Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TENTANG HUJAN ASAM

Dhea Izumi Zalsabila

D131191024

Dept. Teknik Lingkungan

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmaanirrahiim,,

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah yang berjudul “Hujan Asam
(Acid Rain)” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Wawasan IPTEK, Universitas
Hasanuddin. Makalah ini juga disusun berdasarkan berbagai sumber yang relevan
dengan materi yang disajikan dalam makalah ini. Adapun materi yang dipaparkan
adalah mengenai apa yang dimaksud dengan hujan asam, apa penyebab terjadinya
hujan asam, proses terjadinya,bagaimana dampak hujan asam terhadap penurunan
manusia dan lingkungan, dan bagaimana upaya yang dapat ditempuh untuk mencegah
terjadinya hujan asam.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan
guna kesempurnaan makalah ini.Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembacanya

WassalamualaikumWr. Wb.

Gowa, 27 Oktober 2019

Penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belekang Masalah................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hujan Asam................................................................... 3
2.2 Penyebab hujan asam........……........................................................ 7
2.3 Proses Terjadi Hujan Asam..............................................................8
2.5 Dampak Hujan Asam.......................................................................9
2.6 Cara Mencegah Hujan Asam...........................................................12

BAB III Penutup


3.1 Kesimpulan.................................................................................... 14
3.2 Saran.......................................................................................……15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahun dan teknologi (IPTEK), semakin


tinggi pula aktivitas kegiatan ekonomi manusia, di antaranya dengan semakin
pesatnya perkembangan sektor industri dan sistem transportasi. Sebagai konsekuensi
logis, maka semakin dampaknya akan meningkatkan pula zat-zat polutan yang
dikeluarkan kegiatan industri maupun transportasi tersebut. Keberadaan zat-zat
polutan di udara ini tentu akan berpengaruh terhadap proses-proses fisik dan kimia
yang terjadi di udara. Beberapa contoh efek negatif perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang menjadi isu-isu global antara lain efek rumah kaca, pemanasan
global, polusi, sampah, dan hujan asam. Istilah hujan asam pertama kali digunakan
Robert Angus Smith pada tahun 1972. Ia menguraikan tentang keadaan di Manchester,
sebuah kawasan industri di bagian utara Inggris. Hujan asam ini pada dasarnya
merupakan bagian dari peristiwa terjadinya deposisi asam. Ia mengatakan bahwa
bahan pencemar di udara yang bercampur dengan air hujan bersenyawa menjadi asam
dan menyebabkan kerusakan bangunan dan monumen bersejarah. Pada dasarnya, air
hujan normal memang sudah asam dengan kadar keasaman antara pH 5,6- 5,0.
Keasaman ini dihasilkan ketika karbondioksida dan materi asam alami lainnya terurai
dalam uap air yang bercampur di udara.Masalah itu masih terjadi hingga kini dan kita
tahu bahwa banyak gas polutan yang menyebabkan pencemaran udara. Ini termasuk
sulfur dioksida yang umumnya dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik yang
menggunakan batubara, dan nitrogen oksida dari kendaraan bermotor serta bahan
bakar fosil yang digunakan oleh industri. Kedua unsur tersebut bersenyawa di
atmosfer dengan air, oksigen, dan oksidan dari senyawa-senyawa asam lainnya.
Persenyawaan ini membentuk semacam lapisan gabungan antara asam sulfur dan
asam nitrat. Cahaya matahari mempercepat laju reaksi proses itu. Hujan asam
menyebabkan peningkatan kadar asam di tanah, danau-danau, sungai serta

1
menyebabkan kematian pohon. Selain itu asam juga merusak material gedung,
patung-patung dan peninggalan sejarah. Mengingat begitu besar dampak yang
ditimbulkan oleh hujan asam terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, maka pada
makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana hujan asam terbentuk, dampak hujan
asam terhadap manusia dan lingkungan, serta usaha yang dapat kita lakukan untuk
mengurangi dan mencegah terjadinya hujan asam.

1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan yang ingin dibahas dalam makalah yang akan membahas
tentang hujan asam, antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan hujan asam?

2. Bagaimanakah proses terbentuknya hujan asam?

3. Bagaimanakah dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh hujan asam terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan?

4. Upaya apasajakah yang dapat ditempuh untuk mengurangi dan menegah


terjadinya hujan asam?

1.3 Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis
merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hujan asam.


2. Untukmengetahui proses terbentuknya hujan asam.
3. Untuk mengetahui dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh hujan asam
terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.
4. Untuk mengetahui upaya yang dapat ditempuh untuk mengurangi dan
menegah terjadinya hujan asam.
2
1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah memberikan kita
pengentahuan dan wawasan mengenai apa yang dimaksud dengan hujan asam,
mengetahui tentang proses terjadinya hujan asam, dampak yang ditimbulkan oleh
hujan asam terhadap kehidupan manusia dan lingkungan, dan usaha yang dapat kita
lakukan untuk mengurangi dan mencegah dampak buruk yang ditimbulkan oleh hujan
asam. Pengetahuan ini diharapkan semoga mampu meningkatkan kesadaran kita
untuk menjaga lingkungan serta mengubah pola hidup untuk mendukung pelestarian
lingkungan hidup.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hujan Asam

Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir abad 17, hal ini diketahui dari buku
karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul “A General History of the Air“.
Buku tersebut menggambarkan fenomena hujan asam sebagai “nitrous or
salino-sulforus spiris“.

Selanjutnya revolusi industri di Eropa yang dimulai sekitar awal abad ke 18 memaksa
penggunaan bahan bakar batubara dan minyak sebagai sember utama energi untuk
mesin-mesin. Sebagai akibatnya, tingkat emisi precursor (faktor penyebab) dari hujan
asam yakni gas-gas SO2, NOx dan HCl meningkat. Padahal biasanya precussor ini
hanya berasal dari gas-gas gunung berapi dan kebakaran hutan.

Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert Angus Smith pada tahun 1872
pada saat menguraikan keadaan di Manchester, sebuah daerah industri di Inggris
bagian utara. Smith menjelaskan fenomena hujan asam pada bukunya yang berjudul
“Air and Rain: The Beginnings of Chemical Technology“.

3
Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam daripada hujan biasa (Hunter BT, 2004
dalam Rahardiman, Arya. 2009). Deposit asam dari atmosfer dapat bersifat abash
(dari hujan, salju, atau hujan es) atau kering (dari pertukaran turbulen dan pengaruh
gravitasi yang tidak berkaitan dengan hujan). Hujan asam dikenal pertama kali pada
tahun 1950, yaitu pada saat hujan asam tersebut memberikan dampak negative berupa
air yang bersifat asam di danau Skandinavia dan Kanada (Mukono, 2000 dalam
Rahardiman, Arya. 2009).

Istilah keasaman berarti bertambahnya ion hydrogen ke dalam suatu lingkungan.


Suatu lingkungan akan bersifat asam jika kemasukan ion hydrogen yang bersal dari
asam sulfat (H2SO4) dan atau asam nitrat (HNO3). Satu reaksi penting dalam
oksidasi sulfur dioksida adalah antara sulfur dioksida yang terlarut dan hydrogen
peroksida.

Masalah hujan asam dalam skala yang cukup besar pertama terjadi pada tahun
1960-an ketika sebuah danau di Skandinavia meningkat keasamannya hingga
mengakibatkan berkurangnya populasi ikan. Hal tersebut juga terjadi di Amerika
Utara, pada masa itu pula banyak hutan-hutan di bagian Eropa dan Amerika yang
rusak. Sejak saat itulah dimulai berbagai usaha penaggulangannya, baik melalui
bidang ilmu pengetahuan, teknis maupun politik.

Hujan yang normal seharusnya adalah hujan yang tidak membawa zat pencemar dan
dengan pH 5,6. Air hujan memang sedikit asam karena H2O yang ada pada air hujan
bereaksi dengan CO2 di udara. Reaksi tersebut menghasilkan asam lemah H2CO3 dan
terlarut di air hujan. Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam kuat, maka pH-nya
akan turun dibawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam.

Hujan asam sebenarnya dapat mencegah global warming, gas buang seperti
SO2 penyebab hujan asam mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi
sehingga dapat mencegah kenaikan temperatur bumi. Akan tetapi, efek samping dari
hujan asam menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih parah
dibandingkan global warming. Sebenarnya “hujan asam” merupakan istilah yang

4
kurang tepat untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer ke permukaan
bumi. Istilah yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena pengendapan

asam dari atmosfir ke permukaan bumi tidak hanya melalui air hujan tetapi juga
melalui kabut, embun, salju, aerosol bahkan pengendapan langsung. Istilah deposisi
asam lebih bermakna luas dari hujan asam.

(Sumber: Ophardt, C.O., (2003)).

Karena hujan asam terlihat, dan rasanya seperti air bersih, pengukuran pH diambil
untuk menentukan keasaman yang dimilikinya. Menurut US Environmental
Protection Agency, air murni memiliki pH 7,0, dan hujan normal memiliki pH sekitar
5.6 (Howard, Rhonda, 2010). Nilai 7,0 dianggap netral, Nilai yang lebih tinggi dari
7,0 semakin alkali atau dasar, Nilai lebih rendah dari 7,0 semakin asam. ilustrasi di
atas juga menggambarkan pH dari beberapa zat umum

Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi
kering ialah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam
udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat
kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah
perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam.
Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran.

Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap
di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi,
maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena
hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke
dalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini
dapat terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.

5
2.2 Penyebab Hujan Asam

Ada 3 jenis polutan utama yang menyebabkan terjadinya hujan asam yaitu
sulfur dioksida(SO2), nitrogen oksida (NOx) dan volatile organic compounds (VOCs)
atau zat-zat organic yang mudah menguap. Sumber dari kandungan sulfur alami
diudara sebagian besar sekitar 25 sampai 30% berasal dari letusan gunungapi seperti
di El Chichon tahun 1982 atau Gunung Pinatubo pada tahun 1991.
Hidrokarbon juga dapat menyebabkan hujan asam, asam karboksilik, HCOO,
dan asam metilkarboksilik, CH3CO, merupakan hasil dari oksidasi emisi biota laut
maupun darat. Selain secara alami gas sulfur juga berasal dari pembakaran batubara
dan berasal dari emisi industri. . Pada tahun 1983 United Nations Environment
Programme memperkirakan besarnya sulfur yang dilepaskan antara 80-288 juta ton
tiap tahunnya dan sekitar 69 juta ton diantaranya berasal dari aktivitas manusia.
Nitrogen oksida (NOr = NO + NO2) selain berasal dari letusan gunungapi,
sumber dari zat ini adalah dari emisi tanah, kilat, pertukaran gas stratosfer-troposfer,
dan pembakaran biomassa. NO merupakan hasil pembakaran bahan bakar
hidrokarbon, baik bahan bakar fosil maupun dari biomassa. besarnya oksida nitrogen
yang dilepaskan antara 20-90 juta ton tiap tahunnya dari alam dan sekitar 24 juta ton
diantaranya berasal dari aktivitas manusia. Amoniak dihasilkan dari emisi pupuk.
Sumber-sumber pencemar ini berasar dari pembuangan asap mesin (kendaraan
bermotor dan stasiun pembangkit energy) dan pembakaran biomassa. Produksi N2O
(termasuk CO2, HNO3, dan CH4) dapat menyebabkan dampak lain yaitu efek rumah
kaca dimana N2O memiliki masa tinggal lebih dari 150 tahun di atmosfer sebelum
terurai.

Adapun beberapa penyebab terjadinya hujan asam secara umum:


1. Penyebab alami
Hujan asam secara alami bisa disebabkan oleh semburan dari sebuah
gunung berapi, serta proses biologis yang bisa terjadi di tanah rawa atau lautan.
Hujan asam secara alami cukup jarang terjadi

6
2. Penyebab manusia
Hujan asam yang disebabkan oleh manusia merupakan permasalahan
lingkungan yang cukup serius. Aktivitas industri biasanya merupakan
kontributor utama terjadinya hujan asam. Beberapa industri yang cukup sering
memberikan dampak hujan asam diantaranya adalah industri kendaraan
bermotor, industri pembangkit listrik, industri pertanian (amonia). Unsur
sulfur dan nitrogen dari proses industri dibawa terbang ke atmosfer,
selanjutnya bereaksi dengan oksigen di udara menyebabkan sulfur dioksida
dan nitrogen oksida yang akan larut dalam air hujan dan selanjutnya terdeposit
ke tanah

Beberapa penyebab hujan asam juga diantaranya :

Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide
(SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran.
Akan tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara
alami, misalnya dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami.
Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran
BBF, peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang
antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang
tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara. Oksida
belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat.

Oksida nitrogen, atau NOx, dan sulfur dioksida, atau SO2, adalah dua sumber utama
hujan asam. Sulfur dioksida, yang merupakan gas tidak berwarna, dilepaskan sebagai
produk oleh-ketika bahan bakar fosil yang mengandung belerang yang terbakar.

7
Gas ini dihasilkan karena berbagai proses industri, seperti pengolahan minyak mentah,
pabrik utilitas, dan besi dan pabrik baja. berarti alam dan bencana juga dapat
mengakibatkan belerang dioksida yang dilepaskan ke atmosfer, seperti vegetasi
membusuk, plankton, semprot laut, dan gunung berapi, yang semuanya memancarkan
sekitar 10% belerang dioksida. Secara keseluruhan, pembakaran industri bertanggung
jawab atas 69,4% emisi sulfur dioksida ke atmosfer, dan transportasi kendaraan
bertanggung jawab atas sekitar 3,7% (Anonim , 2009).

A. NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik yang menggunakan senyawa organik
yang mengandung N. Oksida N merupakan hasil samping aktifitas jasad renik itu.
Di dalam tanah pupuk N yang tidak terserap tumbuhan juga mengalami kimi-fisik
dan biologik sehingga menghasilkan N. Karena itu semakin banyak menggunakan
pupuk N, makin tinggi pula produksi oksida tersebut.

B. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses kimia dimana gas sulphur
dioxide atau sulphur dan nitrogen mengendap pada logam serta mengering bersama
debu atau partikel lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Atmospheric Deposition
Program di Amerika, menunjukkan bahwa pada Tahun 2004 terjadi hujan asam yang
diperkirakan disebabkan oleh pembangkit listrik di New Jersey atau Michigan.

2.3 Proses Terjadi Hujan Asam

Hujan asam terjadi melalui skema berikut ini :


1. Udara tercemar gas Sulfur Oksida dan Nitrogen Oksida. Gas-gas ini
didominasi oleh asap pabrik, asap kendaraan, kebakaran hutan, dan lain-lain.
2. Gas Sulfur Oksida dan gas Nitrogen Oksida bereaksi dengan uap air
membentuk Asam Sulfat dan Asam Nitrat.
3. Asam sulfat dan Asam Nitrat bercampur dengan air hujan membentuk
hujan asam
8
2.4 Dampak Hujan Asam Terhadap Kehidupan Manusia dan Lingkungan

Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat
global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak
tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :

a) Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang bertahan.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi
ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup,
sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam
di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari
telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperi alumunium di danau.
Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di
sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernafas. Pertumbuhan Phytoplankton yang
menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh tingginya kadar pH.

b) Tanah

Efek tidak langsung dari hujan asam adalah efek terhadap tanah. Gejala ini
menyebabkan terjadinya pencucian mineral seperti Ca, Mg, dan Potassium, yang
merupakan yamg merupakan mineral utama bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Mineral tersebut digantikan oleh logam berat seperti Al, yang justru
menghambat pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan air. Tanaman kemudian
mulai mati, karena kekurangan air. Adanya pelapukan dalam batang menandakan
terjadinya kerusakan sistem transportasi air pada tanaman. Dr. Ulrich dari Universitas
Gottingen (Jerman) menyimpulkan bahwa hujan asam menghambat beberapa pohon
spruce dan beech mencapai umur lebih dari 30 – 40 tahun (Nandika, Dodi.,2004).

9
c) Tumbuhan

Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin pada
daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan terhadap
keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga
lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral penting menjadi
hilang.Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu
kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh.
Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur
didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan
menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya
pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati.

d) Kesehatan Manusia

Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada
yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa
NOx dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang
mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap
pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status
gizi buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang
yang sehat. Akan tetapi, kuat dugaan bahwa ion-ion beracun yang terlepas akibat
hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di air berdampak
pada timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium dapat
menyebabkan penyakit Alzheimer. Walaupun hujan asam ditemukan di tahun 1852,
baru pada tahun 1970-an para ilmuwan mulai mengadakan banyak melakukan
penelitian mengenai fenomena ini. Kesadaran masyarakat akan hujan asam di
Amerika Serikat meningkat di tahun 1990-an setelah di New York Times memuat
laporan dari Hubbard Brook Experimental Forest in New Hampshire tentang
banyaknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh hujan asam.

10
e) Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material
seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman
serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung.
Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat,
meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal
semakin banyak akan merusak batuan.

Lebih lanjut, Harjanto, N.T., (2008) mengungkapkan beberapa dampak dari deposisi
asam ini sangat luas yakni terhadap makhluk hidup, vegetasi dan struktur bangunan
seperti pada Tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Dampak Deposisi Asam

Dampak terhadap Keterangan

Makhluk Hidup 1. Punahnya beberapa jenis ikan


2. Mengganggu siklus makanan
3. Mengganggu pemanfaatan air untuk air
minum, perikanan, pertanian
4. Menimbulkan masalah pada kesehatan,
pernafasan dan iritasi kulit

Vegetasi 1. Perubahan keseimbangan nutrisi dalam


tanah
2. Mengganggu pertumbuhan tanaman
3. Merusak tanaman
4. Menyuburkan pertumbuhan jamur
madu yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman (menjadi layu)

Stuktur Bangunan 1. Melarutkan Kalsium Karbonat pada


beton, lantai marmer
2. Melarutkan tembaga dan baja
Dampak terhadap Keterangan

3. Mempercepat korosi pada pipa saluran


air
4. Mengikis bangunan candi dan patung

2.5 Upaya-Upaya Untuk Mengurangi dan Mencegah Dampak Dari Hujan


Asam

Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang
mengandung sedikit zat pencemaran, menghindari terbentuknya zat pencemar saar
terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan
energi.

a) Menggunakan Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah

Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Penggunaan gas asalm akan
mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat
menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar
non-belerang atau bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, misalnya metanol,
etanol dan hidrogen.

b) Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran

Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran
telah dikembangkan. Salah satu teknologi ialah lime injection in multiple
burners (LIMB). Selain itu, bisa juga dilakukan dengan
penggunaan Scrubbers. Alat ini mampu mengurangi emisi sulfur okida hingga
80-95 % (Ophardt, C.O., 2003).

12
c) Pengendalian Setelah Pembakaran

Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran. Teknologi
yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD). Cara lain ialah dengan
menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat
dipergunakan sebagi pupuk.

d) Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)

Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana
produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah
sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.

e) Untuk mengurangi dampak buruk yang muncul dari hujan asam terhadap tanah
ataupun danau dapat dilakukan dengan menambahkan zat kapur kedalam tanah atau
kedalam danau. Penambahan kapur kedalam tanah maupun danau dapat menetralkan
sifat asam.

f) Melakukan Reboisasi atau penanaman kembali. Keberhasilan program


reboisasi dan rehabilitasi lahan akan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan
kualitas lingkungan terutama dalam aspek:

1. Fungsi hidrologi
2. Fungsi perlindungan tanah
3. Stabilitas iklim mikro
4. Penghasil O2, dan penyerap gas-gas pencemar udara
5. Potensi sumberdaya pulih yang dapat dipanen
6. Pelestarian sumberdaya plasma nutfah
7. Perkembangbiakan ternak dan satwa liar
8. Pengembangan kepariwisataan dan rekreasi
9. Menciptakan kesempatan kerja
10. Penyediaan fasilitas pendidikan dan penelitian.
13
Pada tahun 1970 Amerika mulai mengontrol emisi SO2 dan NOx dengan peraturan
pemerintah. Peraturan ini menentukan standar polutan dari kendaraan bermotor dan
industri. Pada tahun 1990 kongres menyetujui amandemen untuk lebih memperketat
kontrol emisi yang menyebabkan hujan asam. Amandemen tersebut tercatat mempu
mengurangi pengeluaran SO2 dari 23,5 juta ton menjadi sekitar 16 juta ton. US juga
merencanakan untuk mengurangi emisi NOx hingga 5 juta ton pada tahun 2010.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah


5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena
karbondioksida di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai
asam lemah.
2. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor
dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke
atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat
yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Secara sedehana, reaksi
pembentukan hujan asam sebagai berikut: Pada dasarnya Hujan asam
disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides
(NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran.
3. Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam antara lain
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang
bertahan, hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu
kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk
tumbuh, korosi dan menyebabkan terganggunya kesehatan manusia.

14
3.2. Saran
Agar pemerintah dan masyarakat baik dari kalangan industri maupun umum,
untuk bekerja sama dalam menjalankan peraturan yang berkaitan dengan upaya
penurunan polusi udara agar dapat terlaksana dan diterapkan dengan baik dan
seksama. Dengan penurunan polusi udara, diharapkan akan mampu mencegah
terjadinya hujan asam yang membawa akibat buruk tidak hanya erhadap lingkungan
namun terhadap kelangsungan hidup manusia.

Daftar Pustaka

Anonim . 2009. Cause and Effects of Acid Rain. Diperoleh


dari: http://www.buzzle.com/ articles/ causes – and – effects – of – acid –rain.html.
Diakses pada: 26 Oktober 2019.

Harjanto, N.T., 2008. Dampak Lingkungan Pusat Listrik Tenaga Fosil Dan Prospek
Pltn Sebagai Sumber Energi Listrik Nasional. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir,
BATAN. Diperoleh dari: http://www.batan.go.id/ptbn/php/pdf-publikasi /PIN/
pin-pdf/ 06Anto.pdf. Diakses pada: 26 Oktober 2019.

Howard, Rhonda. 2010. Acid Rain and Heart Disease. Diperoleh


pada: http://www.ehow.co.uk/about_5640136_ acid- rain- heart- disease .html.
Diakses pada:26 Oktober 2019.

15
Likens, Gene . 2010. Acid Rain. Diperoleh dari: http://www.eoearth.org/article/
Acid_rain?topic. Diakses pada; 26 Oktober 2019.

Nandika, Dodi.,2004. Hujan Asam Suatu Fenomena yang Mengancam Kelestarian


Hutan. Sataf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Hutan-IPB. Diperoleh
dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/ 23543/Dodi%
20Nandika_RK.pdf?sequence=1. Diakses pada: 26 Oktober 2019.

Ophardt, C.O., 2003. Acid Rain. Diperoleh


dari: http://www.elmhurst.edu/~chm/vchembook. Diakses pada;26 Oktober 2019.

Rahardiman, Arya. 2009. Hujan Asam. Diperoleh


dari: http://keslingbanget.blogspot.com/2009/03/ hujan -asam. html. Diakses pada: 26
Oktober 2019.

Rahmawaty, 2002. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan. Fakultas


Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Diperoleh
dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456789/857/1/ hutan-rahmawaty2.pdf.
Diakses pada 27 Oktober 2019.

Sumahamijaya,I., 2009. Hujan Asam Menghancurkan Bumi. Diperoleh


dari http://majarimagazine.com/2009/03/ hujan – asam – mencegah – global –
warming-menghancurkan- bumi/. Diakses pada 27 Oktober 2019.
16

Anda mungkin juga menyukai