A. Pendahuluan
Setiap usaha atau kegiatan wajib menjaga kelestarian lingkungannya. Untuk
menjamin kelestarian lingkungan secara terus menerus, perlu dilaksanakan
pemantauan lingkungan sesuai dengan yang tertera dalam dokumen AMDAL.
Dokumen AMDAL yang memuat tata cara dan prosedur pemantauan lingkungan
adalah dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Bahkan pada waktu
tertentu secara perioik atau pada saat ada problem atau ada keperluan khusus
diperlukan kajian lingkungan. Kajian lingkungan yang dimaksudkan untuk
mengetahui kinerja manajemen pengelolaan lingkungan adalah (1) Audit
lingkungan dan (2) Peringkat pengelolaan lingkungan.
Referensi
1. Fandeli, C, Retno N.U., dan Sofiudin. N. 2006. Audit Lingkungan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
2. Mitchell. B; B. Setiawan dan D.H. Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
PROSES DAN PROSEDUR AUDIT LINGKUNGAN
Audit lingkungan dilaksanakan oleh para pemilik usaha disebabkan oleh dua
kemungkinan. Kemungkinan pertama, pemilik suatu usaha secara proaktif
melaksanakan audit lingkungan kesadaran sendiri. Pemilik usaha yang demikian ini
biasanya menyadari bahwa masalah lingkungan bila tidak ditangani secara serius
akan dapat menganggu usahanya dikemudian hari. Kemungkinan yang lainnya
adalah kesadaran bahwa audit lingkungan merupakan suatu kegiatan yang sangat
terkait dengan ketaatannya terhadap peraturan perundangan, apalagi kedepan
dengan akan diberlakukannya ISO 14000 audit lingkungan merupakan bagian dari
skema ini. Kemungkinan kedua, bila pemilik usaha mengalami problem lingkungan
yang serius. Apalagi kalau kemudian kegiatan ini mendapat protes dari masyarakat
atau pihak lain. Sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 30 Tahun
2001, pemilik kegiatan usaha yang memiliki persoalan lingkungan mempunyai
kewajiban untuk menyusun audit lingkungan. Audit lingkungan dapat
dipergunakan mencari solusi persoalan lingkungan yang dihadapi oleh kegiatan
usaha tersebut. Pada umumnya bila yang terjadi pada kemungkinan yang kedua
maka audit lingkungan dilaksanakan secara parsial hanya dititikberatkan pada
persoalan yang dihadapi saja. Misalnya masalaha kebisingan maka yang diaudit
adalah parameter kebisingan. Demikian pula bila ada persoalan dengan cemaran air,
semaran udara atau hilangnya suatu jenis hewan tertentu. Kemungkinan audit yang
keduai ini disebut audit reaktif. Tetapi, akan lebih baik bila dilaksanakan audit
seluruh parameter lingkungan secara holistik.
Secara jelas proses tata laksana audit lingkungan dapat dilhat pada skema berikut :
Kegiatan Usaha
Telah ada Belum memiliki
AMDAL AMDAL
Dokumen
1. KA ANDAL Kinerja Kegiatan Masalah
2. ANDAL Usaha Lingkungan
3. RKL 9. 8.
4. RPL
10.
1. Mobilisasi
Auditor
2. Konsultan/
informan
7.
Pemerikasaan/
Penelitian
1. 1.Check list
2. 2.Sampling
3. 3.Pengamatan
4. 4.Interview
5. 5.Kuisioner
6.
Mitigasi
Ada beberapa cara penelitian terhadap berbagai parameter lingkungan. Secara garis
besar sebagai berikut :
1. Cara Checklist
Cara ini dipilih bila kita telah memiliki informasi atau data yang cukup banyak.
Informasi mengenai parameter lingkungan yang diaudit diberikan dengan data
atau deskripsi. Seluruh anggota tim dimintai pendapatnya dan kemudian dibuat
list atau daftar parameter lingkungan. Daftar atau list ini kemudian diuji oleh tim
auditor.
2. Cara Sampling
Cara ini dipergunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan tertentu. Caranya
adalah dengan mengambil sampel lingkungan kemudian dianalisis di
laboratorium. Cara ini pada umumnya untuk parameter fisik dan beberapa
parameter biotik.
3. Cara Pengamatan
Cara pengamatan ini hamper dapat dilakukan untuk seluruh parameter
lingkungan. Kondisi lingkungan diamati di lapangan. Cara pengamatan masing-
masing parameter tidak sama. Oleh karenanya setiap parameter menggunakan
metoda penelitian yang sesuai untuk parameter tertetntu.
4. Cara Interview
Cara penelitian ini dipergunakan khusus untuk parameter sosial, ekonomi,
budaya dan kesehatan masyarakat.
5. Cara Kuisioner
Cara ini dipergunakan untuk mengetahui persepsi dan preferensi masyarakat
terhadap persoalan lingkungan yang ada di lingkungan kegiatan usaha dan
sekitarnya. Cara kuisioner ini dimaksudkan untuk mencocokan kondisi
lingkungan yang diteliti dengan metoda lain, yaitu : sampling, pengamatan dan
pengukuran.
Sementara itu sesuai dengan kenyataan di lapangan terdapat audit lingkungan yang
wajib dilaksanakan oleh pemilik usaha/kegiatan. Pada umumnya perusahaan wajib
menyusun audit lingkungan bila perusahaan tersebut memiliki masalah lingkungan.
Berdasarkan pada mekanisme yang tertera pada Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2001, dapat disusun skema sebagai berikut.
Usul dari pihak yang Menteri berwenang
berkepentingan memerintahkan Audit
Lingkungan
Gubernur/Bupati/Walikota
Tim Evaluasi
Pelaksanaan Audit
Keberhasilan pelaksanaan RKL dan RPL dapat dilihat dari hasil audit lingkungan.
Audit Lingkungan dibuat untuk mengetahui keberhasilan kinerja pengelolaan
lingkungan. Apabila kinerja pengelolaan lingkungan itu baik, berarti perencanaan
yang tertera dalam RKL dan RPL serta pelaksanaannya juga baik. Demikian
sebaliknya bila kinerja pengelolaan lingkungan tidak baik berarti ada persoalan,
apakah RKL dan atau RPL-nya yang tidak baik atau pelaksanaannya yang tidak
baik. Bisa terjadi ketiganya tidak baik atau salah satu dari ketiga aspek yang tidak
baik.
Hubungan antara AMDAL dengan audit lingkungan dapat dilihat pada skema
berikut.
AMDAL
KA ANDAL
Perencanaan ANDAL Pelaksanaan
RKL
RPL
Audit Lingkungan
Kinerja Manajemen
Lingkungan
Mitigasi Mitigasi
Kembangkan Tanggulangi
Cegah kerusakan
pengelolaan lingkungan kerusakan
lingkungan
yang sudah baik lingkungan
Dengan berlakunya ISO 9000, daya saing antar perusahaan semakin besar, apalagi
bagi perusahaan yang penjualan produknya melewati batas negara. Sementara
berdasarkan sistem birokrasi dalam negeri pada masing-masing negara dapat
dibentuk agen-agen sertifikasi yang beroperasi sesuai dengan standar yang telah
disepakati. Pada saat ini terdapat suatu kenyataan, suatu perusahaan sebagai
produsen barang-barang yang telah sesuai dengan ISO 9000 (Standar Eropa) telah
dapat dianggap sesuai dengan syarat hukum seperti dalam petunjuk yang
dikeluarkan oleh masyarakat Eropa, sehingga perusahaan-perusahaan tersebut
mendapat kepastian hukum yang sesuai dengan peradilan di Eropa.
Pada umumnya standar acuan internasional dapat dijadikan patokan pada suatu
perusahaan. Suatu perusahaan dapat mengikuti sistem manajmen mutu yang ada
atau dengan menggunakan bantuan konsultan untuk membuatnya. Umumnya
penerapan sistem manajemen mutu sama halnya dengan mengetahui persyaratan
standar sistem manajemen mutu ISO 9001 yang merupakan suatu persyaratan
minimal yang harus dimiliki oleh suatu perusahaan. Perusahaan ini harus mengerti
kemampuan perusahaan dan prosesnya, memiliki komitmen dari semua
sumberdaya yang ada untuk merencanakan bentuk sistem manajemen mutu yang
diberlakukan. Perusahaan yang bersangkutan memperlajari secara seksama guna
melakukan peningkatan mutu secara terus-menerus.
Audit lingkungan sangat erat kaitannya dengan ISO 14000. Pada hakekatnya audit
lingkungan merupakan bagian dari ISO 14000 seri 14010. Pada dasarnya audit
lingkungan merupakan komponen dari evaluasi organisasi. Secara jelas kaitan
antara ISO 14000 dengan audit lingkungan dapat dilihat pada skema berikut.
Referensi
1. Fandeli, C, Retno N.U., dan Sofiudin. N. 2006. Audit Lingkungan. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
2. Mitchell. B; B. Setiawan dan D.H. Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
PENELITIAN DALAM AUDIT LINGKUNGAN
- CaCo3
- Nitrit
- Nitrat
- Sulfat
Tanah - Fisiografi, - Observasi - Lahan - Penilaian ahli
litologi lapangan gambut - Analisa
- Sifat fisik tanah - Pengeboran dan - Lahan rawa laboratorium
- Sifat kimia pengambilan
tanah contoh tanah
Disamping itu, ada beberapa komponen lain yang belum tercantum pada
tabel tersebut, dapat dicari pada berbagai keputusan Menteri Lingkungan
Hidup atau Surat Keputusan Gubernur tentang Baku Mutu Lingkungan.
a. Komponen vegetasi
Metode yang digunakan adalah metode jalur berpetak dengan panjang jalur Satu
km. Jalur pengamatan diletakkan dengan posisi memotong tegak lurus garis
kontur. Pada jalur-jalur tersebut selanjutnya dibuat petak-petak sebagai berikut :
Petak berukuran 20 m x 20 m yang dibuat kontinyu sepanjang jalur. Petak ini
dipergunakan untuk pengamatan pohon dewasa (diameter lebih dari 20 cm);
Petak berukuran 10 m x 10 m yang dibuat pada setiap jarak 50 meter. Petak
ini dipergunakan untuk pengamatan permudaan tiang (diameter antara 10-19
cm);
Petak berukuran 5 m x 5 m yang dibuat pada setiap jarak 50 meter. Petak ini
dipergunakan untuk pengamatan permudaan pancang (diameter < 10 cm);
Petak berukuran 2 m x 2 m yang dibuat pada setiap jarak 50 meter. Petak ini
dipergunakan untuk pengamatan permudaan anakan (tinggi < 1,5 m).
b. Komponen fauna
Pengumpulan data struktur dan komposisi fauna teresterial, dilakukan dengan
cara :
Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan langsung/
inventarisasi kualitatif komunitas fauna terestrial di wilayah studi. Untuk
Aves dan reptilia serta amphibi pengambilan data dilakukan pada pagi hari
mulai pukul 06.00 – 11.00 WIB dan pada malam hari mulai pukul 19.00 –
24.00 WIB.
Pengumpulan data sekundernya diperoleh dengan melakukan wawancara
dengan penduduk setempat, dan data inventarisasi dari instansi terkait.
Untuk mendapatkan gambar struktur komunitas fauna terestrial di wilayah
studi, pengambilan contoh dilakukan secara ‘grouped sampling’, dengan melihat
karakteristik ekosistim di wilayah studi.
Alat yang dipergunakan antara lain terpong (binocular), tape recorder, kamera,
buku panduan identifikasi dan peta wilayah studi.
Dengan melihat pola penyebaran populasi fauna terestrial yang bersifat random,
maka pengamatan mamalia, reptilia, dan amphibia sebagai data primernya,
dilakukan dengan :
Metode Penjelajahan (Fandelli, 2001)
Line Transect Methods (Overton, 1971 dalam Suripto, 2000)
Crusing Methods (Leopold, 1933 dalam Suripto, 2000), pada tempat/habitat
fauna.
Pengamatan komunitas burung/aves menggunakan :
Metode perjumpaan langsung
Metode ‘call counts’, pada waktu pagi, siang dan sore hari (Lavieron, 1979
dalam Suripto, 2000).
Untuk jenis fauna langka dan dilindungi, dilakukan dengan menghimpun data
sekunder dari wawancara dengan masyarakat desa setempat dan instansi daerah
terkait.
c. Biota perairan
Biota perairan yang ditelaah dalam studi ini meliputi plankton (fitoplankton dan
zooplankton), benthos, dan nekton (ikan). Parameter yang dikumpulkan adalah
kekayaan jenis dan kelimpahan jenis masing-masing biota.
Pengambilan contoh biota perairan dilakukan bersamaan dengan pengambilan
contoh kualitas air. Dengan demikian, dapat dilakukan analisis dan
perbandingan kondisi biota perairan dengan kondisi kualitas airnya.
Komunitas Plankton
Pengumpulan contoh plankton dilakukan pada pagi hari dengan
menggunakan Plankton Net No. 25, dengan melakukan penyaringan 100 liter
air dari setiap titik pengambilan sampel.
Contoh plankton selanjutnya diawetkan dengan larutan formalin, lalu
diidentifikasi dan dihitung kelimpahan setiap jenisnya di laboratorium.
Komunitas Benthos
Benthos adalah komponen biota dasar perairan. Pengumpulan Benthos
sungai yang berarus deras dilakukan dengan menggunakan elkman dredge
dengan luas bukaan 20 x 20 cm².
Hasil penyaringan diawetkan dengan formalin, selanjutnya diidentifikasi dan
dihitung kelimpahan setiap jenisnya di laboratorium.
Komunitas Nekton
Komponen biota nekton, khususnya ikan, penangkapannya dilakukan
dengan pukat, jala, pancing dan lain sebagainya.
Selain itu, data jenis ikan juga diperoleh berdasarkan data hasil wawancara
dengan penduduk di sekitar sungai. Data yang dapat dihimpun adalah data
tingkat kelimpahan jenis ikan pada setiap lokasi pengambilan contoh.
Identifikasi Masalah
Rumusan Hipotesis
Uji Hipotesis
Kesimpulan
4. Penentuan sampel
Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau alat
pengukurnya. Kalau alat pengambil datanya cukup reliable dan valid, maka
data yang diperoleh akan mengikutinya. Tetapi ada hal lain yang perlu
dipertimbangkan, yaitu kualifikasi individu pengambil data. Beberapa alat
pengambil data mensyaratkan kualifikasi tertentu pada pihak pengambil
data. Misalnya, beberapa tes psikologi tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang. Beberapa alat laboratorium juga menuntut dasar pendidikan dan
pengalaman tertentu untuk dapat menggunakan alat secara benar.
Persyaratan ini bila tidak dipenuhi oleh peneliti, akan menganggu tingkat
reliabilitas dan validitas data yang terkumpul.
Data yang telah terkumpul kemudian diolah. Mula-mula data diseleksi atas
dasar reliabilitas dan validitasnya. Data yang reliabilitas dan validitas rendah,
termasuk data yang kurang lengkap, disisihkan atau dibuang atau dilengkapi
dengan substitusi. Lalu data yang telah diseleksi diatur dalam tabel atau
matriks agar memudahkan pengolahan selanjutnya.
Analisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian.
Peneliti harus memastikan pola analisis yang akan digunakan, analisis
statistik (inferensi) ataukah analisis non statistik. Pemilihan atas pola analisis
dilandasi oleh jenis data yang dikumpulkan. Dalam penggunaan analisis
statistik, model analisis yang digunakan harus sesuai dengan rancangan
penelitiannya. Dengan kata lain model analisis yang dipilih harus sesuai
dengan hipotesis yang akan diuji dan tujuan penelitiannya.
Referensi
1. Fandeli, C, Retno N.U., dan Sofiudin. N. 2006. Audit Lingkungan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
PENILAIAN KUALITAS LINGKUNGAN DALAM
AUDIT LINGKUNGAN
A. Kondisi Lingkungan
Metode penilaian yang biasa digunakan dalam audit lingkungan adalah metode
kuantitatif dengan menggunakan scaling and weighting atau penskalaan dan
pembobotan terhadap seluruh parameter lingkungan yang di audit. Penskalaan
dilaksanakan dengan memberikan angka skala 1 – 5. Angka 1 yaitu angka yang
menunjukkan bahwa suatu parameter kondisinya sangat jelek atau melampaui
standar baku mutunya. Skala 2 hasil pengelolaan suatu parameter lingkungan masih
belum berhasil, hal itu ditunjukkan bahwa suatu parameter masih jelek. Skala 3 hasil
pengelolaan terhadap parameter tertentu sudah agak baik atau sedang. Demikian
seterusnya hingga angka skala 5 yaitu parameter lingkungan yang dinilai
kondisinya sangat bagus. Penilaian terhadap parameter lingkungan ini didasarkan
pada standar baku mutu lingkungan.
Langkah selanjutnya adalah analisis penilaian terhadap kajian skala dan bobot. Cara
yang dapat dilaksanakan untuk analisis ini dipilih salah satu diantara metode
kuntitatif yang ada yaitu additive (penambahan) atau multiplicative (perkalian) atau
geometric mean (rerata dari perkalian). Cara ini pada dasarnya dipergunakan untuk
mengetahui kelemahan paa kinerja pengelolaan parameter lingkungan tertentu.
Skema pelaksanaan penilaian parameter yang diaudit dapat dilihat pada skema
berikut.
Penelitian Lapangan
Pengukuran, pengamatan,
sampling
Terhadap parameter di audit
Skala x Bobot
Skala Tertinggi x Bobot Tertinggi
Referensi
Langkah strategis dan penting dalam audit lingkungan adalah membuat evaluasi
kinerja usaha atau kegiatan. Suatu usaha atau kegiatan akan menunjukkan suatu
kinerja manajemen yang baik dalam pengelolaan lingkungan apabila hasil
pengelolaan suatu komponen lingkungan tertentu, missal dampak lingkungan yang
berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan yang ditanggulangi dengan baik.
Ada beberapa aspek yang di evaluasi dalam audit lingkungan, yaitu manajemen
lingkungan, penaatan suatu usaha/kegiatan terhadap hukum, fasilitas pengelolaan
cemaran, pelaksanaan AMDAL dan Audit penanganan pencemaran. Dalam praktek,
dikenal beberapa audit. Selain audit financial, dikenal pula audit produksi dan audit
pemasaran hasil. Jadi aspek yang diaudit dapat lebih banyak dari yang
dikemukakan diatas, atau sebaliknya justru lebih sedikit.
Aspek yang dinilai dan di evaluasi dangat ditentukan oleh need atau kebutuhan.
Dapat pula aspek ini ditetapkan sesuai dengan permasalahan lingkungan yang ada.
Aspek dan faktor-faktor yang akan dievaluasi ini ditetapkan oleh auditor bersama-
sama dengan pemilik usaha atau kegiatan.
Kinerja suatu aspek lingkungan yang diaudit dalam suatu perusahaan atau suatu
kegiatan dinilai dengan membuat evaluasi. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan
mengkaji satu atau dua buah faktor atau lebih dari tiga faktor atau bahkan seluruh
faktor. Evaluasi yang dilaksanakan terhadap banyak faktor dan banyak aspek
merupakan evaluasi multidimensi. Kondisi beberapa faktor ini diinteraksikan satu
sama lain untuk menentukan kinerjanya. Pada dasarnya metode yang demikian ini
termasuk dalam metode matriks interaksi.
Suatu faktor tertentu dievaluasi dengan dua proses, pertama pengkajian dan kedua
penetapan. Setelah suatu faktor dikaji, langkah selanjutnya ditetapkan kondisinya.
Ada 5 skor untuk menetapkan tingkat kondisi dari faktor yang dievaluasi yaitu dari
tingkat sangat jelek, jelek, sedang, bagus dan sangat bagus. Pengamatan secara
langsung, wawancara, mempelajari berbagai data yang ada dipergunakan untuk
menetapkan skor ini. Tim auditor setelah mempelajari berbagai data/sumber
informasi ini kemudian menetapkan kondisi suatu faktor atau aspek itu baik, sedang
atau jelek. Seluruh faktor ditetapkan skor dan kondisinya. Dari interaksi seluruh
faktor dapat diketemukan kinerjanya, pada aspek tertentu. Metoda untuk
menetapkan bagaimana suatu aspek atau seluruh aspek dapat dipilih salah satu dari
metoda mean (rerata) atau geometric mean.
C. Audit Manajemen
1. Cara melakukan audit manajemen
Manajemen pengelolaan lingkungan yang dinilai tidak baik perlu dievaluasi;
faktor apa yang menjadi penyebabnya, misalnya diketemukan ada dua faktor
dari aspek manajemen yaitu kelembagaan dan peralatan. Dari pengkajian dan
penetapan diperoleh skor masing-masing 4 dan 2. Kemudian dapat di evaluasi
dengan cara matriks, yang disajikan sebagai berikut.
KELEMBAGAAN
Sangat Jelek Sangat Bagus
1 2 2,5 3 5
P
E
R 2 4,2
A
L 2,5
A
T 3
A
N 5
Sangat Jelek Sedang Sangat Bagus
Evaluasi terhadap kedua factor tersebut dapat dilakukan dengan cara rerata
(means) yaitu :
4+2
=3
2
Dari evaluasi di atas, posisi dua faktor dari aspek manajemen lingkungan
cenderung berada dalam posisi sedang, sebab skornya 3. Pengelolaan terhadap
komponen atau parameter lingkungan yang diaudit tenyata kondisinya tidak
baik sebab pengelolaan belum maksimal yaitu masih sedang. Dari evaluasi tahap
dua tersebut dapat diberikan rekomendasi atau arahan penanganan yaitu pada
faktor peralatan. Peralatan untuk mengelola lingkungan harus diganti atau
diperbaiki.
2. Menetapkan kinerja perusahaan
Seluruh aspek yang ada, yaitu 5 aspek dikaji dan ditetapkan skornya paa masing-
masing faktor. Dengan demikian dari setiap aspek dapat diperoleh angka yang
mengindikasikan kinerja suatu aspek. Kemudian disusun tabel matrik kinerja
seluruh aspek untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan. Contoh dimaksud
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Kinerja
Hasil Analisis
Pengelolaan Aspek di Evaluasi Keterangan
Evaluasi Evaluasi
Lingkungan
Suatu usaha - Aspek manajemen 4 Perusahaan yang di
perusahaan - Aspek ketataan 4 audit mempunyai
hukum 23 kinerja pengelolaan
- Aspek fasilitas teknis 5 = 4,6 lingkungan
- Aspek AMDAL 5 cenderung ke sangat
- Aspek produk 5 bagus (4,6)
5
23 Metoda mean
(rerata)
3. Mitigasi
Berdasarkan evaluasi terhadap faktor seluruh faktor dapat diketemukan faktor-
faktor yang skornya rendah. Secara berurutan faktor yang skornya paling rendah
menunjukkan faktor yang harus mendapat prioritas dalam penanganan.
Penanganan ini dapat menggunakan konsep pencegahan, yaitu penanganan
sebelum ada masalah, dan penanggulangan yaitu penanganan terhadap faktor
yang telah muncul permasalahannya.
Referensi
1. Fandeli, C, Retno N.U., dan Sofiudin. N. 2006. Audit Lingkungan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
2. Mitchell. B; B. Setiawan dan D.H. Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
PENDEKATAN PENANGANAN DAMPAK LINGKUNGAN
Sejalan dengan terjadinya kerusakan lingkungan maka orang berfikir dan berusaha
bagaimana mencegah dan menanggulanginya. Bahkan orang berupaya untuk dapat
tetap mempertahankan kualitas lingkungan agar kesejahteraannya dapat tetap
terjamin.
Suatu kegiatan usaha atau suatu perusahaan yang mengemisikan GRK perlu selalu
dipantau. Bahkan perusahaan ini wajib melaksanakan audit lingkungan. Kewajiban
ini seperti tertera dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2001.
Dengan adanya dokumen audit lingkungan, besar emisi GRK akan diketahui.
Selanjutnya penanganan terhadap emisi ini dapat dilakukan sehingga emisi berada
di bawah baku mutu.
Emisi CO2/kwh
Jenis Bahan Bakar
(gr)
Batubara 940
Minyak Bumi 798
Gas Alam Cair 581
Perkembangan penduduk yang sangat pesat dan pertumbuhan ekonomi dunia yang
terus meningkat menyebabkan sumberdaya alam dimanfaatkan tanpa
memperhatikan kelestariannya. Di beberapa negara yang sedang membangun,
diketemukan lingkungan yang mengalami kerusakan, dan hampir pasti disana
didapatkan kemiskinan. Padahal seringkali sumberdaya alam ini dieksploitasi untuk
memenuhi berbagai kebutuhan negara lain.
a. Selalu menjaga proses ekologis yang utama atau mendasar dan menjaga sistem
penyangga kehidupan;
b. Melindungi dan mempertahankan keanekaragamn genetik;
c. Menjamin pemanfaatan yang lestari dari spesies maupun ekosistemnya.
Apabila living resources dalam ekosistem ini dapat dijaga kelestariannya, maka
pemanfaatan sumberdaya alam mineral, baik yang dapat diperbaharui maupun
tidak, dapat pula dijamin keutuhannya.
Contoh Penerapan
Teknik Penilaian
Barang dan Jasa Produsen Barang dan Jasa Konsumen
Orentasi Pasar
a. Penilaian manfaat
menggunakan harga pasar
senyatanya barang dan jasa
1. Perubahan dalam nilai Hilangnya nilai hasil produksi
hasil produksi karena merembesnya bahan
kimia beracun
2. Hilangnya penghasilan Nilai jasa produktif yang hilang
karena meningkatnya penyakit
dan kematian karena
pencemaran udara
b. Penilaian biaya dengan
menggunakan harga pasar
senyatanya terhadap
masukan berupa peralatan
perlindungan lingkungan
1. Pengeluaran pencegahan Biaya pengamanan lingkungan Biaya meredam kebisingan
dalam rancang bangun proyek
2. Biaya penggantian Biaya mengganti bangunan Biaya pengolahan atau masak
yang rusak karena hujan asam air
3. Proyek bayangan Biaya memulihkan ikan darat Biaya tambahan mencat rumah
yang rusak akibat limbah yang rusak akibat pencemaran
udara
4. Analisis keefektifan biaya Biaya sarana alternative Biaya menyediakan fasilitas
membuang limbah air dari memancing ikan dan rekreasi
proyek energi panas bumi yang rusak karena
pembangunan proyek
c. Penilaian manfaat dengan
menggunakan pasar
pengganti
1. Barang yang dapat Biaya proses pengolahan Harga yang dibayar untuk
dipasarkan sebagai limbah sebagai ganti mendatangi taman dan
pengganti lingkungan keberadaan air berdasarkan kesenangan/hiburan pribadi
konsep ekosistem sebagai ganti kunjungan ke
daerah liar
2. Pendekatan nilai Perubahan dalam nilai lahan
pemilikan pemukiman karena
pencemaran udara
3. Pendekatan lain terhadap Perubahan dalam nilai Harga yang dibayar pemerintah
nilai tanah pemilikan komersial sebagai bagi tanah yang diperlukan
akibat pencemaran air untuk taman nasional
4. Biaya perjalanan Estimasi manfaat rekresasi
suatu taman rekreasi untuk
umum
5. Pendekatan perbedaan Estimasi kemauan pekerja
upah untuk mengorbankan upah
demi perbaikan kualitas
lingkungan
Contoh Penerapan
Teknik Penilaian
Barang dan Jasa Produsen Barang dan Jasa Konsumen
6. Penerimaan kompensasi/ Pampasan untuk kerusakan Pampasan terhadap dampak
pampasan pada taman negative pada kesehatan,
misalnya penyakit minamata
d. Orientasi/survey
(penilaian hipotesis)
1. Pertanyaan langsung
terhadap kemauan
membayar
2. Permainan lelangan Estimasi kesediaan membayar
agar dapat masuk taman kota
3. Pertanyaan langsung
pilihan jumlah
4. Metode pilihan tanpa Penerapan hipotesis pada kasus
biaya pencemaran udara
Referensi
1. Fandeli, C, Retno N.U., dan Sofiudin. N. 2006. Audit Lingkungan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
2. Mitchell. B; B. Setiawan dan D.H. Rahmi. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. Gadjah Mada University Press.