Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK PENGELOLAAN KUALITAS LINGKUNGAN

REPLACING TOXIC OR HARMFUL MATERIALS WITH LESS TOXIC

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK I

ANDI CHUSNUL KHATIMAH AMIN (D131191008)

DHEA IZUMI ZALSABILA (D131191024)

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2022
DAFTAR ISI

SAMPUL
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Produksi Bersih.........................................................................................3
B. Tujuan Produksi Bersih.............................................................................3
C. Prinsip-prinsip Produksi Bersih.................................................................4
D. Pencegahan Polusi (Pollution Prevention)................................................5
E. Penggantian Bahan Berbahaya dan Beracun.............................................7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................13
B. Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan industri yang sangat pesat saat ini, diikuti dengan

tingginya tingkat pencemaran lingkugan yang diakibatkan oleh buangan

dari industri. Dalam mengatasi hal tersebut, saat ini telah terjadi

pergeseran paradigma dari end of pipe treatment menjadi pollution

prevention principle. Konsep end of pipe berfokus pada pengelolaan

buangan setelah buangan tersebut terbentuk. Sedangkan konsep dari

pollution prevention principle yakni dengan mengelola bahan baku sampai

akhir produk agar menghasilkan limbah seminimal mungkin (Panggabean,

2000)

Produksi bersih (Cleaner Production) adalah suatu strategi

pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu

diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup

produk dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan

lingkungan (Yance, 2004).

Dengan melaksanakan produksi bersih maka diharapkan mampu

mencapai efisiensi produk/jasa melalui upaya penghematan penggunaan

materi dan energi. Selain itu juga mampu memperbaiki kualitas

lingkungan melalui upaya minimisasi limbah.

Salah satu implementasi dari produksi bersih yakni penggantian

bahan masuk dengan menggantikan bahan yang beracun atau berbahaya

1
dengan bahan yang kurang beracun dan kurang berbahaya yang akan

dibahas lebih lanjut di dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yakni:

1. Apa itu produksi bersih?

2. Apa tujuan produksi bersih?

3. Apa prinsip-prinsip produksi bersih?

4. Apa itu pencegahan polusi (pollution prevention)?

5. Bagaimana mekanisme penggantian bahan masuk dengan

menggantikan material berbahaya dan beracun dengan material yang

kurang berbahaya dan kurang beracun?

C. Tujuan

Adapun tujuan pada makalah ini, yakni:

1. Untuk mengetahui mengenai produksi bersih.

2. Untuk mengetahui tujuan produksi bersih.

3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip produksi bersih.

4. Untuk mengetahui mengenai pencegahan polusi (pollution prevention).

5. Untuk mengetahui mekanisme penggantian bahan masuk dengan

menggantikan material berbahaya dan beracun dengan material yang

kurang berbahaya dan kurang beracun.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Produksi Bersih

Produksi bersih merupakan salah satu strategi alternatif dalam

pengelolaan lingkungan yang bersifat preventive (pencegahan) dan

terpadu. Produksi bersih diperlukan sebagai sebuah cara untuk

menyelaraskan upaya perlindungan lingkungan. Upaya tersebut dapat

dikaitkan dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi,

mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, memelihara, dan

memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, mendukung

prinsip environmental equality, mencegah atau memperlambat terjadinya

proses degradasi lingkungan dan yang tidak kalah pentingnya adalah

pemanfaatan sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah.

Selain itu, upaya tersebut dapat dijadikan sebagai suatu cara untuk

memperkuat daya saing produk di tingkat pasar internasional.

UNIDO (2002) dalam (Indrasti & Fauzi, 2009) menyatakan bahwa

produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan yang sifatnya

mengarah pada pencegahan dan terpadu agar dapat diterapkan pada

seluruh siklus produksi.

B. Tujuan Produksi Bersih

Tujuan dari produksi bersih yakni untuk meningkatkan produktivitas

dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan

bahan mentah, energi, dan air, mendorong performansi lingkungan yang

3
lebih baik melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit limbah dan

emisi serta mereduksi dampak produk terhadap lingkungan dari siklus

hidup produk dengan rancangan yang ramah lingkungan, namun efektif

dari segi biaya.

C. Prinsip-prinsip Produksi Bersih

Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih adalah (Indrasti


& Fauzi, 2009):
1. Mengurangi atau meminimumkan penggunaan bahan baku, air, dan

energi serta menghindari pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya

serta mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya, sehingga

mencegah dari atau mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan

kerusakan lingkungan serta risikonya terhadap manusia.

2. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik terhadap

proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul

analisis daur hidup produk.

3. Upaya produksi bersih ini tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa

adanya perubahan dalam pola piker, sikap dan tingkah laku dari semua

pihak terkait baik dari pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia

(industriawan). Selain itu, juga perlu diterapkan pola manajemen di

kalangan industry maupun pemerintah yang telah mempertimbangkan

aspek lingkungan.

4. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen dan prosedur

standar operasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegiatan-

kegiatan tersebut tidak selalu membutuhkan biaya investasi yang tinggi,

4
kalaupun terjadi seringkali waktu yang diperlukan untuk pengembalian

modal investasi relative singkat.

5. Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada

pengaturan sendiri (self regulation) dan peraturan yang sifatnya

musyawarah mufakat (negotiated regulatory approach) daripada

pengaturan secara command and control. Jadi, pelaksanaan program

produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah

saja, tetapi lebih didasarkan pada kesadaran untuk merubah sikap dan

tingkah laku.

D. Pencegahan Polusi (Pollution Prevention)

Definisi dari pencegahan polusi yang secara luas digunakan di Eropa

yakni: “Menghindari atau meminimalkan hasil dari buangan atau emisi

(dalam volume dan/atau tingkat toksisitasnya) melalui pengurangan

sumber atau on-site recycling” (Berkel, Willems, & Lafleur, 1997).

Pencegahan polusi mengurangi material, energi, residu, dan/atau tingkat

emisi pada proses produksi.

Definisi ini menggmabarkan interpretasi yang luas mengenai polusi.

Seluruh sumber polusi/buangan dapat menjadi subjek dari pencegahan

polusi, terlepas dari cara pembuangan sebelumnya. Pencegahan polusi

merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk mereduksi volume atau

toksisitas dari buangan yang tergolong bahan berbahaya dan/atau tidak

berbahaya serta emisi di udara, air, dan tanah (Berkel, Willems, & Lafleur,

1997).

5
Interpretasi yang luas mengenai polusi dikombinasikan dengan

interpretasi yang sempit mengenai pencegahan, yang tidak memasukkan

off-site recycling ke dalam pencegahan polusi. Oleh karena itu,

pencegahan polusi berfokus pada on-site recycling. Pengurangan sumber

lebih jauh dapat dilakukan dengan modifikasi produk, substitusi input,

modifikasi teknolgoi, dan good housekeeping (Berkel, Willems, & Lafleur,

1997).

 Modifikasi produk

Modifikasi produk dilakukan dengan mengubah karakteristik produk,

seperti bentuk dan komposisi material. Umur dari produk,= dapat

menjadi lebih panjang, dan lebih mudah untuk diperbaiki, atau proses

dari manufaktur mampu menghasilkan lebih sedikit polusi. Perubahan

pada product packaging juga dapat dilihat sebagai modifikasi produk.

 Substitusi input

Substitusi input merujuk kepada penggunaan bahan-bahan yang ttidak

menghasilkan terlalu banyak emisi dan bahan tambahan serta

penggunaan alat bantu (seperti pelumas dan pendingin) dengan masa

pakai yang lebih lama.

 Modifikasi teknologi

Modifikasi teknologi termasuk dengan meningkatkan proses

otomatisasi, optimisasi proses, desain ulang peralatan, dan substitusi

proses.

 Good housekeeping

6
Good housekeeping merujuk kepada perubahan dalam prosedur

operasional dan manajemen untuk mengeliminasi buangan dan emisi.

Contohnya meningkatkan instruksi pekerja, pelatihan, dan pencegahan

tumpahan.

E. Penggantian Bahan Berbahaya dan Beracun

Pelaksanaan produksi bersih dalam industri salah satunya dapat

dilakukan dengan prubahan material input. Perubahan material input

bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan

beracun yang masuk atau yang digunakan dalam proses produksi, sehingga

dapat juga menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi.

Perubahan material input termasuk pemurnian bahan dan substitusi bahan

berbahaya dan beracun (Indrasti & Fauzi, 2009).

Dalam praktik pencegahan polusi sebagai salah satu bagian dari

produksi bersih, dikenal istilah Toxic Use Reduction (TUR). TUR hamper

sama dengan PP, namun berbeda pada material yang digunakan. TUR

berfokus pada daftar bahan kimia yang dikategorikan sebagai bahan kimia

beracun. Ketika bahan kimia yang terdaftar digantikan dengan bahan kimia

yang tidak terdaftar, maka TUR telah terealisasikan, meskipun bahan

kimia yang tidak terdaftar tersebut masih mampu memberikan dampak

negative kepada manusia dan lingkungan. Umumnya daftar bahan kimia

yang terdaftar dapat dilihat pada Section 313 of the U.S. Federal

Emergency Planning and Community Rights to Know Act (Berkel,

Willems, & Lafleur, 1997).

7
Substitusi bahan berbahaya atau beracun merupakan proses

penggantian bahan dengan menggunakan bahan alternatif atau yang tidak

mengandung bahan kimia, mampu meningkatkan Kesehatan dan

keselamatan kerja dan meminimalisasi dampak terhadap lingkungan

(Soerensen). Hasil dari substitusi input tidak sepenuhnya tidak berbahaya,

tetapi mampu mengurangi bahaya. Dengan mensubstitusi material

berbahaya dan beracun maka menggunakan prinsip kimia hijau dan

menghasilkan teknologi bersih (Fantke, Weber, & Scheringer, 2015).

Asesmen alternatif digunakan untuk menentukan bahan kimia yang

sesuai untuk dijadikan sebagai bahan substitusi material yang dipakai

sebelumnya (Fantke, Weber, & Scheringer, 2015). Adapun tahapannya

yakni:

1. Membuat daftar bahan kimia

2. Membuat informasi komposisi

3. Mengisi lembar data

4. Proses analisis

5. Asesmen bahaya

6. Pengajuan bahan substitusi

Setelah membuat daftar bahan kimia, ptensi bahaya akan didaftar

dalam sebuah lembar data (data sheets). Sebuah proses analisis akan

dilakukan, yang mempelajari bagaimana Ketika bahan kimia tersebut

digunakan dan teknologi, peralatan, dan bahan kimia apa yang dibutuhkan

(Soerensen).

8
Lembar data memberikan pengetahuan mengenai dampak jangka

pendek dan jangka panjang drai sebuah bahan kimia:

Under
Probably no
Damage to suspicion for Conflicting No
damage to
health damage to information documentation
health
health

Carcinogenic

Reprotoxic

Allergenic

Neurotoxic

Other effects

Apabila bahayanya tergolong tidak “kecil”, maka penggunaan bahan

substitusi perlu dipertimbangkan. Sebuah bahan kimia yang memiliki

resiko “kecil” terhadap manusia jika tidak memiliki efek negative jangka

panjang, paparannya lebih rendah dari threshold limit value (TLV), dan

tidak terdapat resiko penyakit dan kesehatan lainnya.

Beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan

bahan kimia substitusi yakni:

 Potensi bahaya

Potensi bahaya dari sebuah bahan kimia atau substituent harus

dilakukan asesmen dengan mencatatat toksisitas dari bahan kimia baik

itu dampaknya terhadap manusia ataupun terhadap lingkungan. Sebuah

asesmen dari bahan kimia harus memasukkan daftar property berbahaya

dari bahan kimia seperti mudah terbakar, mudah korosi. Dan juga harus

memasukkan karsinogenik, alergenik, neurotoksik, dan efek lainnya

9
yang bahan kimia mampu memvberikan dampak kepada kesehatan

manusia.

 Paparan

Apabila bahan kimia substitusi yang berpotensial memiliki paparan

yang tinggi terhadap manusia dan lingkungan dibandingkan dengan

bahan kimia alami, peningkatan toksisitas paparan perlu

dipertimbangkan. Sebuah bahan kimia substituent dengan paparan yang

rendah atau paparan yang sama tapi dengan toksisitas yang lebih rendah

lebih dipilih.

 Karakterisasi dampak

Karakterisasi dampak yakni dampak bahan kimia dalam jangka panjang

terhadap Kesehatan manusia dan lingkungan, dan juga dampak etik dan

sosial dari penggunaan bahan kimia.

Contohnya yakni penambahan GHGF dari penggunaan sebuah bahan

kimia, atau dampak karsinogenik setelah penggunaan yang lama.

Dampak sosial atau dampak etik yang dikonsiderasikan pada asesmen

ini yakni apakah bahan kimia tersebut diperoleh sesuai kode etik atau

jika penggunaannya melanggar hak-hak masyarakat adat.

 Kelayakan teknis

Bahan kimia substituen yang diperlukan haruslah efisien. Dan juga

diperlukan untuk mengubah proses yang dijalankan untuk mensubstitusi

bahan kimia berbahaya.

 Konsiderasi ekonomi

10
Ketersediaan bahan kimia secara kimia dalam jumlah yang dibutuhkan

merupakan poin penting. Substituen yang lebih hemat buaya lebih ideal

untuk dipilih, tetapi tidak selalu memungkinkan untuk mendapat bahan

kimia seperti karakteristik tersebut.

Setelah bahan substitusi diajukan, resiko dari setiap bahan substitusi

akan dibandingkan satu sama lain hingga bahan substitusi yang cocok

ditemukan.

Contoh substitusi bahan kimia:

1. Less hazardous chemicals dalam proses yang sama:

a. Untuk pembuatan cat konstruksi: dari pelarut organik menjadi cat

berbasis air;

b. Dalam industry percetakan untuk membersihkan mesin cetak offset:

dari pelarut organik hingga produk berbasis ester minyak nabati.

2. Desain baru pada proses:

a. Dalam logam degreasing: dari degreasing uap dengan

trichloroethylene menjadi high pressure hosing dengan larutan

alkalin panas dalam system tertutup;

b. Dalam mematri: dari fluks yang mengandung senyawa boron dan

fluor hingga penggunaan tungku dengan atmosfer pereduksi

3. Proses baru:

a. Penghapusan cat lama: dari campuran diklorometana dan methanol

ke peledakan dengan pasir baja dalam sistem tertutup.

11
b. Dari ikatan dengan perekat hingga desain baru yang menguncinya

secara mekanis bersama-sama.

4. Menghindari penggunaan proses:

a. Menghindari electroplating dengan nikel hanya diterapkan untuk alas

an kosmetik.

b. Furnitur dari kayu: dari pernis dengan pelarut organic hingga tanpa

perawatan permukan yang khusus digunakan untuk furnitur

berkualitas.

5. Menghindari produksi dari produk yang mengandung proses berbahaya.

12
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Produksi bersih merupakan salah satu strategi alternatif dalam

pengelolaan lingkungan yang bersifat preventive (pencegahan) dan terpadu.

Produksi bersih diperlukan sebagai sebuah cara untuk menyelaraskan upaya

perlindungan lingkungan. Tujuan dari produksi bersih yakni untuk

meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih

baik pada penggunaan bahan mentah, energi, dan air. Pencegahan polusi

mengurangi material, energi, residu, dan/atau tingkat emisi pada proses

produksi. Dalam praktik pencegahan polusi sebagai salah satu bagian dari

produksi bersih, dikenal istilah Toxic Use Reduction (TUR). TUR berfokus

pada daftar bahan kimia yang dikategorikan sebagai bahan kimia beracun.

Ketika bahan kimia yang terdaftar digantikan dengan bahan kimia yang tidak

terdaftar, maka TUR telah terealisasikan, meskipun bahan kimia yang tidak

terdaftar tersebut masih mampu memberikan dampak negative kepada

manusia dan lingkungan.

B. Saran

Perkembangan industri yang sangat pesat saat ini, diikuti dengan tingginya

tingkat pencemaran lingkugan yang diakibatkan oleh buangan dari industri

memang sudah sepatutnya diatasi dengan beberapa konsep seperti pollution

prevention principle yakni dengan mengelola bahan baku sampai akhir

13
produk agar menghasilkan limbah seminimal mungkin atau end of pipe dan

produksi bersih.

DAFTAR PUSTAKA

Berkel, R. v., Willems, E., & Lafleur, M. (1997). The Relationship between

Cleaner Production and Industrial Ecology. Journal of Industrial Ecology,

51-66.

Fantke, P., Weber, R., & Scheringer, M. (2015). From Incremental to

Fundamental Substitution in Chemical Alternatives Assesment.

Sustainable Chemistry and Pharmacy, 1-8.

Indrasti, N. S., & Fauzi, A. M. (2009). Produksi Bersih. Bogor: IPB Press.

Panggabean, S. M. (2000). Minimisasi Limbah pada Pusat Pengembangan

Pengelolaan Limbah Radioaktif. Buletin Limbah, 1-6.

Soerensen, F. (n.d.). Substitution of Hazardous Chemicals in The Working

Environment.

Yance. (2004). Penerapan Konsep Bersih pada Sektor Industri. USU Repository,

1-8.

14
15

Anda mungkin juga menyukai