Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2 (2 DIII-A)
Agung Tri Nugraha
Amanda Nadia Putri
Carissa Gianika
Christina Dominggas
Diah Ayu Nastiti
Faiz Syaibatul Hamdi
M Hibban Fatah

DOSEN PEMBIMBING:
Syarifuddin, SKM., M. Kes

KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III Blok F3, No.8, RT04 RW08, Gunung, Kebayoran Baru
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT
yang senantiasa mencurahkan segala nikmat dan karunianya, karena berkat
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
senantiasa kita sampaikan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini khususnya rekan-rekan yang
senantiasa mendukung dan memotivasi serta memberi masukan positif sehingga
makalah ini dapat disusun.
Makalah ini berjudul Proses Pengolahan Limbah Cair, dimana makalah ini
membahas untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pengelolaan Limbah Cair yang
diampu oleh Bapak Syarifuddin, SKM., M. Kes.
Dalam hal ini kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami memohon maaf bila di dalam tulisan kami ini ada
kekurangan dalam penulisan atau sebagainya. Kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan kedepannya.

Jakarta, April 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
2.1. Proses Pengolahan Limbah Cair Secara Fisika ............................. 2
2.2. Proses Pengolahan Limbah Cair Secara Kimia ............................ 7
2.3. Proses Pengolahan Limbah Cair Secara Biologis ......................... 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13
3.1. Kesimpulan ................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan


masyarakat.Banyak aspek kesehatan manusia dipengaruhi oleh lingkungan,
dan banyak penyakit dapat dimulai,didukung, ditopang atau dirangsang oleh
faktor-faktor lingkungan. Bagi pengusaha yangbelum sadar terhadap akibat
buangan mencemarkan lingkungan, tidak memiliki programpengendalian dan
pencegahan pencemarann yang mengakibatkan bahan buangan yangkeluar
dari pabrik langsung dibuang ke alam bebas.

Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa


pencemaran yangberakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan atau
paling tidak potensial menciptakan pencemaran. Suatu perkiraan harus dibuat
lebih dahulu dengan jalan mengidentifikasi: sumber pencemaran, kegunaan
jenis bahan, sistem pengolahan,banyaknya buangan dan jenisnya, kegunaan
bahan beracun dan berbahaya yang terdapat dalam pabrik. Dengan adanya
perkiraan tersebut maka program pengendalian dan penanggulangan
pencemaran perlu dibuat. Sebab limbah tersebut baik dalam jumlah besar
atau sedikit dalam jangka panjang atau jangka pendek akan membuat
perubahan terhadap lingkungan, maka diperlukan pengolahan agar limbah
yang dihasilkan tidak sampai mengganggu struktur lingkungan. Pengolohan
limbah bertujuan untuk  mengambil barang-barang berbahaya di dalamnya
dan atau mengurangi/menghilangkan senyawa-senyawa  kimia atau
nonkimia yang berbahaya dan beracun.

1.2. Tujuan Penulisan

1
Untuk mengetahui proses pengolahan limbah cair secara fisika, kimia, dan
biologis.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengolahan Limbah Cair Secara Fisika

Pengolahan air limbah secara fisik merupakan pengolahan awal (primary


treatment) air limbah sebelum dilakukan pengolahan lanjutan, pengolahan
secara fisik  bertujuan untuk menyisihkan padatan-padatan berukuran besar
seperti plastik, kertas, kayu, pasir, koral, minyak, oli, lemak, dan sebagainya.
Pengolahan air limbah secara fisik dimaksudkan untuk melindungi peralatan-
peralatan seperti pompa, perpipaan dan proses pengolahan selanjutnya.
Beberapa unit operasi yang diaplikasikan pada proses pengolahan air limbah
secara fisik diantaranya : penyaringan (screening), pemecahan/grinding
(comminution), penyeragaman (equalization), pengendapan (sedimentation),
penyaringan (flitration), pengapungan (floatation).

a. Penyaringan (Screening)

Screening merupakan unit operasi yang diaplikasikan pada awal pengolahan


air limbah. Tujuan dari screening ini adalah untuk pemisahan material
berukuran besar seperti kertas, plastik, kayu, kulit udang, sisik ikan, dan
sebagainya.

Berdasarkan teknik pengoperasian, screening diklasifikasi menjadi dua (2)


klasifikasi yaitu :

2
·      Screening yang dioperasikan secara maual, screen yang dibersihkan
secara manual (mempergunakan tangan).

·      Screening yang dioperasikan secara automatis : screen dengan pemisahan


padatan berlangsung secara kontinyu, pemisahan padatan dapat dilakukan
secara mekanik atau dengan aliran air limbah itu sendiri. 

Berbagai jenis screen yang bisa diaplikasikan pada pengolahan air limbah
seperti gambar berikut

b. Pemecah/Grinding (comminution) 

Pemecah atau grinding (comminution) merupakan unit operasi yang


diaplikasikan untuk memecah padatan yang berukuran besar menjadi partikel
yang mempunyai ukuran yang kecil dan seragam. Pada umumnya unit operasi
ini dipergunakan untuk memecah padatan yang tertahan pada screen dan
padatan ini dapat dikembalikan kedalam aliran air limbah atau dibuang.

c. Pemisahan pasir (Grit chamber)

Keberadaan bahan padat seperti pasir dalam air limbah merupakan suatu
permasalahan dalam pengolahan air limbah karena pasir dapat menghambat
kerja peralatan pompa, menghambat aliran dalam perpipaan
dan mempengaruhi volume bak,Pemisahan padatan seperti pasir dalam air
limbah dapat dilakukan dengan unit operasi grit chamber.

3
d. Penyeragaman (Equalization)

Kualitas dan kuantitas air limbah yang dihasilkan suatu industri bervariasi
setiap waktu, hal ini dapat mempengaruhi perancangan instalasi, kebutuhan
bangunan, mesin, lahan, biaya operasional, dan kualitas hasil pengolahan.
Dalam rangka mengatasi permasalahan kualitas dan kuantitas air limbah,
dibutuhkan suatu unit operasi seperti “equalisasi (equalization)”.  Equalisasi
berfungsi untuk penyeragaman kondisi air limbah, dan pengendali aliran,
dalam equalisasi dapat dilakukan proses pengadukan untuk menjaga
homoginitas, injeksi udara yang bertujuan agar limbah tidak bersifat septik
atau anaerobik. Salah satu bentuk unit operasi equalisasi  dalam pengolahan
air limbah. Kemiringan atau slope bak equalisasi pada umumnya
mempergunakan perbandingan 3 : 1 atau 2 : 1.  Pembangunan bak equalisasi
di beberapa industri biasanya dibangun berbentuk persegi empat panjang atau
rectangular dengan kedalaman 1,5 – 2 m.

e. Sedimentasi (Sedimentation)

Sedimentasi merupakan unit operasi yang sering dipergunakan dalam proses


pengolahan air atau air limbah seperti pemisahan partikel tersuspensi pada
awal proses pengolahan air limbah, proses pemisahan partikel flok pada
proses pengolahan air limbah secara kimia, dan proses pemisahan
mikroorganisme (sludge) pada proses pengolahan air limbah secara biologi.

Proses sedimentasi partikel dapat diklasifikasikan menjadi empat (4) peristiwa


yaitu :

1.    Partikel Diskrit, sedimentasi partikel terjadi pada konsentrasi padatan


rendah dimana partikel mengendap secara individu serta tidak terjadi interaksi
dengan partikel yang lainnya. Peristiwa ini terjadi pada pemisahan partikel
pasir pada air limbah.

4
2.    Partikel Flokulan,  sedimentasi partikel dimana partikel mengalami
interaksi dengan partikel lainnya, pada peristiwa interaksi terjadi
penggabungan antar partikel yang mempercepat kecepatan sedimentasi.
Peristiwa ini terjadi pada pemisahan partikel yang telah mengalami proses
koagulasi/flokulasi.

3.    Partikel Hindered,  sedimentasi partikel terjadi karena partikel


berinteraksi dengan partikel lainnya pada posisi yang sama, dan partikel
mengendap terhambat oleh pertikel yang berada disekelilingnya dan
tampaknya terjadi pengendapan secara massal. Persitiwa ini dapat terjadi pada
konsentrasi padatan yang cukup tinggi. Peristiwa ini seperti terjadi pada
pemisahan mikroba (activated sludge) pada pengolahan air limbah secara
biologi.

4.    Partikel kompresi, sedimentasi partikel terjadi karena partikel mengalami


penekanan oleh partikel yang berada diatasnya, peristiwa ini terjadi pada
konsentrasi padatan yang sangat tinggi. Peristiwa ini terjadi pada pemisahan
mikroba (activated sludge) pada pengolahan air limbah secara biologi.
Peristiwa sedimentasi partikel activated sludge (lumpur mikroba) pada suatu
tabung gelas ukur dapat dijelaskan melalui gambar 4.5. berikut :

Jenis Tangki Pengendap

5
f. Filtrasi (Filtration)

Filtrasi merupakan unit operasi yang dioperasikan dalam pengolahan air dan
air limbah. Dalam pengolahan air limbah filtrasi dioperasikan untuk
pemisahan partikel (padatan) pada effluen (pengeluaran) pengolahan air
limbah secara kimia maupun biologi serta dapat diaplikasikan pada awal
pengolahan air limbah. Pemisahan padatan dilakukan dengan mempergunakan
media yang disebut “Media Filter” merupakan bahan padat seperti pasir, batu
bara, kerikil dan sebagainya yang tersusun sedemikian rupa, padatan yang
dipisahkan tertahan pada permukaan dan sela-sela (porositas) media filter.

Dalam filtrasi terdapat 4 mekanisme dasar filtrasi yaitu : 

1.  Sedimentasi (sedimentation), filtrasi terjadi karena partikel yang akan


dipisahkan mengalami gaya gravitasi dan kecepatan pengendapan partikel
sehingga partikel mengendap dan berkumpul pada permukaan media filter.

2. Intersep (interception), filtrasi terjadi karena partikel dalam aliran air


berukuran besar sehingga akan terperangkap, menempel dan dapat menutupi
permukaan media filter

6
3.  Difusi brownian (brownian diffusion), filtrasi terjadi pada partikel yang
berukuran kecil seperti virus, partikel dalam aliran air bergerak secara random
(gerak brown),  karena terdapat perbedaan kecepatan maka partikel tersebut
bergesekan dan menempel dalam media filter. Mekanisme ini hanya terjadi
untuk partikel berdiameter < 1 mikron.

4. Inersia (inertia), filtrasi terjadi karena partikel mempunyai ukuran dan


berat jenis yang berbeda sehingga kecepatan partikel dalam aliran air berbeda-
beda, akibatnya partikel akan menempel pada permukaan media karena gaya
inersia, mekanisme ini terjadi jika partikel yang berukuran lebih besar
bergerak cukup cepat dan berbenturan serta menempel dalam media filter.

Berdasarkan mekanisme tersebut, efektivitas filtrasi akan meningkat dengan


meningkatnya ukuran partikel hal ini terjadi karena dalam filtrasi terjadi
mekanisme intersep dan sedimentasi, tetapi dapat pula terjadi sebaliknya
dimana efektivitas filtrasi akan meningkat dengan menurunnya ukuran partikel
hal ini dapat terjadi karena dalam filtrasi terjadi proses difusi

g. Flotasi (Flotation)

Flotasi (pengapungan) merupakan suatu unit operasi yang dipergunakan untuk


pemisahan padatan tersuspensi,  cairan (minyak dan lemak) dalam fase cair
(air atau air limbah). Peristiwa flotasi didasarkan atas adanya gelembung gas,
biasanya menggunakan udara yang diinjeksikan kedalam air limbah. Dalam
pengolahan air limbah, flotasi dipergunakan untuk penyisihan padatan
tersuspensi, minyak, lemak, flok pada proses pengolahan air limbah secara
kimia, dan lumpur (mikroba) pada proses biologi. Keuntungan mendasar
flotasi dibanding dengan sedimentasi dalam hal pemisahan padatan
tersuspensi yaitu flotasi dapat memisahkan padatan tersupensi yang sangat
kecil, ringan, dan sulit mengendap dalam waktu relatif cepat. Pada proses
flotasi, udara diinjeksikan ke dalam tangki sehingga terbentuk gelembung
yang berfungsi untuk mengapungkan padatan sehingga mudah dipisahkan.

7
Dengan adanya gaya dorong dari gelembung tersebut, padatan yang berat
jenisnya lebih tinggi dari air akan terdorong ke permukaan. Demikian pula
halnya dengan padatan yang berat jenisnya lebih rendah dari air. Hal ini
merupakan keunggulan teknik flotasi dibanding pengendapan karena dengan
flotasi partikel.
2.2. Pengolahan Limbah Cair Secara Kimia
Pengolahan secara kimia pada IPAL biasanya digunakan untuk
netralisasi limbah asam maupun basa, memperbaiki proses pemisahan
lumpur, memisahkan padatan yang tak terlarut, mengurangi konsentrasi
minyak dan lemak, meningkatkan efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi, serta
mengoksidasi warna dan racun.

Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat


menangani hampir seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan
yang beracun atau toksik, dan tidak tergantung pada perubahan konsentrasi.
Namun, pengolahan kimia dapat meningkatkan jumlah garam pada effluent
dan meningkatkan jumlah lumpur.
1.  Netralisasi

Netralisasi adalah reaksi antara asam dan basa menghasilkan air dan
garam. Dalam pengolahan air limbah, pH diatur antara 6,0 – 9,5. Di luar
kisaran pH tersebut, air limbah akan bersifat racun bagi kehidupan air,
termasuk bakteri.

Jenis bahan kimia yang ditambahkan tergantung pada jenis dan


jumlah air limbah serta kondisi lingkungan setempat. Netralisasi air
limbah yang bersifat asam dapat menambahkan Ca(OH) 2 atau NaOH,
sedangkan bersifat basa dapat menambahkan H2SO4, HCl, HNO3, H3PO4,
atau CO2 yang bersumber dari flue gas.

Netralisasi dapat dilakukan dengan dua system, yaitu: batch atau


continue, tergantung pada aliran air limbah. Netralsasi system batch

8
biasanya digunakan jika aliran sedikit dan kualitas air buangan cukup
tinggi. Netralisasi system continue digunakan jika laju aliran besar
sehingga perlu dilengkapi dengan alat kontrol otomatis.
2. Presipitasi

Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara


penambahan bahan - bahan kimia terlarut yang menyebabkan terbentuknya
padatan – padatan. Dalam pengolahan air limbah, presipitasi digunakan
untuk menghilangkan logam berat, sufat, fluoride, dan fosfat. Senyawa
kimia yang biasa digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium
klorida, magnesium klorida, alumunium klorida, dan garam - garam besi.

Adanya complexing agent, misalnya NTA (Nitrilo Triacetic Acid)


atau EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid), menyebabkan presipitasi
tidak dapat terjadi. Oleh karena itu, kedua senyawa tersebut harus
dihancurkan sebelum proses presipitasi akhir dari seluruh aliran, dengan
penambahan garam besi dan polimer khusus atau gugus sulfida yang
memiliki karakteristik pengendapan yang baik

Pengendapan fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk


mencegah eutrophication dari permukaan. Presipitasi fosfat dari sewage
dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu penambahan slaked lime,
garam besi, atau garam alumunium.
3.  Koagulasi dan Flokulasi

Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan


yang tersuspensi koloid yang sangat halus didalam air limbah, menjadi
gumpalan-gumpalan yang dapat diendapkan, disaring, atau diapungkan.

Partikel koloid sangat sulit diendapkan dan merupakan bagian yang


besar dalam polutan serta menyebabkan kekeruhan. Untuk
memisahkannya, koloid harus diubah menjadi partikel yang berukuran

9
lebih besar melalui proses koagulasi dan flokulasi. Koagulasi dann
flokulasi dapat dilakukan melalui beberapa tahapan proses, yaitu:
a) Penambahan koagulan/flokulan disertai pengdukan dengan kecepatan
tinggi dalam waktu singkat.
b) Destabilsasi dari system koloid
c) Penggumpalan partikel yang telah mengalami destabilsasi sehingga
terbentuk microfloc.
d) Penggumpalan lanjutan untuk menghasilkan macrofloc yang dapat
diendapkan, disaring, dan diapungkan.

Destabilisasi biasanya dilakukan dengan penambahan bahan-bahan


kimia yang dapat mengurangi daya penolakan karena mekanisme
pengikatan dan absobsi. Berkurangnya daya penolakan biasanya akan
diikuti dengan penggumpalan koloid yang telah netral secara
elektrostatik, yang akan menghasilkan berbagai gaya yang bekerja di
antara partikel hingga terjadi kontak satu sama lain.

KOAGULASI

Secara garis besar, hal-hal penting mengenai proses koagulasi dapat


diringkaskan sebagai berikut:
a) Koagulasi bertujuan untuk membuat gumpalan-gumpalan yang lebih besar
dengan penambahan bahan-bahan kimia, misalnya Al2SO4, Fe2Cl3, Fe2SO4,
PAC, dan sebagainya.
b) Dasar-dasar perencanaan koagulasi adalah sebagai berikut.
- Untuk kemudahan operasi dan perawatan, di gunakan inline mixer
- Waktu tinggal untuk reaksi adalah 30 detik – 2 menit
- Flash mixer digunakan dengan kecepatan 250 rpm atau lebih
- Mixer yang digunakan dapat berupa mixer jenis turbine a propeller
- Bahan shaft adalah baja tahan karat
- Penggunaan bahan kimia bervariasidari 50 ppm – 300 ppm
- Sangat disarankan untuk melakukan percobaan laboratory terlebih dahulu

10
- Jenis dosing pump yang digunakan adalah positive displacem (screw,
membrane, peristaltic). 

FLOKULASI

Secara garis besar, hal-hal penting mengenai proses flokulasi dapat


diringkaskan sebagai berikut:
a) Flokulasi bertujuan untuk membuat gumpalan yang lebih besardan pada
gumpalan terbentuk selama koagulasi dengan penambahan polimer,
misalnya polimer kationik dan anionic yang beredar dipasar dengan nama
– nama alliwd koloid, praestol, kurifloc, dan diafloc.
b) Dasar – dasar perencanaan untuk flokulasi adalah sebagai berikut.
- Untuk kemudahan pengoperasian dan perawatan, digunakan sta mixer
- Waktu tinggal untuk reaksi biasanya antara 20 – 30 menit
- Slow mixer digunakan dengankecepatan antara 20 -60 rpm
- Jenis impeller dapat berupa paddle atau turbine
- Materi shaft sebaiknya baja tahan karat
- Penggunaan bahan kimia antara 2 mg -5 mg / liter
- Sangat disarankan untuk melakukan percobaan laboratorium terlebih
dahulu
- Jenis dosing pump yang digunakan adalah positive displaceme (screw,
membrane, peristaltic).
2.3. Pengolahan Limbah Cair Secara Biologi

Pengolahan air limbah secara biologis adalah salah satu cara pengolahan
yang diarahkan untuk menurunkan atau menyisihkan substrat tertentu yang
terkandung dalam air buangan dengan memafaatkan aktivitas
mikroorganisme untuk melakukan perombakan substrat tersebut.

Proses pengolahan air buangan secara biologis dapat berlangsung dalam tiga
lingkungan utama, yaitu :

11
 Lingkungan aerob, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO)
didalam air cukup banyak, sehingga oksigen bukan merupakan faktor
pembatas;

 Lingkungan anoksik, yaitu lingkungan dimana oksigen terlarut (DO)


didalam air ada dalam konsentrasi yang rendah.

 Lingkungan anaerob, merupakan kebalikan dari lingkungan aerob, yaitu


tidak terdapat oksigen terlarut, sehingga oksigen menjadi faktor pembatas
berlangsungnya proses metabolisme aerob.

Berdasarkan pada kondisi pertumbuhan mikroorganisme yang bertanggung


jawab pada proses penguraian yang terjadi, reaktor dapat dibedakan menjadi
2 bagian, yaitu :

 Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor), yaitu


reaktor dimana mikroorganisme yang berperan pada prosses biologis tumbuh
dan berkembang biak dalam keadaan tersuspensi.

 Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reactor), yaitu reaktor dimana


mikroorganisme yang berperan pada proses penguraian substrat tumbuh dan
berkembang biak dalam keadaan yang tersuspensi.

Faktor faktor yang mempengaruhi mekanisme proses biologi secara anaerob


diantaranya adalah :

 Temperatur,

 pH (Keasaman),

 Waktu Tinggal,

12
 Komposisi Kimia Air Limbah,

 Kompetisi Metanogen dan Bakteri Pemakan Sulfat,

 Serta Zat Toksik.

Namun yang akan dijelaskan disini hanya faktor faktor yang berhubungan
dengan materi yang akan kita bahas yaitu mengenai proses penyesuaian pH,
pelepasan senyawa penghambat dan suplementasi nutrien sebagai berikut :

a. Keasaman (pH).

Kebanyakan pertumbuhan bakteri metanogenik berada pada kisaran pH


antara 6,7 – 7,4, tetapi optimalnya pada kisaran pH antara 7,0 -7,2 dan proses
dapat gagal jika pH mendekati 6,0. Bakteri acidogenik mengahasilkan asam
organik, yang cenderung menurunkan pH bioreaktor. Pada kondisi normal,
penurunan pH ditahan oleh bikarbonat yang dihasilkan oleh bakteri
metanogen. Dibawah kondisi lingkungan yang berlawanan kapasitas
buffering dari sistem dapat terganggu, dan bahkan produksi metan dapat
terhenti. Salah satu metode untuk memperbaikikeseimbangan pH adalah
dengan meningkatkan alkaliniti dengan menambah bahan kimia seperti lime
(kapur), anhydrous ammonia, sodium hidroksida , atau sodium bikarbonat.

b. Zat Toksik.

Zat toksik kadang kadang dapat menyebabkan kegagalan pada proses


penguraian limbah dalam proses anaerobik. Terhambatnya pertumbuhan
bakteri metanogen pada umumnya ditandaidengan penurunan produksi metan
dan meningkatnya konsentrasi asam asam volatil.

Berikut ini adalah beberapa zat toksik yang dapat menghambat pembentukan
metan, yaitu :

 Oksigen

13
 Amonia

 Hidrokarbon terklorinasi

 Senyawa Benzen

 Formaldehid

 Asam volatil

 Asam lemak rantai panjang

 Logam Berat

 Sianida

 Sulfida

 Tanin

 Salinitas

 Dan Efek Balik( Feedback Inhibition )

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Proses pengolahan limbah cair dapat dilakukan melalui 3 proses yaitu :
proses fisika, kimia, dan biologis.
2. Pengolahan air limbah secara fisik dimaksudkan untuk melindungi
peralatan-peralatan seperti pompa, perpipaan dan proses pengolahan
selanjutnya. Beberapa unit operasi yang diaplikasikan pada proses
pengolahan air limbah secara fisik diantaranya : penyaringan (screening),
pemecahan/grinding (comminution), penyeragaman (equalization),
pengendapan (sedimentation),  penyaringan (flitration), pengapungan
(floatation).
3. Pengolahan secara kimia pada IPAL biasanya digunakan untuk netralisasi
limbah asam maupun basa, memperbaiki proses pemisahan lumpur,
memisahkan padatan yang tak terlarut, mengurangi konsentrasi minyak
dan lemak, meningkatkan efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi, serta
mengoksidasi warna dan racun.
4. Proses pengolahan secara biologi dapat dibagi menjadi : reaktor
pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor) dan reaktor
pertumbuhan lekat (attached growth reactor).

15
DAFTAR PUSTAKA

http://ans-olahlimbah.blogspot.com/2013/02/proses-pengolahan-limbah-secara-
kimia.html
http://ketutsumada.blogspot.com/2012/03/pengolahan-air-limbah-secara-
fisik.html
https://limbahbs.wordpress.com/2015/02/01/pengolahan-limbah-secara-fisika-
kimia-biologi/

16

Anda mungkin juga menyukai