Anda di halaman 1dari 12

Pengertian:

PermenLH No. 03/2013 dan UU No. 32/2009


Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab
Usaha dan/atau Kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Menurut US EPA
Audit lingkungan merupakan suatu pemeriksaan yang sistematis, terdokumentasi, periodic dan obyektif
berdasarkan aturan yang tersedia terhadap fasilitas operasi dan praktek yang berkaitan dengan
pentaatan kebutuhan lingkungan.

Menurut International Organization for Standardization (ISO) 14000 series


Audit lingkungan sebagai suatu proses yang sistematis dan terdokumentasi dari evaluasi bukti-bukti
yang dihasilkan secara obyektif, dengan tujuan untuk menentukan apakah aktivitas-aktivitas,
kejadian/peristiwa, kondisi-kondisi, sistem manajemen atau informasi-informasi yang berhubungan
dengan lingkungan memenuhi kriteria-kriteria audit dan mengkomunikasikan hasil proses ini kepada
pelanggan.

Peraturan ttg audit LH:


1. Permen LH No. 03 Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan, merevisi:

Permen LH No. 17 Tahun 2010 tentang Audit Lingkungan Hidup (OBSOLETE)

Kepmen LH No. 30 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup Yang
Diwajibkan (OBSOLETE)

Kepmen LH No. 42 Tahun 1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan
(OBSOLETE);

2. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, merevisi:

UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (OBSOLETE)

UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup


(OBSOLETE)

Fungsi:
Fungsi audit lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Upaya peningkatan pentaatan suatu usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundangundangan lingkungan, misalnya: standar emisi udara, limbah cair, penanganan limbah dan
standar operasi lainnya;
2. Dokumen suatu usaha atau kegiatan pelaksanaan standar operasi, tata laksana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan termasuk rencana tanggap darurat, pemantauan dan pelaporan serta
rencana perubahan pada proses dan peraturan;
3.

Jaminan untuk menghindari perusakan atau kecenderungan perusakan lingkungan;

4. Bukti keabsahan prakiraan dampak dan penerapan rekomendasi yang tercantum dalam
dokumen AMDAL, yang berguna dalam penyempurnaan proses AMDAL;
5. Upaya perbaikan penggunaan sumber daya melalui penghematan penggunaan bahan,
minimisasi limbah dan identifikasi kemungkinan proses daur ulang;
6. Upaya untuk meningkatkan tindakan yang telah dilaksanakan oleh suatu usaha atau kegiatan
untuk memenuhi kepentingan lingkungan, misalnya pembangunan yang berlanjut, proses daur
ulang dan efisiensi penggunaan sumber daya.

Manfaat :
1. Mengidentifikasi resiko lingkungan dan pengelolaannya
2. Menjadi dasar bagi pelaksanaan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan
3. Menghindari kerugian finansial
4. Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha
5. Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan
6. Meningkatkan kepedulian pimpinan dan staf terhadap kebijakan dan tanggung jawab lingkungan

7. Mengidentifikasi kemungkinan penghematan biaya


8. Menyediakan informasi yang memadai bagi kepentingan usaha
9. Menyediakan laporan audit lingkungan

Sasaran:
1. Pengembangan kebijakan lingkungan
2. Penaatan terhadap regulasi, lisensi, dan standar
3. Review tentang tindakan manajemen dan operasi perusahaan
4. Meninimisasi resiko lingkungan
5. Efisiensi penggunaan energi dan sumberdaya alam
6. Perbaikan kondisi kesehatan dan keselamatan kerja
7. Pengembangan aktivitas pasca-Amdal
8. Penyediaan informasi untuk asuransi, merger, dan disinvesment
9. Pengembangan citra Hijau untuk perusahaan

Ruang Lingkup:
1. Membahas sejarah atau rangkaian suatu usaha, rona dankerusakan lingkungan di tempat usaha
tsb, pengelolaan danpemantauan yang dilakukan, serta isu lingkungan yang terkait
2. Perubahan rona lingkungan
3. Penggunaan input dan sumberdaya alam, proses bahan dasar,bahan jadi, dan limbah, termasuk
limbah B3
4. Identifikasi penanganan dan penyimpanan bahan kimia, B3,serta potensi kerusakan yang
mungkin timbul
5. Kajian resiko lingkungan
6. Sistem kontrol manajemen, rute pengangkutan bahan danpembuangan limbah
7. Efektifitas alat pengendalian pencemaran
8. Catatan tentang lisensi pembuangan limbah danpenaatan perUU

9.

Prinsip-Prinsip Dasar:
1. Karakteristik dasar
Audit Lingkungan mempunyai ciri khas sebagai berikut:
a. Metodotogi yang komprehensif; Audit lingkungan memerlukan tata laksana dan
metodologi yang rinci. Audit lingkungan harus dilaksanakan dengan metodologi yang
komprehensif dan prosedur yang telah ditentukan, untuk menjamin pengumpulan data
dan informasi yang dibutuhkan serta dokumentasi dan pengujian informasi tersebut.
Metodologi tersebut harus fleksibel sehingga tim auditor dapat menerapkan teknikteknik yang tepat. Audit lingkungan harus berpedoman kepada penggunaan rencana
yang sistematik dan sesuai dengan prosedur pelaksanaan audit lapangan dan
penyusunan laporan.
b. Konsep pembuktian dan pengujian; Konsep pembuktian dan pengujian terhadap
penyimpangan pengelolaan lingkungan adalah hal yang pokok dalam audit ingkungan.
Tim audit harus mengkonfirmasikan semua data dan informasi yang diperolehnya
melalui pemeriksaan lapangan secara langsung.
c. Pengukuran dan standar yang sesuai; Penetapan standar dan pengukuran tertib
kinerja lingkungan harus sesuai dengan usaha atau kegiatan dan proses produksi yang
diaudit. Audit lingkungan tidak akan berarti kecuali kinerja usaha atau kegiatan dapat
dibandingkandengan standar yang digunakan.
d. Laporan tertulis. Laporan harus memuat hasil pengamatan dan fakta-fakta
penunjang serta dokumentasi terhadap proses produksi. Seluruh data dan hasil temuan
harus disajikan dengan benar dan akurat, serta dilandasi dengan bukti yang sahih dan
terdokumentasi.

2. Kunci Keberhasilan
(a) Dukungan pihak pimpinan

Pelaksanaan audit lingkungan harus diawali dengan adanya itikad pimpinan usaha
atau kegiatan. Usaha atau kegiatan dan proses audit dapat menjadi sangat kompleks
dan pelaksanaan audit lingkungan menjadi tidak efektif bila tidak ada dukungan yang
kuat dari pimpinan usaha atau kegiatan. Selain itu tim auditor harus pula diberi
keleluasan untuk mengkaji hal-hal yang sensitif dan berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan.
(b) Keikutsertaan semua pihak
Keberhasilan audit lingkungan ditentukan pula oleh keikutsertaan dan kerjasama yang
baik dari semua pihak dalam usaha atau kegiatan yang bersangkutan, mengingat
kajian terhadap kinerja lingkungan akan meliputi semua aspek dan pelaksanaan tugas
secara luas.
(c) Kemandirian dan obyektifitas auditor
Tim audit lingkungan harus mandiri dan tidak ada keterikatan dengan usaha atau
kegiatan yang diaudit. Apabila tidak, maka obyektifitas dan kredibilitas akan
diragukan. Pada umumnya, kemandirian auditor diartikan bahwa tim auditor harus
dilaksanakan oleh orang di luar usaha atau kegiatan yang diaudit.
(d) Kesepakatan tentang tata laksana dan lingkup audit
Harus ada kesepakatan awal antara pimpinan usaha atau kegiatan dengan tim auditor
tentang lingkup audit lingkungan yang akan dilaksanakan.

Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan:


1. Tata Laksana
Pelaksanaan audit lingkungan perlu mengikuti suatu tata laksana audit. Tata laksana audit
merupakan suatu rencana yang harus diikuti oleh auditor untuk dapat mencapai tujuan audit
yang diharapkan. Dengan mengacu pada tata laksana tersebut maka diharapkan adanya
konsistensi dalam pelaksanaan audit dan pelaporan hasil audit. Tata laksana audit sangat
beragam dan tergantung pada jenis usah dan karakteristik lingkungan.
Berikut ini adalah beberapa tata laksana audit yang umum dilaksanakan:

(a) Daftar Isian. Bentuk pelaksanaan audit yang paling sederhana adalah
mempergunakan daftar isian dari laporan yang akan dihasilkan sebagai acuan
audit.
(b) Checklist. Jenis ini merupakan cara yang umum digunakan yaitu dengan
mempergunakan daftar yang rinci mengenai isi yang akan diaudit.
(c) Daftar pertanyaan. Daftar pertanyaan seringkali digunakan dalam pelaksanaan
audit, dan daftar pertanyaan tersebut harus dijawab secara lengkap oleh
auditor. Pada umumnya, auditor telah mempersiapkan format baku untuk
melaksanakan audit dan menyusun laporan akhir.
(d) Pedoman. Audit dengan menggunakan pedoman merupakan jenis tata laksanana yang
paling rinci. Pedoman ini memuat instruksi-instruksi dan petunjuk pelaksanaan yang harus
dilaksanakan oleh auditor, serta aspek yang harus diteliti.

2. Pelaksanaan.
Tahapan pelaksanaan audit lingkungan adalah sebagai berikut:
(a) Pendahuluan
Penerapan audit lingkungan akan tergantung kepada jenis audit yang dilaksanakan, jenis
usaha atau kegiatan dan pelaksanaan oleh tim auditor.
(b) Pra-audit
Kegiatan pra-audit merupakan bagian yang penting dalam prosedur audit lingkungan.
Perencanaan yang baik pada tahap ini akan menentukan keberhasilan pelaksanaan audit
dan tindak
lanjut audit tersebut. Informasi yang diperlukan pada tahap ini meliputi informasi rinci
mengenai aktifitas di lapangan, status hukum, instruktur organisasi, dan lingkup usaha atau
kegiatan yang akan diaudit.
Aktifitas pra-audit juga meliputi pemilihan tata laksana audit, penentuan tim auditor, dan
pendanaan pelaksanaan kegiatan audit. Pada saat ini, tujuan dan ruang lingkup audit harus
telah disepakati.
(c) Kegiatan Lapangan
(1) Pertemuan pendahuluan

Tahap awal yang harus dilaksanakan oleh tim audit adalah mengadakan pertemuan
dengan pimpinan usaha atau kegiatan untuk mengkaji tujuan audit, tata laksana, dan
jadual kegiatan audit.
(2) Pemerikasaan lapangan
Pemeriksaan di lapangan dilaksanakan setelah pertemuan pendahuluan. Tim audit akan
mendapatkan gambaran tentang kegiatan usaha atau kegiatan yang akan menjadi dasar
penetapan areal kegiatan yang memerlukan perhatian secara khusus, Dengan
melaksanakan pemeriksaan lapangan, tim auditor dapal menemukan hal-hal yang
terkait erat dengan kegiatan audit namun belum teridentifikasi dalam perencanaan.
(3) Pengumpulan data
Data dan informasi yang dikumpulkan selama audit lingkungan akan mencakup tata
laksana audit, dokumentasi yang diberikan oleh pemilik usaha atau kegiatan, catatan
dan hasil pengamatan tim auditor, hasil sampling dan pemantauan, foto-foto, rencana,
peta, diagram, kertas
kerja dan hal-hal lain yang berkaitan. Informasi tersebut harus terdokumentasi dengan
baik agar mudah ditelusuri kembali. Tujuan utama pengumpulan data adalah untuk
menunjang dan merupakan dasar bagi pengujian temuan audit lingkungan.
(4) Pengujian;
Prinsip utama audit lingkungan adalah bahwa informasi yang disajikan oleh tim audiotor
telah diuji dan dikonfirmasikan. Dokumentasi yang dihasilkan oleh tim auditor harus
menunjang semua pernyataan, atau telah teruji melalui pengamatan langsung oleh tim
auditor.
Dalam menguji hasil temuan audit, tim auditor harus menjamin bahwa dokumen yang
dihasilkan merupakan dokumen yang asli dan sah. Oleh karena itu tata laksana audit
harus menentukan tingkat pengujian data yang dibutuhkan, atau harus ditentukan oleh
tim auditor.
(5) Evaluasi hasil temuan
Hasil temuan audit harus dievaluasi sesuai dengan tujuan audit dan tata laksana yang
telah disetujui untuk menjamin bahwa semua isu/masalah telah dikaji. Dokumentasi
penunjang harus dikaji secara teliti sehingga semua hasil temuan telah ditunjang oleh
data dan diuji secara tepat.
(6) Pertemuan akhir

Setelah penelitian lapangan selesai, tim auditor harus memaparkan hasil temuan
pendahuluan dalam suatu pertemuan akhir secara resmi. Pertemuan ini akan
mendiskusikan berbagai hal yang belum terpecahkan atau informasi yang belum
tersedia. Tim auditor harus mengkaji hasil pertemuan secara garis besar dan
menentukan waktu penyelesaian laporan ahkir. Seluruh dokumentasi selama penelitian
harus dikembalikan kepada penanggung jawab usaha atau kegiatan.
(d) Pasca Audit
Tim auditor akan menyusun laporan tertulis secara lengkap sebagai hasil pelaksanaan audit
lingkungan. Laporan tersebut juga mencakup pemaparan tentang rencana tindak lanjut
terhadap isu-isu yang telah diidentifikasi.

Perbedaan Audit Lingkungan dan AMDAL:


Audit Lingkungan
Dibuat untuk kegiatan pembangunan yang sedang
berjalan
Dibuat berkali-kali (periodik)
Untuk telaah masalah yang sedang dihadapi
(terbatas pada masalah yang dihadapi)
Sukarela, intensif, dan disentif
Rahasia
Dilaksanakan berdasarkan Kep. No.
42/MenLH/1994 dan format teknis sesuai tujuan
audit

AMDAL
Dibuat untuk rencan kegiatan pembangunan
Dibuat hanya 1 kali
Untuk perkiraan potensi dampak lingkungan
secara total
Wajib (mandatory)
Terbuka
Dilaksanakan berdasarkan PP 08/2001 dan
peraturan pelaksanaannya

Jenis jenis Audit Lingkungan:


Audit lingkungan ada beberapa jenis, yang pelaksanaannya sangat tergantung pada kebutuhan
manajemen/ perusahaan. (Tardan dkk, 1997) :
1. Audit Pentaatan Lingkungan
Audit Pentaatan memiliki sifat :

Menilai ketaatan terhadap peraturan, standar dan pedoman yang ada.

Meninjau persyaratan perizinan dan pelaporan.

Melihat pembatasan pada pembuangan limbah udara, air dan padatan.

Menilai keterbatasan peraturan dalam pengoperasian, pemantauan dan pelaporan sendiri atas
pelanggaran yang dilakukan perusahaan.

Sangat mengarah pada semua hal yang berkaitan dengan pentaatan.

Dapat dilakukan oleh petugas (kelompok/perusahaan) setempat.

2. Audit Manajemen Lingkungan


Audit jenis ini mempunyai sifat :

Menilai kefektifan sistem manajemen internal, kebijakan perusahaan dan resiko yang berkaitan
dengan manajemen bahan.

Menilai keadaan umum dari peralatan, bahan bangunan dan tempat penyimpangan.

Mencari bukti/ kenyataan tentang kebenaran dan kinerja proses produksi.

Menilai kualitas pengoperasian dan tata laksana operasi.

Menilai keadaan catatan/ laporan tentang emisi, tumpahan, keluaran, dan penanganan limbah.

Menilai tempat pembuangan secara rinci.

Meninjau pelanggaran atau pertentangan dengan petugas setempat atau dengan masyarakat.

3. Audit Produksi Bersih dan Minimisasi Limbah


Jenis audit ini mempunyai sifat :

Mengurangi jumlah timbunan dan produksi buangan limbah.

Menggunakan analisis kualitas daan kuantitatif yang rinci terhadap praktek pembelian, proses
produksi dan timbunan limbah.

Mencari tindakan alternatif pengurangan produksi, dan pendaur ulangan limbah.

4. Audit Konservasi Air


Sifat audit ini adalah :

Mengidentifikasi sumber air penggunaan air dan mencari upaya untuk mengurangi penggunaan
air total melalui usaha pengurangan, penggunaan ulang dan pendaur-ulangan

5. Audit Konservasi Energi


Sifat audit ini adalah :

Melacak pola pemakaian tenaga listrik, gas dan bahan bakar minyak dan mencoba untuk
mengkuantifikasikan serta meminimalkan penggunaannya.

6. Audit Pengotoran/ Kontaminasi Lokasi Usaha


Sifat audit ini adalah :

Menilai kedaan pengotoran lokasi perusahaan akibat pengoperasian yang dilakukan oleh
perusahaan yang bersangkutan.

Melakukan pengambilan contoh dari lokasi dan melakukan penganalisaan contoh sampel
tersebut untuk jangka waktu yang cukup panjang dan merupakan hal yang khusus pada audit
jenis ini (audit lain tidak melakukan pengambilan sampel).

Melakukan pengelolaan secara statistik terhadap hasil audit, jika diperlukan.

7. Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Jenis audit ini memiliki sifat :

Menilai tatalaksana operasional pekerjaan, pengelolaan bahan dan limbah berbahaya,


pembuangan bahan pencemar dan sejenisnya, yang berhubungan erat dengan keselamatan dan
kesehatan kerja.

Audit ini memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menetapkan apakah perusahaan tersebut
sudah mentaati peraturan tentanf keselamatan dan kesehatan kerja.

8. Audit Perolehan (Procurement Audit)

Sifat audit ini adalah :

Meninjau praktek pembelian

Mengidentifikasi hasil produksi daan peralatan alternatif.

Dapat dilakukan terpisah atau sebagai bagian audit minimisasi limbah atau audit produksi bersih.

Biasanya melibatkan pegawai bagian pembelian.

Melihat alternatif dari yang sederhana sampai genting (cradle to grave)

Jenis Usaha yang diwajibkan melakukan


audit lingkungan berkala:
1. Bidang Perindustrian

Industri semen : 3 tahun sekali

Industri petrokimia : 3 tahun sekali

Industri bahan aktif pestisida : 3 tahun sekali

Industri amunisi dan bahan peledak : 2 tahun sekali

2. Bidang Pekerjaan Umum

Pengoperasian bendungan/ waduk atau jenis tampungan air lainnya : 5 tahun sekali

3. Bidang Sumber Daya Energi dan Mineral

Kegiatan Pengolahan minyak dan gas bumi : 5 tahun sekali

Transmisi gas di laut : 5 tahun sekali

Transmisi gas di darat : 2 tahun sekali

Eksploitasi mineral : 5 tahun sekali

Eksploitasi bahan galian radioaktif : 5 tahun sekali

PLTA : 5 tahun sekali

PLTU : 10 tahun sekali

4. Bidang pengembangan nuklir

PLTN daya > 100 MWt : 1 tahun sekali

PLTN daya < 100 MWt :3 tahun sekali

5. Bidang pengelolaan B3 dan limbah B3

Kegiatan pengelolaan limbah B3 : 2 tahun sekali

Proses Penyusunan Dokumen Audit:

Anda mungkin juga menyukai