan keras yang mudah terbakar, metal magnesium, sodium hidrit dan
kalsium carbide.
5. Bahan-bahan korosif
6
6. Bahan beracun
7. Bahan etiologik termasuk bahan penyabab antraks dan tetanus
8. Bahan radioaktif yaitu bahan yang dapat menyebabkan terjadinya radiasi pada
makhluk hidup. Bahan beracun dan berbahaya lainnya yang ditetapkan oleh
Menteri Perindustrian.
2.3.Pengelolaan Limbah B3
Secara spesifik pengelolaan B3 ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
(PP) No 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Terkait
dengan penggunaan bahan kimia organik berbahaya, maka Indonesia telah
merativikasi konvensi Stockholm melalui Undang-undang No. 19 tahun 2009 tentang
Pengesahan Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik yang Persisten
atau Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants (POPs). Konvensi ini
bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari bahan
POPs dengan cara melarang, mengurangi, membatasi produksi dan penggunaan, serta
mengelola timbunan bahan POPs yang berwawasan lingkungan. Beberapa peraturan
yang secara langsung akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas limbah B3 yang
dihasilkan adalah peraturan-peraturan yang mengatur masalah bahan berbahaya, yaitu:
7
mengurangi resiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan
mahluk hidup lainnya’ (pasal 2).
8
2.4.Pengemasan dan Penyimpanan Limbah B3
Pengemasan (packaging) diatur dan perlu dicantumkan dalam surat
pengangkutan. Alat pengemasan dapat berupa drum baja, kotak kayu, drum fiber,
botol gelas dan sebagainya.
Kriteria penegmasan yang baik yaitu :
Bahan tersebut salam pengangkutan tidak keluar atau terlepas
Keefektifan tidak berkurang
Tidak terdapat kemungkinan pencampuran gas dan uap
di Indonesia, ketentuan tentang pengemasan dan pewadahan limbah B3 diatur dalam
Kep. No. 01/Bapedal/09/1995. Ketentuan dalam bagian ini berlaku bagi kegiatan
pengemasan dan pewadahan limbah B3 di fasilitas :
9
1. Disekitar tangki harus dibuat tanggul dengan dilengkapi saluran pembuangan
yang menuju bak penampung.
2. Bak penampung harus kedap air dan mampu menampung cairan minimal 110%
dan kapasitas maksimum volume tangki
3. Tangki harus diatur sedemikian rupa sehingga bila terguling akan terjadi di
daerah tanggul dan tidak akan menimpa tangki lain.
4. Tangki harus terlindung dari penyinaran matahari dan masuknya air hujan secara
langsung.
Tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 karakteristik
limbah B3, mempunyai beberapa persyaratan:
1. Terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan ketentuan bahwa setiap bagian
penyimpanan hanya diperuntukkan menyimpan 1 karakteristik limbah B3, atau
limbah- limbah B3 yang saling cocok.
2. Antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya dibuat tanggul atau tembok
pemisah untuk menghindarkan tercampurnya atau masuknya tumpahan limbah ke
bagian lainnya.
3. Setiap bagian penyimpanan harus mempunyai bak penampung tumpahan limbah
dengan kapasitas yang memadai.
4. Sistem dan ukuran saluran yang ada dibuat sebanding dengan kapasitas
maksimum limbah B3 yang tersimpan sehingga cairan yang masuk ke dalamnya
dapat mengalir dengan lancar ke tempat penampungan yang telah disediakan.
5. Sarana lain yang harus tersedia adalah: peralatan dan sistem pemadam kebakaran,
pagar pengaman, pembangkit listrik cadangan, fasilitas pertolongan pertama,
peralatan komunikasi, gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan,
pintu darurat, dan alarm.
10
BAB III
11
25.121 hektar. Luas area PT Indominco Mandiri ini dibagi menjadi dua blok yaitu
Blok Barat yang luas areanya sebesar 18.100 hektar dan Blok Timur yang luas
areanya sebesar 7.021 hektar. PT Indominco Mandiri berada di daerah Bontang, Kutai
Kertanegara dan Kutai Timur di provinsi Kalimantan Timur.
1. Lingkungan perkantoran
a. Toner
b. Catridge bekas
c. Household baterai
2. Lingkungan bengkel
a. Material terkontaminasi oli (filter oli bekas, sarung tangan, selang hidrolik,
dan lumpur dari perangkap oli)
b. Oli bekas (oli bekas bersih dan oli bekas kotor)
c. Grease bekas
d. Aki bekas
e. Kaleng cat
f. Limbah B3 lainnya
3. Perumahan
a. Kaleng cat
b. Household baterai
4. Lingkungan area kerja
a. Limbah medis dari klinik perusahaan
b. Limbah abu batu ara dari pembangkit listrik tenaga uap, limbah kimia dari
laboratorium.
3.1.Karakteristik limbah B3 PT, Indominco Mandiri
1. Mudah terbakar
a. Pelumas bekas
b. Filter oli bekas
c. Hose oli bekas
d. Toner bekas
12
e. Abu insinerator (fly ash dan bottom ash)
f. Limbah medis
g. Limbah kimia
h. Komponen elektronika dan listrik
i. Limbah laboratorium
2. Reaktif
a. Barang terkontaminasi hidrokarboon
b. Limbah hidrogen peroksida
3. Infeksius
a. Limbah medis
4. Korosif
a. Drum bekas
b. Wadah B3
c. Kaleng cat
5. Beracun
a. Sludge cat
b. Lumpur ber oli
c. Limbah medis
d. Baterai bekas (aki)
e. Limbah kimia
f. Catridge tinta
g. Household baterai
h. Serat asbes
i. Silica glass
j. Limbah laboratorium
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa satu usaha dan kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari atau merusak lingkungan sehingga
dapat membahayakan lingkungan, kesehatan manusia dan makhluk hidup sekitarnya.
4.1.Sumber dan jenis limbah B3 dengan studi kasus PT. Indominco Mandiri
Areal pertambangan PT Indominco Mandiri yang merupakan suatu lingkungan
aktivitas penambangan beserta bengkel-bengkel dan areal perumahannya
menghasilkan limbah yang beragam. Dengan semakin berkembangnya kegiatan
penambangan PT Indominco Mandiri dan makin banyaknya kegiatan yang dilakukan
maka akan semakin besar pula timbulan limbah yang terjadi. Tambang PT Indominco
Mandiri menggunakan lebih dari 36000 ton bahan bakar solar per tahun dan sejumlah
besar oli, pelumas (grease), dan minyak. Penggunaan hidrokarbon yang sangat besar
dilebih dari 30 bengkel di area pertambangan ini akan menghasilkan limbah
hidrokarbon, khususnya oli dan pelumas bekas yang sangat banyak pula, sehingga
perlu dilakukan pengelolaan yang baik dan benar agar tidak memberikan dampak
yang merugikan terhadap manusia dan lingkungan hidup, terlebih dikarenakan adanya
penggolongan limbah hidrokarbon sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun.
Secara keseluruhan limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri
yaitu :
Toner bekas, catridge tinta, household baterai, aki bekas (basah dan kering), oli
bekas, grease bekas, pelumas bekas, drum bekas, sludge cat, kaleng cat, filter oli
bekas, hose oli bekas, material terkontaminasi hidrokarbon (majun, sarung tangan,
absorben, selang hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli),lumpur / tanah
terkontaminasi hidrokarbon (dari tumpahan dan dari oil trap), komponen elektronika
dan listrik (pcb dll), serat asbes, abu batu bara (fly ash dan bottom ash), abu
insenerator (fly ash dan bottom ash), silica glass, limbah medis (obat kadaluwarsa,
jarum suntik, perban, organ tubuh), limbah laboratorium, limbah hidrogen peroksida,
pestisida, bahan kimia berbahaya dan beracun (sisa dan kadaluwarsa), dan wadah
(container) bahan berbahaya dan beracun.
14
4.2.Pengelolaan limbah B3 PT. Indominco Mandiri
Pengelolaan limbah B3 merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup
reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan
penimbunan limbah B3. Pengolahan limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah dan
menanggulangi pencemaran serta kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah
B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga
fungsinya kembali. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 diwajibkan untuk
mengolah limbah B3 yang telah dihasilkan sesuai dengan teknologi yang ada dan jika
tidak mampu dilakukan pengolahan di dalam negeri dapat diekspor ke Negara lain
yang memiliki teknologi pengolahan limbah B3.
Pengelolaan limbah B3 pada PT. Indominco Mandiri yaitu :
1. Pemberian simbol dan label limbah B3
Simbol bahaya digunakan untuk menandai sifat bahan-bahan limbah berbahaya
dan beracun dalam suatu pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan atau
pengangkutan. Label memiliki fungsi untuk memberikan informasi mengenai
limbah B3 yang dihasilkan. Dalam proses pengemasan akan dipasang label sesuai
dengan karakteristik libahnya.
2. Pengemasan limbah B3
Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang
bersangkutan. Pengemasan limbah ini sesuai dengan persyaratan umum prinsip
dan tata cara pengemasan B3. Tujuan pengemasan adalah agar setiap jenis limbah
sebelum disimpian telah ditandai dengan sistem label yang sesuai dengan jenis
karakteristik limbah, serta ditempatkan dalam kontainer yang sesuai. Dengan
kegiatan ini, dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan atau
kesalahan dalam penanganan limbah B3. Pengemasan yang biak akan
mempermudah pengawasan oleh petugas yang bertanggung jawab. Berdasarkan
UU No. 1 tahun 2005 yang mengatur tata cara pengemasan limbah bahan
berbahaya beracun.
3. Penyimpanan limbah B3
Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan apabila tidak dapat dilakukan
pengolahan B3 dengan segera. Tujuan dari kegiatan penyimpanan adalah untuk
mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya
terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan.
15
Ruang penyimpanan harus dirancang terdiri dari beberapa bagian
penyimpanan, dengan ketentuan bahwa setiap bagian penyimpanan hanya
diperuntukkan menyimpan satu karakteristik limbah B3, atau limbah-limbah B3
yang slaing cocok. Meskipun terdapt lebih dari satu karakteristik pada tiap-tiap
limbah, tapi yang digunakan sebagai acuan adalah tingkat dominan dari
karakteristik limbah itu sendiri.
4.3. Pengangkutan limbah B3
Tipe pengangkutan limbah B3 industri batubara pad aindustri ini adalah dari
sumber yaitu hasil pengolahan batubara PT. Indominco Mandiri menuju PPLI
(Perusahaan Pengolahan Limbah Industri). Contohnya limbah medis dari klinik
perusahaan dapat diolah dengan teknologi insenerasi, namun dibalik alat tersebut
juga mengeluarkan abu dari hasil pembakarannya, sehingga abu yang dihasilkan dari
proses insenerasi tersebut akan dikirim ke PPLI.
16
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Limbah B3 oleh PT. Indominco Mandiri baik dari lingkungan perkantoran,
lingkungan bengkel, perumahan, area pertambangan antara lain yaitu untuk
limbah bahan berbahaya beracun yang dapat diolah (pelumas bekas, barang
terkontaminasi hidrokarbon, filter oli bekas, hose oli bekas, sludge cat, toner
bekas, limbah kimia, kaleng cat, limbah laboratorium dan pestisida) terlebih
dahulu diolah dengan metode yang sesuai dengan sifat dan karakteristik limbah
B3 tersebut dan hasil sisa dari pengolahan limbah B3 tersebut kemudian dikirim
ke Perusahaan Pengolahan Limbah Industri (PPLI) sedangkan limbah B3 yang
tidak dapat diolah (abu insenerator, limbah medis, baterai/aki, household batera)
dilakukan pelabelan, pengemasan, disimpan kemudian dikirim ke Perusahaan
Pengolahan Limbah Industri (PPLI) untuk pengoalahan selanjutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Riyanto. 2014. Limbah Bahan Beracun Berbahaya (Limbah B3). Deepublish. Yogyakarta
Syafrudin, Cesar. 2010. Penerapan Pengelolaan Limbah B3 Di PT. Toyota Motor
Manufacturing Indonesia. Jurnal Presipitasi. Semarang
18