Studi Kasus: PT. Barito Pasific Timber Tbk, dan PT. Binajaya
Roda Karya
MADYA AGASI
13314433
BAB I
PENDAHULUAN
2.
3.
Audit lingkungan dapat membantu menemukan penyelesaian masalah
lingkungan hidup.
1.2
1.3
Dalam buku The Environmental Audit and Bussiness Strategy, a Total Quality
Approach (1992, hal 72 & 73), Grand Ledgerwood mengemukakan bahwa audit
lingkungan mempunyai 3 tujuan yang luas, yaitu :
a.
b.
c.
BAB II
PEMBAHASAN
AUDIT LINGKUNGAN
Audit lingkungan merupakan pengujian yang sistematis dari interaksi antara setiap
operasi usaha dengan keadaan sekitarnya.
Dalam buku Accounting for the Enviroment (1993, hal 104) Audit lingkungan
merupakan suatu penilaian yang sistematis, objektif dan didokumentasikan
mengenai dampak dan aktivitas usaha anda terhadap lingkungan.
Perencanaan
Mengorganisasi
Mengkomunikasikan
Pemecahan Masalah
Fokus utamanya pada pemecahan masalah lingkungan yang segera dan paling
dikenal dan menghindari biaya yang tidak perlu, yang diakibatkan oleh staff yang
meningkat atau pengeluaran modal. Disini, sistem manajemen lingkungan
cenderung tidak formal, dan tanggung jawab untuk manajemen lingkungan
sebagian besar terletak pada pengacara, insinyur dan spesialis lain yang cenderung
memfokuskan pada masalah dan perhatian pabrik. Mereka cenderung hanya
menekankan hukum dan peraturan yang perlu yaitu apa yang tidak mempunyai
peluang untuk interprestasi dan resiko yang paling signifikan.
Mengelola ketaatan
Suatu perusahaan membangun suatu sistem yang lebih formal untuk mengelola
tingkat yang diinginkan atau tingkat ketaatan. Pergeseran ini dapat berasal dari
keinginan manajemen untuk mengelola dengan lebih baik mengenai apa yang
ditentukan oleh hukum atau kebijakan dan prosedur perusahaan. Fokus utama dari
sistem manajemen lingkungan, kesehatan, dan keamanan adalah mencapai dan
memelihara tingkat ketaatan yang diinginkan dengan berbagai persyaratan
peraturan. Disini program audit lingkungan cenderung memasukkan tidak hanya
penilaian masalah (dan mungkin praktik yang sehat), akan tetapi juga penentuan
dan/ atau verifikasi ketaatan yang dicapai.
Falsafah manajemen dasar adalah bahwa resiko lingkungan yang potensial terhadap
perusahaan dan terhadap lingkungan harus dikelola. Tidak hanya resiko yang
berhubungan dengan ketaatan penting bagi perusahaan, akan tetapi juga resiko
lain yang belum dicakup oleh persyaratan peraturan atau standar eksternal yang
ada adalah penting. Fokus utamanya pada membangun sistem manajemen
lingkungan yang menekankan, melindungi sumber daya internal dan lingkungan
eksternal dari kerugian dengan mencari dan mengantisipasi resiko dan juga
mengelola resiko yang disebabkannya. Perusahaan pada program audit lingkungan
sering menilai kesesuian dari sistem manajemen lingkungan dan memverifikasi
efektifitasnya, selain menilai masalah dan memverifikasi ketaatan.
2.8
Salah satu pendekatan untuk membedakan tipe dari resiko lingkungan adalah
mengidentifikasi penyebab dari kondisi industri yang berisiko, yaitu :
Kekuatan Eksternal
Adanya inisiatif dari manajemen tingkat bawah atau menengah untuk
memperbaiki aktivitas pengelolaan lingkungan dan mengejar apa yang perusahaan
lain lakukan.
2.10
Tipe Audit
Pertemuan pendahuluan
Tahap awal yang harus dilaksanakan oleh tim audit adalah mengadakan
pertemuan dengan pimpinan usaha atau kegiatan untuk mengkaji tujuan audit, tata
laksana, dan jadwal kegiatan audit.
Pemeriksaan lapangan
Pengumpulan data
Data dan informasi yang dikumpullkan selama audit lingkungan akan mencakup
tata laksana audit, dokumentasi yang diberikan oleh pemilik usaha atau kegiatan,
catatan dan hasil pengamatan tim auditor, hasil sampling den pemantauan, fotofoto, rencana, peta, diagram, kertas kerja dan hal-hal lain yang berkaitan, Informasi
tersebut harus terdokumentasi dengan baik agar mudah ditelusuri kembali. Tujuan
utama pengumpulan data adalah untuk menunjang dan merupakan dasar bagi
pengujian hasil temuan audit lingkungan,
Pengujian
Prinsip utama audit lingkungan adalah bahwa informasi yang disajikan oleh tim
auditor telah diuji dan dikonfirmasikan. Dokumentasi yang dihasilkan oleh tim
auditor harus menunjang semua pernyataan, atau telah teruji melalui pengamatan
langsung oleh tim auditor. Dalam menguji hasil temuan audit, tim auditor harus
menjamin bahwa dokumen yang dihasilkan merupakan dokumen yang asli dan sah.
Oleh karena itu tata laksana audit harus menentukan tingkat pengujian data yang
dibutuhkan, atau harus ditentukan oleh tim auditor.
Hasil temuan audit harus dievaluasi sesuai dengan tujuan audit dan tata
laksana yang telah disetujui untuk menjamin bahwa semua isu/masalah telah dikaji.
Dokumentasi penunjang harus dikaji secara teliti sehingga semua hasil temuan
telah ditunjang oleh data dan diuji secara tepat.
Pertemuan akhir
d. Pasca Audit
Tim auditor akan menyusun laporan tertulis secara lengkap sebagai hasil
pelaksanaan audit lingkungan. Laporan tersebut juga mencakup pemaparan
tentang rencana tindak lanjut terhadap isu-isu lingkungan yang telah diidentifikasi.
2.14
mengolah
sumber daya
alam,
tetap
Audit lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara
sistematik, terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja
organisasi sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan menfasilitasi kontrol
manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan
pengkajian pentaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan
perundang-undangan
tentang
pengelolaan
lingkungan
hidup.
(KEP42/MENLH/111994).
Dasar hukum pelaksanaan audit lingkungan di Indonesia adalah UU RI Nomor
23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan KEPMEN LH Nomor KEP42 MENLH/11/1994 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan
ISO 14001 adalah standar lingkungan terhadap organisasi yang dinilai. Ini
menentukan persyaratan untuk EMS, yang menyediakan kerangka kerja bagi suatu
organisasi untuk mengendalikan dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa.
Standar lain untuk isu-isu lingkungan hidup adalah ISO 1OOO.
Ketika melihat audit lingkungan, kadang terpikir ini adalah sebuah ruang untuk
menjaga tetap berkualitasnya kondisi lingkungan hidup. Dalam pembelajaran,
terlihat jelas bahwa audit lingkungan hanya merupakan sebuah kesukarelaan.
Bahkan yang dibelajarkan adalah audit lingkungan dalam ISO 14000, bukan pada
audit lingkungan yang termaktub dalam perundang-undangan negeri ini.
Kementerian Lingkungan Hidup sendiri telah mengeluarkan turunan UU mengenai
STUDI KASUS
PT. Barito Pasific Timber Tbk, dan PT. Binajaya Roda Karya telah memperoleh
akreditasi ISO 14001, standar internasional untuk sistem manajemen lingkungan
(EMS). Akreditasi diberikan pada tanggal 20 maret 2000 dan berlaku selama 3
tahun dari tanggal tersebut sesuai dengan implementasi berkesinambungan yang
memuaskan dari sistem manajemen operator (BVQIISO 14001 Sertifikat 66596).
BVQI (Bureau Verlitas Quality Internasional) melaksanakan audit sertifikasi dan
akan terus melaksanakan audit-audit eksternal EMS pada interval 6 bulanan. Audit
berikut nya dijadwalkan pada bulan February 2001.
Sebagai bagian dari proses ISO 14001, perusahaan ini memperbaiki
penyelanggaraan lingkungan perusahaannya dan menyusun prosedur kerja untuk
mencapai tujuan ini. Juga sebagai bagian dari proses tersebut, perusahaan telah
melaksanakan dan akan terus melaksanakan audit internal untuk memastikan EMS
diimplementasikan secara efektif, untuk mengidentifikasi cara-cara yang menjamin
perbaikan yang berkesinambungan dari penyelenggaran lingkungan perusahaan.
Meskipun tinjauan lingkungan awal (Initial Environmental Review) yang
dilaksanakan sebagai bagian dari proses ISO 14001, departemen lingkungan
perusahaan mengeluarkan laporan foto yang memperinci contoh-contoh dari
kegiatan manajemen tidak baik yang mendapat perhatian selama pemeriksaan.
Laporan ini didistribusikan kepada kepala-kepala departemen dengan instruksi agar
memperbaiki keadaan ini. Audit internal dilaksanakan bulan Juli 2000 yang berlaku
sebagai mekanisme untuk menjamin bahwa semua perbaikan telah dilakukan dan
mengidentifikasi perbaikan yang masih belum selesai atau baru. Tujuannya adalah
untuk membuat laporan foto lanjutan berdasarkan audit bulan Juli. Tetapi sejauh ini
belum tercapai. Selama audit juga banyak contoh pelaksanaan manajemen tidak
bagus yang didapat dari laporan foto, ternyata masih dijumpai di lingkungan
perusahaan.
BVQI melaksanakan audit eksternal EMS selama bulan Agustus 2000,
danselama itu ada beberapa poin persoalan yang mendapat perhatian, yaitu:
Kebanyakan kulit kayu dan beberapa limbah kayu lain saat ini dibuang ketanah
rawa untuk mereklamasi tanah tersebut. Areal ini kelihatannya tidakmemiliki
tumbuhan dan dari segi estetika tidaklah menarik. Selain itu, areal-areal yang
sebelumnya dipakai untuk pembuangan limbah kayu nampaknya tidak berregenerasi dengan cepat, dan pembakaran secara bebas menimbulkan persoalan
kualitas udara.
2. Air
Fasilitas perusahaan PT. Barito Pacific Timber Tbk. dan PT. Binajaya Roda karya
letaknya berdekatan dengan sejumlah anak sungai. Di sebelah timur, pabrik
berbatasan dengan, dan menggunakan, sungai Barito. Di sebelah utara adalah
sungai Andjir Soebardjo. Handil Sungai Barito, anak sungai kecil dari sungai Barito,
mengalir ke arah timur laut dari pabrik. Areal pabrik dan daerah luar kotadi
sekelilingnya rendah letaknya dan mudah kebanjiran.
Kepada auditor menunjukkan keseimbangan air semua areal pengolahan pabrik
(kecuali penggergajian yang tidak menggunakan air dalam aktifitasnya).
Keseimbangan air menunjukkan bahwa sebagian air pengolahan dipompa dari
sungai Barito.
Staf lapangan menunjukkan bahwa mereka tidak menemukan adanya
kontaminasi air permukaan yang berhubungan dengan pabrik. Namun demikian,
selama tinjauan ke lokasi tercatat adanya kontaminasi hidrokarbon sungai Barito di
sekitar log pond dan areal penggergajian. Lapisan minyak dipermukaan air berasal
dari derek, rel conveyor dan chainsaw tarik. Terdapat sejumlah minyak dan pelumas
di bawah peralatan ini, yang tidak mempunyai tempat pengeringan lain selain log
pond dan sungai.
Sungai Barito juga dipakai para staf untuk mandi dan mencuci. Sabun dan
deterjen
akan
mengkontaminasi
sungai.
Selain
itu,
di
sungai
juga
ditemukansampah. Tidak jelas dari mana asalnya, bisa saja berasal dari lokasilokasi lain.
3. Kualitas Udara
Debu merupakan persoalan diberbagai lokasi, tetapi yang terparah terdapat
diareal pembuatan particle board dan pabrik kayu lapis. Tidak ada pengawasan
debu yang dilaksanakan saat ini, walaupun debu membahayakan lingkungan dan
kesehatan serta keamanan. Selain itu, bahan kimia yang digunakan dalam proses
pembuatan lem dan penggunaan lem, baik di pabrik kayu lapis atau diareal
pembuatan particle board menimbulkan persoalan kualitas udara.
Sejumlah cerobong asap di lapangan berhubungan dengan ketel yang
menjalankan diesel, pembakaran limbah kayu dan debu gergajian, dan juga tempat
pembakaran buangan limbah. Cerobong-cerobong ini menghasilkan asap pencemar
dalam jumlah yang besar dan karenanya memerlukan pengawasan. Program
pengawasan cerobong asap telah tertinggal oleh program EMS saat audit. Tetapi
pada rapat selanjutnya dengan staf lapangan (tanggal 19 Oktober2000) program
pengawasan cerobong asap direkomendasikan pada tanggal 11Oktober 2000.
Pengawasan dilakukan oleh BPPI tetapi hasilnya belum tersedia.
Areal luas yang sebelumnya digunakan sebagai lahan penimbunan kulit kayu
dan limbah kayu, sebagai bagian dari upaya reklamasi sebagian tanah rawa
dilokasi, dibakar. Aktifitas ini menyebarkan banyak asap ke atmosfer.
BVQI mencatat tidak ada pengawasan vibrasi atau bau yang dilaksanakan saat
ini. Perusahaan mengalami kesulitan dalam mengorganisasi pengawasan karena
hanya dua organisasi di Indonesia yang dianggap mampu melakukan monitoring
jenis ini. Organisasi-organisai ini didekati dan diminta untuk melaksanakan
pengawasan tersebut pada tanggal 20 Oktober 2000. Tanggal itu telah berlalu
tetapi monitoring tersebut tidak pernah dilaksanakan.
Rekomendasi :
1. Limbah kayu
Manajemen seharusnya menanggapi persoalan limbah kayu sebagai sesuatu
yang bersifat mendesak karena hal ini merupakan persoalan yang berhubungan
langsung dengan kelangsungan akreditasi ISP 14001. Hal ini harus menggabungkan
tinjauan menyeluruh dari rata-rata pemerolehan kayu berdasarkan semua proses
dari saat kedatangan kayu sampai pada pengolahan akhir, dan juga keefektifan
mesin pengolahan yang digunakan. Hasil-hasil tinjauan ini bisa dipakai untuk
mengidentifikasikan areal-areal yang mempunyai buangan terbesar dan bisa
dipakai untuk meningkatkan rata-rata pemerolehan.
Distribusi kayu harus juga diperhatikan, karena sejumlah besar kayu olahan di
lapangan nampaknya ditimbun dalam jangka waktu lama, yang terbuka bagi
elemen-elemen tersebut. Akibatnya, tumpukan-tumpukan ini akan berkurang
nilainya.
2. Air
- Pengujian Kualitas Air di Saluran Air
Pengujian kualitas air di saluran air permukaan dekat areal-areal pemrosesan
menunjukkan tingkat polutan yang meninggi. Persoalan ini memerlukan perhatian
segera untuk mengembalikan tingkatan tersebut ke batas-batas yang
diperbolehkan. Sebagai alternatif, air limbah dari parit-parit penampungan ini harus
menjadi bagian dari sistem drainase yang tertutup dan dialihkan ke pusat
pengolahan limbah cair di lapangan untuk perlakuan.
- Pemeliharaan Saluran Air Permukaan
Saluran air permukaan di lokasi pabrik diketahui memiliki kotoran dan lapisan
berminyak di beberapa tempat. Saluran-saluran ini langsung berhubungan ke
sungai Barito dan mudah kebanjiran. Dimana saluran ini ditutup, penutup betonnya
harus diperbaiki, dan langkah-langkah lanjutan harus diambil untuk menjamin
bahwa saluran-saluran ini tidak tercemar. Jika terdapat polusi di saluran-saluran ini,
air limbah harus dipindah dan diolah di pusat pengolahan air limbah.
3. Kualitas udara
Debu
Debu dipandang sebagai masalah di lapangan, baik selama audit ini dan
selama audit BVQI. Direkomendasikan agar pengawasan debu dilaksanakan dengan
mengimplementasikan prosedur-prosedur pengurangan emisi debu di udara
Kesimpulan
Secara ringkas Audit Lingkungan adalah sistim evaluasi yang dilakukan secara
sistematis dan obyektif terhadap pengelolaan dampak yang ada maupun potensial
dampak dari kegiatan suatu organisasi atas lingkungan yang juga berpengaruh
terhadap kinerja suatu organisasi. Apa yang dievaluasi biasanya termasuk
pengelolaan lingkungan dari organisasi itu, pentaatan terhadap peraturan dalam
pengelolaan lingkungan seperti emisi ke udara, pembuangan ke air, pengelolaan
limbahnya, sistim dokumentasi, pelaporan, indikator kinerja, sistim tanggap darurat
termasuk pula tanggung jawab manajemen, komunikasi dan kursus-kursus yang
diberikan kepada staffnya.
Manfaat yang dapat diperoleh suatu perusahaan dari kegiatan audit
lingkungan adalah (BAPEDAL, 1994) :
Saran
Agar audit lingkungan dapat berjalan dengan efektif, setidaknya ada lima
elemen penting yang harus diperhatikan. Pertama diperlukan komitmen dari
perusahaan itu agar mau terbuka dan jujur dalam memberikan data. Hal di atas
agak riskan mengingat pengusaha biasanya enggan untuk membuka 'jati dirinya'
karena persaingan bisnis misalnya. Kedua, adanya Auditor yang mandiri yang tidak
mempunyai kepentingan apapun akan fasilitas yang sedang diaudit. Ini penting
untuk menjaga keobyektifan penilaian, kemandirian auditor harus pula dijaga agar
tidak terpengaruh oleh situasi atau tekanan lainnya ketika mereka melakukan
kunjungan lapangan. Verifikasi prosedur dan pengukuran kinerja, merupakan dua
hal berikutnya dari elemen Audit Lingkungan. Hal ini penting dilakukan agar ada
kepastian bahwa informasi yang didapat memang benar-benar akurat. Terakhir,
harus ada mekanisme tindak lanjut dari rekomendasi yang didapat selama Audit
Lingkungan. Jika tidak, maka usaha Audit Lingkungan yang telah dilakukan menjadi
sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: