Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PT. INDOMINCO MANDIRI

KALIMANTAN TIMUR

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas UAS Mata Kuliah Pengelolaan Lingkungan Hidup

Oleh :

TRI WAHYUNINGSIH

101711123005

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan ke Hadirat Illahi Rabbi karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan salah satu tugas Mata Kuliah Pengolahan
Lingkungan Hidup.
Dalam penyusunan makalah ini, saya berusaha memaparkan hasil dan informasi
dengan kemampuan yang saya miliki dengan membahas mengenai “Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3)” yang saya paparkan dalam sebuah kasus yang terjadi di
Indonesia.
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk
lebih mengetahui mengenai Limbah B3.
Meski begitu, saya menyadari bahwa pada penyusunan makalah ini belumlah
mencapai kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, sehingga makalah ini menjadi sempurna dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, Mei 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGATAR .................................................................................................................. 1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5

1.3 Tujuan Masalah .................................................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Limbah B3 ......................................................................................................... 6

2.2 Klasifikasi Limbah B3 ......................................................................................................... 6

2.3 Pengelolaan Limbah B3 ....................................................................................................... 7

2.4 Pengemasan dan Penyimpanan Limbah B3 ......................................................................... 9

BAB III STUDY KASUS ........................................................................................................ 11

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Sumber limbah B3 ............................................................................................................. 14


4.2 Pengelolaan limbah B3 ..................................................................................................... 15
4.3 Pengangkutan limbah B3 .................................................................................................. 16
4.4. Pengolahan limbah B3 ..................................................................................................... 16

BAB V PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang ada didunia. Dimana suatu
negara berkembang memiliki tingkat industri yang tinggi, seperti yang ada di Indonsia. Suatu
industri yang telah berdiri dan beroperasi pasti akan melakukan proses kegiatan produksi.
Provinsi Klaimantan Timur merupakan salah satu penghasil batu bara terbesar di Indonesia.
Deposit batu bara di Kalimantan Timur mencapai sekitar 19,5 miliar ton (sekitar 54,4 %) dari
seluruh total produksi batu bara di Indonesia), dengan temuan cadangan yang dieksploitasi
mencapai 2,4 miliar ton. Perkembangan produksi batubara di Kalimantan Timur sejak tahun
2003 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 produksi batubara
mencapai 118.853.758 ton. Tak dapat dipungkiri, saat banyak industri pertambangan berdiri,
maka pada kegiatan pertambangan akan semakin banyak produksi limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) yang dihasilkan. Namun bila tidak dikelola dengan baik, limbah B3 itu
terkadang dibuang begitu saja keperairan/lahan terbuka. Ada juga yang ditimbun/ditampung
dalam kontainer yang mudah rusak menyebabkan limbahnya masuk ke tanah atau terbawa
oleh aliran air hujan ke sistem air permukaan dan air bawah tanah. Sementara limbah yang
dibakar secara tidak terkendali, juga akan menimbulkan uap/gas beracun di udara. Oleh
karena itu diperlukan penanganan yang tepat agar dampak limbah yang dihasilkan terhadap
lingkungan dapat di minimalisir.

Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) pada suatu industri pertambangan yakni dengan
menggunakan studi kasus PT. Indominco Mandiri. PT. Indominco Mandiri adalah suatu
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara yang merupakan salah satu dari
ketujuh anak perusahaan PT. Indo Tambangraya Megah yang terletak di Bontang,
Kalimantan Timur.

Akibat dari pembuangan sisa produksi B3 yang sembarangan dan seenaknya


kelingkungan oleh suatu industri, maka akan menimbulkan suatu gangguan kesehatan
masyarakat, sumber pencemaran dan sumber kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, sangat
perlu dan penting untuk mengelola limbah B3 yang ada sebelum dilakukan pembuangan
kepada lingkungan. Upaya yang dilakukan untuk mengelolah limbah B3 secara baik dan

4
benar akan memberikan dampak yang baik pula. Salah satunya dapat meminimalisir dampak
yang akan terjadi, yang dihasilkan oleh limbah B3 tersebut.
Dalam aktivitas pertambangan batu bara, banyak aktivitas yang dapat berpotensi
menghasilkan limbah B3. Agar limbah B3 yang dihasilkan tidak menghasilkan dampak
lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan limbah B3. Dalam makalah ini akan dibahas
topik-topik yang meliputi jenis-jenis limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan penambangan,
perkantoran, dan domestik dengan studi kasus PT. Indominco Mandiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa sajakah sumber limbah B3 yang terkandung pada kasus tersebut?
2. Bagaimana karakteristik limbah B3 yang terkandung pada kasus tersebut?
3. Bagaimana prinsip pengolahan limbah B3 yang terkandung pada kasus tersebut?
4. Bagaimana cara penanganan limbah B3 yang telah dilakukan pada kasus tersebut?
1.3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui sumber limbah B3 yang terkandung pada kasus tersebut?
2. Mengetahui karakteristik limbah B3 yang terkandung pada kasus tersebut?
3. Mengetahui prinsip pengolahan limbah B3 yang terkandung pada kasus tersebut?
4. Mengetahui cara penanganan limbah B3 yang terkandung pada kasus tersebut?

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Limbah B3
Menurut PP No. 18 tahun 1999 pengertian limbah adalah sisa suatu usaha dan
atau kegiatan sedang limbah bahan berbahaya dan beracun disingkat menjadi limbah
B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan
atau beracun yang karena sifat konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung, maupun tidak langsung, dan mencemarkan dan atau merusakan lingkungan
hifup, dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup, dapat
mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup, dan dapat membahayakan
lingkungan hidup., kesehatan, kelangsungan hdiup manusia serta makhluk hidup lain.
Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Pasal 1 (21) mendefinisikan
bahan berbahaya dan beracun (disingkat B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen
lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup
manusia dan mahluk hidup lain.

Sedangkan definisi menurut OSHA (Occupational Safety and Health of the


United State Government) limbah B3 adalah bahan yang karena sifat kimia maupun
kondisi fisiknya sangat berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia,
kerusakan properti dan atau lingkungan.

2.2.Klasifikasi Limbah B3
Berbagai zat kimia spesifik dengan penggunaan yang luas adalah berbahaya
karena reaktivitas kimianya, bahaya kebakaran, bahaya keracunan, dan kandungan-
kandungan lainnya. Ada berbagai macam zat berbahaya yang biasanya mengandung
campuran kimia spesifik yaitu :
1. Bahan peledak misalnya dinamit atau amunisi
2. Cairan yang mudah terbakar misalnya gas, minyak tanah aluminium alkali
3. Gas bertekanan tinggi
4. Bahan-bahan keras yang mudah terbakar, metal magnesium, sodium hidrit dan
kalsium carbide.
5. Bahan-bahan korosif

6
6. Bahan beracun
7. Bahan etiologik termasuk bahan penyabab antraks dan tetanus
8. Bahan radioaktif yaitu bahan yang dapat menyebabkan terjadinya radiasi pada
makhluk hidup. Bahan beracun dan berbahaya lainnya yang ditetapkan oleh
Menteri Perindustrian.
2.3.Pengelolaan Limbah B3
Secara spesifik pengelolaan B3 ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
(PP) No 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Terkait
dengan penggunaan bahan kimia organik berbahaya, maka Indonesia telah
merativikasi konvensi Stockholm melalui Undang-undang No. 19 tahun 2009 tentang
Pengesahan Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik yang Persisten
atau Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants (POPs). Konvensi ini
bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari bahan
POPs dengan cara melarang, mengurangi, membatasi produksi dan penggunaan, serta
mengelola timbunan bahan POPs yang berwawasan lingkungan. Beberapa peraturan
yang secara langsung akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas limbah B3 yang
dihasilkan adalah peraturan-peraturan yang mengatur masalah bahan berbahaya, yaitu:

1. Peraturan Pemerintah No.7/1973 tentang pengawasan atas peredaran,


penyimpanan dan penggunaan pestisida
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.453/Menkes/Per/XI/1983 tentang bahan
berbahaya
3. Keputusan Menteri Perindustrian RI No.148/M/SK/4/1985 tentang pengamanan
bahan beracun dan berbahaya di lingkungan industri
4. Keputusan Menteri Pertanian No.724/Kpts/TP.270/9/1984 tentang larangan
penggunaan pestisida EDB
5. Keputusan Menteri Pertanian No.536/Kpts/TP.270/7/1985 tentang pengawasan
pestisida
Menurut PP 74/2001: ‘bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya
disingkat dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan
atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya’ (pasal 1
ayat 1). Sedangkan sasaran pengelolaan B3 adalah 'untuk mencegah dan atau

7
mengurangi resiko dampak B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan
mahluk hidup lainnya’ (pasal 2).

Pengertian pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,


mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3’ (pasal 1 ayat 2).
Dalam kegiatan tersebut, terkait berbagai pihak yang merupakan mata rantai dalam
pengelolaan B3. Setiap mata rantai tersebut memerlukan pengawasan dan pengaturan.
Oleh karenanya, pasal-pasal berikutnya mengatur masalah kewajiban dan perizinan
bagi mereka yang akan memproduksi (menghasilkan), mengimpor, mengeksport,
mendistribusikan, menyimpan, menggunakan dan membuang bahan tersebut bilamana
tidak dapat digunakan kembali. Disamping aspek yang terkait dengan pencegahan
terjadinya pencemaran lingkungan dan atau kerusakan lingkungan yang menjadi
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap fihak yang terkait, maka aspek
keselamatan dan kesehatan kerja serta penanggulangan kecelakaan dan keadaan
darurat diatur dalam PP tersebut.

Berikut ini adalah pengertian masing-masing kegiatan dalam pengelolaan


limbah B3:

1. Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi


jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan
dari suatu kegiatan.
2. Pengumpulan limbah B3 adalah suatu kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari
penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahka
kepada pemanfaat, pengolah atau penimbun limbah B3.
3. Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari
penghasil, pengumpul atau pemanfaat dari pengolah ke pengumpul ke
pemanfaat atau penimbun limbah B3.
4. Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali (recoery) atau
penggunaan kembali yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadisuatu
produk yang digunakan dan harus aman bagi lingkungan dan kesehatan
manusia.
5. Pengolahan limbah B3 adlah proses untuk mengubah karakteristik dan
komposisi limbah B3 untuk menghilangkan atau mengurangi sifat bahaya atau
sifat racun.

8
2.4.Pengemasan dan Penyimpanan Limbah B3
Pengemasan (packaging) diatur dan perlu dicantumkan dalam surat
pengangkutan. Alat pengemasan dapat berupa drum baja, kotak kayu, drum fiber,
botol gelas dan sebagainya.
Kriteria penegmasan yang baik yaitu :
 Bahan tersebut salam pengangkutan tidak keluar atau terlepas
 Keefektifan tidak berkurang
 Tidak terdapat kemungkinan pencampuran gas dan uap
di Indonesia, ketentuan tentang pengemasan dan pewadahan limbah B3 diatur dalam
Kep. No. 01/Bapedal/09/1995. Ketentuan dalam bagian ini berlaku bagi kegiatan
pengemasan dan pewadahan limbah B3 di fasilitas :

1. Penghasil, untuk disimpan sementara didaoam lokasi penghasil


2. Penghasil, untuk disimpan sementara diluar lokasi penghasil tetapi tidak
sebagai pengumpul
3. Pengumpul, untuk disimpan sebelum dikirim ke pengolah
4. Pengolah, sebelum dilakukan pengolahan dan atau penimbunan
Setiap penghasil/pengumpul limbah B3 harus dengan pasti mengetahui
karakteristik bahaya dari setiap limbah B3 yang dihasilkan/dikumpulkan. Apabila ada
keragu-raguan dengan karakteristik limbahnya, maka harus dilakukan pengujian. Bagi
penghasil yang menghasilkan limbah B3 yang sama secara terus menerus, maka
pengujian dapat dilakukan sekurang-kurangnya satu kali. Apabila dalam
perkembangannya terjadi perubahan kegiatan yang diperkirakan mengakibatkan
berubahnya karakteristik limbah yang dihasilkan, maka terhadap masing-masing
limbah B3 hasil kegiatan perubahan tersebut harus dilakukan pengujian kembali
terhadap karakteristiknya. Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan
dengan karakteristik limbah B3 yang akan dikemasnya dengan mempertimbangkan
segi kemanan dan kemudahan dalam penanganannya. Kemasan dapat terbuat dari
bahan plastik (HPDE, PP atau PVC) atau bahan logam (teflon, baja karbon, SS304,
SS316, atau SS440) dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan tersebut tidak
bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya.

Penyimpanan limbah cair dalam jumlah besar disarankan menggunakan


tangki dengan ketentuan sebagai berikut:

9
1. Disekitar tangki harus dibuat tanggul dengan dilengkapi saluran pembuangan
yang menuju bak penampung.
2. Bak penampung harus kedap air dan mampu menampung cairan minimal 110%
dan kapasitas maksimum volume tangki
3. Tangki harus diatur sedemikian rupa sehingga bila terguling akan terjadi di
daerah tanggul dan tidak akan menimpa tangki lain.
4. Tangki harus terlindung dari penyinaran matahari dan masuknya air hujan secara
langsung.
Tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 karakteristik
limbah B3, mempunyai beberapa persyaratan:

1. Terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan ketentuan bahwa setiap bagian
penyimpanan hanya diperuntukkan menyimpan 1 karakteristik limbah B3, atau
limbah- limbah B3 yang saling cocok.
2. Antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya dibuat tanggul atau tembok
pemisah untuk menghindarkan tercampurnya atau masuknya tumpahan limbah ke
bagian lainnya.
3. Setiap bagian penyimpanan harus mempunyai bak penampung tumpahan limbah
dengan kapasitas yang memadai.
4. Sistem dan ukuran saluran yang ada dibuat sebanding dengan kapasitas
maksimum limbah B3 yang tersimpan sehingga cairan yang masuk ke dalamnya
dapat mengalir dengan lancar ke tempat penampungan yang telah disediakan.
5. Sarana lain yang harus tersedia adalah: peralatan dan sistem pemadam kebakaran,
pagar pengaman, pembangkit listrik cadangan, fasilitas pertolongan pertama,
peralatan komunikasi, gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan,
pintu darurat, dan alarm.

10
BAB III

STUDI KASUS PT. INDOMINCO MANDIRI

3.1.Gambaran umum PT. Indominco Mandiri


Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian
umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan
organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.

Proses pembentukan batu bara (coalification) memerlukan jutaan tahun, mulai


dari awal pembentukan yang menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous,
dan akhirnya terbentuk antrasit. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai
ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda
(termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara
tersebut tergolong usia muda, yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur
Tersier Bawah dan Tersier Atas. Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah,
terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat
dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Papua, dan Sulawesi.

Tahapan kegiatan pertambangan meliputi: Prospeksi, Eksplorasi, Eksploitasi,


Pengolahan (Pemurnian). Batubara dalam sektor pertambangan merupakan komoditi
utama kedua yang mempunyai prospek yang cerah, yang ditandai dengan nilai ekspor
yang besar dan memberikan kontribusi besar terhadap total ekspor pertambangan. PT
Indo Tambangraya Megah Tbk merupakan salah satu perusahaan pertambangan
batubara yang terintegrasi dengan pengolahan batubara yang berada di pulau
Kalimantan. PT Indo Tambangraya Megah Tbk memiliki enam anak perusahaan dan
lima diantaranya sudah dalam tahap produksi. Anak perusahaannya yaitu PT
Indominco Mandiri, PT Trubaindo Coal Mining, PT Jorong Barutama Greston, PT
Kitadin (Embalut) dan PT Kitadin (Tandung Mayang).
PT Indominco Mandiri merupakan anak perusahaan yang 99,99% dimiliki
oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk yang didirikan pada tanggal 11 November
1988 dan mulai berproduksi pada tahun 1997. Luas area awal PT Indominco Mandiri
ini yaitu 100.000 hektar, secara bertahap luas areanya diperkecil hingga menjadi

11
25.121 hektar. Luas area PT Indominco Mandiri ini dibagi menjadi dua blok yaitu
Blok Barat yang luas areanya sebesar 18.100 hektar dan Blok Timur yang luas
areanya sebesar 7.021 hektar. PT Indominco Mandiri berada di daerah Bontang, Kutai
Kertanegara dan Kutai Timur di provinsi Kalimantan Timur.

3.2.Limbah B3 yang dihasilkan PT. Indominco Mandiri


Limbah B3 yang dihasilkan dari pertambangan batu bara bermacam – macam.
Di PT Indominco Mandiri sendiri limbah B3 yang dihasilkan dibagi menjadi 4 macam
berbadasarkan lingkungannya yaitu :

1. Lingkungan perkantoran
a. Toner
b. Catridge bekas
c. Household baterai
2. Lingkungan bengkel
a. Material terkontaminasi oli (filter oli bekas, sarung tangan, selang hidrolik,
dan lumpur dari perangkap oli)
b. Oli bekas (oli bekas bersih dan oli bekas kotor)
c. Grease bekas
d. Aki bekas
e. Kaleng cat
f. Limbah B3 lainnya
3. Perumahan
a. Kaleng cat
b. Household baterai
4. Lingkungan area kerja
a. Limbah medis dari klinik perusahaan
b. Limbah abu batu ara dari pembangkit listrik tenaga uap, limbah kimia dari
laboratorium.
3.1.Karakteristik limbah B3 PT, Indominco Mandiri
1. Mudah terbakar
a. Pelumas bekas
b. Filter oli bekas
c. Hose oli bekas
d. Toner bekas

12
e. Abu insinerator (fly ash dan bottom ash)
f. Limbah medis
g. Limbah kimia
h. Komponen elektronika dan listrik
i. Limbah laboratorium
2. Reaktif
a. Barang terkontaminasi hidrokarboon
b. Limbah hidrogen peroksida
3. Infeksius
a. Limbah medis
4. Korosif
a. Drum bekas
b. Wadah B3
c. Kaleng cat
5. Beracun
a. Sludge cat
b. Lumpur ber oli
c. Limbah medis
d. Baterai bekas (aki)
e. Limbah kimia
f. Catridge tinta
g. Household baterai
h. Serat asbes
i. Silica glass
j. Limbah laboratorium

13
BAB IV
PEMBAHASAN

Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa satu usaha dan kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari atau merusak lingkungan sehingga
dapat membahayakan lingkungan, kesehatan manusia dan makhluk hidup sekitarnya.
4.1.Sumber dan jenis limbah B3 dengan studi kasus PT. Indominco Mandiri
Areal pertambangan PT Indominco Mandiri yang merupakan suatu lingkungan
aktivitas penambangan beserta bengkel-bengkel dan areal perumahannya
menghasilkan limbah yang beragam. Dengan semakin berkembangnya kegiatan
penambangan PT Indominco Mandiri dan makin banyaknya kegiatan yang dilakukan
maka akan semakin besar pula timbulan limbah yang terjadi. Tambang PT Indominco
Mandiri menggunakan lebih dari 36000 ton bahan bakar solar per tahun dan sejumlah
besar oli, pelumas (grease), dan minyak. Penggunaan hidrokarbon yang sangat besar
dilebih dari 30 bengkel di area pertambangan ini akan menghasilkan limbah
hidrokarbon, khususnya oli dan pelumas bekas yang sangat banyak pula, sehingga
perlu dilakukan pengelolaan yang baik dan benar agar tidak memberikan dampak
yang merugikan terhadap manusia dan lingkungan hidup, terlebih dikarenakan adanya
penggolongan limbah hidrokarbon sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun.
Secara keseluruhan limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri
yaitu :
Toner bekas, catridge tinta, household baterai, aki bekas (basah dan kering), oli
bekas, grease bekas, pelumas bekas, drum bekas, sludge cat, kaleng cat, filter oli
bekas, hose oli bekas, material terkontaminasi hidrokarbon (majun, sarung tangan,
absorben, selang hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli),lumpur / tanah
terkontaminasi hidrokarbon (dari tumpahan dan dari oil trap), komponen elektronika
dan listrik (pcb dll), serat asbes, abu batu bara (fly ash dan bottom ash), abu
insenerator (fly ash dan bottom ash), silica glass, limbah medis (obat kadaluwarsa,
jarum suntik, perban, organ tubuh), limbah laboratorium, limbah hidrogen peroksida,
pestisida, bahan kimia berbahaya dan beracun (sisa dan kadaluwarsa), dan wadah
(container) bahan berbahaya dan beracun.

14
4.2.Pengelolaan limbah B3 PT. Indominco Mandiri
Pengelolaan limbah B3 merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup
reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan
penimbunan limbah B3. Pengolahan limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah dan
menanggulangi pencemaran serta kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah
B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga
fungsinya kembali. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 diwajibkan untuk
mengolah limbah B3 yang telah dihasilkan sesuai dengan teknologi yang ada dan jika
tidak mampu dilakukan pengolahan di dalam negeri dapat diekspor ke Negara lain
yang memiliki teknologi pengolahan limbah B3.
Pengelolaan limbah B3 pada PT. Indominco Mandiri yaitu :
1. Pemberian simbol dan label limbah B3
Simbol bahaya digunakan untuk menandai sifat bahan-bahan limbah berbahaya
dan beracun dalam suatu pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan atau
pengangkutan. Label memiliki fungsi untuk memberikan informasi mengenai
limbah B3 yang dihasilkan. Dalam proses pengemasan akan dipasang label sesuai
dengan karakteristik libahnya.
2. Pengemasan limbah B3
Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang
bersangkutan. Pengemasan limbah ini sesuai dengan persyaratan umum prinsip
dan tata cara pengemasan B3. Tujuan pengemasan adalah agar setiap jenis limbah
sebelum disimpian telah ditandai dengan sistem label yang sesuai dengan jenis
karakteristik limbah, serta ditempatkan dalam kontainer yang sesuai. Dengan
kegiatan ini, dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan atau
kesalahan dalam penanganan limbah B3. Pengemasan yang biak akan
mempermudah pengawasan oleh petugas yang bertanggung jawab. Berdasarkan
UU No. 1 tahun 2005 yang mengatur tata cara pengemasan limbah bahan
berbahaya beracun.
3. Penyimpanan limbah B3
Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan apabila tidak dapat dilakukan
pengolahan B3 dengan segera. Tujuan dari kegiatan penyimpanan adalah untuk
mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya
terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan.

15
Ruang penyimpanan harus dirancang terdiri dari beberapa bagian
penyimpanan, dengan ketentuan bahwa setiap bagian penyimpanan hanya
diperuntukkan menyimpan satu karakteristik limbah B3, atau limbah-limbah B3
yang slaing cocok. Meskipun terdapt lebih dari satu karakteristik pada tiap-tiap
limbah, tapi yang digunakan sebagai acuan adalah tingkat dominan dari
karakteristik limbah itu sendiri.
4.3. Pengangkutan limbah B3

Tipe pengangkutan limbah B3 industri batubara pad aindustri ini adalah dari
sumber yaitu hasil pengolahan batubara PT. Indominco Mandiri menuju PPLI
(Perusahaan Pengolahan Limbah Industri). Contohnya limbah medis dari klinik
perusahaan dapat diolah dengan teknologi insenerasi, namun dibalik alat tersebut
juga mengeluarkan abu dari hasil pembakarannya, sehingga abu yang dihasilkan dari
proses insenerasi tersebut akan dikirim ke PPLI.

4.4. Pengolahan limbah B3

Pengolahan limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi


pencemaran serta kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah B3. Setiap yang
menghasilkan limbah B3 diwajibkan untuk mengolah limbah B3 yang sudah dihasilkan
sesuai dengan teknologi yang adadan jika tidak mampu mengolah limbah tersebut dapat
diekspor ke negara lain yang memiliki teknologi pengolahan limbah B3 tersebut.

PT. Indominco Mandirimeghasilkan beberapa jenis limbah B3 dari usaha


pertambangan batubara. Terdapat 23 jenis limbah B3 yang dihasilkan dari usaha
pertambngan tersebut.

16
BAB V

PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Limbah B3 oleh PT. Indominco Mandiri baik dari lingkungan perkantoran,
lingkungan bengkel, perumahan, area pertambangan antara lain yaitu untuk
limbah bahan berbahaya beracun yang dapat diolah (pelumas bekas, barang
terkontaminasi hidrokarbon, filter oli bekas, hose oli bekas, sludge cat, toner
bekas, limbah kimia, kaleng cat, limbah laboratorium dan pestisida) terlebih
dahulu diolah dengan metode yang sesuai dengan sifat dan karakteristik limbah
B3 tersebut dan hasil sisa dari pengolahan limbah B3 tersebut kemudian dikirim
ke Perusahaan Pengolahan Limbah Industri (PPLI) sedangkan limbah B3 yang
tidak dapat diolah (abu insenerator, limbah medis, baterai/aki, household batera)
dilakukan pelabelan, pengemasan, disimpan kemudian dikirim ke Perusahaan
Pengolahan Limbah Industri (PPLI) untuk pengoalahan selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Riyanto. 2014. Limbah Bahan Beracun Berbahaya (Limbah B3). Deepublish. Yogyakarta
Syafrudin, Cesar. 2010. Penerapan Pengelolaan Limbah B3 Di PT. Toyota Motor
Manufacturing Indonesia. Jurnal Presipitasi. Semarang

18

Anda mungkin juga menyukai