D131191024
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,,
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah yang berjudul “Hujan Asam
(Acid Rain)” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Wawasan IPTEK, Universitas
Hasanuddin. Makalah ini juga disusun berdasarkan berbagai sumber yang relevan
dengan materi yang disajikan dalam makalah ini. Adapun materi yang dipaparkan
adalah mengenai apa yang dimaksud dengan hujan asam, apa penyebab terjadinya
hujan asam, proses terjadinya,bagaimana dampak hujan asam terhadap penurunan
manusia dan lingkungan, dan bagaimana upaya yang dapat ditempuh untuk mencegah
terjadinya hujan asam.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan
guna kesempurnaan makalah ini.Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembacanya
WassalamualaikumWr. Wb.
Penulis.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belekang Masalah................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hujan Asam................................................................... 3
2.2 Penyebab hujan asam........……........................................................ 7
2.3 Proses Terjadi Hujan Asam..............................................................8
2.5 Dampak Hujan Asam.......................................................................9
2.6 Cara Mencegah Hujan Asam...........................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menyebabkan kematian pohon. Selain itu asam juga merusak material gedung,
patung-patung dan peninggalan sejarah. Mengingat begitu besar dampak yang
ditimbulkan oleh hujan asam terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, maka pada
makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana hujan asam terbentuk, dampak hujan
asam terhadap manusia dan lingkungan, serta usaha yang dapat kita lakukan untuk
mengurangi dan mencegah terjadinya hujan asam.
Ada beberapa rumusan yang ingin dibahas dalam makalah yang akan membahas
tentang hujan asam, antara lain:
3. Bagaimanakah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis
merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah memberikan kita
pengentahuan dan wawasan mengenai apa yang dimaksud dengan hujan asam,
mengetahui tentang proses terjadinya hujan asam, dampak yang ditimbulkan oleh
hujan asam terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, dan usaha yang dapat kita
lakukan untuk mengurangi dan mencegah dampak buruk yang ditimbulkan oleh hujan
asam. Pengetahuan ini diharapkan semoga mampu meningkatkan kesadaran kita
untuk menjaga lingkungan serta mengubah pola hidup untuk mendukung pelestarian
lingkungan hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir abad 17, hal ini diketahui dari buku
karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul “A General History of the Air“.
Buku tersebut menggambarkan fenomena hujan asam sebagai “nitrous or
salino-sulforus spiris“.
Selanjutnya revolusi industri di Eropa yang dimulai sekitar awal abad ke 18 memaksa
penggunaan bahan bakar batubara dan minyak sebagai sember utama energi untuk
mesin-mesin. Sebagai akibatnya, tingkat emisi precursor (faktor penyebab) dari hujan
asam yakni gas-gas SO2, NOx dan HCl meningkat. Padahal biasanya precussor ini
hanya berasal dari gas-gas gunung berapi dan kebakaran hutan.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert Angus Smith pada tahun 1872
pada saat menguraikan keadaan di Manchester, sebuah daerah industri di Inggris
bagian utara. Smith menjelaskan fenomena hujan asam pada bukunya yang berjudul
“Air and Rain: The Beginnings of Chemical Technology“.
3
Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam daripada hujan biasa (Hunter BT, 2004
dalam Rahardiman, Arya. 2009). Deposit asam dari atmosfer dapat bersifat abash
(dari hujan, salju, atau hujan es) atau kering (dari pertukaran turbulen dan pengaruh
gravitasi yang tidak berkaitan dengan hujan). Hujan asam dikenal pertama kali pada
tahun 1950, yaitu pada saat hujan asam tersebut memberikan dampak negative berupa
air yang bersifat asam di danau Skandinavia dan Kanada (Mukono, 2000 dalam
Rahardiman, Arya. 2009).
Masalah hujan asam dalam skala yang cukup besar pertama terjadi pada tahun
1960-an ketika sebuah danau di Skandinavia meningkat keasamannya hingga
mengakibatkan berkurangnya populasi ikan. Hal tersebut juga terjadi di Amerika
Utara, pada masa itu pula banyak hutan-hutan di bagian Eropa dan Amerika yang
rusak. Sejak saat itulah dimulai berbagai usaha penaggulangannya, baik melalui
bidang ilmu pengetahuan, teknis maupun politik.
Hujan yang normal seharusnya adalah hujan yang tidak membawa zat pencemar dan
dengan pH 5,6. Air hujan memang sedikit asam karena H2O yang ada pada air hujan
bereaksi dengan CO2 di udara. Reaksi tersebut menghasilkan asam lemah H2CO3 dan
terlarut di air hujan. Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam kuat, maka pH-nya
akan turun dibawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam.
Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global warming, gas buang seperti
SO2 penyebab hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi
sehingga dapat mencegah kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi, efek samping dari
hujan asam menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih parah
dibandingkan global warming. Sebenarnya “hujan asam” merupakan istilah yang
4
kurang tepat untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer ke permukaan
bumi. Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena pengendapan
asam dari atmosfir ke permukaan bumi tidak hanya melalui air hujan tetapi juga
melalui kabut, embun, salju, aerosol bahkan pengendapan langsung. Istilah deposisi
asam lebih bermakna luas dari hujan asam.
Karena hujan asam terlihat, dan rasanya seperti air bersih, pengukuran pH diambil
untuk menentukan keasaman yang dimilikinya. Menurut US Environmental
Protection Agency, air murni memiliki pH 7,0, dan hujan normal memiliki pH sekitar
5.6 (Howard, Rhonda, 2010). Nilai 7,0 dianggap netral, Nilai yang lebih tinggi dari
7,0 semakin alkali atau dasar, Nilai lebih rendah dari 7,0 semakin asam. ilustrasi di
atas juga menggambarkan pH dari beberapa zat umum
Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi
kering ialah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam
udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat
kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah
perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam.
Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran.
Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap
di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi,
maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena
hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke
dalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini
dapat terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.
5
2.2 Penyebab Hujan Asam
Ada 3 jenis polutan utama yang menyebabkan terjadinya hujan asam yaitu
sulfur dioksida(SO2), nitrogen oksida (NOx) dan volatile organic compounds (VOCs)
atau zat-zat organic yang mudah menguap. Sumber dari kandungan sulfur alami
diudara sebagian besar sekitar 25 sampai 30% berasal dari letusan gunungapi seperti
di El Chichon tahun 1982 atau Gunung Pinatubo pada tahun 1991.
Hidrokarbon juga dapat menyebabkan hujan asam, asam karboksilik, HCOO,
dan asam metilkarboksilik, CH3CO, merupakan hasil dari oksidasi emisi biota laut
maupun darat. Selain secara alami gas sulfur juga berasal dari pembakaran batubara
dan berasal dari emisi industri. . Pada tahun 1983 United Nations Environment
Programme memperkirakan besarnya sulfur yang dilepaskan antara 80-288 juta ton
tiap tahunnya dan sekitar 69 juta ton diantaranya berasal dari aktivitas manusia.
Nitrogen oksida (NOr = NO + NO2) selain berasal dari letusan gunungapi,
sumber dari zat ini adalah dari emisi tanah, kilat, pertukaran gas stratosfer-troposfer,
dan pembakaran biomassa. NO merupakan hasil pembakaran bahan bakar
hidrokarbon, baik bahan bakar fosil maupun dari biomassa. besarnya oksida nitrogen
yang dilepaskan antara 20-90 juta ton tiap tahunnya dari alam dan sekitar 24 juta ton
diantaranya berasal dari aktivitas manusia. Amoniak dihasilkan dari emisi pupuk.
Sumber-sumber pencemar ini berasar dari pembuangan asap mesin (kendaraan
bermotor dan stasiun pembangkit energy) dan pembakaran biomassa. Produksi N2O
(termasuk CO2, HNO3, dan CH4) dapat menyebabkan dampak lain yaitu efek rumah
kaca dimana N2O memiliki masa tinggal lebih dari 150 tahun di atmosfer sebelum
terurai.
6
2. Penyebab manusia
Hujan asam yang disebabkan oleh manusia merupakan permasalahan
lingkungan yang cukup serius. Aktivitas industri biasanya merupakan
kontributor utama terjadinya hujan asam. Beberapa industri yang cukup sering
memberikan dampak hujan asam diantaranya adalah industri kendaraan
bermotor, industri pembangkit listrik, industri pertanian (amonia). Unsur
sulfur dan nitrogen dari proses industri dibawa terbang ke atmosfer,
selanjutnya bereaksi dengan oksigen di udara menyebabkan sulfur dioksida
dan nitrogen oksida yang akan larut dalam air hujan dan selanjutnya terdeposit
ke tanah
Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide
(SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran.
Akan tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara
alami, misalnya dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami.
Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran
BBF, peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang
antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang
tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara. Oksida
belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat.
Oksida nitrogen, atau NOx, dan sulfur dioksida, atau SO2, adalah dua sumber utama
hujan asam. Sulfur dioksida, yang merupakan gas tidak berwarna, dilepaskan sebagai
produk oleh-ketika bahan bakar fosil yang mengandung belerang yang terbakar.
7
Gas ini dihasilkan karena berbagai proses industri, seperti pengolahan minyak mentah,
pabrik utilitas, dan besi dan pabrik baja. berarti alam dan bencana juga dapat
mengakibatkan belerang dioksida yang dilepaskan ke atmosfer, seperti vegetasi
membusuk, plankton, semprot laut, dan gunung berapi, yang semuanya memancarkan
sekitar 10% belerang dioksida. Secara keseluruhan, pembakaran industri bertanggung
jawab atas 69,4% emisi sulfur dioksida ke atmosfer, dan transportasi kendaraan
bertanggung jawab atas sekitar 3,7% (Anonim , 2009).
A. NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik yang menggunakan senyawa organik
yang mengandung N. Oksida N merupakan hasil samping aktifitas jasad renik itu.
Di dalam tanah pupuk N yang tidak terserap tumbuhan juga mengalami kimi-fisik
dan biologik sehingga menghasilkan N. Karena itu semakin banyak menggunakan
pupuk N, makin tinggi pula produksi oksida tersebut.
B. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses kimia dimana gas sulphur
dioxide atau sulphur dan nitrogen mengendap pada logam serta mengering bersama
debu atau partikel lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Atmospheric Deposition
Program di Amerika, menunjukkan bahwa pada Tahun 2004 terjadi hujan asam yang
diperkirakan disebabkan oleh pembangkit listrik di New Jersey atau Michigan.
Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat
global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak
tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :
a) Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang bertahan.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi
ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup,
sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam
di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari
telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperi alumunium di danau.
Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di
sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernafas. Pertumbuhan Phytoplankton yang
menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH.
b) Tanah
Efek tidak langsung dari hujan asam adalah efek terhadap tanah. Gejala ini
menyebabkan terjadinya pencucian mineral seperti Ca, Mg, dan Potassium, yang
merupakan yamg merupakan mineral utama bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Mineral tersebut digantikan oleh logam berat seperti Al, yang justru
menghambat pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan air. Tanaman kemudian
mulai mati, karena kekurangan air. Adanya pelapukan dalam batang menandakan
terjadinya kerusakan sistem transportasi air pada tanaman. Dr. Ulrich dari Universitas
Gottingen (Jerman) menyimpulkan bahwa hujan asam menghambat beberapa pohon
spruce dan beech mencapai umur lebih dari 30 – 40 tahun (Nandika, Dodi.,2004).
9
c) Tumbuhan
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin pada
daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan terhadap
keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga
lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral penting menjadi
hilang.Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu
kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh.
Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur
didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan
menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya
pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati.
d) Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada
yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa
NOx dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang
mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap
pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status
gizi buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang
yang sehat. Akan tetapi, kuat dugaan bahwa ion-ion beracun yang terlepas akibat
hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di air berdampak
pada timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium dapat
menyebabkan penyakit Alzheimer. Walaupun hujan asam ditemukan di tahun 1852,
baru pada tahun 1970-an para ilmuwan mulai mengadakan banyak melakukan
penelitian mengenai fenomena ini. Kesadaran masyarakat akan hujan asam di
Amerika Serikat meningkat di tahun 1990-an setelah di New York Times memuat
laporan dari Hubbard Brook Experimental Forest in New Hampshire tentang
banyaknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh hujan asam.
10
e) Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material
seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman
serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung.
Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat,
meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal
semakin banyak akan merusak batuan.
Lebih lanjut, Harjanto, N.T., (2008) mengungkapkan beberapa dampak dari deposisi
asam ini sangat luas yakni terhadap makhluk hidup, vegetasi dan struktur bangunan
seperti pada Tabel 1 dibawah ini :
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang
mengandung sedikit zat pencemaran, menghindari terbentuknya zat pencemar saar
terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan
energi.
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Penggunaan gas asalm akan
mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat
menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar
non-belerang atau bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, misalnya metanol,
etanol dan hidrogen.
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran
telah dikembangkan. Salah satu teknologi ialah lime injection in multiple
burners (LIMB). Selain itu, bisa juga dilakukan dengan
penggunaan Scrubbers. Alat ini mampu mengurangi emisi sulfur okida hingga
80-95 % (Ophardt, C.O., 2003).
12
c) Pengendalian Setelah Pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran. Teknologi
yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD). Cara lain ialah dengan
menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat
dipergunakan sebagi pupuk.
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana
produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah
sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.
e) Untuk mengurangi dampak buruk yang muncul dari hujan asam terhadap tanah
ataupun danau dapat dilakukan dengan menambahkan zat kapur kedalam tanah atau
kedalam danau. Penambahan kapur kedalam tanah maupun danau dapat menetralkan
sifat asam.
1. Fungsi hidrologi
2. Fungsi perlindungan tanah
3. Stabilitas iklim mikro
4. Penghasil O2, dan penyerap gas-gas pencemar udara
5. Potensi sumberdaya pulih yang dapat dipanen
6. Pelestarian sumberdaya plasma nutfah
7. Perkembangbiakan ternak dan satwa liar
8. Pengembangan kepariwisataan dan rekreasi
9. Menciptakan kesempatan kerja
10. Penyediaan fasilitas pendidikan dan penelitian.
13
Pada tahun 1970 Amerika mulai mengontrol emisi SO2 dan NOx dengan peraturan
pemerintah. Peraturan ini menentukan standar polutan dari kendaraan bermotor dan
industri. Pada tahun 1990 kongres menyetujui amandemen untuk lebih memperketat
kontrol emisi yang menyebabkan hujan asam. Amandemen tersebut tercatat mempu
mengurangi pengeluaran SO2 dari 23,5 juta ton menjadi sekitar 16 juta ton. US juga
merencanakan untuk mengurangi emisi NOx hingga 5 juta ton pada tahun 2010.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
14
3.2. Saran
Agar pemerintah dan masyarakat baik dari kalangan industri maupun umum,
untuk bekerja sama dalam menjalankan peraturan yang berkaitan dengan upaya
penurunan polusi udara agar dapat terlaksana dan diterapkan dengan baik dan
seksama. Dengan penurunan polusi udara, diharapkan akan mampu mencegah
terjadinya hujan asam yang membawa akibat buruk tidak hanya erhadap lingkungan
namun terhadap kelangsungan hidup manusia.
Daftar Pustaka
Harjanto, N.T., 2008. Dampak Lingkungan Pusat Listrik Tenaga Fosil Dan Prospek
Pltn Sebagai Sumber Energi Listrik Nasional. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir,
BATAN. Diperoleh dari: http://www.batan.go.id/ptbn/php/pdf-publikasi /PIN/
pin-pdf/ 06Anto.pdf. Diakses pada: 26 Oktober 2019.
15
Likens, Gene . 2010. Acid Rain. Diperoleh dari: http://www.eoearth.org/article/
Acid_rain?topic. Diakses pada; 26 Oktober 2019.