Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MANAJEMEN AUDIT LINGKUNGAN

AUDIT LIMBAH PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO). TBK


PLANT TUBAN

OLEH
KELOMPOK 5

Damelia Java Oscar 17410007


Raida Listia 17410027
Husnul Khotimah 19410039P
Yuni Ambarwati 19410048P

PROGRAM STUDI STRATA SATU


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A.Latar Belakang............................................................................................
B.Rumusan Masalah.......................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................


A.Audit Lingkungan.......................................................................................
B.Limbah B3..................................................................................................
C.Gambaran Umum PT Semen Indonesia.....................................................
D.Pengelolaan Limbah Industri Semen..........................................................
E.Dampak pencemaran lingkungan akibat Industri Semen............................

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................

BAB IV PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri semen adalah salah satu industri yang sangat penting dalam
menunjang pembangunan sebuah negara.
“Konsumsi semen merupakan salah satu indikator dalam pertumbuhan
ekonomi sebuah negara. Tinggi rendahnya konsumsi semen
menunjukkan tinggi rendahnya pembangunan infrastruktur di suatu
negara. Semen merupakan komponen utama dalam pembangunan
infrastruktur seperti gedung, jalan tol, pelabuhan, bandara, jembatan
dan berbabagai infrastruktur lain. Seperti halnya dengan industri lain,
industri semen berpotensi untuk menghasilkan limbah. Limbah yang
berupa fly ash dan bottom ash dan beberapa jenis limbah lain yang
merupakan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Apabila
limbah ini tidak ditangani dengan baik dan benar, dikhawatirkan dapat
merugikan kegiatan industri dan lingkungan di sekitarnya”. (Utami &
Syafrudin, 2018)

Industri semen (yang dibuat melalui produksi klinker) yang menerima limbah
B3 bukan dari kegiatan sendiri sebagai bahan baku dan/atau bahan bakar
pada proses klinker merupakan usaha dan atau kegiatan beresiko tinggi
menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 3 tahun 2013 tentang
audit lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan dalam keadaan darurat, ada
risiko dan dampak yang luas akibat terlepasnya parameter dioksin dan furan.
Selain itu, pada saat audit wajib dilakukan pemantauan POHCs (Principle
Organic Hazardous Compounds). Adapun periode audit lingkungan hidup
berkala yang harus dilakukan yakni 3 tahun sekali.

PT. Semen Indonesia, Tbk Plant Tuban merupakan anak usaha dari PT.
Semen Indonesia Group yang berlokasi di Tuban, Jawa Timur. Industri ini
telah melakukan pengelolaan terhadap limbah B3 yang dihasilkan.
Pengelolaan yang dilakukan meliputi identifikasi dan inventarisasi,
pengemasan dan pewadahan, penyimpanan, pengangkutan, label dan simbol
serta pemanfaatan.
Berdasarkan audit lingkungan hidup yang diwajibkan secara berkala PT
Semen Indonesia- Plant Tuban tahun 2018, menyatakan bahwa :

“risiko tinggi lingkungan dari pemanfaatan limbah B3 sebagai bahan


bakar PT. Semen Indonesia, tbk Plant Tuban adalah terlepasnya
senyawa dioksin dan furan apabila pembakaran di fasilitas kiln (pre
calciner) kurang dari 850 °C. Risiko tinggi lingkungan penggunaan
bahan baku, alternatif limbah B3 adalah lepasan logam-logam berat
pada emisi cerobong dan produk. Selanjutnya, berdasarkan hasil audit
lingkungan hidup menunjukan masih adanya ketidak sesuaian”.
(Bambang, 2018)

Makalah ini akan menelaah laporan audit lingkungan hidup secara berkala
PT. Semen Indonesia, tbk Plant Tuban pada tahun 2018 khususnya terkait
limbah B3.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yakni industri semen merupakan usaha
dan atau kegiatan beresiko tinggi menurut Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup nomor 3 tahun 2013 tentang audit lingkungan hidup. Berdasar Laporan
Audit Lingkungan Hidup masih ditemukannya ketidaksesuaian pengelolaan
limbah berdasarkan hasil laporan Audit Lingkungan Hidup berkala PT.
Semen Indonesia, tbk Plant Tuban tahun 2018.

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini, adalah :
1. Untuk menambah wawasan mahasiswa terkait audit lingkungan hidup
2. Untuk menelaah hasil laporan audit lingkungan hidup PT. Semen
Indonesia, tbk Plant Tuban sebagai bahan pembelajaran mahasiswa
3. Untuk memberikan rekomendasi atau saran perbaikan pengelolaan limbah
B3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah B3
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun B3 mendefinisikan sebagai zat, energi,
atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan atau merusak
lingkungan hidup, dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Tujuan Pengelolaan Limbah B3 : Untuk mencegah dan menanggulangi


pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3
serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga
sesuai dengan fungsinya kembali. Dari hal ini jelas bahwa setiap
kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul,
pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan
aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula.
Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan
limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali
kepada fungsi semula.

B. Penjelasan Industri Semen


Pengertian semen adalah bahan-bahan yang sifatnya mengikat, terutama zat
yang terbuat dari campuran antara tanah liat atau lempung, kemudian kapur,
atau bahan pengganti yang disediakan dengan hasil akhir berupa padatan dalam
bentuk bulk (bubuk), kemudian bubuk tersebut dicampur dengan pasir, kerikil,
dan air untuk membuat beton tanpa melihat proses pembuatannya. Industri
semen adalah blok bangunan dari industri konstruksi Nasional. Beberapa
proyek konstruksi dapat berlangsung tanpa menggunakan semen di suatu
tempat dalam sebuah desain.
Industri semen merupakan salah satu penyumbang polusi atau polutan terbesar
ke lingkungan dalam bentuk emisi gas karbon maupun partikel-partikel (debu)
yang dapat mencemari lingkungan. Namun juga perlu diperhatikan, bukan
hanya lingkungan yang terdampak dari indusrti semen ini, akan tetapi
berdampak langsung secara kepada pekerja dan masyarakat, seperti suara
kebisingan yang dihasilkan pabrik serta getaran mekanik dari rangkaian proses
poduksi semen.

C. Gambaran Umum PT Semen Indonesia


Pada tahun 2012 PT Semen Gresik berganti nama menjadi PT Semen
Indonesia. Semen Indonesia memiliki beberapa anak perusahaan yakni  PT
Semen Gresik, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, Thang Long Cement,
dan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. Anak perusahaan PT Semen Indonesia
yakni PT Semen Gresik berada di Tuban berlokasi di Desa Sumber Arum,
Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban Jawa Timur. Saat ini, PT Semen Gresik
Pabrik Tuban memproduksi semen dengan kapasitas total 15 juta ton/tahun,
meliputi empat plant yaitu Tuban 1, Tuban 2, Tuban 3, dan Tuban 4. Pabrik
Tuban memproduksi Pozzolan Portland Cement (PPC) dengan kapasitas 10,5
juta ton/tahun, sedangkan Ordinary Portland Cement (OPC) dengan kapasitas
4,5 juta ton/tahun.

Bahan baku yang digunakan berupa batu kapur, tanah liat, pasir silika, copper
slag, gypsum, trass, dan fly ash. Batu kapur dan tanah liat didapat dari
tambang yang terletak di daerah Sumber Arum, Pongpongan. Pasir silica
didatangkan dari Tuban dan Madura. Gypsum dari PT Smelting Gresik,
limbah pabrik Petrokimia Gresik dan Tanjung Jati Jepara. Kegiatan produksi
rata-rata 329 hari/tahun. Kebutuhan spesifik bahan baku untuk membuat 1 ton
terak dibutukan 1,7 ton bahan baku, diantaranya 1,45 ton mix material, 0,18
ton batu kapur (high grade), 0,06 ton copper slag, dan 0,02 ton pasir silica.
Untuk membuat semen jenis OPC digunakan bahan baku batu kapur, tanah
liat, copper slag, gypsum dan fly ash. Sedangkan untuk membuat semen PPC
digunakan bahan tambahan berupa trass. Bahan bakar utama yang digunakan
adalah batubara, Industrial Diesel Oil (IDO) dan sekam sebagai alternatif
fuel.

Secara garis besar proses pembuatan semen dibagi menjadi lima tahap, yaitu
penyimpanan bahan baku, penggilingan bahan mentah, pembakaran,
pengilingan akhir, dan pengemasan. Keseluruhan proses menggunakan proses
kering.

Untuk menunjang kelancaran produksinya PT Semen Gresik Pabrik Tuban


dilengkapi dengan Seksi Utilitas yang  bertugas dalam hal penyediaan air,
penyediaan udara tekan, penyediaan listrik, dan penyediaan bahanbakar.
Kebutuhan utilitas dalam kurun waktu satu tahun diantaranya, kebutuhan air
permukaan 1,3 juta m3/tahun dan air bawah tanah 330 m3/tahun, kebutuhan
listrik sebesar 95 kW/ton semen dengan daya 96 MVA, kebutuhan bahan
bakar padat spesifik batu bara dan sekam padi 0,2 ton/ton terak.
Untuk menjaga kelestarian lingkungan maka PT Semen Gresik Pabrik Tuban
melakukan pengolahan limbah dan mengatasi pencemaran udara karena debu
dengan memasang Elektrostatik Presipitator dan Bag Filter. (Ratna P., 2017)

Proses Produksi
Bahan baku utama pembuatan semen adalah batu kapur dan tanah liat, yang
kemudian dibakar bersama beberapa bahan pendukung pada suhu tinggi. Batu
kapur dan tanah liat merupakan bahan tambang yang tidak dapat
diperbaharui.

Proses produksi melalui pembakaran pada suhu tinggi dimana terjadi proses
oksidasi untuk menghasilkan terak, membuka peluang pemanfaatan berbagai
bahan lain yang tidak terpakai, terutama bahan-bahan yang membutuhkan
proses oksidasi suhu tinggi sebagai salah satu cara pemusnahannya.

Bahan baku alternatif ini umumnya adalah limbah industri lain yang dalam
proses oksidasi dimaksud akan membentuk terak yang lebih baik, saat kelak
diulah menjadi semen. Untuk mengatasi kelangkaan bahan baku baik bahan
baku untuk proses pembuatan semen maupun bahan baku pendukung seperti
kertas kraft untuk pembuatan kantong semen, Perseroan telah melakukan
beberapa upaya seperti: Penggunaan bahan baku alternatif Perseroan telah
memanfaatkan limbah industri sebagai bahan baku alternatif. Manfaat yang
diperoleh dari pemanfaatan bahan baku alternatif tersebut adalah
penghematan bahan baku utama dan membantu mencegah pencemaran lebih
lanjut dari limbah B3 yang dihasilkan oleh industri lain.

Pemanfaatan bahan alternatif berupa limbah industri lain ini, juga


menghasilkan pendapatan lain bagi perusahaan. Adapun berbagai bahan baku
alternatif yang dimanfaatkan secara rutin oleh Perseroan adalah: bottom ash,
fly ash, dust EAF, steel slag, COCS, spent bleaching earth, drilling cutting
dan paper sludge. Volume total penggunaan bahan baku alternatif ini
cenderung meningkat, dengan jumlah volume di tahun 2018 adalah sebesar
369.135,96 ton, sementara di tahun sebelumnya adalah sebesar 236.784 ton.
D. Pengelolaan Limbah
Industri tambang dikenal sebagai industri ekstraktif yang memberikan
perubahan pada bentang alam di suatu wilayah. Meski demikian, selain
memiliki risiko terhadap lingkungan, industri pertambangan khususnya
industri semen juga membawa manfaat bagi kelangsungan hidup manusia jika
dikelola dengan baik. Perusahaan SIG ini selalu menekankan pentingnya
pengelolaan lingkungan untuk mencapai efisiensi energi, pengendalian emisi,
serta pengurangan atau pemanfaatan limbah. (SIG, 2019)

Pengelolaan limbah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan entitas anak


usaha melakukan pengelolaan limbah yang berorientasi pada nihil limbah
(zero waste). Perseroan memiliki izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan
pemanfaatan limbah B3 No. 281 tahun 2016 dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, yaitu oli bekas, majun bekas, dan bag filter bekas
digunakan untuk bahan bakar alternatif dan ‘refraktori bekas’ sebagai bahan
baku alternatif dengan metode co-processing. Limbah B3 padat yang tidak
dapat dimanfaatkan kembali seperti aki bekas, lampu TL bekas, toner/
catridge, dan botol kimia diserahkan kepada pihak ketiga yang memiliki izin
dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Limbah kategori non-
B3 terdiri dari sampah domestik, material rusak, dan barang bekas pakai
(avfal). Perseroan memanfaatkan kembali sampah domestik menjadi bahan
bakar alternatif pada tanur (kiln). Limbah padat logam non-B3 secara umum
diolah kembali oleh pihak ketiga untuk pembuatan barang logam lainnya

Perusahaan terus melakukan inovasi untuk mengelola limbah padatan.


Perusahaan juga menyertakan material hasil daur ulang limbah B3 sebagai
bahan pendukung proses produksi. Untuk pengelolaan limbah cair, seluruh
olahan air limbah produksi dialirkan ke kolam penampungan dan kemudian
digunakan kembali untuk proses pendinginan. Tidak ada olahan air limbah
yang dibuang ke badan air, sehingga tidak akan mempengaruhi
keanekaragaman hayati di dalam badan air. Inovasi perusahaan tidak hanya
mengolah limbah yang dihasilkan, namun juga berupaya mengurangi limbah
yang dihasilkan dari penggunaan kemasan zak. Meski belum memiliki
kebijakan menarik kemasan bekas pakai, namun PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk Tuban sudah memanfaatkan kertas kemasan yang tak terpakai
atau rusak, untuk bahan alternatif dalam proses pembakaran di klin. (Dzakky,
2015)
E. Dampak Industri Semen terhadap Lingkungan
Berikut data dampak Industri Semen terhadap lingkungan di PT Semen
Indonesia Plant Tuban pada tahun 2014, yakni :
“Kelangkaan Sumber Daya Alam yang dirasakan oleh masyarakat
Desa Temandang, kawasan karst yang dimiliki masyarakat Desa
Temandang dieksploitasioleh perusahaan semen. Eksploitasi batu
Karst yang dilakukan oleh PT. Semen mencapai 1400 ha. Masyarakat
petani tidak mampu menikmati kekayaan sumber daya alam yang
mereka miliki karena eksploitasi tersebut. Dampak negatif yang lain
dalam aspek lingkungan adalah kerusakan lingkungan. Kerusakan
lingkungan yag terjadi di Desa Temandang adalah masalah debu yang
biasanya membuat masyarakat mengalami sesak nafas, banjir, rumah
yang retak akibat pengeboran. Debu biasanya terjadi ketika
perusahaan semen beroperasi dan ketika truk-truk dari PT. Semen
Indonesia melewati Desa Temandang karena banyak truk-truk besar
yang keluar masuk.” (Nur Afifah, 2014)
BAB IV
PEMBAHASAN

Sebelum menelaah laporan audit lingkungan hidup, kita merujuk terlebih dahulu
tentang sistematika laporan audit lingkungan hidup yang sesuai dengan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup nomor 3 tahun 2013 tentang audit lingkungan hidup
pasal 21 ayat 3 yakni Laporan hasil Audit Lingkungan Hidup paling sedikit
berisi :
1. Informasi yang meliputi tujuan, lingkup, kriteria, dan
2. Proses pelaksanaan audit;
3. Temuan audit;
4. Kesimpulan audit;
5. Rekomendasi audit dan tindak lanjut; dan
6. Data dan informasi pendukung yang relevan.

Telaah Laporan Hasil


Audit Lingkungan Hidup Berkala Khususnya terkait Limbah B3

Judul Laporan : “Ringkasan Laporan Audit Lingkungan Hidup Wajib Berkala


Kegiatan Industri Semen yang Menerima Limbah B3 bukan
dari Kegiatan Sendiri sebagai Bahan Baku dan/atau Bahan
Bakar pada proses Klinker PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
- Plant Tuban”

Penulis Laporan : Auditor utama yakni Ir. Bambang Purwono

Publikasi :
http://153.92.4.138/amdal_info/uploads/pengumuman/13_Ringkasan%20Audit
%20LH%20SI%20Plant%20Tuban.pdf

Penelaah : Kelompok 5

Tanggal Telaah : 28 Desember 2020


A. Deskripsi Laporan :
1. Tujuan Laporan :
a. Mengevaluasi dan memverifikasi hasil identifikasi risiko
lingkungan hidup yang telah dilakukan PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk. - Plant Tuban terkait dengan timbulan risiko tinggi
lingkungan;
b. Mengevaluasi dan memverifikasi cara dan hasil penetapan risiko
tinggi lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk. - Plant Tuban;
c. Mengevaluasi dan memverifikasi efektivitas pengelolaan risiko
yang telah dilakukan oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. -
Plant Tuban berdasarkan hasil identifikasi dan penetapan risiko
lingkungan;
d. Merekomendasikan tindakan pengelolaan risiko lingkungan di PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk. - Plant Tuban yang bertujuan
meminimalkan risiko tinggi lingkungan;
e. Mengevaluasi dan memverifikasi pelaksanaan komunikasi risiko
lingkungan yang dilakukan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. -
Plant Tuban

Tujuan dari laporan hasil audit pengelolaan limbah B3 di PT Semen


sudah sesuai dengan hasil Audit Lingkungan dimana poin utama
terkait terciptanya lingkungan kerja yang sehat dan menjaga
continuitas terhadap laju produksi.

2. Ruang Lingkup :
a. Lingkup Organisasi dan/atau Fungsional Organisasi yang diaudit
adalah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. - Plant Tuban pada
bagian atau unit pengadaan, penerimaan dan penyimpanan
limbah B3, supply, produksi di raw mill, kiln, cement mill,
pemeriksaan mutu, SHE, laboratorium, produk semen, tanggap
darurat, pemeliharaan termasuk bagian pendukung seperti sumber
daya manusia dan hubungan masyarakat;
b. Lingkup Tapak/Area : Tapak fisik yang diaudit adalah tapak
kegiatan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. - Plant Tuban Plant
I, II, III, dan IV dengan luas 394.618 m2 yang terletak di Desa
Sumberarum, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa
Timur, serta masyarakat sekitar kegiatan di Desa Sumberarum
dan Desa Kasiman; 2
c. Lingkup Proses dan Fasilitas: Proses yang diaudit mencakup
proses penentuan identifikasi risiko, penetapan risiko dan
pengelolaan risiko tinggi lingkungan dalam dokumen managemen
risiko; proses pengadaan; pra penerimaan dan penerimaan limbah
B3; proses penyimpanan dan pengumpulan limbah B3; proses
grinding dan mixing bahan baku dan bahan bakar alternatif;
proses feeding dan proses pembakaran di sistem kiln serta proses
pengamanan risiko lepasan dioksin furan (interlock system).
d. Lingkup Horison Waktu Kajian : Waktu kajian audit adalah 3
(tiga) tahun (Tahun 2014 s.d. 2016) dan Semester I 2017.
Pertimbangan penetapan waktu kajian adalah berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor
03 tahun 2013 tentang Audit Lingkungan Hidup;
e. Lingkup Topik dan Isu Lingkungan : Topik dan isu lingkungan
yang diaudit mencakup pengelolaan limbah B3, kualitas emisi
udara dan udara ambien, kesehatan akibat paparan dioksin furan
dan logam berat dan komunikasi risiko, baik dalam operasi
kondisi normal, abnormal maupun kedaruratan;
f. Audit difokuskan pada komponen kegiatan Semen Gresik yang
dapat menimbulkan risiko tinggi lingkungan pada kondisi
abnormal (shut down, start up dan up set/ab-normal) dan kondisi
darurat.
g. Klasifikasi Temuan dan Prioritasi : Klasifikasi temuan audit
meliputi temuan kesesuaian dan ketidaksesuaian bila ditemukan
adanya kesesuaian atau ketidaksesuaian terhadap ketentuan-
ketentuan dalam manajemen risiko. Temuan kepatuhan atau
ketidakpatuhan apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap
peraturan atau perizinan. Temuan abservasi disampaikan apabila
di lapangan dijumpai adanya kegiatan yang berpotensi
menimbulkan risiko tinggi apabila tidak dikelola dengan baik.
h. Lingkup Rekomendasi/ Saran Tindak : Rekomendasi mencakup
saran perbaikan terhadap pengelolaan risiko dari kegiatan
operasional co-processing. Rekomendasi ini bertujuan untuk
meningkatkan kesiapan perusahaan dalam melakukan pencegahan
dan pengendalian risiko kegiatan operasional coprocessing.

Ruang lingkup terhadap tata kelola proses produksi diuraikan secara


menyeluruh yakni organisasi; area/lokasi; proses dan fasilitas; waktu
kajian; isu lingkungan; komponen kegiatan; temuan dan prioritasi;
rekomendasi dan saran.

3. Hasil Laporan :
Temuan Kesesuaian :
a. Perusahaan sudah memiliki Dokumen Managemen Risiko yang
dituangkan dalam Dokumen Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK) yang berisi identifikasi, penilaian dan
pengendalian risiko. Dokumen ini dievaluasi setiap tahun untuk
penyempurnaan dan perbaikan pengendaian operasi di lapangan.
b. Manajemen risiko telah diterapkan pada aktivitas pemanfaatan
limbah B3, mulai dari proses pengadaan; penerimaan;
pengumpulan dan penyimpanan; pre-processing; proses produksi,
jaminan mutu (quality asurance) dan pengendalian mutu (quality
control); manajemen pemeliharaan; managemen SDM;
managemen kesehatan; management of change, pengendalian
pencemaran; kesiapsiagaan dan tanggap darurat dan komunikasi
lingkungan serta managemen risiko kegiatan decommissioning.
c. Perusahaan telah melakukan pengukuran parameter dioksin furan
sebagai PCDD dan PCDF dan hasilnya telah menujukan jauh
dibawah baku mutu yang telah ditetapkan, yakni sebesar 0,00002
ng TEQ/m3 , 0,00002 ng TEQ/m3 (baku mutu 01 ng.m3).
d. Perusahaan sudah melakukan Kajian Dispersi Emisi Udara pada
tahun 2011 sesuai dengan kewajiban Izin Pemanfaatan Menteri
Lingkungan Hidup nomor 231 tahun 2010.

Temuan Ketidaksesuaian :
a. Identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko lingkungan dan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) belum mencakup paparan
dioksin-furan dan logam-logam berat.
b. Cara penetapan nilai risiko masih mengacu pada baku mutu
lingkungan atau nilai ambang batas (BML/NAB)
c. Pemberian nilai pada likelihood (L) Kegiatan Inspeksi dan
Perbaikan Pengendalian Emisi EP dan Bag Filter Unit Kerja Seksi
Pengendalian Emisi antara kondisi normal dan abnormal perlu
ditinjau kembali dengan mempertimbangkan risiko operasi
abnormal berdasarkan data time series yang ada.
d. Perusahaan belum memiliki Perencanaan Sistem Tanggap Darurat
Pemanfaatan Limbah B3 yang mencakup unit fungsi khusus
pemanfaatan limbah B3 dan simulasinya di lapangan.
e. Program komunikasi kegiatan pemanfaatan limbah B3 kepada
masyarakat sekitar belum dibuat.

Temuan Observasi :
a. Jumlah analis dan petugas sampling masih terbatas.
b. Prosedur Penerimaan dan Penimbangan Bahan Baku dan Bahan
Penolong Nomor IK/KSO/PPG01/53204300/005belum sesuai
dengan jenis limbah B3 yang termuat dalam izin.
c. Pemeliharan Gas analyzer yang terpasang di Kiln system masih
bersifat manual.
d. Management of Change belum melibatkan pihak terkait terutama
Bagian Hiperkes/Klinik dalam memberikan identifikasi risiko
kesehatan.
e. Perusahaan belum memiliki prosedur management of change yang
menjadi induk IK yang digunakan oleh unit kerja yang
berhubungan langsung dengan pemanfaatan limbah B3 sebagai
BBMA.

Hasil temuan positif atau kesesuaian sudah cukup sesuai prosedur


pengelolaan lingkungan dimana :
a. Perusahaan sudah memiliki dokumen Dokumen Identifikasi dan
Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang berisi identifikasi,
penilaian dan pengendalian risiko, Manajemen risiko telah
diterapkan pada aktivitas pemanfaatan limbah B3
b. Perusahaan telah melakukan pengukuran parameter dioksin furan
dimana hasilnya dibawah baku mutu yang telah ditetapkan, yakni
sebesar 0,00002 ng TEQ/m3 , 0,00002 ng TEQ/m3 (baku mutu 01
ng.m3)
c. Perusahaan sudah melakukan Kajian Dispersi Emisi Udara pada
tahun 2011 sesuai dengan kewajiban Izin Pemanfaatan Menteri
Lingkungan Hidup nomor 231 tahun 2010.
d. Prosedur Penerimaan dan Penimbangan Bahan Baku dan Bahan
Penolong Nomor IK/KSO/PPG01/53204300/005belum sesuai
dengan jenis limbah B3 yang termuat dalam izin.

Hasil penemuan negatif atau ketidaksesuaian tidak cukup beresiko


berat namun tetap dibutuhkan perencanaan tindak lanjut untuk
perbaikan agar manajemen pengelolaan lingkungan terkait limbah B3
di PT Semen Indonesia lebih baik demi lingkungan yang sehat.
4. Elemen yang mempengaruhi tingkat kepercayaan suatu laporan
Audit :
a. Sistematika Penulisan
Walau ada beberapa judul yang tidak sesuai urutan dengan laporan
audit pada Permen LH nomor 3 tahun 2013, namun isi sudah
sesuai.
b. Tata Bahasa
Tata bahasa baik, baku, istilah asing font dimiringkan dan sudah
memenuhi EYD.
c. Kualifikasi Auditor

Nama : Ir. Bambang Purwono


Kualifikasi : Auditor Utama
Nomor Sertifikat Kompetensi : LSK Auditor LH INTAKINDO
AU.001.01.015.0015

Belum terdapatnya nomor registrasi


5. Kelebihan dan Kekurangan :
Kelebihan dari laporan audit ini, audit dilakukan oleh auditor yang
berkompeten memenuhi kompetensi auditor lingkungan hidup pasal 7
PerMenLH nomor 3 tahun 2013 tentang audit lingkungan. Ruang
lingkup yang diaudit menyeluruh mengenai Kegiatan Industri Semen
yang Menerima Limbah B3 bukan dari Kegiatan Sendiri sebagai
Bahan Baku dan/atau Bahan Bakar pada proses Klinker PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk. - Plant Tuban. Hasil audit pun membuktikan
baku mutu limbah yang dihasilkan tidak melebihi nilai ambang baku
mutu lingkungan yang ditetapkan.
Selanjutnya kekurangan laporan audit ini yakni karena yang
dipublikasi hanya ringkasan laporan audit maka tidak terurai tahapan
proses pelaksanaan audit dan uraian kegiatan pengelolaan limbah B3
yang terstruktur. Selain itu belum dicantumkannya nomor registrasi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. - Plant Tuban merupakan pabrik yang


memproduksi semen dengan bermacam-macam semen yang berbeda sifatnya
yang mana pada proses produksinya menggunakan bahan bakar batubara,
sehingganya dari hasil proses pembakaran tersebut akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan baik dari pencemaran udara yang ditimbulkan
oleh pembakaran melalui cerobong asap berupa fly ash dan juga hasil dari
sisa pembakaran batubara berupa bottom ash.

Berdasarkan hasil audit lingkungan hidup yang diwajibkan secara berkala,


risiko tinggi lingkungan dari pemanfaatan limbah B3 sebagai bahan bakar
adalah terlepasnya senyawa dioksin dan furan apabila pembakaran di fasilitas
kiln (pre calciner) kurang dari 850 °C. Risiko tinggi lingkungan
penggunaan bahan baku alternatif limbah B3 adalah lepasan logam-logam
berat pada emisi cerobong dan produk.

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. - Plant Tuban sendiri telah melakukan


audit lingkungan hidup wajib berkala dengan ruang lingkup yang telah
disetujui oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui surat
persetujuan atas rencana audit lingkungan hidup yang diwajibkan
secara berkala Nomor S-272/PKTL/PDLUK/PLA.4/3/2018,
tanggal 15 Maret 2018.

Laporan audit lingkungan hidup berkala khususnya masalah pencemaran


tersusun cukup baik sesuai dengan PermenLH nomor 3 tahun 2013 tentang
Audit Lingkungan Hidup. Penanganan limbah terkelola denganbaik dan tidak
ada yang melebihi ambang baku mutu lingkungan. Adapun beberapa
kekurangan pada proses pelaksanaan namun tidak menimbulkan dampak
resiko tinggi.
B. Saran
1. Industri Semen merupakan industri beresiko tinggi sehingga wajib
melaksanakan audit lingkungan hidup dengan periode 3 tahun sekali
sebagai early warning kerusakan lingkungan
2. Melakukan perbaikan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan temuan
ketidak sesuai yang direkomendasikan auditor
3. Meningkatkan komunikasi ke masyarakat terkait pemanfaatan limbah
B3.
4. Terus berkomitmen untuk meminimasi limbah dan menjadikan PT
Semen Indonesia ramah lingkungan dimana program penghijauan lebih
ditingkatkan untuk penyehatan atau perbaikan kualitas udara.
DAFTAR PUSTAKA

Bambang, P. (2018). Ringkasan Laporan Audit Lingkungan Hidup Wajib Berkala


PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. - Plant Tuban.
http://153.92.4.138/amdal_info/uploads/pengumuman/13_Ringkasan Audit
LH SI Plant Tuban.pdf

Dzakky, F. I. (2015). Penerapan Akutansi Lingkungan ; Studi Kasus PT Semen


Indonesia, tbk. http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf

Nur Afifah, W. (2014). Dampak Negatif Industri Pt. Semen Indonesia Terhadap
Masyarakat Desa Temandang. Paradigma, 2(1), 1–7.
https://www.neliti.com/publications/249208/dampak-negatif-industri-pt-
semen-indonesia-terhadap-masyarakat-desa-temandang

Ratna P., K. (2017). Laporan Tugas Akhir Pabrik Semen Pt Semen Gresik
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/74915/Pabrik-Semen-Pt-Semen-
Gresik-Persero-Tbk-Pabrik-Tuban

SIG. (2019). Menuju Keberlanjutan yang prima Menuju Keberlanjutan yang


prima. https://sig.id/wp-content/uploads/2020/06/SR-SIG_2019_ID.pdf

SIG. (2018). Laporan Tahunan 2018 - Accelerated Transformation.


http://semenindonesia.com/wp-content/uploads/2020/02/Annual-Report-
2018.pdf

Utami, K. T., & Syafrudin, S. (2018). Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun (B3) Studi Kasuspt. Holcim Indonesia, Tbk Narogong Plant. Jurnal
Presipitasi : Media Komunikasi Dan Pengembangan Teknik Lingkungan,
15(2), 127. https://doi.org/10.14710/presipitasi.v15i2.127-132

Anda mungkin juga menyukai