Anda di halaman 1dari 9

Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

PERTEMUAN 6

PRODUK BERSIH

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai Produksi bersih (Cleaner
Production). Setelah menyelesaikan materi pertemuan satu ini mahasiswa mampu
menjelaskan mengenai Setelah menyelesaikan materi pertemuan satu ini
mahasiswa mampu menjelaskan mengenai Pengertian, Standarisasi ISO, eco-
label, energy star, Audit lingkungan, audit energi.

B. URAIAN MATERI

1. Produksi Bersih
Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang berifat
prefentive dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses
produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi resiko terhadap
manusia dan lingkungan (UNEP, 2003).

Prinsip pokok dalam produksi bersih antara lain:

a. Mengurangi atau meminimumkan penggunaan bahan baku dan energi serta


menghindari penggunaan bahan baku yang berpotensi untuk menghasilkan
limbah berbahaya.

b. Melakukan perubahan pada pola produksi dan konsumsi sesuai dengan daur
hidup produk.

c. Menerapkan pola manajemen meliputi pola pikir, sikap dan tingkah laku di
tingkat industri maupun pemerintah.

d. Mengaplikasikan teknologi ramah lingkungan dan SOP sesuai aturan yang


berlaku.

Penerapan produksi bersih dapat dilakukan dalam lima bagian yaitu


Good house-keeping, perubahan material input, perubahan teknologi, perubahan
produk, dan on-site reuse. Kelima bagian tersebut secara langsung akan
berpengaruh kepada proses produksi di industri mancakup peningkatan efisiensi
dan efektivitas pemakaian sumberdaya dan mengurangi penggunaan bahan
berbahaya sehingga limbah dan polusi yang dihasilkan bisa diminimalkan.

Energi Terbarukan 33
Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

Produksi bersih juga dapat dijelaskan secara ringkas sebagai metode reduce,
reuse, dan recycle.

a. Polution Prevention

Pencegahan munculnya polusi sama halnya dengan minimasi limbah.


Pencegahan kemunculan polusi tidak dapat dilakukan dengan serta merta
namun dengan pengurangan yang bertahap. Proses pencegahan dilakukan
terhadap proses produksi berupa efisiensi proses bukan pada penggunaan
bahan baku seperti pada minimasi limbah. Penanganan limbah diharapkan
tidak menyebabkan polusi, yaitu dengan prinsip ekologi yang dikenal istilah
4R :

Recycle (Pendaur-ulangan)

Reuse (Penggunaan Ulang)

Reduce

Repair

Waste Minimization

Minimasi limbah adalah upaya pengurangan limbah yang dibuang ke


tempat pembuangan akhir da termasuk pengurangan bahan baku serta daur
ulang limbah (UNEP dan ISWA, 2002). Konsep minimasi limbah juga dapat
dijelaskan sebagai kegiatan pencegahan dan pengurangan pada bahan
untuk meningkatkan kualitas dari limbah akhir yang dihasilkan dari berbagai
proses yang berlangsung sampai ketempat pembuangan akhir.

Proses minimasi limbah dilakukan dengan jalan mengurangi jumlah


bahan baku yang digunakan sehingga dapat mengurangi jumlah limbah yang
akan terbentuk, mengurangi biaya operasi dan mengurangi jumlah limbah
beracun yang dihasilkan. Minimasi limbah adalah salah satu cara yang dapat
ditempuh untuk melakukan produksi bersih pada suatu industri.

Eco-efficiency

Eco-efficiency merupakan suatu proses produksi yang


meminimumkan penggunaan bahan baku, air dan energi serta dampak
lingkungan per unit produk. Pengertian eco-efficiency merupakan konsep
produksi bersih yang mengikutkan aspek ekonomi dalam proses

Energi Terbarukan 34
Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

penerapannya bersamaan dengan konsep ekologi dalam produksi bersih.


Eco-efficiency merupakan strategi untuk mengurangi dampak lingkungan
dan meningkatkan nilai produksi. Eco-efficiency akan memberikan motivasi
bagaimana cara mengurangi dampak lingkungan namun dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Produksi bersih merangkum semua konsep pencegahan. Konsep


pencegahan yang paling awal yaitu minimisasi limbah (waste minimization),
pencegahan pencemaran (pollution prevention) dan pengurangan
pemakaian bahan beracun yang kesemuanya terfokus pada kata kunci
dampak lingkungan, limbah berbahaya, bahan-bahan beracun dan
pencemaran.

Konsep pencegahan yang baru yaitu berdasarkan sasaran pada


pengurangan dampak lingkungan melalui siklus daur hidup produk (life cycle
analysis), dengan fokus pada desain produk ramah lingkungan (design for
environment) atau pada pendekatan baru berdasarkan nilai tambah yaitu
eco-efficiency. Eco-efficiency lebih ditujukan pada strategi bisnis efisien yang
memberikan dampak positif bagi lingkungan sedangkan produksi bersih pada
sisi operasional/ produksi dengan pencegahan dan pengurangan timbulan
limbah yang berdampak positif pada peningkatan efisiensi dan produktivitas.

2. Sistem Manajemen Lingkungan


Conference on Human and Enviromental oleh PBB pada tahun 1972 di
Stockholm mendorong terjadinya kepedulian terhadap hubungan yang signifikan
antara dunia usaha dan lingkungan. Konferensi tersebut melahirkan konsep
pembangunan berkelanjutan (Djajadiningrat, 1997). Pembangunan
berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi
kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang akan datang
untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Komisi Brundtland menyatakan bahwa
pembangunan berkelanjutan bukanlah suatu kondisi yang kaku mengenai
keselarasan, tetapi lebih merupakan suatu proses perubahan yang mana
eksploitasi sumberdaya, arah investasi, orientasi perkembangan teknologi, dan
perubahan institusi dibuat konsisten dengan masa depan seperti halnya
kebutuhan saat ini. Pembangunan berkelanjutan mencakup pengertian bahwa

Energi Terbarukan 35
Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

kalangan industri harus mulai mengembangkan sistem manajemen lingkungan


yang dilaksanakan secara efektif.

Dalam pengelolaan lingkungan dikenal tiga standar, yaitu (1) British


Standard (BS 7750): 1994 yang berlaku di Inggris; (2) Environmental
Management Audit Scheme, (EMAS) yang berlaku di Uni Eropa; dan (3) ISO seri
14000. ISO seri 14000 merupakan standar internasional yang menjadi sarana
penting dalam perdagangan global yang terbuka dan tidak memihak, khususnya
berkaitan dengan pemberian perlakuan yang tepat dalam penanganan masalah
lingkungan (Simatupang, 1995).

Penerapan ISO seri 14000 dalam perdagangan global adalah salah satu
bentuk konkrit dari implementasi konsep pembangunan berkelanjutan.
Simatupang (1995) menggarisbawahi terbitnya ISO seri 14000 pertengahan
1996 merupakan babak baru dalam standarisasi perdagangan dunia setelah
diterapkan ISO seri 9000 yang dianggap cukup handal dalam bidang Sistem
Manajemen Kualitas (QMS). Dengan demikian, standar ISO seri 14000 dapat
digunakan sebagai sarana meningkatkan daya saing dalam menembus pasar
internasional dan sekaligus dijadikan faktor penggiat dalam mengembangkan
upaya pengelolaan lingkungan.

Standar ISO seri 14000 bertumpu pada prinsip perbaikan terus-menerus


(continous improvement) dengan membawa elemen baru bagi peningkatan
manajemen organisasi, yaitu pendekatan sistem manajemen untuk
mengoptimalkan seluruh kinerja lingkungan dan menengahi setiap kerusakan
lingkungan. Penerapan ISO seri 9000 difokuskan pada kepuasan pelanggan dan
persyaratan kualitas internal, sedangkan penetapan ISO seri 14000 membuat
perusahaan bukan saja mampu memuaskan pelanggan dan masyarakat tetapi
sekaligus dapat memenuhi persyaratan peraturan lingkungan yang diberlakukan.

Dalam ISO/DIS (Draft of International Standard) 14001, perbaikan terus-


menerus ini harus dapat mengoptimalkan lima bidang kegiatan dalam model
Sistem Pengelolaan Lingkungan (EMS) yang saling berhubungan dan
bersamaan, yaitu (1) peninjauan manajemen; (2) kebijakan lingkungan, (3)
perencanaan: aspek lingkungan; aspek hukum, persyaratan sasaran dan target;
program pengelolaan lingkungan; (4) implementasi dan operasi: struktur dan
pertanggungjawaban; pelatihan dan kepatuhan; komunikasi; dokumentasi
sistem pengelolaan lingkungan; pengendalian dokumen; pengendalian

Energi Terbarukan 36
Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

operasional; kesiapan dan reaksi pada keadaan darurat; dan (5) pemeriksaan
dan tindakan perbaikan; monitoring dan pengukuran; tanpa konfirmasi dan
tindakan korektif dan pencegahan; pencatatan; audit sistem pengelolaan
lingkungan.

Keuntungan yang didapatkan perusahaan setelah mengimplementasikan


SML ISO 14001 tergantung cara menerapkan standar ISO 14001. Dampak
positif penerapan ISO 14001 yang paling baik bagi lingkungan adalah
pengurangan limbah. Sertifikasi diberikan bila lembaga sertifikasi yang
melakukan penelitian atau audit terhadap proses dan dokumentasi pabrik
tersebut melihat kesesuaian pelaksanaan SML di pabrik tersebut dan
berpendapat bahwa pabrik mempunyai SML yang memenuhi standar ISO 14001
dan menerapkan SML terus menerus secara aktif dalam kegiatan sehari-hari di
pabrik. Sekali sertifikat sudah diberikan, kegiatan SML perlu dilaksanakan dan
diawasi dengan cara audit di lapangan minimal 2 kali setahun oleh lembaga
sertifikasi SML yang telah memperoleh akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional
(Hadiwiardjo, 1997).

3. Sistem Manajemen Lingkungan Menurut Standar ISO Seri 14000


Dalam satu dasawarsa terakhir ini kebutuhan akan suatu sistem
standardisasi semakin dirasakan urgensinya. Hal ini mendorong organisasi
Internasional di bidang standardisasi yaitu ISO (International Organization for
Standardization) mendirikan SAGE (Strategic Advisory Group on Environment) yang
bertugas meneliti kemungkinan untuk mengembangkan sistem standar di bidang
lingkungan. SAGE memberikan rekomendasi kepada ISO untuk membentuk panitia
teknik (TC) yang akan mengembangkan standar yang berhubungan dengan
manajemen lingkungan. Pada tahun 1993, ISO membentuk panitia teknik TC 207
untuk merumuskan sistem standardisasi dalam bidang lingkungan. Hasil kerja
panitia TC 207 kemudian dikenal sebagai standar ISO seri 14000 (Lee Kuhre,
1996).

Dalam menjalankan tugasnya ISO/TC 207 dibagi dalam enam sub komite
(SC) dan satu kelompok kerja (WG) yaitu :

a. Sub-komite 1, SC-1 : Sistem Manajemen Lingkungan (SML)

b. Sub-komite 2, SC-2 : Audit Lingkungan (AL)

c. Sub-komite 3, SC-3 : Pelabelan Lingkungan (Ekolabel)

Energi Terbarukan 37
Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

d. Sub-komite 4, SC-4 : Evaluasi Kinerja Lingkungan

e. Sub-komite 5, SC-5 : Analisis Daur Hidup

f. Sub-komite 6, SC-6 : Istilah dan Definisi

g. Kelompok Kerja 1, WG-1 : Aspek lingkungan dalam Standar Produk.

Pada akhir tahun 1996 panitia teknik TC 207 telah menerbitkan lima standar yaitu

a. ISO 14001 (Sitem Manajemen Lingkungan-Spesifikasi dengan Panduan


untuk Penggunaan)

b. ISO 14004 ( Sistem Manajemen Lingkungan — Pedoman umum atas Prinsip-


prinsip, sistem dan teknik pendukungnya).

c. ISO 14010 (Pedoman Umum Audit Lingkungan-Prinsip-prinsip Umum Audit


Lingkungan).

d. ISO 14011 (Pedoman Untuk Audit Lingkungan-Prosedur Audit Lingkungan-


Audit Sistem Manajemen Lingkungan).

e. ISO 14012 (Pedoman untuk Audit Lingkungan — Kriteria Persyaratan untuk


menjadi Auditor Lingku ngan).

Sejak tahun 1997 telah diterbitkan dan akan diterbitkan beberapa standar
yaitu :

a. ISO 14020 ( Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi — Tujuan tujuan dan


semua Prinsip - prinsip Pelebelan Lingkungan).

b. ISO 14021 (Pelabelan Lingkungan daan Deklarasi — Pernyataan diri Klaim


Lingkungan-Istilah dan Definisi).

c. ISO 14022 (Pelabelan Lingkungan daan deklarasi-Simbol-simbol).

d. ISO 14023 (Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi-Metodologi Pengujian dan


Verifikasi

e. ISO 14024 (Pelabelan Lingkungan — Program bagai Pelaksana - Prinsip


pemandu, Prosedur praktek dan sertifikasi dan program kriteria ganda).

f. ISO 14025 (Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi-Pelebelan lingkungan

g. ISO 14031 (Evaluasi Kinerja Lingkungan).

Energi Terbarukan 38
Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

h. ISO 14040 (Asesmen Daur Hidup-Prinsip dan Kerangka).

i. ISO 14041 (Asesmen Daur Hidup-sasaran daan Definisi-IstilahLingkup dan


Analisis Inventarisasi).

j. ISO 14042 (Asesmen Daur Hidup-Asesmen dampak)

k. ISO 14043 (Asesmen Daur Hidup-Asesmen penyempumaan).

l. ISO 14050 (Istilah daan Definisi).

m. ISO 14060 (ISO-IEC Guide 64) Panduan untuk aspek lingkungandalam


standar produk.

Standar ISO seri 14000 terbagi dalam dua bidang yang terpisah yaitu
evaluasi organisasi dan evaluasi produk. Evaluasi organisasi terbagi dari 3 sub
sistem yaitu sub sistem manajemen lingkungan, audit lingkungan dan evaluasi
kinerja lingkungan. Evaluasi produk terdiri dari sub sistem aspek fingkungan
pada standar produk, label lingkungan dan asesmen daur hidup (Hadiwiardjo,
1997). Gambar 1. di bawah dapat memperjelas uraian di atas. Pada dasamya
ISO 14000 adalah standar manajemen lingkungan yang sifatnya sukarela tetapi
konsumen menuntut produsen untuk melaksanakan program sertifikasi tersebut.
Pelaksanaan program sertifikasi ISO 14000 dapat dikatakan sebagai tindakan
proaktif dari produsen yang dapat mengangkat citra perusahaan dan
memperoleh kepercayaan dari konsumen. Dengan demikian maka pelaksanaan
Sistem Manajemen Lingkungan (SML) berdasarkan Standar ISO Seri 14000
bukan merupakan beban tetapi justru merupakan kebutuhan bagi produsen
(Kuhre, 1996). Tujuan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001
Tujuan secara menyeluruh dari penerapan sistem manajemen lingkungan (SML)
ISO 14001 sebagai standar internasional yaitu untuk mendukung perlindungan
lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan
sosial ekonomi. Manajemen lingkungan mencakup suatu rentang isu yang
lengkap meliputi hal-hal yang berkaitan dengan strategi dan kompetisi. Peragaan
penerapan yang berhasil dari ISO 14001 dapat digunakan perusahaan untuk
menjamin pihak yang berkepentingan bahwa SML yang sesuai tersedia. Tujuan
utama dari sertifikasi ISO 14001 adalah untuk menjaga kelangsungan hidup
tumbuhan dan binatang dalam kondisi terbaik yang paling mememungkinkan.
Pengelolaan lingkungan dalam sertifikasi ISO mungkin hanya merupakan satu
langkah kecil, namun demikian proses ini akan berkembang dan meningkat

Energi Terbarukan 39
Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

sejalan dengan bertambahnya pengalaman, penciptaan, pencatatan, dan


pemeliharaan dari sistem yang diperlukan untuk sertifikasi yang diharapakan
dapat membantu kondisi lingkungan (Pramudya, 2001). Dampak positif terbesar
terhadap lingkungan kiranya adalah pengurangan limbah berbahaya. Sertifikasi
ISO mensyaratkan program-program yang akan menurunkan penggunaan
bahan-bahan kimia berbahaya dan limbah berbahaya.

a. Manfaat dan Implikasi Penerapan SML Standar ISO Seri 14000.

Adapun manfaat utama dari program sertifikasi ISO 14000 antara lain
(Kuhre. 1995) : 1 Dapat mengidentifikasi. memperkirakan daan mengatasi
resiko lingkungan yang mungkin timbul. 2 Dapat menekan biaya produksi
dapat mengurangi kecelakaan kerja dapat memelihara hubungan baik
dengan masyarakat. Pemerintah dan pihak-pihak yang peduli terhadap
lingkungan. 3 Memberi jaminan kepada konsumen mengenai komitmen
pihak manajemen lingkungan. 4 Dapat mengangkat citra memperbesar
pangsa pasar. 5 Menunjukkan ketaatan perusahaan dengan lingkungan 6
Mempermudah memperoleh izin dan akses kredit bank. 7 Dapat
meningkatkan motivasi para pekerja

Karakteristik ISO 14001

Generik - Dapat diterapkan untuk seluruh tipe dan ukuran organisasi


- Mengakomodir beragam kondisi geografis. sosial dan budaya. • Sukarela •
Tidak memuat persyaratan kinerja lingkungan (misal. kriteria untuk sarana
pengolahan Iimbah cair) • Sarana untuk secara sistematis mengendalikan
dan mencapai organisasi kinerja lingkungan yang dikehendaki. • Memuat
kinerja yang fundamental untuk dicapai : - Mentaati peraturan perundang-
undangan dan ketentuan lingkungan yang relevan: dan - Komitmen untuk
terus menerus memperbaiki sejalan dengan kebijakan organisasi. • Didisain
komplemen dengan standar seri Sistem manajemen Mutu ISO 9000. • Dapat
digunakan untuk keperluan sertifikasi dan/ atau deklarasi sendiri. • Dinamis.
adaptif terhadap :

Prinsip Pokok dan Elemen ISO 14001

Prinsip 1 • Komitmen dan kebijakan Organisasi harus menetapkan kebijakan


lingkungan dan memastikan memiliki komitmen terhadap SML.

Energi Terbarukan 40
Universitas Pamulang S-1 Teknik Kimia

Prinsip 2 • Perencanaan Organisasi harus menyusun rencana untuk mentaati


kebijakan lingkungan yang ditetapkannya sendiri.

Prinsip 3 • Implementasi dan Operasi Agar terlaksana dengan efektif.


organisasi harus mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung
yang diperlukan untuk mentaati kebijakan lingkungan, tujuan dan sasaran
manajemen.

Prinsip 4 • Pemeriksaan dan Koreksi Organisasi harus memeriksa,


memantau dan mengoreksi kinerja lingkungannnya.

Prinsip 5 . Kaji Ulang Manajemen Organisasi harus mengkaji ulang dan terus-
menerus memperbaiki Standard Manajemen Lingkungan dengan maksud
untuk menyempurnakan kinerja lingkungan yang telah dicapai. Standard
Manajemen Lingkungan adalah kerangka kerja organisasi yang harus terus
disempurnakan dan secara periodik dikaji ulang agar secara efektif dapat
mengarahkan kegiatan pengelolaan lingkungan sebagai respon terhadap
perubahan faktor internal dan eksternal organisasi.

C. DAFTAR PUSTAKA

1. Djajadiningrat, S.T. 1997. Konsep Produksi Bersih dalam Industri Kaitannya


dengan ISO 14000 serta Strategi Implementasinya. Jurnal Ekonomi Lingkungan
Edisi VII, Desember 1997. ISSN 0853-7149. Center for Economic and
Enviroment Studies (CEES). Jakarta.

2. Hadiwiardjo, B.H. ISO 14001. 1997. Paduan Penerapan Sistem Manajemen


Lingkungan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
3. https://aliensyiroh.wordpress.com/2013/03/16/konsep-produksi-bersih/

4. https://dinorimantho.blogspot.com/2014/07/sistem-manajemen-lingkungan.html

5. http://saulpurwoyo.tripod.com/id6.html

Energi Terbarukan 41

Anda mungkin juga menyukai