Anda di halaman 1dari 37

LINGKUNGAN DAN PRODUKSI BERSIH

PENGERTIAN LINGKUNGAN
Definition-Environment.
The word Environment is derived from the French word
“Environ” which means “surrounding”.
Our surrounding includes biotic factors like human beings,
plants, animals, microbes, etc and abiotic factors such as
light, air, water, soil, etc.

The English Environment Protection Act 1990, defines the


“environment” as consisting “of all, or. any, of the [media]
the air, water and land; and the medium of air includes the
air within buildings. and the air within other natural or
man-made structures above or below ground”
Lingkungan adalah gabungan semua hal di sekitar kita yang mempengaruhi
hidup kita (Wiryono, 2013
Lingkungan adalah segala sesuatu baik fisik, biologis maupun sosial yang
berada di sekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Ada tiga jenis
lingkungan antara lain (Lenihhan & Fletter, 2000) :
1. Lingkungan Fisik adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia
yang tidak bernyawa. Misalnya air, kelembaban, udara, suhu, angin,
rumah dan benda mati lainnya.
2. Lingkungan Biologis adalah segala sesuatu yang bersifat hidup seperti
tumbuh-tumbuhan hewan serta mikroorganisme.
3. Lingkungan sosial adalah segala sesuatu tindakan yang mengatur
kehidupan manusia dan usaha-usahanya untuk mempertahankan
kehidupan seperti pendidikan pada tiap individu, rasa tanggung jawab,
pengetahuan keluarga, jenis pekerjaan, jumlah penghuni dan keadaan
ekonomi.
4. Lingkungan rumah adalah segala sesuatu yang berada di dalam rumah,
lingkungan rumah terdiri dari lingkungan fisik yaitu ventilasi, suhu,
kelembaban udara serta lingkungan social yaitu kepadatan penghuni
PRODUKSI BERSIH (CLEANER PRODUCTION)
Pengertian
Produksi bersih (PB): sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang
bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus
menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan
mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan (UNEP, 2003)

Terdapat 4 kata kunci : preventif, terpadu, terus-menerus dan


mengurangi resiko
 Preventif (pencegahan) : segala upaya dilakukan untuk mencegah
atau menghindari terbentuknya limbah.
Mencegah (terbentuknya limbah) lebih baik dari mengobati
(menangani)
Kalau limbah dimaknai sebagai sumberdaya yg hilang, maka
tindakan penanganan limbah mengakibatkan 2 kali kehinganan
(kehilangan sumberdaya dan kehilangan biaya untuk menangani
limbah tsb sebelum aman terhadap lingkungan.
Terpadu; keterpaduan konsep dalam PB dicerminkan
banyaknya aspek yang terlibat (SDM, teknologi, finansial,
manajerial dan lingkungan).
Semua aspek perlu diintegrasikan secara harmonis agar upaya
perlindungan fungsi lingkungan dapat berjalan serasi dengan
kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi.

Terus-menerus; strategi PD menekankan adanya upaya


pengelolaan lingkungan secara terus-menerus.
Suatu keberhasilan (pencapaian) target pengelolaan bukan
sebuah akhir upaya melainkan menjadi input bagi siklus upaya
pengelolaan berikutnya ( no ending activities)

Mengurangi resiko; resiko : resiko keamanan dan kesehatan


manusia dan lingkungan serta hilangnya sumberdaya alam dan
biaya perbaikan / penyembuhan.
 Strategi PB diyakini sebagai upaya pengelolaan lingkungan
yg dapat mengatasi permasalahan yg tersisa dari aplikasi
pendekatan end of pipe (EOP).
 Pendekatan EOP sudah dianggap out of date, walaupun
untuk beberapa kasus masih tetap dilakukan untuk
mengurangi dampak/resiko bagi manusia dan lingkungan
yg bisa fatal kalau tdk ditangani sama sekali.
 Aplikasi PB di industri perlu kiomitmen yg kuat dari pihak
manajemen dan karyawan di setiap jenjang/lini industri.
 Tanpa komitmen kuat pendekatan PB sulit mencapai
target
 Komitmen perusahaan untuk mengalokasikan sdm, waktu
dan dukungan finansial menjadi syarat mutlak berhasilnya
aplikasi produksi bersih di industri.
PB diperlukan sebagai strategi :
 Mengharmoniskan upaya perlindungan lingkungan
dengan kegiatan pembangunan/pertumbuhan
ekonomi
 Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan
 Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi
jangka panjang
 Mendukung prinsip environmental equality
 Mencegah atau memperlambat proses degradasi
lingkungan dan pemanfaatan sda melalui penerapan
daur ulang limbah
 Memperkuat daya saing produk di pasar internasional
Konsep Produksi dan Minimisasi Limbah
 Pada awalnya strategi pengelolaan lingkungan
mengacu pada pendekatan kapasitas daya dukung.
 Pada kenyataannya konsep tersebut sulit diterapkan
karena kendala yang ditimbulkan
 Contoh : Perbaikan lingkungan yang sudah tercemar
dan rusak perlu biaya tinggi
 Kemudian konsep strategi berubah menjadi upaya
pemecahan masalah dengan pengolahan limbah yang
terbentuk (EOP) dengan harapan kualitas lingkungan
bisa lebih ditingkatkan
 Kenyataannya masalah pencemaran masih tetap
terjadi
Kendala yang muncul dalam penerapan EOP treatment a.l. (Bapedal 1996;
Wibowo, 1996):
1) Sifat pendekatan adalah reaktif, artinya bereaksi setelah limbah terbentuk
2) Limbah yang tetap terbentuk memberi peluang pengembangan teknologi
pengolahan limbah, sehingga upaya pengurangan limbah pada sumbernya
cenderung tidak dilakukan
3) Tidak efektif memecahkan masalah, kenyataannya sering kegiatan
pengolahan limbah dianggap hanya mengubah bentuk limbah dan
memindahkannya dari satu media ke media lain
4) Upaya ini meningkatkan biaya produksi, walaupun tidak setinggi upaya
perbaikan kerusakan dan pencemaran
5) Peraturan perundang-undangan yang mengatur persyaratan pembuangan
limbah umumnya cenderung dilanggar dan upaya penegakan hukum
lingkungan belum dapat berjalan sepenuhnya
 Sejak era 90-an strategi pengelolaan lingkungan mengalami perubahan
disesuaikan dengan perubahan kondisi lingkungan dewasa ini.
 Perubahan itu cenderung mengarah ke preventif (pencegahan)
 Dikembangkan terus mengarah ke sebuah prinsip yaitu prinsip produksi
bersih sebagai strategi preventif yang operasional dan terpadu
Definisi dan Ruang Lingkup PB
 Istilah PB diperkenalkan oleh UNEP pada Bulan Mei 1989 dan diajukan
secara resmi pada Bulan September 1989 pada seminar The Promotion of
Cleaner Production di Canterbury.
 PB didefinisikan sebagai suatu strategi pengelolan lingkungan yang bersifat
preventif dan terpadu.
 Indonesia setuju dengan definisi tsb

UNINDO (Industrial Development Organization) (2002) : PD adalh strategi


pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah pada pencegahan dan
terpadu agar dapat diterapkan pada seluluh siklus produksi.
Hal ini bertujuan untuk :
 Meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang
lebih baik pada bahan mentah, energi dan air
 Mendorong performansi lingkungan yang lebih baik melalui pengurangan
sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi
 Mereduksi dampak produk terhadap lingkungan hidup dari siklus hidup
produk dengan yang ramah lingkungan namun efektif dari segi biaya.
PRODUKSI BERSIH

Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat terpadu dan preventif

Diterapkan dalam produksi dan siklus pelayanan

Proses :
 Konservasi bahan baku, Pelayanan :
Produk :
 Reduksi limbah melalui
energi dan air  Efisiensi
 Pengurangan jumlah atau
rancangan yang lebih
tingkat toksisitas emisi pada
manajemen
baik lingkungan
sumber
 Penggunaan limbah
 Evaluasi dari pilihan dalam rancangan
untuk produksi baru
teknologi dan pengiriman
 Reduksi biaya dan teknologi

Dampak
 Perbaikan efisiensi
 Performansi lingkungan yang lebih baik
 Peningkatan keuntungan kompetitif
Definisi & Ruang Lingkup Produksi Bersih (UNINDO, 2002)
Prinsip-prinsip Pokok dalam Strategi PB
1) Mengurangi atau meminimumkan penggunaan bahan baku,
air dan energi serta menghindari penggunaan bahan baku
yang beracun dan berbahaya serta mereduksi terbentuknya
limbah pada sumbernya, sehingga mencegah dari atau
mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan
lingkungan serta resikonya terhadap manusia
2) Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik
terhadap proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga
harus difahami betul daur hidup produk
3) Upaya PB ini tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa
adanya perubahan pola pikir, sikap dan tingkah laku semua
pihak terkait : pemerintah, masyarakat, kalangan dunia
industri. Perlu juga diterapkan pola manajemen di kalangan
industri maupun pemerintah yang telah
mempertimbangkan aspek lingkungan
4) Mengaplikasikan teknologi akrap lingkungan, manajemen
dan prosedur standar operasi sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan. Kegiaatan-kegiatan tsb tidak selalu
membutuhkan biaya investasi yang tinggi, kalaupun terjadi
seringkali waktu yang diperlukan untuk pengembalian
modal investasi relatif singkat
5) Pelaksanaan program PB ini lebih mengarah pada
pengaturan sendiri (self regulation) dan peraturan yang
sifatnya musyawarah mufakat (negotiated regulatory
approach) dari pada pengaturan secara command and
control. Jadi pelaksanaan program PB ini tidak hanya
mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi lebih
berdasarkan pada kesadaran untuk merubah sikap dan
tingkah laku
Pelaksanaan Produksi Bersih dalam Industri
 Teknologi PB merupakan gabungan antara teknik pengurangan
limbah pada sumber pencemar (source reduction) dan teknik
daur ulang.
 Dalam PB, limbah yang dihasilkan dalam keseluruhan proses
produksi merupakan indikator ketidakefisien proses produksi
 Oleh karena itu apabila dilakukan optimasi proses, limbah yang
dihasilkan juga akan berkurang

Secara garis besar pemilihan penerapan PB dapat dikelompokkan


menjadi 5 bagian :
1. Good house-keeping
Mencakup tindakan prosedur, administratif maupun institusional
yang dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi
terbentuknya limbah dan emisi.
Konsep ini telah banyak diterapkan oleh
kalangan industri agar dapat meningkatkan
efisiensi dengan cara good operating
practice yang mencakup :
 Pengembangan program PB
 Pengembangan sdm
 Tatacara penanganan dan investasi bahan
 Pencegahan kehilangan bahan / material
 Pemisahan limbah menurut jenisnya
 Tatacara penghitungan biaya
 Penjadwalan produksi
2. Perubahan material input
Bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan bahan
berbahaya dan beracun yang masuk atau yang digunakan
dalam proses produksi, sehingga dapat juga menghindari
terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi. Perubahan
material input termasuk pemurnian bahan dan substitusi
bahan.

3. Perubahan teknologis
Mencakup modifikasi proses dan peralatan yang dilakukan
untuk mengurangi llimbah dan emisi, perubahan teknologi
dapat dimulai dari yang sederhana dalam waktu yang sangat
singkat dan biaya murah sampai dengan perubahan yang
memerlukan investasi tinggi, seperti perubahan peralatan,
tata letak pabrik, penggunaan peralatan otomatis dan
perubahan kondisi proses.
4.Perubahan produk
Meliputi substitusi produk, konservasi produk,
dan perubahan komposisi produk
5. On site Reuse
Merupakan upaya penggunaan kembali bahan-
bahan yang terkandung dalam limbah, baik untuk
digunakan kembali pada proses awal atau sebagai
material input dalam proses yang lain

Dari semua teknik tsb, yang paling penting dan perlu


diperhatikan untuk mencapai keberhasilan program PB
adalah mengurangi penyebab timbulnya limbah.
Teknik-Teknik PB (USAID, 1997)

Pengurangan Sumber Pencemar Daur Ulang

Penggunaan Kembali Pengambilan Penggunaan


Pengendalian Kembali
Pengembalian ke Sumber
Kembali
proses asal Diproses untuk :  Penggambilan
Pencemar ke proses asal
Penggantian bahan  Mendapatkan
baku untuk proses kembali bahan asal  Penggantian
lain  Memperoleh bahan baku
produk samping untuk proses
lain

Mengubah Mengubah
Material Input Teknologi Tata Cara Operasi
Pemurnian Pengubahan Tindakan-tindakan prosedural
material proses  Pencegahan kehilangan
Penggantian Pengubahan  Pemisahan aliran limbah
material tataletak,  Peningkatan penanganan material
produksi peralatan atau  Penjadwalan produksi
perpipaan
Aplikasi PB dalam industri dapat dilakukan pada unsur-
unsur :
1. Proses produksi : peningkatan efisiensi dan efektivitas
dalam bahan baku, energi dan sumberdaya lain serta
mengganti atau mengurangi penggunaan bahan
berbahaya dan beracun, sehingga mengurangi jumlah
dan toksisitas limbah dan emisi yg dikeluarkan.
2. Produk : pengurangan dampak keseluruhan daur hidup
produk, mulai dari bahan baku sampai pembuangan
akhir setelah produk digunakan
3. Jasa (services) : upaya penggunaan proses 3R (reduce,
Reuse, dan Recycle) secara menyeluruh pada setiap
kegiatan, mulai dari penggunaan bahan baku sampai ke
pembuangan akhir
Keuntungan yang diperoleh oleh industri
yang menerapkan konsep PB :
1) Mengurangi biaya produksi
2) Mengurangi limbah yang dihasilkan
3) Meningkatkan produktivitas
4) Mengurangi konsumsi energi
5) Meminimisasi masalah pembuangan
limbah (termasuk penanganan limbah)
6) Memperbaiki nilai produk samping
Dari sudut pandang ekonomi dan lingkungan, keuntungan tsb
terwujud dengan cara :
1)Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, shg akan
mengurangi biaya bahan baku
2)Minimisasi limbah, shg akan mengurangi biaya penanganan dan
pembuangan limbah
3)Mengurangi/meminimisasi kebutuhan untuk penanganan
dengan konsep EOP
4)Memperbaiki teknologi produksi
5)Memperbaiki kualitas manajemen
6)Meningkatkan penghargaan pekerja thd perlindungan
lingkungan
7)Memperbaiki kinerja dan meningkatkan produktivitas dan citra
perusahaan, dan menambah keuntungan kompetitif di pasar
Di sisi lain penerapan PB pada industri menghadapi kendala :
1. Kendala ekonomi
Apabila kalangan usaha tidak merasa mendapat keuntungan dari
penerapan PB
Contoh hambatan :
 Biaya tambahan peralatan
 Besarnya modal /investasi dibanding kontrol pencemaran secara
konvensional
2. Kendala teknologi
 Kurangnya sosialisasi tentang konsep PB
 Penerapan sistem baru kemungkinan tidak sesuai dengan yg
diharapkan, bahkan berpotensi menyebabkan gangguan/masalah baru
 Tidak memungkinkan adanya tambahan peralatan karena terbatasnya
ruang kerja atau produksi
3. Kendala SDM
 Kurangnya dukungan dari pihak manajemen puncak
 Keengganan untuk berubah, baik secara individu maupun organisasi
 Lemahnya komunikasi internal tentang proses produksi yg baik
 Pelaksanaan manajemen organisasi perusahaan yg kurang fleksibel
 Birokrasi yg sulit, terutama dalam pengumpulan data primer
 Kurangnya dokumentasi dan penyebaran informasi
Definisi dan Ruang Lingkup Minimisasi Limbah
 Setiap produk yang diolah akan menghasilkan produk dan hasil samping berupa
limbah
 Limbah yg dibuang secara langsung bukan bagian dari minimisasi limbah, karena
ini akan menambah volume limbah yang ada di tempat pembuangan
 UNEP dan ISWA (International Solid Waste Association), 2002 : Pada konvensi
Basel terdapat obligasi untuk menghindari minimisasi limbah berbahaya
 Konvensi mewajibkan negara untuk melakukan identifikasi dan mengukur
karakteristik limbah yang diproduksi serta mengusahakan untuk minimisasi
limbah tsb.
 Limbah yg timbul diolah lebih dahulu (misal daur ulang, pengolahan limbah)
sebelum akhirnya dibuang supaya tidak mencemari lingkungan
 Beberapa definisi tentang minimisasi limbah :
 Beberapa negara menyatakan minimisasi limbah : suatu gambaran mengenai
pengurangan limbah yg dibuang ke tempat pembuangan akhir, termasuk
pengurangan bahan baku dan daur ulang limbah (UNEP dan ISWA, 2002)
 Minimisasi limbah : kegiatan pencegahan dan pengurangan pada bahan untuk
meningkatkan kualitas dari limbah akhir yg dihasilkan dari berbagai proses yg
berlangsung sampai dengan tempat pembuangan akhir (OECD, Organisation for
Economic Coorperation and Development, 2000)
Eliminasi Limbah

Minimisasi Limbah

Recycle

Reuse and
Recovery

Pengolahan

Pembuangan
Residu

Hirarki Prioritas Manajemen Limbah UNEP dan ISWA, 2002)


Cara minimisasi limbah antara lain :
1) Mengidentifikasi limbah berdasarkan kelompok, sehingga dapat
diolah dengan cara yang sama
2) Pemisahan limbah, limbah yg tidak berbahaya dapat dibuang
dengan cara yang aman
3) Penyimpanaan yg aman
4) Pengolahan untuk mengurangi sifat patogen yang terkandung
pada limbah.
Peluang dalam mengurangi bahan baku yg akan menimbulkan limbah,
antara cain dengan cara :
1) Meningkatkan operasional seperti good house-keeping, penanganan
bahan, perawatan sarana dan prasarana
2) Merubah formulasi produk yg tidak menimbulkan limbah berbahaya
3) Penggunaan bahan baku yg aman
4) Penggunaan teknologi proses dan fasilitas yg aman
5) Pengawasan, pengendalian, dan penghitungan limbah
6) Daur ulang limbah
Pelaksanaan Minimisasi Limbah Industri
Success story Minimisasi Limbah dalam Industri :
Dengan metode minimisasi limbah, perusahaan kilang
minyak dapat mengurangi biaya yg harus dikeluarkan untuk
mengolah effluent sebanyak 3,7 milyar liter, melenyapkan
10.000 ton polutan air, 140.000 ton sludge dan 90.000 ton
polutan udara, sehingga didapatkan penghematan biaya $
192 juta (UNEP dan ISWA, 2002)
Faktor-faktor yg mempengaruhi minimisasi limbah, antara
lain (UNEP dan ISWA, 2002)
1) Peraturan dan kebijakan pemerintah
2) Kelayakan teknologi yang dimiliki
3) Kelangsungan hidup
4) Dukungan serta tanggung jawab dari manajemen
Alasan pendorong dilakukannya minimisasi limbah :
1) Mengurangi biaya yg dikeluarkan untuk bahan baku, energi, air, proses
penyimpanan dan penanganan, pembuangan limbah, kesehatan dan
keamanan
2) Mendorong setiap orang untuk menjalankan peraturan dengan
sukarela
3) Meningkatkan efisiensi
4) Meningkatkan bentuk kerjasama antar pihak terkait
Aplikasi minimisasi limbah pada semua operasi dapat dilakukan
dengan :
 Menggunakan bahan baku yg memiliki kemurnian tinggi
 Menggunakan bahan yang tidak mengandung racun
 Menggunakan bahan baku yang tidak korosif
 Mengubah proses dari sistem curah menjadi sistem sinambung
 Memperbaiki pemeriksaan peralatan dan biaya pemeliharaan
 Meningkatkan pelatihan operator
 Meningkatkan pengawasan
 Meningkatkan good house keeping.
Aplikasi minimisasi limbah dalam industri dapat dimulai dari
perbaikan sistem pengendalian persediaan yaitu :
 Menghindari kelebihan pembelian
 Pemeriksaan produk sebelum penerimaan
 Pemeriksaan persediaan secara berkala
 Pemberian identitas produk atau label
 Pemberian identitas masa pakai produk (expired date)
 Penggunaan teknologi informasi untuk pengontrolan
persediaan

Penerapan Minimisasi Limbah


Tiga tahapan utama dalam penerapan minimisasi limbah pada
perusahaan (UNEP dan ISWA, 2002)
1. Perancanaan dan struktur organisasi
2. Mengidentifikasi limbah
3. Penerapan, pengawasan dan pengontrolan
1. Perencanaan dan Struktur Organisasi
 Membentuk kesepakan manajemen
 Membuat program perencanaan
 Menentukan tujuan dan prioritas
 Membentuk tim audit
2. Mengidentifikasi Limbah
Enam tahap yang dilakukan :
1) Mengidentifikasi proses produksi
2) Menetapkan input proses
3) Menetapkan output proses
4) Membuat neraca massa
5) Mengidentifikasi peluang
6) Membuat studi kelayakan
Mengidentifikasi Proses Produksi
Tahapan :
1) Pemeriksaan tempat produksi
2) Mengidentifikasi perbedaan proses pada tempat produksi
3) Membuat daftar proses
4) Mencari informasi sebanyak mungkin tentang proses tersebut
Alternatif Minimisasi :
 Modifikasi proses
 Penggantian bahan baku
Recycle, recovery dan reuse

Evaluasi Ekonomis

Penyelesaian Kriteria
 Ekonomi
 Hukum
 Sosial –budaya
Lingkungan

Alternatif Prioritas

Penyelesaian dan Pelaksanaan

Proses Penyeleksiaan pada Minimisasi Limbah (UNEP dan ISWA, 2002


Menetapkan Input Proses
Tahapannya :
Menghitung semua bahan yg masuk menjadi proses
masing-masing , seperti bahan baku, energi dan air
Pastikan semua bahan tersebut masuk dan dihitung
satuannya ; bahan baku (kg), listrik (kW) dan air (l)
Pastikan semu bahan tersebut masuk atau tercatat
dengan baik dalam bentuk tahunan, bulanan maupun
mingguan
Dalam penetapan input juga dilakukan identifikasi bahan
dengan pengelompokan berdasarkan sumber : sumber,
sifat fisik, sifat kimia dan tingkat toksisitasnya
1) Klasifikasi berdasar sumber (UNEP dan ISWA, 2002)
Sumber alamiah atau buatan; klasifikasi ini
membedakan bahan berbahaya asli yg berasal
dari flora atau fauna, dan kontaminasi organisme
dgn berbagai bahan berbahaya yg berasal dari
lingkungan seperti bahan industri yg berbahaya
ataupun buangan bahan sintetis yg berbahaya
Sumber berbentuk titik, area dan gerak. Sumber
titik lebih mudah dikendalikan dari pada sumber
area yg lebih besar
Sumber domestik, komersial dan industri yg
lokasi sumbernya berbeda
2) Klasifikasi berdasarkan sifat fisik
 Wujud bahan berbahaya dapat berupa padat,
cair dan gas
 Ukuran pencemaran, bentuk dan densitas
3) Klasifikasi berdasarkan sifatkimia
Korosif
Radioaktif
Evaporatif
Eksplosif
Reaktif
4) Klasifikasi berdasarkan tingkat toksisitas
Sangat toksik
Toksik
Berbahaya
Menetapkan Output Proses
 Prose identifikasi dan pengukuran semua
prosesdan output
 Seperti hasil utama, hasil samping dan limbah
untuk digunakan kembali atau daur ulang, serta
limbah yg benar-benar siap untuk dibuang

Membuat Neraca Massa


 Bertujuan untuk meyakinkan bahwa semua bahan
telah terhitung

Total bahan masuk = Total bahan keluar + Produk


Mengidentifikasi Peluang
 Dapat digunakan dengan data yang diperoleh dari audit limbah
 Membuat evaluasi pendahuluan terhadap potensi minimisasi limbah
 Membuah prioritas pilihan untuk penerapan

Membuat Analisis Kelayakan


Hal yg harus dipertimbangkan :
1) Pertimbangan teknologi :
 Ketersediaan teknologi yg dimiliki
 Keterbatasan fasilitas termasuk kesesuaian operasi yang ada
 Syarat untuk membuat suatu produk
 Keamanan operator dan pelatihan
 Potensi terhadap kesehatan dan dampak lingkungan
2) Pertimbangan ekonomi : modal, biaya operasi dan pay back
period
3. Penerapan, Pengawasan, dan Pengontrolan
 Menyiapkan rencana pelaksanaan
 Mengidentifikasi sumber
 Melaksanakan pengukuran
 Mengevaluasi kinerja yg telah dilakukan

TIPE DAN SUMBER PEMBANGKIT LIMBAH


 Tipe limbah dipengaruhi oleh bahan baku, proses dan
teknologi yang digunakan
 Limbah harus diiedentifikasi dari beberapa faktor : sumber
pembangkit, jumlah limbah berbahaya, tipe limbah dan
metode pengolahan limbah dan perawatan limbah ybs.
 Sumber limbah yg umum dari industri tdd 4 jenis : limbah
yg mudah terbakar, limbah yang bersifat korosif, limbah yg
bersifat reaktif dan limbah yg bersifat racun
Komponen
Produk
Utama

Bahan Baku Komponen Utama


Komponen
Samping (Kehilangan hasil)
dan Komponen
Kotoran Proses dan Kotoran
Hasil samping
Komponen
Pembantu
Bahan Pembantu

Diagram Proses Transformasi dan Konversi Bahan Baku Menjadi Produk (Romli et al, 2003)
Lima tipe sumber pembangkit limbah :
1. Tipe I : Komponen utama bahan adalah bagian bahan yg akan ditransformasi
dan dikonversi menjadi produk, sedangkan komponen samping dan kotoran
akan menjadi residu yg harus dipisahkan dari proses produksi dan dibuang
sebagai limbah cair, gas atau padat
2. Type II : komponen utama bahan yg tidak dapat ditransformasi atau
dikonversi menjadi produk, sehingga sebagian komponen utama bahan ini
akan ditemukan dalam residu sebagai kehilangan hasil.
3. Type III : komponen utama bahan yg tidak diubah menjadi produk melainkan
menjadi by product. Hal ini karena proses transformasi tdk berlangsung pada
kondisi optimumnya secara tdk sengaja dan tidak kehendaki telah mengubah
komponen utama bahan menjadi by product yg sering kali tdk berguna.
4. Type IV : bahan pembantu yg dibutuhkan dlm proses transformasi bahan
baku menjadi produk seringkali bukan merupakan bagian dari produk. Bahan
ini nantinya akan ditemukan sebagai limbah cair, gas dan padat. Bahan
pembantu yg merupakan bagian dari produk maka disebut sebagai kotoran.
5. Tipe V : produk yg dihasilkan dari proses transformasi suatu ketika akan
menjadi limbah, misalnya karena sudah berakhir masa pakainya atau sudah
hilang nilai manfaatnya, maka desain dan spesifikasi suatu produk hendaknya
juga mempertimbangkan kemudahan proses pembuangannya.

Anda mungkin juga menyukai