Anda di halaman 1dari 33

DASAR-DASAR AUDIT LINGKUNGAN

A. Pendahuluan
Setiap usaha atau kegiatan wajib menjaga kelestarian lingkungannya. Untuk
menjamin kelestarian lingkungan secara terus menerus, perlu dilaksanakan
pemantauan lingkungan sesuai dengan yang tertera dalam dokumen AMDAL.
Dokumen AMDAL yang memuat tata cara dan prosedur pemantauan lingkungan
adalah dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Bahkan pada waktu
tertentu secara perioik atau pada saat ada problem atau ada keperluan khusus
diperlukan kajian lingkungan. Kajian lingkungan yang dimaksudkan untuk
mengetahui kinerja manajemen pengelolaan lingkungan adalah (1) Audit
lingkungan dan (2) Peringkat pengelolaan lingkungan.

Dokumen audit lingkungan yang telah diverifikasi memuat pengelolaan lingkungan


yang telah dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang sudah beroperasi berikut hasil
pengelolaannya. Untuk komponen lingkungan yang masih belum baik, maka audit
lingkungan merupakan dokumen yang dapat dijadikan sebagai early warning system
dalam pengelolaan lingkungan. Di dalam audit lingkungan terdapat uraian tentang
mitigasi dampak yang terjadi yaitu berupa cara pencegahan dan penanggulangan
dampak lingkungan.

B. Definisi dan Pengertian Audit Lingkungan


Suatu kebijakan yang dilaksanakan perlu dilengkapi suatu konsep dan instrument
pelaksanaannya. Konsep ini tercermin pada beberapa bagian dari definisi dan
pengertiannya.

1. Definisi Audit Lingkungan


Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 42 Tahun 1994, audit
lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara
sistematik, terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu
kinerja organisasi, sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan memfasilitasi
kontrol manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak
lingkungan dan pengkajian pemanfaatan kebijaksanaan usaha atau kegiatan
terhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan.

2. Pengertian Audit Lingkungan


Berdasarkan atas definisi tersebut dapat diuraikan beberapa pengertian, antara
lain :
a. Audit lingkungan sebagai alat manajemen
Yang terletak pada pengertian evaluasi yang sistematik, terdokumentasi,
periodik dan obyektif. Evaluasi dalam pelaksanaannya dapat dilakukan
dengan pemeriksaan. Evaluasi yang sistematik dan periodik dilaksanakan
dengan pemantauan yang terdokumentasi agar dapat dijamin
obyektifitasnya. Dengan demikian pihak lain dapat melaksanakan
pemerikasaan kembali. Dari pengertian ini maka audit lingkungan
merupakan pemerikasaan untuk mengetahui potret keadaan lingkungan.

b. Fungsi audit lingkungan


1. Upaya peningkatan pentaatan terhadap peraturan. Di dalam audit
lingkungan untuk menetapkan apakah suatu komponen lingkungan
tertentu baik atau tidak harus dibandingkan dengan baku mutu
lingkungan. Ini berarti bahwa audit lingkungan mendorong suatu usaha
mentaati peraturan perundangan yang berlaku, dalam hal ini antara lain
adalah baku mutu lingkungan.
2. Audit lingkungan merupakan dokumen yang dapat merealisasikan
pelaksaan :
a) SOP (standard operating procedure) atau prosedur standar operasi
terhadap pemasangan dan pengoperasian peralatan atau kegiatan
pengelolaan lingkungan.
b) Pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan lingkungan dari proses
reuse dan recycle dari limbah yang terjadi.
c) Sebagai tanggap darurat atau early warning system terhadap terjadinya
kerusakan atau pencemaran lingkungan.
3. Jaminan menghindari kerusakan lingkungan. Adanya audit lingkungan
maka kerusakan lingkungan yang lebih parah akan dapat dihindari.
4. Audit lingkungan merupakan dokumen yang dapat menguji kebenaran
prediksi dampak yang terdapat pada dokumen terdahulu yaitu AMDAL.
5. Perbaikan penggunaan sumberdaya yaitu penghematan bahan,
minimalisasi limbah, identifikasi proses daur hidup, dan kemungkinan
memperoleh tambahan sumberdaya dari proses recycle.
c. Sasaran audit lingkungan
Dokumen ini memiliki sasaran, meliputi dua aspek :
1. Mengetahui kinerja
a) Organisasi
b) Sistem manajemen
c) Peralatan
d) Pentaatan peraturan perundangan
2. Pelaksanaan pengendalian dampak lingkungan. Adanya pemeriksaan
terhadap kualitas lingkungan dan seluruh kegiatan yang berkaitan
sebagai bahan untuk mengetahui keberhasilan upaya pengendalian
dampak lingkungan. Audit lingkungan dilaksanakan dengan secara
langsung menilai dan mengevaluasi kegiatan pengendalian tersebut.

d. Manfaat audit lingkungan


Dokumen audit lingkungan bermanfaat dalam :
1. Mengidentifikasi resiko lingkungan
Oleh adanya kegiatan audit lingkungan maka resiko lingkungan dapat
diketemukan dan dapat diprediksi untuk masa yang akan datang. Hal ini
sangat membantu pihak pengambil kebijakan untuk menyusun
pengalokasian anggaran dalam pengelolaan lingkungan.
2. Menjadi dasar dalam pelaksanaan kebijakan lingkungan
Prioritas dalam penanganan dampak dapat dilakukan dengan adanya
dokumen audit lingkungan ini.
3. Menghindari kerugian financial yang disebabkan oleh penutupan usaha
atau penghentian sementara proses produksi, pembatasan usaha,
publikasi pencemaran nama sebagai akibat dari protes masyarakat atau
proses hukum berkaitan dengan lingkungan.
4. Mencegah tekanan sanksi hukum yang berkaitan dengan kelalaian dalam
pengelolaan lingkungan.
5. Dokumen audit lingkungan dapat dipergunakan untuk pembuktian
pelaksanaan pengelolaan lingkungan.
6. Dokumen audit lingkungan berisi berbagai informasi tentang kualitas
lingkungan, teknik pengelolaan lingkungan, kelembagaan dan kualitas
sumberdaya manusia.
Disamping itu audit lingkungan bermanfaat pula dalam kaitannya
pengembangan usaha. Diwaktu mendatang audit lingkungan sangat
bermanfaat kaitannya dengan label hijau Ecolabel ISO 14000.
C. Prinsip Dasar Audit Lingkungan
1. Karakteristik Audit Lingkungan
Audit lingkungan memiliki karakteristik yang sangat penting dalam
pengelolaan lingkungan dalam lingkungan site proyek tetapi juga untuk
lingkungan diluarnya yang masih terpengaruh oleh kegiatan usaha yang
diaudit. Beberapa sifat dari audit yang penting adalah:
a. Audit lingkungan mempergunakan metodologi yang komprehensif,
b. Audit lingkungan menggunakan konsep pembuktian dan pengujian,
c. Audit lingkungan menggunakan pengukuran dengan prosedur yang
standar,
d. Audit lingkungan merupakan dokumen tertulis sehingga pihak manapun
dapat melakukan chekck and recheck.

2. Kunci Keberhasilan Audit Lingkungan


Audit lingkungan dapat disusun dengan baik bila ada :
a. Dukungan pihak pimpinan. Apabila pimpinan perusahaan memiliki
kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan maka dokumen audit dapat
terwujud dengan sempurna.
b. Apabila ada partisipasi dari banyak pihak maka dokumen ini akan
sempurna dan lebih valid.
c. Kemandirian dan obyektifitas auditor. Auditor yang baik akan
melaksanakan kegiatan ini secara professional. Auditor yang baik
biasanya telah memiliki pengalaman untuk melaksanakan audit atau
menyusun AMDAL. Sedangkan untuk anggota tim auditor harus
bersertifikat Auditor atau sertifikat AMDAL A dan AMDAL B. Meskipun
dana pelaksanaan audit dari perusahaan yang diaudit, auditor harus
bersifat independent dan obyektif. Argumentasi tim auditor harus dapat
diterima oleh kegiatan usaha yang diaudit. Penemuan yang benar pada
hakekatnya untuk kepentingan kegiatan perusahaan tersebut.
d. Kesepakatan tentang tata laksana dan lingkup yang di audit. Antara
auditor dan perusahaan harus ada kata sepakat tentang proses, prosedur,
administrasi, dan pendanaan. Hal ini berkaitan dengan lingkup kegiatan,
komponen lingkungan, aspek yang diaudit.

Referensi
1. Fandeli, C, Retno N.U., dan Sofiudin. N. 2006. Audit Lingkungan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
2. Mitchell. B; B. Setiawan dan D.H. Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
PROSES DAN PROSEDUR AUDIT LINGKUNGAN

A. Tata Laksana Audit Lingkungan

Audit lingkungan dilaksanakan oleh para pemilik usaha disebabkan oleh dua
kemungkinan. Kemungkinan pertama, pemilik suatu usaha secara proaktif
melaksanakan audit lingkungan kesadaran sendiri. Pemilik usaha yang demikian ini
biasanya menyadari bahwa masalah lingkungan bila tidak ditangani secara serius
akan dapat menganggu usahanya dikemudian hari. Kemungkinan yang lainnya
adalah kesadaran bahwa audit lingkungan merupakan suatu kegiatan yang sangat
terkait dengan ketaatannya terhadap peraturan perundangan, apalagi kedepan
dengan akan diberlakukannya ISO 14000 audit lingkungan merupakan bagian dari
skema ini. Kemungkinan kedua, bila pemilik usaha mengalami problem lingkungan
yang serius. Apalagi kalau kemudian kegiatan ini mendapat protes dari masyarakat
atau pihak lain. Sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 30 Tahun
2001, pemilik kegiatan usaha yang memiliki persoalan lingkungan mempunyai
kewajiban untuk menyusun audit lingkungan. Audit lingkungan dapat
dipergunakan mencari solusi persoalan lingkungan yang dihadapi oleh kegiatan
usaha tersebut. Pada umumnya bila yang terjadi pada kemungkinan yang kedua
maka audit lingkungan dilaksanakan secara parsial hanya dititikberatkan pada
persoalan yang dihadapi saja. Misalnya masalaha kebisingan maka yang diaudit
adalah parameter kebisingan. Demikian pula bila ada persoalan dengan cemaran air,
semaran udara atau hilangnya suatu jenis hewan tertentu. Kemungkinan audit yang
keduai ini disebut audit reaktif. Tetapi, akan lebih baik bila dilaksanakan audit
seluruh parameter lingkungan secara holistik.

Secara jelas proses tata laksana audit lingkungan dapat dilhat pada skema berikut :
Kegiatan Usaha
Telah ada Belum memiliki
AMDAL AMDAL

Dokumen
1. KA ANDAL Kinerja Kegiatan Masalah
2. ANDAL Usaha Lingkungan
3. RKL 9. 8.
4. RPL
10.

1. Mobilisasi
Auditor
2. Konsultan/
informan
7.

Pemerikasaan/
Penelitian

1. 1.Check list
2. 2.Sampling
3. 3.Pengamatan
4. 4.Interview
5. 5.Kuisioner
6.

Penilaian dan Evaluasi

1.Penetapan Skala Parameter Lingkungan


2.Pemberian Skor Parameter Lingkungan
3.Analisis Kondisi Parameter Lingkungan
4.Analisis KInerja Pengelolaan LIngkungan

Mitigasi

1.Kembangkan Kinerja Positif


2.Cegah dan Tanggulangi Kinerja Negatif

Gambar 1. Proses Audit Lingkungan


B. Proses Penyusunan Laporan Hasil Audit

Ada beberapa cara penelitian terhadap berbagai parameter lingkungan. Secara garis
besar sebagai berikut :

1. Cara Checklist
Cara ini dipilih bila kita telah memiliki informasi atau data yang cukup banyak.
Informasi mengenai parameter lingkungan yang diaudit diberikan dengan data
atau deskripsi. Seluruh anggota tim dimintai pendapatnya dan kemudian dibuat
list atau daftar parameter lingkungan. Daftar atau list ini kemudian diuji oleh tim
auditor.
2. Cara Sampling
Cara ini dipergunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan tertentu. Caranya
adalah dengan mengambil sampel lingkungan kemudian dianalisis di
laboratorium. Cara ini pada umumnya untuk parameter fisik dan beberapa
parameter biotik.
3. Cara Pengamatan
Cara pengamatan ini hamper dapat dilakukan untuk seluruh parameter
lingkungan. Kondisi lingkungan diamati di lapangan. Cara pengamatan masing-
masing parameter tidak sama. Oleh karenanya setiap parameter menggunakan
metoda penelitian yang sesuai untuk parameter tertetntu.
4. Cara Interview
Cara penelitian ini dipergunakan khusus untuk parameter sosial, ekonomi,
budaya dan kesehatan masyarakat.
5. Cara Kuisioner
Cara ini dipergunakan untuk mengetahui persepsi dan preferensi masyarakat
terhadap persoalan lingkungan yang ada di lingkungan kegiatan usaha dan
sekitarnya. Cara kuisioner ini dimaksudkan untuk mencocokan kondisi
lingkungan yang diteliti dengan metoda lain, yaitu : sampling, pengamatan dan
pengukuran.

Proses selanjutnya adalah penilaian tentang kualitas lingkungan berdasarkan data


yang dikumpulkan dilapangan. Pada dasarnya penilaian ini dimaksudkan untuk
mengetahui parameter lingkungan yang diteliti kondisinya, baik atau jelek.
Penilaian ini dibuat dengan membandingkan dengan baku mutu lingkungan yang
tersedia. Apabila ada parameter lingkungan tyang tidak baku mutunya, maka tim
tersebut harus membuat kriteria untuk menentukan klasifikasi kriteria, kondisi baik;
tidak baik dan jelek. Kriteria harus disepakati oleh seluruh anggota tim.
Setelah kondisi suatu parameter lingkungan atau seluruh parameter lingkungan
ditentukan baik atau tidak baik, maka kegiatan selanjutnya adalah proses evaluasi.
Proses evaluasi ini dipergunakan kalau ada parameter lingkungan yang tidak baik.
Parameter yang kondisinya tidak baik, ingin diketahui apa penyebabnya pada aspek
apa parameter lingkungan tersebut tidak dalam kondisi baik. Demikian sebaliknya,
apabila kondisinya bagus, maka aspek apa yang menyebabkannya. Dengan
demikian secara langsung kinerja dari pengelolaan lingkungan yang telaah
dilaksanakan oleh perusahaan yang diaudit diketahui.

Apabila parameter lingkungan yang jelek kondisinya telah diketahui penyebabnya,


maka dapat dirumuskan mitigasinya. Mitigasi ini mengandung dua pengertian.
Pertama, yang jelek ditanggulangi. Kedua, yang kondisinya baik dikembangkan.
Setiap upaya mitigasi ini harus disampaikan kepada pemilik usaha.

Proses verifikasi dapat dilaksanakan oleh instansi yang membidangi lingkungan,


baik pusat (Kementrian Lingkungan Hidup), provinsi (BLHD), dan kabupaten/kota
(BLH Kab/Kota).

C. Prosedur Pelaksanaan Wajib Audit Lingkungan

Sementara itu sesuai dengan kenyataan di lapangan terdapat audit lingkungan yang
wajib dilaksanakan oleh pemilik usaha/kegiatan. Pada umumnya perusahaan wajib
menyusun audit lingkungan bila perusahaan tersebut memiliki masalah lingkungan.
Berdasarkan pada mekanisme yang tertera pada Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2001, dapat disusun skema sebagai berikut.
Usul dari pihak yang Menteri berwenang
berkepentingan memerintahkan Audit
Lingkungan

Gubernur/Bupati/Walikota

Instansi yang bertanggung


jawab

1. Laporan kepada G/B/W


2. G/B/W usul kepada menteri

Tim Evaluasi

Rekomendasi Kepada Menteri Kelayakan Audit

Alasan tidak setuju Audit Perintah Audit

30 hari menunjuk Auditor

Pelaksanaan Audit

Apabila dianggapperlu Menteri LH melakukan


verifikasi dengan membentuk tim verifikasi

Menteri LH mengeluarkan surat perintah


perbaikan, mengumumkan surat perintah
perbaikan kepada masyarakat

Gambar 2. Tatalaksana Prosedur Wajib Audit


Referensi
1. Fandeli, C, Retno N.U., dan Sofiudin. N. 2006. Audit Lingkungan. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
2. Mitchell. B; B. Setiawan dan D.H. Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
HUBUNGAN AMDAL, AUDIT LINGKUNGAN DAN ISO

A. Hubungan AMDAL dan Audit Lingkungan

Pada dasarnya AMDAL dan Audit Lingkungan saling berkaitan. Keduanya


merupakan instrument untuk menciptakan pembangunan yang berwawasan
lingkungan dalam kerangka menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.
AMDAL terdiri dari 4 (empat) dokumen, yaitu : KA (Kerangka Acuan), ANDAL
(Analisis Dampak Lingkungan), RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dan RPL
(Rencana Pemantauan Lingkungan). Pelaksanaan dua dokumen terakhir sangat erat
kaitannya dengan audit lingkungan.

Keberhasilan pelaksanaan RKL dan RPL dapat dilihat dari hasil audit lingkungan.
Audit Lingkungan dibuat untuk mengetahui keberhasilan kinerja pengelolaan
lingkungan. Apabila kinerja pengelolaan lingkungan itu baik, berarti perencanaan
yang tertera dalam RKL dan RPL serta pelaksanaannya juga baik. Demikian
sebaliknya bila kinerja pengelolaan lingkungan tidak baik berarti ada persoalan,
apakah RKL dan atau RPL-nya yang tidak baik atau pelaksanaannya yang tidak
baik. Bisa terjadi ketiganya tidak baik atau salah satu dari ketiga aspek yang tidak
baik.

Hubungan antara AMDAL dengan audit lingkungan dapat dilihat pada skema
berikut.
AMDAL

KA ANDAL
Perencanaan ANDAL Pelaksanaan
RKL
RPL

Audit Lingkungan

Kinerja Manajemen
Lingkungan

Bagus Tidak Bagus

Mitigasi Mitigasi

Kembangkan Tanggulangi
Cegah kerusakan
pengelolaan lingkungan kerusakan
lingkungan
yang sudah baik lingkungan

Gambar 1. Skema Hubungan AMDAL dan Audit Lingkungan


B. Hubungan AMDAL dan ISO

Semakin banyaknya perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu, secara


langsung mempengaruhi perusahaan lain untuk menerapkan hal serupa. Penerapan
system manajemen mutu ini tidak ada bedanya dengan melakukan perubahan yang
berorentasi kedepan, karena dengan menerapkan system manajemen mutu
merupakan langkah awal ke arah perbaikan mutu. Sebuah perusahaan yang
menerapkan sistem manajemen mutu hendaknya memperhatikan lingkup
perushaannya karena menyangkut hal-hal yang bersifat umum dan aplikasinya
sangat tergantung pada besar kecilnya suatu perusahaan, kerumitan dan hubungan
masing-masing proses dan memetakannya. Setiap perusahaan memiliki proses yang
berbeda dalam perusahaan, walaupun memproduksi produk yang sama. Terlebih
lagi bila produknyaberbedaa, seperti perusahaan manufaktur dan jasa. Kecanggihan
proses yang ada di perusahaan dengan teknologi yang digunakan dapat menjadi
perbedaan dalam bentuk perencanaan dan penerapan sistem manajemen mutu.

Dengan berlakunya ISO 9000, daya saing antar perusahaan semakin besar, apalagi
bagi perusahaan yang penjualan produknya melewati batas negara. Sementara
berdasarkan sistem birokrasi dalam negeri pada masing-masing negara dapat
dibentuk agen-agen sertifikasi yang beroperasi sesuai dengan standar yang telah
disepakati. Pada saat ini terdapat suatu kenyataan, suatu perusahaan sebagai
produsen barang-barang yang telah sesuai dengan ISO 9000 (Standar Eropa) telah
dapat dianggap sesuai dengan syarat hukum seperti dalam petunjuk yang
dikeluarkan oleh masyarakat Eropa, sehingga perusahaan-perusahaan tersebut
mendapat kepastian hukum yang sesuai dengan peradilan di Eropa.

Pada umumnya standar acuan internasional dapat dijadikan patokan pada suatu
perusahaan. Suatu perusahaan dapat mengikuti sistem manajmen mutu yang ada
atau dengan menggunakan bantuan konsultan untuk membuatnya. Umumnya
penerapan sistem manajemen mutu sama halnya dengan mengetahui persyaratan
standar sistem manajemen mutu ISO 9001 yang merupakan suatu persyaratan
minimal yang harus dimiliki oleh suatu perusahaan. Perusahaan ini harus mengerti
kemampuan perusahaan dan prosesnya, memiliki komitmen dari semua
sumberdaya yang ada untuk merencanakan bentuk sistem manajemen mutu yang
diberlakukan. Perusahaan yang bersangkutan memperlajari secara seksama guna
melakukan peningkatan mutu secara terus-menerus.

C. Hubungan Audit Lingkungan dengan ISO 14000

Audit lingkungan sangat erat kaitannya dengan ISO 14000. Pada hakekatnya audit
lingkungan merupakan bagian dari ISO 14000 seri 14010. Pada dasarnya audit
lingkungan merupakan komponen dari evaluasi organisasi. Secara jelas kaitan
antara ISO 14000 dengan audit lingkungan dapat dilihat pada skema berikut.

ISO SERI 14.000


(SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN)

Evaluasi Organisasi Evaluasi Produk

Sistem Manajemen Lingkungan Aspek Lingkungan Dalam


( ISO 14.001) Standarisasi ( ISO 14.060)

Audit Lingkungan Label Lingkungan


( ISO 14.010) ( ISO 14.001)

Evaluasi Kinerja Lingkungan Assesmen Daur Hidup


( ISO 14.030) ( ISO 14.001)

Gambar 2. Komponen ISO 14000

Referensi
1. Fandeli, C, Retno N.U., dan Sofiudin. N. 2006. Audit Lingkungan. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
2. Mitchell. B; B. Setiawan dan D.H. Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
PENELITIAN DALAM AUDIT LINGKUNGAN

A. Pengambilan Sampel Abiotik, Biotik dan Sosial

1. Pengumpulan data aspek abiotik (geofisik kimia)


Penelitian untuk audit lingkungan tidak jauh berbeda dengan penelitian
dalam AMDAL. Di dalam dokumen RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan)
terdapat metoda pemantauan lingkungan yang dirinci atas aspek komponen
dan parameter lingkungan yang dipantau, serta tolak ukurnya. Metoda ini
sama dengan metoda penelitian yang harus dilaksanakan dalam audit
lingkungan.

Tabel 1. Metoda Pengumpulan dan Analisis Data Aspek Geofisik Kimia

Komponen Metoda Pengumpulan Data Metoda


Parameter
Lingkungan Metoda Lokasi Analisis Data

Iklim - Suhu udara - Pengumpulan - Pelabuhan - Tabulasi data


- Kelembaban data sekunder udara - Klasifikasi
nisbi - Pengukuran di terdekat Schmith &
- Kualitas udara lapangan - Stasiun Ferguson,
(kualitas udara) meterologi Koppen dan
terdekat Oldeman
Hidrologi - Tinggi muka air - Pengamatan - Sungai - Analisa
tanah lapangan - Saluran hidrograf
- Pola air dan - Pengukuran primer, - Pengukuran
debit sungai lapangan sekunder dan lapangan
- Tinggi, lama, tersier - Penilaian ahli
dan frekuensi
genangan/
banjir
- Kualitas air
permukaan
(sumu,sungai)
Kualitas Air - Warna - Pengukuran - Sungai - Visual
(fisika) - Rasa dan bau insitu - Saluran - Organoleptik
- Kekeruhan - Pengambilan primer, - Gravimetrik
- TSS sampel air sekunder dan - Elektrometrik
- pH tersier
- DHL
Kualitas Air - DO - Titrasi - Sungai - Titrimetrik
(kimia) - BOD - Saluran - Spektrofoto
- COD primer, metrik
- Kesadahan sekunder dan
- Ca tersier
- Mg
- Mn
Komponen Metoda Pengumpulan Data Metoda
Parameter
Lingkungan Metoda Lokasi Analisis Data

- CaCo3
- Nitrit
- Nitrat
- Sulfat
Tanah - Fisiografi, - Observasi - Lahan - Penilaian ahli
litologi lapangan gambut - Analisa
- Sifat fisik tanah - Pengeboran dan - Lahan rawa laboratorium
- Sifat kimia pengambilan
tanah contoh tanah

Disamping itu, ada beberapa komponen lain yang belum tercantum pada
tabel tersebut, dapat dicari pada berbagai keputusan Menteri Lingkungan
Hidup atau Surat Keputusan Gubernur tentang Baku Mutu Lingkungan.

2. Pengumpulan data aspek biotis


Pada hakekatnya penelitian bidang biotis dapat dilakukan dengan banyak
metoda. Pemilihan metoda penelitian sangat tergantung pada kepentingan
dan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

a. Komponen vegetasi
Metode yang digunakan adalah metode jalur berpetak dengan panjang jalur Satu
km. Jalur pengamatan diletakkan dengan posisi memotong tegak lurus garis
kontur. Pada jalur-jalur tersebut selanjutnya dibuat petak-petak sebagai berikut :
 Petak berukuran 20 m x 20 m yang dibuat kontinyu sepanjang jalur. Petak ini
dipergunakan untuk pengamatan pohon dewasa (diameter lebih dari 20 cm);
 Petak berukuran 10 m x 10 m yang dibuat pada setiap jarak 50 meter. Petak
ini dipergunakan untuk pengamatan permudaan tiang (diameter antara 10-19
cm);
 Petak berukuran 5 m x 5 m yang dibuat pada setiap jarak 50 meter. Petak ini
dipergunakan untuk pengamatan permudaan pancang (diameter < 10 cm);
 Petak berukuran 2 m x 2 m yang dibuat pada setiap jarak 50 meter. Petak ini
dipergunakan untuk pengamatan permudaan anakan (tinggi < 1,5 m).

b. Komponen fauna
Pengumpulan data struktur dan komposisi fauna teresterial, dilakukan dengan
cara :
 Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan langsung/
inventarisasi kualitatif komunitas fauna terestrial di wilayah studi. Untuk
Aves dan reptilia serta amphibi pengambilan data dilakukan pada pagi hari
mulai pukul 06.00 – 11.00 WIB dan pada malam hari mulai pukul 19.00 –
24.00 WIB.
 Pengumpulan data sekundernya diperoleh dengan melakukan wawancara
dengan penduduk setempat, dan data inventarisasi dari instansi terkait.
Untuk mendapatkan gambar struktur komunitas fauna terestrial di wilayah
studi, pengambilan contoh dilakukan secara ‘grouped sampling’, dengan melihat
karakteristik ekosistim di wilayah studi.
Alat yang dipergunakan antara lain terpong (binocular), tape recorder, kamera,
buku panduan identifikasi dan peta wilayah studi.
Dengan melihat pola penyebaran populasi fauna terestrial yang bersifat random,
maka pengamatan mamalia, reptilia, dan amphibia sebagai data primernya,
dilakukan dengan :
 Metode Penjelajahan (Fandelli, 2001)
 Line Transect Methods (Overton, 1971 dalam Suripto, 2000)
 Crusing Methods (Leopold, 1933 dalam Suripto, 2000), pada tempat/habitat
fauna.
Pengamatan komunitas burung/aves menggunakan :
 Metode perjumpaan langsung
 Metode ‘call counts’, pada waktu pagi, siang dan sore hari (Lavieron, 1979
dalam Suripto, 2000).
Untuk jenis fauna langka dan dilindungi, dilakukan dengan menghimpun data
sekunder dari wawancara dengan masyarakat desa setempat dan instansi daerah
terkait.
c. Biota perairan
Biota perairan yang ditelaah dalam studi ini meliputi plankton (fitoplankton dan
zooplankton), benthos, dan nekton (ikan). Parameter yang dikumpulkan adalah
kekayaan jenis dan kelimpahan jenis masing-masing biota.
Pengambilan contoh biota perairan dilakukan bersamaan dengan pengambilan
contoh kualitas air. Dengan demikian, dapat dilakukan analisis dan
perbandingan kondisi biota perairan dengan kondisi kualitas airnya.
Komunitas Plankton
 Pengumpulan contoh plankton dilakukan pada pagi hari dengan
menggunakan Plankton Net No. 25, dengan melakukan penyaringan 100 liter
air dari setiap titik pengambilan sampel.
 Contoh plankton selanjutnya diawetkan dengan larutan formalin, lalu
diidentifikasi dan dihitung kelimpahan setiap jenisnya di laboratorium.
Komunitas Benthos
 Benthos adalah komponen biota dasar perairan. Pengumpulan Benthos
sungai yang berarus deras dilakukan dengan menggunakan elkman dredge
dengan luas bukaan 20 x 20 cm².
 Hasil penyaringan diawetkan dengan formalin, selanjutnya diidentifikasi dan
dihitung kelimpahan setiap jenisnya di laboratorium.
Komunitas Nekton
 Komponen biota nekton, khususnya ikan, penangkapannya dilakukan
dengan pukat, jala, pancing dan lain sebagainya.
 Selain itu, data jenis ikan juga diperoleh berdasarkan data hasil wawancara
dengan penduduk di sekitar sungai. Data yang dapat dihimpun adalah data
tingkat kelimpahan jenis ikan pada setiap lokasi pengambilan contoh.

3. Pengumpulan data sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat


a. Pengumpulan data sosial, ekonomi dan budaya
Pengumpulan data sosial ekonomi dan budaya akan dilakukan melalui data
sekunder dan data primer. Dengan mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal
No. 299/11/Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam
Penyusunan AMDAL (MENLH, 2003). Beberapa metode pengumpulan data
yang dapat dipergunakan antara lain :
1. Observasi/pengamatan lapangan
2. Pengumpulan data sekunder
Melalui teknik ini, data dan informasi yang berupa hasil-hasil penelitian,
bahan-bahan pustaka dan bahan-bahan lain yang relevan dikumpulkan dari
berbagai instansi terkait.
3. Wawancara (interview)
Wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat atau orang-orang yang dianggap
mengetahui kondisi masyarakat setempat, dengan menggunakan pedoman
pertanyaan.
b. Pengumpulan data aspek kesehatan masyarakat
Komponen kesehatan lingkungan
Beberapa parameter yang ditelaah dalam komponen kesehatan lingkungan ini
antara lain adalah keberadaan vector penyakit (populasi dan keanekaragaman
jenis), habitat vektor, sanitasi lingkungan (MCK, saluran irigasi) dan penyakit
infeksi yang berkaitan dengan air. Penenkanan tersebut didasarkan kepada
dampak langsung yang ditimbulkan oleh proses produksi (debu, kebisingan, gas,
getaran) dan pengelolaan limbah dari kegiatan, serta dampak tidak langsung
yang ditimbulkan oleh kegiatan proyek sejak dari tahap pra kontruksi sampai
dengan operasi.
Metoda pengumpulan dan analisis data kesehatan lingkungan dan masyarakat
dalam studi ini meliputi data primer dan data sekunder. Sementara dari segi
jenisnya, data yang dikumpulkan tersebut meliputi data kualitatif dan
kuantitatif.
Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner.
Informasi kualitatif dikumpulkan melalui wawancara bebas (dengan
menggunakan pedoman wawancara) dengan beberapa informan seperti kepala
desa, pimpinan puskesmas serta staff dan tokoh masyarakat setempat.
Data sekunder seperti julah penduduk, komposisi mata pencaharian, tingkat
pendidikan, status kesehatan, pola penyakit dan sebaginya dikumpulkan bari
berbagai instansi seperti kantor kecamatan, kantor desa, dinas kesehatan, dan
puskesmas. Selain itu, untuk melengkapi informasi yang diperlukan maka
dilakukan observasi/pengamatan dengan menggunakan daftar pengamatan
(check list).
Landasan dasar pengamatan terhadap kesehatan lingkungan adalah keadaan
kesehatan rumah tangga penduduk. Untuk keperluan tersebut diamati ventilasi,
kebersihan rumah, jumlah keluarga, penyakit yang diderita di pemukiman,air
minum dan pengelolaan perkarangan.
Analisa vector penyakit dilakukan dengan mengobservasi habitat vector
(serangga) dan kepadatan vector (vector density) penyakit tersebut. Hewan
pembawa penyakit dalam epidemiologi penyakit digunakan untuk menerangkan
penyebab suatu masalah kesehatan dan menentukan asal usul penyakit,
sehingga dapat diambil langkah-langkah pengelolaan lingkungan yang tepat
dalam kaitannya dengan peningkatan kesehatan masyarakat setempat.

Komponen kesehatan masyarakat


Parameter yang diamati debagai indikator kesehatan masyarakat antara lain
menyangkut 10 keadaan jenis penyakit, jumlah penderita, sirkulasi wabah
penyakit, kesehatan ibu dan anak, imunisasi, posyandu, dan KB. Di samping itu
juga tingkat pelayanan kesehatan masyarakat yang menyangkut jumlah dan
intensitas kehadiran tenaga medis dan paramedic, jumlah dan kondisi sarana
kesehatan, program gizi masyarakat dan peran pengobatan nonmedis.

B. Metoda Penelitian Dalam Audit Lingkungan

1. Pengumpulan bukti-bukti atau fakta-fakta obyektif


Dalam proses pelaksanaan audit lingkungan terdapat tiga hal yang sangat
berperan, yakni adanya kriteria audit dan indicator yang digunakan, bukti
audit dan temuan audit. Kriteria audit berupa kebijakan, peraturan
perundang-undangan, praktek, prosedur, atau ketentuan-ketentuan lain yang
digunakan auditor terhadap bukti audit yang ditemukan berkenaan dengan
pokok persoalan audit yang diperiksa. Berikutnya, bukti audit adalah
informasi, catatan, rekaman, atau pernyataan tentang semua fakta yang
kebenarannya dapat diuji/dibuktikan. Bukti audit akan berstatus menjadi
temuan audit apabila berdasarkan penilaian atau evaluasi terhadapnya, yang
bersangkutan dianggap sah untuk diuji untuk menjadi temuan audit, yakni
setelah dilakukan pembandingan antara bukti audit yang terkumpul dengan
kriteria audit yang disepakati.

Dalam rangka mengumpulkan bukti-bukti audit diperlukan instrument audit.


Instrument audit pada umumnya berbentuk pengkajian terhadap dokumen/
rekaman, wawancara kepada manajemen, karyawan dan masyarakat yang
terkena dampak, pengamatan terhadap kondisi fisik, fasilitas, dan
pembuktian (verifikasi) data dan informasi.

Penggunaan instrument audit erat kaitannya dengan pentahapan


pelaksanaan audit, yang meliputi tiga tahap, yaitu : pre audit, site audit dan
post audit. Pre audit merupakan desk audit, yaitu mengaudit bahan-bahan yang
terkumpul di kantor. Hasil pre audit perlu diverifikasi, untuk itu diperlukan
kunjungan ke lapangan (site audit). Pelaksanaan audit yang ketiga adalah post
audit yang merupakan tahapan penyusunan dokumen hasil audit.

2. Pelibatan metode ilmiah dalam pengumpulan bukti-bukti audit

Menurut pendekatan empiri, pengetahuan didasarkan atas fakta-fakta yang


diperoleh dari hasil penelitian dan observasi. Salah satu bagian dari
pendekatan empiris adalah metode ilmiah. Langkah-langkah metode ilmiah
secara umum dapat dilihat pada bagan alir berikut ini.

Identifikasi Masalah

Rumusan Hipotesis

Uji Hipotesis

Kesimpulan

Gambar 1. Bagan Langkah – Langkah Dalam Metode Ilmiah

3. Pembuatan rancangan penelitian

Rancangan penelitian sangat ditentukan oleh permasalahan yang akan


diteliti. Sebagai ilustrasi contoh permasalahan kematian ikan diperairan
umum yang diduga disebabkan oleh peralatan IPAL yang sudah kadaluarsa.
Untuk meneliti kebenaran laporan tersebut pihak manajemen audit/tim
auditor perlu menentukan terlebih dahulu rancangan penelitian yang akan
digunakan untuk memecahkan permsalahan yang ada. Mengingat
kompleksnya permsalahan, dimungkinkan muncul sub-sub masalah yang
masing-masing menuntut rancangan penelitian yang berbdeda-beda.

Rancangan penelitian akan sangat menetukan langkah-langkah berikutnya,


yakni menyangkut penentuan sampel, pengumpulan data dan pengolahan
serta analisis data.

4. Penentuan sampel

Pada penelitian ilmiah, karena keterbatasan sumberdaya (waktu, dana,


tenaga dan lain-lain), penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak
terhadap populasi. Namun kesimpulan-kesimpulan mengenai sampel
tersebut akan diterapkan atau digeneralisasikan terhadap populasi. Populasi
sendiri adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang
merupakan perhatian peneliti. Objek penelitian dapat berupa mahkluk hidup,
benda-benda, system dan prosedur, fenomena dan lain-lain. Sebagai bagian
dari populasi, pengambilan sampel yang diambil harus representatif, yakni
mewakili kondisi yang sebenarnya dari sampel. Oleh karena itu batasan
lingkup populasi harus jelas dulu, sebelum diambil sampelnya, untuk
menghindari adanya penarikan kesimpulan yang bias. Sebagai contoh dalam
penelitian mengenai kematian ikan diperairan umum akibat pencemaran dari
Pabrik X, perlu terlebih dahulu dibatasi pada populasi ikan yang tambaknya
dialiri aliran Limbah Y dari Pabrik X, sehingga tidak representative bila ikan
yang dijadikan sampel berasal dari kolam ikan yang berada jauh dari lokasi
pencemaran.

Pada dasarnya dikenal lima macam sampling yang tergabung dalam


kelompok teknik penentuan atau pengambilan sampel secara random atau
acak, yaitu ; simple random sampling, systematic random sampling, stratified
random sampling, cluster sampling, dan multistage sampling.
5. Pengumpulan data

Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat
pengukurnya. Kalau alat pengambil datanya cukup reliable dan valid, maka
data yang diperoleh akan mengikutinya. Tetapi ada hal lain yang perlu
dipertimbangkan, yaitu kualifikasi individu pengambil data. Beberapa alat
pengambil data mensyaratkan kualifikasi tertentu pada pihak pengambil
data. Misalnya, beberapa tes psikologi tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang. Beberapa alat laboratorium juga menuntut dasar pendidikan dan
pengalaman tertentu untuk dapat menggunakan alat secara benar.
Persyaratan ini bila tidak dipenuhi oleh peneliti, akan menganggu tingkat
reliabilitas dan validitas data yang terkumpul.

6. Pengolahan dan analisis data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah. Mula-mula data diseleksi atas
dasar reliabilitas dan validitasnya. Data yang reliabilitas dan validitas rendah,
termasuk data yang kurang lengkap, disisihkan atau dibuang atau dilengkapi
dengan substitusi. Lalu data yang telah diseleksi diatur dalam tabel atau
matriks agar memudahkan pengolahan selanjutnya.

Analisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian.
Peneliti harus memastikan pola analisis yang akan digunakan, analisis
statistik (inferensi) ataukah analisis non statistik. Pemilihan atas pola analisis
dilandasi oleh jenis data yang dikumpulkan. Dalam penggunaan analisis
statistik, model analisis yang digunakan harus sesuai dengan rancangan
penelitiannya. Dengan kata lain model analisis yang dipilih harus sesuai
dengan hipotesis yang akan diuji dan tujuan penelitiannya.

Referensi
1. Fandeli, C, Retno N.U., dan Sofiudin. N. 2006. Audit Lingkungan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
PENILAIAN KUALITAS LINGKUNGAN DALAM
AUDIT LINGKUNGAN

A. Kondisi Lingkungan

Dalam Audit Lingkungan, komponen atau parameter lingkungan yang diperiksa


sebaiknya berdasarkan pada isu lingkungan yang dikaji dalam ISO 14000. Secara
umum isu-isu lingkungan ini dapat dirinci sebagai berikut :

1. Perencanaan dan analisis dampak lingkungan


Sebaiknya main issues yang tertera dalam ANDAL perlu dikaji. Demikian pula,
perencanaan penanganan/pengelolaan dampak tersebut dalam RKL (Rencana
Pengelolaan Lingkungan) perlu dikaji pula.
2. Emisi udara
Sesuai dengan kegiatan usaha yang diaudit, emesi yang dibuang ke udara akan
berbeda. Namun secara umum parameter udara meliputi SO2, CO2, CO, O3, Pb
dan kebisingan.
3. Buangan ke sumberdaya air
Cemaran limbah cair ke baan air atau ke air tanah dapat dikelmpokkan ke dalam
golongan parameter fisik, kimia dan bakteriologis.
4. Parameter airdan limbah domestik
Pasokan sumberdaya air yang dikonsumsi penduduk dan perusahaan. Demikian
pula pola pengelolaan limbah domestik yang dilaksanakan oleh perusahaan
maupun penduduk.
5. Limbah padat
Bagaimana pengelolaan limbah paat yang dihasilkan oleh kegiatan usaha yang
diaudit.
6. Gangguan utamanya kebisingan, vibrasi, bau dan radiasi yang ditimbulkan oleh
perusahaan.
7. Fasilitas kenyamanan, utamanya jenis pohon dan cara penanamannya. Jenis
vegetasi ini menjadi habitat hewan.
8. Hidupan liar (hewan) yang terdapat dilokasi berkait dengan jenis, populasi,
migrasi, home range dan keaneragamannya.
9. Pembaharuan urban, aspek ini berkait dengan tata ruang, pelaksanaannya
pembagunan tata ruang, kepadatan bangunan, konflik pemanfaatan lahan,
sanitasi lingkungan dan fasilitas kota termasuk prasarana transportasi.
10. Keamanan, aspek ini berkait dengan kriminalitas yang terjadi di masyarakat.
11. Pengemasan produk, penggunaan bahan dan penggunaan energi.
12. Kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan.

B. Penilaian Dalam Audit Lingkungan

Audit Lingkungan merupakan suatu perangkat atau instrument penting dalam


pengelolaan lingkungan hidup. Pada dasarnya audit lingkungan bertujuan ingin
mengetahui kinerja pengelolaan lingkungan suatu usaha, harus dijaga
obyektivitasnya. Untuk menjamin audit lingkungan yang obyektif, maka diperlukan
suatu analisis yang runtut atau sistematis dan konsisten. Oleh karena audit
lingkungan sifatnya terbuka dan obyektif, maka dapat diulangi oleh pihak lain dan
pada waktu yang lain. Pada waktu yang lain, siapapun yang mengaudit akan
mendapatkan hasil yang sama karena penilaian yang dilakukan menggunakan cara
yang sama.

Metode penilaian yang biasa digunakan dalam audit lingkungan adalah metode
kuantitatif dengan menggunakan scaling and weighting atau penskalaan dan
pembobotan terhadap seluruh parameter lingkungan yang di audit. Penskalaan
dilaksanakan dengan memberikan angka skala 1 – 5. Angka 1 yaitu angka yang
menunjukkan bahwa suatu parameter kondisinya sangat jelek atau melampaui
standar baku mutunya. Skala 2 hasil pengelolaan suatu parameter lingkungan masih
belum berhasil, hal itu ditunjukkan bahwa suatu parameter masih jelek. Skala 3 hasil
pengelolaan terhadap parameter tertentu sudah agak baik atau sedang. Demikian
seterusnya hingga angka skala 5 yaitu parameter lingkungan yang dinilai
kondisinya sangat bagus. Penilaian terhadap parameter lingkungan ini didasarkan
pada standar baku mutu lingkungan.
Langkah selanjutnya adalah analisis penilaian terhadap kajian skala dan bobot. Cara
yang dapat dilaksanakan untuk analisis ini dipilih salah satu diantara metode
kuntitatif yang ada yaitu additive (penambahan) atau multiplicative (perkalian) atau
geometric mean (rerata dari perkalian). Cara ini pada dasarnya dipergunakan untuk
mengetahui kelemahan paa kinerja pengelolaan parameter lingkungan tertentu.

Skema pelaksanaan penilaian parameter yang diaudit dapat dilihat pada skema
berikut.

Penelitian Lapangan

Pengukuran, pengamatan,
sampling
Terhadap parameter di audit

Penilaian oleh auditor terhadap


parameter di audit

Menetapkan skala dari hasil Menetapkan skor/bobot dari


penelitian kondisi hasil penelitain

Parameter lingkungan Parameter lingkungan


berdasarkan baku mutu berdasarkan kriteria pentingnya

Skala x Bobot
Skala Tertinggi x Bobot Tertinggi

Hasil penilaian parameter lingkungan


Di Audit Baik
Sedang
Jelek

Gambar 1. Proses Ketatalaksanaan Audit Lingkungan

Referensi

1. Fandeli, C, Retno N.U., dan Sofiudin. N. 2006. Audit Lingkungan. Gadjah


Mada University Press, Yogyakarta.
EVALUASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM
AUDIT LINGKUNGAN

Langkah strategis dan penting dalam audit lingkungan adalah membuat evaluasi
kinerja usaha atau kegiatan. Suatu usaha atau kegiatan akan menunjukkan suatu
kinerja manajemen yang baik dalam pengelolaan lingkungan apabila hasil
pengelolaan suatu komponen lingkungan tertentu, missal dampak lingkungan yang
berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan yang ditanggulangi dengan baik.

Komponen linkungan yang dievaluasi, pada umumnya berkait dengan


permasalahan lingkungan. Ada beberapa aspek yang menentukan kondisi
komponen/parameter lingkungan yaitu : manajemen lingkungan, ketaatan hukum,
pelaksanaan AMDAL, fasilitas penanganan pencemaran dan produk.

A. Penetapan Aspek Yang Diaudit

Ada beberapa aspek yang di evaluasi dalam audit lingkungan, yaitu manajemen
lingkungan, penaatan suatu usaha/kegiatan terhadap hukum, fasilitas pengelolaan
cemaran, pelaksanaan AMDAL dan Audit penanganan pencemaran. Dalam praktek,
dikenal beberapa audit. Selain audit financial, dikenal pula audit produksi dan audit
pemasaran hasil. Jadi aspek yang diaudit dapat lebih banyak dari yang
dikemukakan diatas, atau sebaliknya justru lebih sedikit.

Aspek yang dinilai dan di evaluasi dangat ditentukan oleh need atau kebutuhan.
Dapat pula aspek ini ditetapkan sesuai dengan permasalahan lingkungan yang ada.
Aspek dan faktor-faktor yang akan dievaluasi ini ditetapkan oleh auditor bersama-
sama dengan pemilik usaha atau kegiatan.

Evaluasi dilaksanakan dengan member skor terhadap aspek manajemen


pengelolaan yang telah dipelajari di lapangan. Besarnya skor berkaitan dengan
keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan. Pada umumnya skor menggunakan
nilai 1 hingga 5. Angka 1 pada aspek atau faktor tertentu menunjukkan bahwa
faktor tersebut kondisinya jelek atau usaha pengelolaannya tidak berhasil. Angka 5
menunjukkan upaya pengelolaan lingkungan yang berhasil sangat bagus.
B. Metode Evaluasi

Kinerja suatu aspek lingkungan yang diaudit dalam suatu perusahaan atau suatu
kegiatan dinilai dengan membuat evaluasi. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan
mengkaji satu atau dua buah faktor atau lebih dari tiga faktor atau bahkan seluruh
faktor. Evaluasi yang dilaksanakan terhadap banyak faktor dan banyak aspek
merupakan evaluasi multidimensi. Kondisi beberapa faktor ini diinteraksikan satu
sama lain untuk menentukan kinerjanya. Pada dasarnya metode yang demikian ini
termasuk dalam metode matriks interaksi.

Suatu faktor tertentu dievaluasi dengan dua proses, pertama pengkajian dan kedua
penetapan. Setelah suatu faktor dikaji, langkah selanjutnya ditetapkan kondisinya.
Ada 5 skor untuk menetapkan tingkat kondisi dari faktor yang dievaluasi yaitu dari
tingkat sangat jelek, jelek, sedang, bagus dan sangat bagus. Pengamatan secara
langsung, wawancara, mempelajari berbagai data yang ada dipergunakan untuk
menetapkan skor ini. Tim auditor setelah mempelajari berbagai data/sumber
informasi ini kemudian menetapkan kondisi suatu faktor atau aspek itu baik, sedang
atau jelek. Seluruh faktor ditetapkan skor dan kondisinya. Dari interaksi seluruh
faktor dapat diketemukan kinerjanya, pada aspek tertentu. Metoda untuk
menetapkan bagaimana suatu aspek atau seluruh aspek dapat dipilih salah satu dari
metoda mean (rerata) atau geometric mean.

C. Audit Manajemen
1. Cara melakukan audit manajemen
Manajemen pengelolaan lingkungan yang dinilai tidak baik perlu dievaluasi;
faktor apa yang menjadi penyebabnya, misalnya diketemukan ada dua faktor
dari aspek manajemen yaitu kelembagaan dan peralatan. Dari pengkajian dan
penetapan diperoleh skor masing-masing 4 dan 2. Kemudian dapat di evaluasi
dengan cara matriks, yang disajikan sebagai berikut.
KELEMBAGAAN
Sangat Jelek Sangat Bagus
1 2 2,5 3 5

P
E
R 2 4,2
A
L 2,5
A
T 3
A
N 5
Sangat Jelek Sedang Sangat Bagus

Gambar 1. Matrik Audit Manajemen Dua Faktor

Evaluasi terhadap kedua factor tersebut dapat dilakukan dengan cara rerata
(means) yaitu :
4+2
=3
2
Dari evaluasi di atas, posisi dua faktor dari aspek manajemen lingkungan
cenderung berada dalam posisi sedang, sebab skornya 3. Pengelolaan terhadap
komponen atau parameter lingkungan yang diaudit tenyata kondisinya tidak
baik sebab pengelolaan belum maksimal yaitu masih sedang. Dari evaluasi tahap
dua tersebut dapat diberikan rekomendasi atau arahan penanganan yaitu pada
faktor peralatan. Peralatan untuk mengelola lingkungan harus diganti atau
diperbaiki.
2. Menetapkan kinerja perusahaan

Seluruh aspek yang ada, yaitu 5 aspek dikaji dan ditetapkan skornya paa masing-
masing faktor. Dengan demikian dari setiap aspek dapat diperoleh angka yang
mengindikasikan kinerja suatu aspek. Kemudian disusun tabel matrik kinerja
seluruh aspek untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan. Contoh dimaksud
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Kinerja Kegiatan/Usaha dalam Pengelolaan Lingkungan

Kinerja
Hasil Analisis
Pengelolaan Aspek di Evaluasi Keterangan
Evaluasi Evaluasi
Lingkungan
Suatu usaha - Aspek manajemen 4 Perusahaan yang di
perusahaan - Aspek ketataan 4 audit mempunyai
hukum 23 kinerja pengelolaan
- Aspek fasilitas teknis 5 = 4,6 lingkungan
- Aspek AMDAL 5 cenderung ke sangat
- Aspek produk 5 bagus (4,6)
5
23 Metoda mean
(rerata)

3. Mitigasi
Berdasarkan evaluasi terhadap faktor seluruh faktor dapat diketemukan faktor-
faktor yang skornya rendah. Secara berurutan faktor yang skornya paling rendah
menunjukkan faktor yang harus mendapat prioritas dalam penanganan.
Penanganan ini dapat menggunakan konsep pencegahan, yaitu penanganan
sebelum ada masalah, dan penanggulangan yaitu penanganan terhadap faktor
yang telah muncul permasalahannya.

Upaya pengembangan dapat pula dilaksanakan terhadap faktor yang skornya


diatas 3. Prioritas pengembangan dilaksanakan terhadap faktor yang memiliki
angka lebih dari 3. Upaya mitigasi dapat dilaksanakan pula langsung ke
aspeknya. Aspek yang memiliki skor rendah harus ditangani terlebih dahulu.

Referensi
1. Fandeli, C, Retno N.U., dan Sofiudin. N. 2006. Audit Lingkungan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
2. Mitchell. B; B. Setiawan dan D.H. Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
PENDEKATAN PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN

Sejalan dengan terjadinya kerusakan lingkungan maka orang berfikir dan berusaha
bagaimana mencegah dan menanggulanginya. Bahkan orang berupaya untuk dapat
tetap mempertahankan kualitas lingkungan agar kesejahteraannya dapat tetap
terjamin.

Lingkungan sebagai suatu biosphere sangat menentukan eksistensi mahluk hidup


yang berada di dalamnya. Mahluk hidup yang beraneka ragam, termasuk manusia,
mempunyai tingkat adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang berbeda-beda,
sebab setiap mahluk hidup mempunyai tingkat kerentanan dan kemampuan yang
tidak sama dalam merespon perubahan di lingkungannya.

A. Perubahan Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Manusia dalam hidupnya mengalami perubahan dalam menentukan tuntutan


kebutuhan. Kebutuhan manusia mengalami perubahan tidak hanya dalam jumlah
atau kuantitas tetapi juga kualitas.

Kebutuhan akan sumberdaya alam termasuk sumberdaya untuk energi sangat


tergantung pada lingkungan dan manusia yang hidup dan berada di dalamnya.
Pada saat hubungan manusia terjalin harmonis dengan alam (imanenism) akan
terjamin kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Tetapi hubungan ini
bergeser ke arah transcendence. Hubungan yang transeden ini menyebabkan
terjadinya perubahan masyarakat dunia yang mengeksploitasi sumberdaya alam
besar-besaran.

Apabila diperhatikan terjaidnya perubahan masyarakat dunia sejak 1789,


digambarkan oleh Jacob (1999), manusia di dunia mengalami perubahan penting,
yaitu :

1. Gelombang I : 1789 – 1848 dengan cirri-ciri mekanisasi


2. Gelombang II : 1848 – 1895 dengan cirri-ciri kereta api
3. Gelombang III : 1895 – 1945 dengan cirri-ciri elektrifikasi
4. Gelombang IV : 1945 – 2005 dengan cirri-ciri motorisasi massal
5. Gelombang V : 2005 – 2050 dengan ciri-ciri mikroelektronik,
telekomunikasi, genoteknologi, ekoteknologi dan
teknologi biomassa.

B. Dampak Kegiatan Pembangunan Pada Lingkungan Udara, Tanah dan Air

Kegiatan pembangunan yang memanfaatkan sumberdaya alam, selain


mempengaruhi komponen fisik, tanah dan air juga mempengaruhi komponen
udara. Perubahan kualitas udara ini bahkan mempunyai pengaruh lokal, nasional
bahkan global. Oleh karenanya, untuk mengatasi perubahan lingkungan udara,
sangat penting dilaksanakan konservasi. Komponen udara terdiri atas gas, debu dan
kebisingan. Dalam lingkungan, pengaruh dan sebaran debu dan kebisingan terbatas.
Namun tidak demikian dengan gas, cemaran gas mempengaruhi lingkunagn yang
luas bahkan berpengaruh secara global. Beberapa zat pencemar udara yang
diemisikan oleh berbagai sektor disebut Gas Rumah Kaca (GRK).

Suatu kegiatan usaha atau suatu perusahaan yang mengemisikan GRK perlu selalu
dipantau. Bahkan perusahaan ini wajib melaksanakan audit lingkungan. Kewajiban
ini seperti tertera dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2001.
Dengan adanya dokumen audit lingkungan, besar emisi GRK akan diketahui.
Selanjutnya penanganan terhadap emisi ini dapat dilakukan sehingga emisi berada
di bawah baku mutu.

Tabel 1. Kandungan Emisi Karbon Tiap Jenis Bahan Bakar

Emisi CO2/kwh
Jenis Bahan Bakar
(gr)
Batubara 940
Minyak Bumi 798
Gas Alam Cair 581

Tabel 2. Konsentrasi GRK Menurut Skenario IPCC

Perubahan Suhu Kenaikan Muka Air


Tahun CO2 (ppm)
Global (ºC) Laut (cm)
1990 354 0 0
2000 367 0,2 2
2050 463 – 623 0,8 – 2,6 5 – 32
2100 478 – 1.099 1,4 – 5,8 9 – 88
C. Pendekatan Konservasi Dalam Pengelolaan Lingkungan

Perkembangan penduduk yang sangat pesat dan pertumbuhan ekonomi dunia yang
terus meningkat menyebabkan sumberdaya alam dimanfaatkan tanpa
memperhatikan kelestariannya. Di beberapa negara yang sedang membangun,
diketemukan lingkungan yang mengalami kerusakan, dan hampir pasti disana
didapatkan kemiskinan. Padahal seringkali sumberdaya alam ini dieksploitasi untuk
memenuhi berbagai kebutuhan negara lain.

Dalam konservasi secara jelas dikemukakan bahwa pemanfaatan sumberdaya alam


dan lingkungan harus dilaksanakan secara bertanggung jawab. Sebab lingkungan
dengan segala komponen yang kita manfaatkan pada hakekatnya akan diwariskan
untuk generasi mendatang.

Pengertian konservasi memiliki perbedaan yang essensial untuk lingkungan fisik


dan biotik. Komponen fisik ditekankan pada penghematan dan upaya mencari
sumberdaya alam terbaharui. Sementara untuk komponen biotik atau living resources
dilaksanakan konservasi dengan tujuan :

a. Selalu menjaga proses ekologis yang utama atau mendasar dan menjaga sistem
penyangga kehidupan;
b. Melindungi dan mempertahankan keanekaragamn genetik;
c. Menjamin pemanfaatan yang lestari dari spesies maupun ekosistemnya.

Apabila living resources dalam ekosistem ini dapat dijaga kelestariannya, maka
pemanfaatan sumberdaya alam mineral, baik yang dapat diperbaharui maupun
tidak, dapat pula dijamin keutuhannya.

D. Perspektif Ekonomi Dalam Proyek Pembangunan

Ada beberapa teknik dalam menilai ekonomi lingkungan. Penilaian disesuaikan


dengan sifat dan perilaku lingkungan. Teknik penilaian lingkungan mengunakan :
harga nilai pasar, nilai pasar pengganti dan menggunakan teknik survey.
Tabel 3. Klasifikasi Teknik Penilaian Biaya dan Manfaat untuk Mengukur
Dampak Terhadap Kualitas Lingkungan

Contoh Penerapan
Teknik Penilaian
Barang dan Jasa Produsen Barang dan Jasa Konsumen
Orentasi Pasar
a. Penilaian manfaat
menggunakan harga pasar
senyatanya barang dan jasa
1. Perubahan dalam nilai Hilangnya nilai hasil produksi
hasil produksi karena merembesnya bahan
kimia beracun
2. Hilangnya penghasilan Nilai jasa produktif yang hilang
karena meningkatnya penyakit
dan kematian karena
pencemaran udara
b. Penilaian biaya dengan
menggunakan harga pasar
senyatanya terhadap
masukan berupa peralatan
perlindungan lingkungan
1. Pengeluaran pencegahan Biaya pengamanan lingkungan Biaya meredam kebisingan
dalam rancang bangun proyek
2. Biaya penggantian Biaya mengganti bangunan Biaya pengolahan atau masak
yang rusak karena hujan asam air
3. Proyek bayangan Biaya memulihkan ikan darat Biaya tambahan mencat rumah
yang rusak akibat limbah yang rusak akibat pencemaran
udara
4. Analisis keefektifan biaya Biaya sarana alternative Biaya menyediakan fasilitas
membuang limbah air dari memancing ikan dan rekreasi
proyek energi panas bumi yang rusak karena
pembangunan proyek
c. Penilaian manfaat dengan
menggunakan pasar
pengganti
1. Barang yang dapat Biaya proses pengolahan Harga yang dibayar untuk
dipasarkan sebagai limbah sebagai ganti mendatangi taman dan
pengganti lingkungan keberadaan air berdasarkan kesenangan/hiburan pribadi
konsep ekosistem sebagai ganti kunjungan ke
daerah liar
2. Pendekatan nilai Perubahan dalam nilai lahan
pemilikan pemukiman karena
pencemaran udara
3. Pendekatan lain terhadap Perubahan dalam nilai Harga yang dibayar pemerintah
nilai tanah pemilikan komersial sebagai bagi tanah yang diperlukan
akibat pencemaran air untuk taman nasional
4. Biaya perjalanan Estimasi manfaat rekresasi
suatu taman rekreasi untuk
umum
5. Pendekatan perbedaan Estimasi kemauan pekerja
upah untuk mengorbankan upah
demi perbaikan kualitas
lingkungan
Contoh Penerapan
Teknik Penilaian
Barang dan Jasa Produsen Barang dan Jasa Konsumen
6. Penerimaan kompensasi/ Pampasan untuk kerusakan Pampasan terhadap dampak
pampasan pada taman negative pada kesehatan,
misalnya penyakit minamata
d. Orientasi/survey
(penilaian hipotesis)
1. Pertanyaan langsung
terhadap kemauan
membayar
2. Permainan lelangan Estimasi kesediaan membayar
agar dapat masuk taman kota
3. Pertanyaan langsung
pilihan jumlah
4. Metode pilihan tanpa Penerapan hipotesis pada kasus
biaya pencemaran udara

Referensi
1. Fandeli, C, Retno N.U., dan Sofiudin. N. 2006. Audit Lingkungan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
2. Mitchell. B; B. Setiawan dan D.H. Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai