Anda di halaman 1dari 11

Audit Lingkungan

FHARDI SUGANDA
1821622007/2018

Dosen : Dr. Fuji Astuti, S.Si, M.si

PROGRAM PASCASARJANA ILMU LINGKUNGAN


UNIVERSITAS ANDALAS
2019
1.​ ​ ​Dasar dasar audit lingkungan

a.​ P
​ engertian

Terdapat banyak definisi tentang audit lingkungan atau environmental audits dan
tidak perlu ada suatu kesepakatan yang kaku ataupun universal atas suatu
definisi audit lingkungan di dalam berbagai literatur. Namun demikian,
definisi-definisi tersebut memiliki intisari yang serupa.

Cahill (1996, h 22) menyebutkan bahwa usaha mendefinisikan audit lingkungan


secara persis tidak mudah. Hal ini karena konsep ini masih terus berkembang
dan sebagai alat manajemen formal. Hal ini harus disesuaikan dengan organisasi
yang melakukannya. Hal lainnya adalah karena program audit dirancang untuk
memenuhi salah satu atau beberapa tujuan seperti:

1. Memastikan pentaatan terhadap peraturan.

2. Menentukan tanggung jawab suatu organisasi.

3. Melindungi tanggung jawab pegawai tingkat tertentu dalam suatu perusahaan.

4. Menemukan fakta-fakta pada saat akusisi atau perluasan usaha.

5. Penelusuran dan pelaporan biaya pentaatan.

6. Transfer informasi di antara unit-unit operasi.

7. Meningkatkan kepedulian lingkungan.

8. Penelusuran tanggung jawab para manajer terhadap lingkungan.

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, menurut Cahill (1996), US EPA membatasi


definisi audit lingkungan. Menurutnya, secara sederhana, suatu program audit
adalah sutau proses verifikasi. Audit tidak dimaksudkan untuk menggantikan
sistem manajemen lingkungan yang sudah ada di dalam suatu perusahaan tetapi
justru untuk memverifikasi sistem tersebut bahwa sistem itu ada dan berjalan.
Dalam bahasa sederhana, Cheremisinoff et al, (1993) mendefinisikan secara luas
bahwa suatu audit lingkungan adalah suatu kaji ulang yang obyektif terhadap
suatu kegiatan usaha dalam kondisi terbangun ataupun tidak, atau suatu usaha,
apakah dalam kondisi aktif ataupun tidak aktif.

Definisi tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi yang lebih dahulu dibuat dan
terdapat di dalam pedoman pelaksanaan audit lingkungan pada Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No.42 Tahun 1994, tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Audit Lingkungan, bahwa audit lingkungan adalah: “suatu alat
manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik
dan objektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi, sistem manajemen dan
peralatan dengan tujuan memfasilitasi kontrol manajemen terhadap pelaksanaan
upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian pentaatan kebijakan
usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan tentang
pengelolaan lingkungan hidup.”

Kemudian pada tahun 2001 Kepmen LH tersebut direvisi menjadi Kepmen LH


No.30 Tahun 2001 yaitu pedoman pelaksanaan audit lingkungan wajib, dan pada
tahun 2010, Kepmen tersebut direvisi menjadi Permen LH Kepmen LH No.17
Tahun 2010, serta pada tahun 2013 direvisi lagi menjadi Kepmen LH No.03
Tahun 2013 tentang audit lingkungan yang sifatnya sukarela, di mana definisi
Audit Lingkungan menjadi:

“evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab usaha


dan/atau kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah.”

b.​ T
​ ujuan, manfaat dan sasaran audit lingkungan

1.​ ​Tujuan Audit Lingkungan

Pada pedoman umum pelaksanaan audit lingkungan di Indonesia disebutkan


fungsi dan manfaat dari pelaksanaan audit lingkungan, baik yang
dilaksanakan secara sukarela ataupun wajib. Beberapa fungsi audit
lingkungan dapat mencakup hal-hal misalnya:

a.Merupakan upaya peningkatan pentaatan suatu usaha atau kegiatan


terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan, misalnya: standar
emisi udara, limbah cair, penanganan limbah dan standar operasi lainnya.

b.Merupakan dokumentasi suatu usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan


standar operasi, prosedur pengelolaan, dan pemantauan lingkungan
termasuk rencana tanggap darurat, pemantauan dan pelaporan serta
rencana perubahan pada proses dan peraturan.

c.Menjadi jaminan untuk menghindari perusakan atau kecenderungan


kerusakan lingkungan.

d.Merupakan bukti keabsahan prakiraan dampak dan penerapan


rekomendasi yang tercantum dalam dokumen AMDAL, yang berguna
dalam penyempurnaan pelaksanaan dokumen AMDAL.

e.Merupakan upaya perbaikan penggunaan sumberdaya melalui


penghematan penggunaan bahan, minimisasi limbah dan identifikasi
kemungkinan proses daur ulang. f. Merupakan upaya untuk meningkatkan
tindakan yang telah dilaksanakan atau yang perlu dilaksanakan oleh
suatu usaha atau kegiatan untuk memenuhi kepentingan lingkungan,
misalnya pembangunan yang berkelanjutan, proses daur ulang, efisiensi
penggunaan sumber daya.

2.​ ​Manfaat Audit Lingkungan

Audit lingkungan banyak sekali manfaatnya, baik secara ekologi, ekonomi


maupun sosial, di antaranya adalah:

a. Mengidentifikasi risiko lingkungan.

b. Menjadi dasar bagi pelaksanaan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan


atau upaya penyempurnaan rencana yang ada.

c. Menghindari kerugian finansial seperti penutupan/pemberhentian suatu


usaha atau kegiatan atau pembatasan oleh pemerintah, atau publikasi
yang merugikan akibat pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang
tidak baik.

d. Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha atau kegiatan


atau terhadap pimpinannya berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

e. Membuktikan pelaksaaan pengelolaan lingkungan apabila dibutuhkan


dalam proses pengauditan.

f. Meningkatkan kepedulian pimpinan/penanggung jawab dan staf suatu


badan usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan kegiatannya terhadap
kebijakan dan tanggung jawab lingkungan.

g. Mengidentifikasi kemungkinan penghematan biaya melalui upaya


konservasi energi, dan pengurangan, pemakaian ulang dan daur ulang
limbah.

h. Menyediakan laporan audit lingkungan bagi keperluan usaha atau


kegiatan yang bersangkutan, atau bagi keperluan kelompok pemerhati
lingkungan, pemerintah, dan media massa.

i. Menyediakan informasi yang memadai bagi kepentingan usaha atau


kegiatan asuransi, lembaga keuangan, dan pemegang saham.

Khusus untuk audit yang bersifat wajib, perangkat audit ini bermanfaat untuk
mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam rangka
memperbaiki pelanggaran atau pencemaran yang mungkin telah terjadi.
3.​ ​Sasaran Audit Lingkungan

Sebagaimana perangkat pengelolaan lingkungan, seperti: AMDAL, UKL dan


UPL, maka Audit Lingkungan mempunyai sasaran, di antaranya adalah:

a. Pengembangan kebijakan lingkungan.

b. Audit lingkungan dapat menjadi dukungan dalam indentifikasi kebijakan


lingkungan suatu korporasi dan dapat memberikan arahan/kerangka
pengembangan kebijakan tersebut.

c. Pentaatan terhadap regulasi, lisensi dan standar.

d. Audit lingkungan dapat menjadi dasar untuk menentukan pentaatan dan


antisipasi perubahan terhadap kebijakan lingkungan internal, legislasi
dan regulasi pemerintah, lisensi dan perjanjian, prosedur operasi
standar dan standar teknis.

e. Review tentang tindakan manajemen dan operasi.

f. Pada dasarnya hampir semua kegiatan/usaha mempunyai tindakan


manajemen dan operasi yang berwawasan lingkungan. Sasarannya
adalah untuk menjamin agar struktur manajemen dan yang ada
(existing) mencukupi untuk keperluan tersebut, yang mencakup
kebijakan administrasi, manajemen, sumberdaya manusia, tanggung
jawab training dan lain sebagainya.

g. Minimalisasi resiko lingkungan.

h. Sasaran utama audit lingkungan adalah mengenali resiko lingkungan


tahap dini. Audit lingkungan harus bisa mengidentifikasi semua bahaya
(hazards) yang aktual atau potensial yang terkait pada fasilitas, operasi
dan kemudian menentukan risikonya melalui analisis resiko lingkungan.

i. Audit lingkungan dapat mebantu suatu kegiatan/usaha dalam


menggunakan energy dan sumberdaya alam yang efisien, dan
menjamin bahwa bahan dasar yang dipakai dan limbah yang dibuang
selaras dengan “eco-effisiency”.

j. Perbaikan kondisi keselamatan dan kesehatan kerja dengan


mengidentifikasi cara untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan
kerja dan mencari cara untuk memperbaiki kondisi kerja anggota.

k. Sebagai aktivitas setelah AMDAL.

l. Audit lingkungan menjamin bahwa identifikasi, prediksi dan evaluasi


dampak tersebut bisa dikaji setelah usaha tersebut berlangsung.
m. Penyedia informasi yang akurat untuk kegiatan dan praktik bisnis
industri seperti asuransi, akuisisi, merger dan disvesment.

n. Pengembang citra hijau dalam koorporasi. Citra hijau adalah salah satu
strategi bisnis yang cukup handal dalam persaingan bisnis saat ini.
Dalam hal ini audit lingkungan memberikan arahan pada suatu
perubahan untuk mengembangkan track record kepedulian lingkungan.

4. PRINSIP DASAR

a. Karakteristik

(1) Metodologi Komprehensif

(2) Konsep pembuktian dan pengujian

(3) Pengukuran dan standar yang sesuai

(4) Laporan tertulis

b. Kunci Keberhasilan

(1) Dukungan pihak pimpinan

(2) Keikutsertaan semua pihak

(3) Kemandirian dan obyektifiktas auditor

(4) Kesepakatan tentang tata laksana dan lingkup audit

2.​ P
​ erundang2an aturan yang mengatur tentang audit lingkungan

Audit Lingkungan Hidup secara detail dijabarkan pada Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Lingkungan
Hidup. Peraturan Menteri ini dibuat untuk melaksanakan ketentuan Pasal 52
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup tentang Audit Lingkungan Hidup.

Peraturan Menteri ini terdiri dari sembilan bab dan lima lampiran. Bab I
mengenai Ketentuan Umum. ​Pasal 1 berisi pengertian-pengertian yang
mendukung penjabaran undang-undang ini. Berikut merupakan beberapa
pengertian yang perlu untuk dipahami :
1. Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai
ketaatan penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan terhadap persyaratan
hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Auditor Lingkungan Hidup adalah seseorang yang memiliki Kompetensi
untuk melaksanakan Audit Lingkungan Hidup.
3. ​Lembaga Penyedia Jasa Audit Lingkungan Hidup adalah badan hukum
yang bergerak dalam bidang jasa Audit Lingkungan Hidup.
4. ​Kegiatan Berisiko Tinggi adalah Usaha dan/atau Kegiatan yang jika terjadi
kecelakaan dan/atau keadaan darurat menimbulkan dampak yang besar dan
luas terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
5. Dokumen Lingkungan Hidup adalah dokumen yang memuat pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup yang terdiri atas analisis mengenai
dampak lingkungan hidup (Amdal), upaya pengelolaan lingkungan hidup dan
upaya pemantauan lingkungan hidup (UKL-UPL), surat pernyataan
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (SPPL),
dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (DPPL), studi
evaluasi mengenai dampak lingkungan hidup (SEMDAL), studi evaluasi
lingkungan hidup (SEL), penyajian informasi lingkungan (PIL), penyajian
evaluasi lingkungan (PEL), dokumen pengelolaan lingkungan hidup (DPL),
rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan
(RKL-RPL), dokumen evaluasi lingkungan hidup (DELH), dokumen
pengelolaan lingkungan hidup (DPLH), dan Audit Lingkungan Hidup.
6. ​Sistem Manajemen Mutu adalah suatu sistem yang dilaksanakan untuk
menjaga kualitas dari suatu pelaksanaan kegiatan yang meliputi
perencanaan, seleksi dan penugasan tenaga pelaksana, penerapan prosedur
operasional standar, dokumentasi, evaluasi, dan pelaporan.

Pasal 2 menyebutkan tujuan dibuatnya Peraturan Menteri ini untuk


memberikan pedoman untuk pelaksanaan sertifikasi kompetensi auditor
lingkungan hidup dan audit lingkungan hidup. Pasal 3 menerangkan
Peraturan Menteri ini mengatur mengenai Kompetensi Auditor Lingkungan
Hidup; Tata laksana Audit Lingkungan Hidup; Pembinaan dan pengawasan;
dan Pembiayaan.

Bab II tentang Kompetensi Auditor Lingkungan Hidup. Auditor Lingkungan


Hidup meliputi auditor lingkungan hidup perorangan; atau auditor lingkungan
hidup yang tergabung dalam lembaga penyedia jasa audit lingkungan hidup.
Kualifikasi Auditor Lingkungan Hidup terdiri atas auditor utama; dan auditor.
Kriteria Kompetensi untuk auditor utama meliputi kemampuan memahami
prinsip, metodologi, dan tata laksana Audit Lingkungan Hidup; melakukan
Audit Lingkungan Hidup yang meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan,
pengambilan kesimpulan, dan pelaporan; merumuskan rekomendasi langkah
perbaikan sebagai tindak lanjut Audit Lingkungan Hidup; menunjuk dan
mengoordinasikan kegiatan auditor di bawah tanggungjawabnya sebagai
auditor utama; merumuskan kesimpulan Audit Lingkungan Hidup;
mengoordinasikan penyusunan dan penyampaian laporan hasil Audit
Lingkungan Hidup; dan memenuhi kriteria lain yang ditetapkan oleh LSK
Auditor Lingkungan Hidup. Kriteria Kompetensi untuk auditor meliputi
kemampuan memahami prinsip, metodologi, dan tata laksana Audit
Lingkungan Hidup; melakukan Audit Lingkungan Hidup yang meliputi tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pengambilan kesimpulan, dan pelaporan;
merumuskan rekomendasi langkah perbaikan sebagai tindak lanjut Audit
Lingkungan Hidup; dan memenuhi kriteria lain yang ditetapkan oleh LSK
Auditor Lingkungan Hidup.

Bab III mengenai Tata Laksana Audit Lingkungan Hidup. ​Pasal 15


menerangkan Tata laksana Audit Lingkungan Hidup yang diatur dalam
Peraturan Menteri ini hanya untuk Audit Lingkungan Hidup yang diwajibkan.
Pasal 16 berisi Audit Lingkungan Hidup dilakukan terhadap Usaha dan/atau
Kegiatan yang memiliki dokumen lingkungan hidup dan Audit Lingkungan
Hidup dapat dilakukan terhadap lebih dari 1 (satu) Usaha dan/atau Kegiatan
yang berlokasi dalam 1 (satu) kawasan.

Pasal 17 menjelaskan Audit Lingkungan Hidup merupakan audit yang


diwajibkan oleh Menteri kepada Usaha dan/atau Kegiatan tertentu yang
berisiko tinggi terhadap lingkungan hidup; dan/atau Usaha dan/atau Kegiatan
yang menunjukkan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 21 menjelaskan Dokumen Audit Lingkungan Hidup terdiri atas rencana
Audit Lingkungan Hidup; dan laporan hasil Audit Lingkungan Hidup. Rencana
Audit Lingkungan Hidup paling sedikit berisi:
a. identitas pemberi perintah audit dan pihak yang diaudit;
b. tujuan audit;
c. lingkup audit;
d. kriteria audit;
e. identitas dan identifikasi Kompetensi tim audit;
f. pernyataan ketidakberpihakan dan kemandirian tim audit;
g. proses dan metode kerja audit;
h. tata waktu audit keseluruhan;
i. lokasi dan jadwal audit lapangan;
j. wakil dari pihak yang diaudit;
k. kerangka protokol audit;
l. pengumpulan bukti audit; dan
m. kerangka sistematika laporan
Laporan hasil Audit Lingkungan Hidup paling sedikit berisi:

a. informasi yang meliputi tujuan, lingkup, kriteria, dan proses pelaksanaan


audit;
b. temuan audit;
c. kesimpulan audit;
d. rekomendasi audit dan tindak lanjut; dan
e. data dan informasi pendukung yang relevan.

Pasal 22 mengenai Penilaian Audit Lingkungan Hidup. Pasal ini berisi Menteri
melakukan penilaian pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup. Penilaian
pelaksanaan dilakukan terhadap usulan jenis Usaha dan/atau Kegiatan
berisiko tinggi di luar Lampiran I Peraturan Menteri ini; usulan dilakukannya
Audit Lingkungan Hidup yang diwajibkan untuk Usaha dan/atau Kegiatan
yang menunjukan ketidaktaatan; rencana Audit Lingkungan Hidup; dan d.
laporan hasil Audit Lingkungan Hidup yang diwajibkan untuk Usaha dan/atau
Kegiatan yang menunjukan ketidaktaatan. Untuk melaksanakan penilaian,
Menteri membentuk tim evaluasi.

Pasal 24 berisi Audit Lingkungan Hidup untuk Usaha dan/atau Kegiatan


tertentu yang berisiko tinggi terhadap lingkungan hidup dilakukan secara
berkala sesuai periode Audit Lingkungan Hidup yang telah ditentukan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini. Pasal 25
berisi tim evaluasi melakukan penilaian terhadap rencana Audit Lingkungan
Hidup. Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh tim
evaluasi. Dalam hal terjadi perbaikan terhadap rencana Audit Lingkungan
Hidup, tim Audit Lingkungan Hidup menyampaikan perbaikan atas rencana
Audit Lingkungan Hidup kepada tim evaluasi. Penilaian rencana Audit
Lingkungan Hidup dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak
rencana Audit Lingkungan Hidup diterima. Terhadap rencana audit
lingkungan yang telah memenuhi kriteria penilaian, ketua tim evaluasi
menerbitkan persetujuan rencana Audit Lingkungan Hidup.

Pasal 26 menjelaskan Audit Lingkungan Hidup dilakukan paling lama 14


(empat belas) hari kerja sejak diterbitkannya surat persetujuan rencana Audit
Lingkungan Hidup bagi Usaha dan/atau Kegiatan bersangkutan. Berdasarkan
pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup, tim Audit Lingkungan Hidup menyusun
laporan hasil Audit Lingkungan Hidup.

Pasal 27 ​menjelaskan Tim Audit Lingkungan Hidup melalui penanggung


jawab usaha dan/atau kegiatan menyerahkan laporan hasil Audit Lingkungan
Hidup secara tertulis kepada Menteri. Menteri mengumumkan laporan hasil
Audit Lingkungan Hidup melalui multimedia.

Pasal 29 menjelaskan Menteri memerintahkan kepada penanggung jawab


Usaha dan/atau Kegiatan untuk melakukan Audit Lingkungan Hidup yang
diwajibkan karena menunjukkan ketidaktaatan berdasarkan hasil pengawasan
oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup; usulan dari menteri atau kepala
lembaga pemerintah nonkementerian yang membidangi Usaha dan/atau
Kegiatan; dan/atau usulan dari gubernur atau bupati/walikota.

Pasal 30 menjelaskan Berdasarkan usulan, tim evaluasi melakukan evaluasi


paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja, terhitung sejak usulan diterima. Tim
evaluasi menyampaikan hasil evaluasi dalam bentuk rekomendasi tertulis
kepada Menteri paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja, setelah selesai
melaksanakan evaluasi. Rekomendasi dapat berupa kelayakan untuk
dikeluarkannya perintah Audit Lingkungan Hidup yang diwajibkan, dilengkapi
dengan rancangan lingkup Audit Lingkungan Hidupnya; atau ketidaklayakan
untuk dikeluarkan perintah Audit Lingkungan Hidup yang diwajibkan,
dilengkapi dengan alasan ketidaklayakan tersebut.

Pasal 33 menjelaskan bahwa Tim evaluasi melakukan penilaian terhadap


rencana Audit Lingkungan Hidup. Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria
yang ditetapkan oleh tim evaluasi. Dalam melakukan penilaian, tim evaluasi
dapat menetapkan kebutuhan dilakukan penyaksian oleh tim evaluasi dalam
pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup. Dalam hal terjadi perbaikan terhadap
rencana audit lingkungan, tim Audit Lingkungan Hidup menyampaikan
perbaikan atas rencana Audit Lingkungan Hidup kepada tim evaluasi.
Penilaian rencana Audit Lingkungan Hidup dilakukan paling lama 10
(sepuluh) hari kerja sejak rencana Audit Lingkungan Hidup diterima.
Terhadap rencana audit lingkungan yang telah memenuhi kriteria penilaian,
ketua tim evaluasi menerbitkan persetujuan rencana Audit Lingkungan Hidup.

Pasal 35 menjelaskan bahwa Tim Audit Lingkungan Hidup menyerahkan


laporan hasil Audit Lingkungan Hidup secara tertulis kepada tim evaluasi. Tim
evaluasi melakukan penilaian terhadap laporan hasil Audit Lingkungan Hidup.
Penilaian atas laporan hasil Audit Lingkungan Hidup dilakukan paling lama 10
(sepuluh) hari kerja sejak diterimanya laporan hasil Audit Lingkungan Hidup.
Penilaian laporan hasil Audit Lingkungan Hidup berupa diterima; atau ditolak.
Ketua tim evaluasi menyampaikan penilaian laporan hasil Audit Lingkungan
Hidup kepada Menteri.
Pasal 36 menjelaskan bahwa Terhadap laporan hasil Audit Lingkungan Hidup
yang diterima, Menteri menerima dan mengesahkan laporan hasil Audit
Lingkungan Hidup; dan menetapkan tindak lanjut terhadap hasil Audit
Lingkungan Hidup. Pengesahan dan penetapan tindak lanjut diterbitkan
dalam bentuk keputusan Menteri. Pengesahan laporan hasil Audit
Lingkungan Hidup berisi pernyataan taat; atau tidak taat. Tindak lanjut berupa
perbaikan kinerja pengelolaan dan pemanatuan lingkungan hidup Usaha
dan/atau Kegiatan; perubahan izin lingkungan; pertimbangan dalam
penerbitan perpanjangan izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup; dan/atau penegakan hukum.

Pasal 38 menerangkan bahwa Menteri mengumumkan pengesahan dan


penetapan tindak lanjut hasil Audit Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 melalui multimedia.

Bab IV mengenai Pembinaan dan Pengawasan. Bab VII mengenai


Pembiayaan. Bab VIII mengenai Ketentuan Peralihan. Bab IX berisi Penutup.
Lampiran I pada Peraturan Menteri ini mengenai usaha dan/atau kegiatan
berisiko tinggi. Lampiran II mengenai contoh format pengumuman publikasi
laporan hasil audit lingkungan hidup yang diwajibkan secara berkala.
Lampiran III mengenai bagan alir tata laksana audit lingkugnan hidup yang
diwajibkan secara berkala. Lampiran IV format surat usulan perintah audit
lingkungan hidup yang diwajibkan bagi usaha dan/atau kegiatan yang
menunjukkan ketidaktaatan dari kepala instansi lingkungan hidup provinsi /
kabupaten / kota kepada menteri. Lampiran V mengenai bagan alir proses
audit lingkungan hidup yang diwajibkan bagi usaha dan/atau kegiatan yang
menunjukkan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai