Anda di halaman 1dari 21

MINIMISASI LIMBAH

PENGERTIAN MINIMISASI LIMBAH

[BAPEDAL.1992]

MINIMISASI LIMBAH adalah upaya mengurangi volume,


konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari
proses produksi, dengan jalan reduksi pada sumbernya dan atau
pemanfaatan limbah (3R)

Kepmenkes RI No. 1204


Tahun 2004

Minimisasi limbah merupakan salah satu upaya untuk mengurangi


jumlah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan.
LANJUTAN
UNEP dan
ISWA (2002)
Suatu gambaran mengenai pengurangan limbah yang
dibuang ketempat pembuangan akhir , dan termasuk pula
pengurangan bahan baku serta daur ulang limbah

OECD (2000)

Minimisasi limbah merupakan suatu kegiatan pencegahan


dan pengurangan pada bahan untuk meningkatkan
kualitas dari limbah akhir yang dihasilkan dari berbagai
proses yang berlangsung sampai dengan tempat
pembuangan akhir .
PENDAHULUAN
Kegiatan Manusia :
Menghasilkan produk dan jasa

•Industri
•Rumah tangga
•Pasar Menghasilkan
Limbah
•Pertanian
•Perkebunan
•Perikanan
•dll

Dapat merusak Lingkungan


KONSEP STRATEGI PENGELOLAAN

Pendekatan kapasitas daya dukung

Kendala : Perlu upaya perbaikan kondisi lingkungan yang rusak dan


tercemar Biaya Tinggi

Pengolahan limbah yang terbentuk ( End of pipe treatment )

Kendala : - Limbah tetap terbentuk


- Hanya mengubah bentuk limbah
- Meningkatkan biaya produksi
- Upaya perbaikan kerusakan tinggi
- Umumnya cenderung melanggar peraturan
HAL-HAL SEBELUM MELAKUKAN
MINIMISASI LIMBAH

jenis material yang dapat direduksi ataupun dimanfaatkan


kembali
volume produksi limbah yang dihasilkan
upaya minimisasi limbah yang telah dilakukan
analisis biaya untuk menentukan kemungkinan perubahan
praktek yang dilakukan
prioritas upaya berdasarkan peraturan yang berlaku
identifikasi peluang minimisasi limbah baik reduksi limbah
pada sumbernya
penggunaan kembali limbah
Daur Ulang
HIRARKI PRIORITAS MANAJEMEN
LIMBAH ( UNEP dan ISWA,2000)

Eliminasi Limbah

Minimisasi Limbah

Recycle

Reuse dan Recovery

Reuse dan Recovery

Pengolahan

Pembuangan Residu
KONSEP PROSES BERSIH

Gambar Konsep Sound Material-Cycle Society


TEKNIK PRODUKSI BERSIH

Konsep Cleaner Production dicetuskan oleh United Nation


Environmental Program (UNEP) pada bulan Mei 1989. UNEP
menyatakan bahwa Cleaner Production merupakan suatu
strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu
dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk dan
jasa untuk meningkatkan ekoefisiensi sehingga mengurangi
resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
LANJUTAN

Gambar 2.1 Teknik Produksi


Bersih
(Hidayat, 2012)
Langkah-Langkah Produksi Bersih
pada Bagian Proses

berdasarkan dari teknik-teknik dari produksi bersih


yakni house keepingdan substitusi bahan baku sekunder:

Perbanyak isolasi panas yang ingin


untuk pipa aliran dibuang /dilepas dari
steam dan alat proses suatu proses bisa
yang menghasilkan dimanfaatkan untuk
panas agar tidak pemanfaatan proses
terjadi heat loss lain (heat recovery)

Gunakan juga energy Gunakan bahan


alternative yang bisa bakar yang memiliki
dimanfaatkan untuk bisa
di supply ke proses seperti efek rumah kaca yan
pemanfaatan energy terkecil
matahari
FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI MINIMISASI LIMBAH

oPeraturan dan kebijakan pemerintah


oKelayakan teknologi yang dimiliki
oKelangsungan hidup
oDukungan serta tanggung jawab dari
manajemen 
Cara Minimisasi Limbah

a) Mengklasifikasikan limbah berdasarkan kelompok


sehingga dapat diolah dengan cara yang sama
b) Pemisahan limbah, dimana limbah yang tidak berbahaya
dapat dibuang dengan cara yang aman
c) Penyimpanan yang aman
d) Pengolahan untuk mengurangi sifat patogen yang
terkandung pada limbah 
PENERAPAN MINIMISASI LIMBAH

Ada tiga tahapan utama dalam penerapan


minimisasi limbah yaitu :

3. Penerapan
1.Perencanaan dan 2.Mengidentifikasi
pengawasan dan
struktur organisasi limbah
pengontrolan
MINIMISASI LIMBAH

Peluang dalam mengaplikasikan minimisasi limbah pada


semua operasi dapat dilakukan dengan :

Menggunakan
Menggun
Menggunakan bahan baku yang akan bahan
bahan baku tidak mengandung baku yang
dengan kadar racun tidak korosif
kemurnian tinggi

Merubah proses Memperbaiki Meningka


dari sistem curah pemeriksaan tkan
menjadi peralatan dan biaya pelatihan
sinambung pemeliharaan
operator
•Ekoefisiensi dan Produksi Bersih

Cara minimalisasi limbah dengan


ekoefisiensi dari dampak lingkungan dan
ekonomi.

•Ekoefisiensi dan Produksi Bersih

suatu konsep efisiensi yang memasukkan aspek sumber daya alam


dan energi atau suatu proses produksi yang meminimumkan
penggunaan bahan baku, air dan energi serta dampak lingkungan per
unit produk.

World Business Council for Sustainable Development mengusulkan 7


fokus generik perbaikan sesuai ekoefisiensi (WBCSD, 2000) :

1)Mengurangi intensitas material


2)Mengurangi intensitas energi
3)Mengurangi penyebaran substansi beracun
4)Meningkatkan kemampu daur-ulangan
5)Memaksimalkan penggunaan bahan terbaharui
6)Meningkatkan masa hidup produk
7)Meningkatkan intensitas jasa
Terdapat 3 (tiga) perangkat eko-efisiensi
menurut GTZ-Pro LH (2007), meliputi :

1)Good Housekeeping/GHK (Tata kelola yang apik)


Pengelolaan internal yang baik (good housekeeping) berkaitan dengan
sejumlah langkah praktis berdasarkan akal sehat yang dapat segera
diambil oleh badan usaha dan atas inisiatif mereka sendiri untuk
meningkatkan operasi mereka, dan menyempurnakan prosedur
organisasional dan keselamatan tempat kerja dengan memperhatikan
kebersihan, keapikan lingkungan kerja dan kinerja proses produksi.

2) Environment Oriented Cost Management/EoCM (Manajemen Biaya


Berorientasi Lingkungan)
Manajemen Biaya Berorientasi Lingkungan bertujuan untuk memberikan
informasi dalam pengambilan keputusan untuk perbaikankinerja
lingkungan, ekonomi dan organisasional.
LANJUTAN
3) Chemical Management/CM (Pengelolaan Bahan
Kimia)

upaya perbaikan pengelolaan bahan kimia


bertujuan agar dapat diperoleh penghematan
biaya, mengurangi dampak lingkungan,
meningkatkan keselamatan dan kesehatan
kerja, dan meningkatkan daya saing.
Pendekatan pengelolaan bahan kimia dilakukan
dengan dua tahap, yaitu :

1. Mengenali daerah rawan (hot spot)


Pada tahap ini dilakukan identifikasi kehilangan bahan kimia
dan bahaya bahan kimia bagi karyawan dan lingkungan, untuk
selanjutnya dilakukan penanganan terhadap permasalahan
tersebut.

2. Inventarisasi bahan kimia


dilakukan identifikasi menyeluruh terhadap bahan kimia yang
disimpan dan digunakan serta membentuk informasi terstruktur
untuk mengidentifikasi dan melakukan upaya peningkatan secara
berkesinambungan.
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai