Anda di halaman 1dari 7

BAB 5

PROSES MANAJEMEN LINGKUNGAN

ORGANISASI & MANAJEMEN PERUSAHAAN INDUSTRI


Ir. Irwan Soejanto, MT
NIP. : 19660111 199403 1 001
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

5.1 Manajemen Lingkungan

Manajeman Lingkungan adalah bagian dari manajemen keseluruhan yang meliputi


struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan
sumberdaya untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji dan memelihara
kebijakan lingkungan. Sistem yang mengatur bagaimana kegiatan bisnis dan industri
menata lingkungan agar tetap sehat dan aman dari resiko pencemaran.
Perkembangan industri dewasa ini telah menyebabkan krisis lingkungan dan energi.
Bermula dari dampak industri inilah maka organisasi dan industri dituntut untuk
meningkatkan pertanggungjawaban terhadap konservasi lingkungan. Berdasarkan kondisi
ini, maka tuntutan peraturan dunia terhadap pertanggungjawaban organisasi dan industri
dalam pengelolaan lingkungan menjadi meningkat.
Dalam pelaksanaan manajemen lingkungan untuk mencapai kondisi ramah
lingkungan, terdapat beberapa urutan prinsip, yaitu prinsip pencegahan pencemaran
(pollution prevention), prinsip pengendalian pencemaran ( pollution control), dan prinsip
remediasi (remediation).
Prinsip pencegahan pencemaran (pollution prevention) adalah dasar bagi terciptanya
kondisi yang sangat minim dihasilkannya bahan pencemar. Pencegahan pencemaran
dilaksanakan meliputi keseluruhan dari proses produksi seperti pemilihan bahan baku yang
murni, penggunaan alat proses yang efisien dan efektif dalam pemakaian bahan, energi, air,
perawatan peralatan untuk optimalisasi proses dan SDM dalam proses dan pengelolaan
lingkungan.
Prinsip pengendalian pencemaran (pollution control) diterapkan bila pencemaran atau
limbah masih dihasilkan dalam suatu proses produksi. Maka, yang dapat dilakukan adalah
mengendalikan bahan pencemar atau limbah tersebut agar tidak mencemari pekerja, produk
dan lingkungan sekitar. Upaya yang dapat dilakukan adalah mengolah limbah tersebut untuk

1
menurunkan tingkat bahayanya atau menurunkan tingkat pencemarannya atau
menjadikannya bahan yang lebih bermanfaat/bernilai ekonomi.
Prinsip remediasi (remediation) dijalankan untuk memulihkan kondisi lingkungan
yang telah tercemar agar dapat kembali pulih dan dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan
produktif. Hal ini dilakukan tanpa menimbulkan potensi pencemaran bagi manusia dan
aktivitas didalamnya.
Tujuan utama dalam pelaksanaan dari prinsip tersebut adalah mencegah,
mengurangi, dan menghilangkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar pada
sumbernya, serta menciptakan produk yang sehat, aman, dan berkualitas. Namun, ada juga
enam prinsip dasar lain yang dilakukan dalam manajemen lingkungan yang bertujuaan
utama sama dengan ketiga prinsip diatas, yaitu refine, reduce, reuse, recycle,
recovery, dan retrieve energy.
Refine adalah penggunaan bahan atau proses yang lebih ramah lingkungan
dibandingkan dengan bahan atau proses yang ada saat ini. 
Reduce adalah pengurangan jumlah limbah atau kehilangan bahan dengan
optimalisasi proses atau operasional yang menghasilkan limbah yang mengalami
pemborosan. 
Reuse adalah pemakaian kembali bahan-bahan atau limbah pada proses yang
berbeda.
Recycle adalah penggunaan kembali bahan-bahan atau sumber daya untuk proses
yang sama. 
Recovery adalah kegiatan pengambilan kembali sebagian material penting dari aliran
limbah untuk pemanfaatan ulang dalam proses atau dimanfaatkan untuk proses atau
keperluan lain. 
Retrieve Energy adalah pemanfaatan limbah untuk digunakan sebagai bahan bakar
atau dalam arti yang luas adalah penghematan energi dalam proses produksi.
Pada prinsipnya, semua model atau prinsip dalam sistem menejemen lingkungan
tersebut berupaya untuk meningkatkan produktivitas, menjaga keberlanjutan produksi
dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan dan kesehatan, serta keselamatan pekerja.
Banyak sekali cara dan program yang dapat diterapkan sebuah industri dalam
memenejemen lingkungan industrinya. Kesadaran atas kelestarian lingkungan dalam industri
sangat penting. Kemudian peraturan-peraturan dan undang-undang tentang menegenai
lingkungan industri pun ada sehingga suatu industri harus bisa menaati dan bisa
mendapatkan sanksi apabila terbukti melanggar peraturan-peraturan tersebut.
ISO 14001:2004 telah menjadi tuntutan dari pelanggan negara maju yang secara
sadar melihat pentingnya perlindungan terhadap lingkungan dilaksanakan sejak dini untuk
meminimalkan kerusakan lingkungan di masa depan.
SML ISO adalah sistem management dari suatu organisasi yang keluarnya adalah
proses untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan yang baik dan berkesinambungan.

2
Pendekatan utama yang dilakukan dalam SML ini adalah berupa pencapaian perbaikan yang
berkelanjutan, maka secara bertahap kinerja lingkungan yang semakin baik akan dicapai,
yang berarti pula akan menuju pada penataan terhadap peraturan perundang undangan
yang berlaku. Proses perbaikan yang berkelanjutan ini dapat dicapai melalui berbagai
program lingkungan antara lain: Program 3R, Produksi bersih, dll.

5.2 Sistem Manajemen Lingkungan

Sistem Manajemen Lingkungan ialah sebuah siklus yang berkelanjutan dari


perencanaan, pelaksanaan, pengkajian ulang dan perbaikan langkah yang diambil oleh
organisasi untuk mencapai kesesuaian dengan peraturan perundangan lingkungan. Sistem
Manajemen Lingkungan menyediakan keinginan dan konsistensi dari organisasi untuk
mengarahkan perhatian lingkungan terhadap pengalokasian sumber daya, pembagian
tanggung jawab dan evaluasi berkelanjutan dari penerapan, proses dan prosedur.

5.2.1 Tujuan dari Sistem Manajemen Lingkungan


Tujuan dari Sistem Manajemen Lingkungan ialah :
a. Meningkatkan kondisi kerja yang produktif
b. Mengintegrasikan pengelolaan bisnis dan lingkungan
c. Mengurangi dampak kerusakan lingkungan

5.2.2 Prinsip kunci dari pelaksanaan atau peningkatan Sistem Manajemen


Lingkungan

1. Menyadari bahwa manajemen lingkungan berada pada prioritas utama organisasi.


2. Menetapkan dan memelihara komunikasi dengan pihak internal dan eksternal
organisasi.
3. Menentukan persyaratan legislatif dan aspek lingkungan yang terkait dengan aktivitas
organisasi, produk dan jasa.
4. Mengembangkan manajemen dan komitmen karyawan untuk melindungi lingkungan
dengan pendeskripsian tugas dan tanggung jawab yang akurat dan jelas.
5. Mendukung rencana lingkungan yang diterapkan dalam produk dan proses daur
hidupnya.
6. Menyusun sebuah proses untuk menetapkan level kinerja yang telah ditargetkan.
7. Menyediakan sumber daya yang cukup dan tepat, termasuk pelatihan untuk
mencapai level kinerja yang telah ditargetkan.
8. Mengevaluasi kinerja lingkungan dengan kebijakan lingkungan organisasi, sasaran
dan target, dan mencari perbaikan pada bagian yang tepat.
9. Menetapkan sebuah proses manajemen untuk mengaudit dan mengkaji ulang Sistem
Manajemen Lingkungan dan untuk mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan sistem
dan hasil kinerja lingkungan.

3
10. Mendorong kontraktor dan pemasok untuk menetapkan Sistem Manajemen
Lingkungan.

Sebuah organisasi yang melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan yang efektif


berfungsi untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari dampak potensial
aktivitas, produk dan jasa organisasi serta untuk membantu dalam pemeliharaan dan
perbaikan kualitas lingkungan.
Keuntungan ekonomis dapat diperoleh dari penerapan Sistem Manajemen
Lingkungan. Hal ini harus diidentifikasikan untuk menunjukkan kepada pihak yang
berkepentingan khususnya investor, pentingnya Sistem Manajemen Lingkungan pada
organisasi. Hal ini juga dapat menyediakan kesempatan untuk mencapai sasaran dan target
lingkungan dengan pengeluaran keuangan yang spesifik dan juga untuk meyakinkan bahwa
sumber daya tetap tersedia apabila organisasi menghendaki keuntungan yang tinggi dari
segi keuangan dan kondisi lingkungan.
Keuntungan potensial dari Sistem Manajemen Lingkungan yang efektif meliputi:
a) Memelihara hubungan yang baik dengan masyarakat
b) Meningkatkan kinerja lingkungan
c) Mengurangi kerugian
d) Memiliki keuntungan yang kompetitif
e) Mengurangi biaya pengolahan limbah
f) Mengurangi kecelakaan
g) Meningkatkan kepercayaan konsumen
h) Meningkatkan image publik dan pasar
i) Meningkatkan pengelolaan pengeluaran
j) Konservasi energi dan material
k) Meningkatkan hubungan antara industri dengan pemerintahan.

Sebuah Sistem Manajemen Lingkungan yang efektif diharap tidak hanya fokus
terhadap permasalahan yang terjadi, namun juga fokus terhadap penyebab permasalahan.
Sistem identifikasi dan perbaikan kekurangan sistem yang terdahulu dapat menghasilkan
kinerja lingkungan dan kesempatan bisnis yang lebih baik. Sebagian besar model Sistem
Manajemen Lingkungan terdiri dari ”Plan-Do-Check-Act” atau ”perencanaan-
pengimplementasian-pemeriksaan-perbaikan”.

5.3 PendekatanProses ”Plan-Do-Check-Act”

- Plan :
Proses pembuatan tujuan dan program yang diperlukan untuk mendapatkan hasil
yang sesuai dengan kebijakan lingkungan organisasi.
- Do :

4
Proses pelaksanaan program dan sistem yang telah direncanakan.

- Check :
Proses pemantauan dan pengukuran proses terhadap kebijakan lingkungan, sasaran,
peraturan perundangan dan juga pelaporan hasilnya.
- Act :
Proses pengambilan tindakan untuk memperbaiki secara berkesinambungan kinerja sistem
pengelolaan lingkungan.

5.4 Perkembangan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di Indonesia

Seiring dengan perumusan Standar Internasional ISO seri 14000 untuk bidang
manajemen lingkungan sejak 1993, maka Indonesia sebagai salah satu negara yang aktif
mengikuti perkembangan ISO seri 14000 telah melakukan antisipasi terhadap
diberlakukannya standar tersebut.
Dalam mengantisipasi diberlakukannya standar ISO seri 14000, Indonesia sudah aktif
memberikan tanggapan terhadap draf standar ISO sebelum ditetapkan menjadi Standar
Internasional. Hal ini dilakukan dengan pembentukan Kelompok Kerja Nasional ISO 14000
oleh Bapedal pada tahun 1995 untuk membahas draf standar ISO tersebut sejak tahun
1995. Anggota Kelompok Kerja tersebut berasal dari berbagai kalangan, baik Pemerintah,
Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun pakar pengelolaan lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup (Bapedal pada waktu itu) dan Badan Standardisasi Nasional
(BSN) bekerjasama dengan Kelompok Kerja Nasional ISO 14000 dan berbagai stakeholders
sejak tahun 1995 mengkaji, menyebarkan informasi, dan melakukan serangkaian kegiatan
penelitian dan pengembangan penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. Berdasarkan hasil
pembahasan dengan “stakeholders” di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup menyadari
potensi penerapan Sistem Manajemen Lingkungan bagi peningkatan kualitas pengelolaan
lingkungan, peningkatan peran aktif pihak swasta dan promosi penerapan perangkat
pengelolaan lingkungan secara proaktif dan sukarela di Indonesia.
Pada tahun 1996-1998, serangkaian seminar, lokakarya, penelitian dan proyek
percontohan Sistem Manajemen Lingkungan telah diprakarsai oleh Kementerian Lingkungan
Hidup, bekerjasama dengan BSN dan berbagai pihak. Rangkaian kegiatan tersebut
dimaksudkan untuk menjadi investasi awal bagi penerapan ISO 14001 di Indonesia dalam
menumbuhkan sisi “demand” maupun “supply” menuju mekanisme pasar yang wajar.
Setelah itu, muncullah beberapa penyelenggara pelatihan, jasa konsultasi, jasa sertifikasi
dan perusahaan-perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan. Seiring
dengan tumbuhnya populasi para pemain dalam pasar penerapan ISO 14001 di Indonesia,
Kementerian LH selanjutnya lebih menfokuskan diri pada peran fasilitator dan pembina
kepada semua pihak dalam penerapan ISO 14001 di Indonesia. Peran motor penggerak

5
diharapkan dapat dilanjutkan oleh dunia usaha itu sendiri, sesuai dengan jiwa penerapan
Sistem Manajemen Lingkungan yang bersifat proaktif dan sukarela.
Dengan perannya sebagai fasilitator dalam pengembangan ISO 14000 di Indonesia,
Kementerian LH menyediakan media bagi semua pihak yang berkepentingan untuk aktif
dalam program pengembangan standar ISO 14000, yaitu melalui Kelompok Kerja Nasional
ISO 14000 (Pokjanas ISO 14000). Kelompok kerja tersebut sampai saat ini masih aktif dalam
melaksanakan diskusi-diskusi membahas penerapan standar ISO 14000. Sekretariat Pokjanas
ISO 14000 tersebut difasilitasi oleh Kementerian LH cq. Asisten Deputi Urusan Standarisasi
dan Teknologi.
Untuk memfasilitasi penerapan standar ISO 14001 di Indonesia dan mempermudah
penerapan dilapangan serta untuk menyamakan persepsi mengenai pelaksanaannya, maka
Kementerian LH bekerjasama dengan BSN telah melakukan adopsi terhadap beberapa
Standar Internasional ISO 14000 menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar yang
telah diadopsi tersebut diantaranya :
1. Sistem Manajemen Lingkungan-Spesifikasi dengan Panduan Penggunaan (SNI 19-
14001-1997)
2. Sistem Manajemen Lingkungan-Pedoman Umum Prinsip Sistem dan Teknik Pendukung
(SNI 19-14004-1997)
3. Pedoman Audit Lingkungan-Prinsip Umum (SNI 19-1410-1997)
4. Pedoman Untuk Pengauditan Lingkungan - Prosedur Audit - Pengauditan Sistem
Manajemen Lingkungan (SNI 19-14011-1997)
5. Pedoman Audit untuk Lingkungan – Kriteria Kualifikasi untuk Auditor Lingkungan (SNI
19-14012-1997)

Standar ISO 14001 ternyata mendapat sambutan positif dari kalangan industri di
Indonesia. Sejak ditetapkannya ISO 14001 menjadi standar internasional dan diadopsi
menjadi SNI 19-14001-1997 sampai saat ini tercatat lebih dari 248 (dua ratus empat puluh
delapan[1]) sertifikat ISO 14001 untuk berbagai unit organisasi perusahaan di Indonesia
yang dengan sukarela menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001.
Kecenderungan peningkatan penerapan Standar ISO 14001 dapat menjadi salah satu
indikator peningkatan kesadaran industri terhadap pengelolaan lingkungan. Faktor
pendorong yang lain adalah antisipasi industri terhadap potensi adanya persyaratan dagang
dan industri yang diwajibkan oleh “ buyer” untuk menerapkan ISO 14001. Selain kedua hal
di atas, penerapan ISO 14001 juga di pacu oleh adanya program internal dari beberapa
“holding company” untuk menerapkan ISO 14001 pada anak perusahaannya.

6
5.5 Pertanyaan - Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan manajemen lingkungan ?


2. Dalam pelaksanaan manajemen lingkungan untuk mencapai kondisi ramah lingkungan,
terdapat beberapa urutan prinsip, sebutkan dan jelaskan.
3. Sebutkan dan jelaskan enam prinsip dasar lain yang dilakukan dalam manajemen
lingkungan.
4. Apa yang dimaksud dengan Sistem Manajemen Lingkungan ?
5. Sebutkan tujuan dari Sistem Manajemen Lingkungan.
6. Sebutkan prinsip kunci dari pelaksanaan atau peningkatan Sistem Manajemen
Lingkungan.
7. Sebutkan keuntungan potensial dari Sistem Manajemen Lingkungan yang efektif.
8. Sebagian besar model Sistem Manajemen Lingkungan terdiri dari ”Plan-Do-Check-Act”
atau ”perencanaan-pengimplementasian-pemeriksaan-perbaikan”, jelaskan.
9. Untuk memfasilitasi penerapan standar ISO 14001 di Indonesia dan mempermudah
penerapan dilapangan serta untuk menyamakan persepsi mengenai pelaksanaannya,
maka Kementerian LH bekerjasama dengan BSN telah melakukan adopsi terhadap
beberapa Standar Internasional ISO 14000 menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI).
Sebutkan standar yang telah diadopsi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai