Anda di halaman 1dari 21

MEMBUAT RANCANGAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH

PRAKTIKUM IX
ACARA 11
(Praktikum Mata Kuliah Produksi Bersih )

Dosen Pengampu
Muhammad Indra Darmawan, S.T.P., M.Sc.

Disusun Oleh
Kelompok 2

Firda Adelia 2002301004


Himatul Khoriyah 2002301073
Jamalludin Akbar 2002301076

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perancangan produksi bersih dapat dilakukan bagian Good house-
keeping, bagian tersebut secara langsung akan berpengaruh kepada proses
produksi di industri sehingga limbah dan polusi yang dihasilkan bisa
diminimalkan. Produksi bersih juga dapat dijelaskan secara ringkas sebagai
metode reduce, reuse, dan recycle. Dengan menerapkannya maka perusahaan
mendapat berbagai keuntungan selain itu juga dapat mengurangi dampak
negatif yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan. (Moertinah, 2010).
Good Housekeeping dan Prinsip 1E5R merupakan serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan sendiri dalam memberdayakan sumber daya
yang dimiliki untuk meningkatkan produktifitas kerja dan upaya pencegahan
pencemaran lingkungan. Beberapa hal yang dapat dilakukan seperti
rasionalisasi pemakaian masukan bahan baku, air dan energi, sehingga
mengurangi kerugian masukan bahan berbahaya dan karenanya mengurangi
biaya operasioanal, mengurangi volume dan toksisitas limbah, limbah air dan
emisi yang berkaitan dengan produksi, menggunakan limbah dan mendaur
ulang masukan primer dan bahan kemasan secara maksimal, memperbaiki
kondisi kerja dan keselamatan kerja dalam perusahaan, serta mengadakan
perbaikan organisasi.
Berdasarkan latar belakang di atas dan melihat dari konsumsi
masyarakat yang tertarik kepada pendirian UMKM dengan prinsip produksi
bersih, maka penting dilakukan pembuatan rancangan penerpana produksi
bersih pada UMKM di bidang Agroindustri.

1.2.Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu membuat
rancangan penerapan produksi bersih melalui GHK dan 1E5R di UMKM
Agroindustri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.Produksi Bersih
1.1.1. Definisi
Produksi bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan
yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus-
menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan
mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan (UNEP, 2003
dalam Indrasti dan Fauzi, 2009).
Sedangkan menurut UNIDO (2002, dalam Indrasti dan Fauzi 2009)
menyatakan bahwa memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas
dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan
mentah, energi dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik
melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta
mereduksi dampak produk terhadap lingkungan dari siklus hidup produk
dengan rancangan yang ramah lingkungan, namun efektif dari segi biaya.

1.1.2. Tujuan Produksi Bersih


Adapun tujuan dari penerapan produksi bersih pada unit produksi
adalah untuk meningkatkan efisiensi produksi sehingga akan dapat
mengurangi limbah yang keluar dari proses, sehingga dapat dikatakan
produksi bersih merupakan upaya tata laksana operasi yang lebih baik.
Indrasti dan Fauzi (2009) menyatakan bahwa prinsip-prinsip pokok
dalam strategi produksi bersih adalah :
1) Mengurangi atau meminimumkan penggunaan bahan baku, air, dan energy
serta menghindari pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya serta
mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya, sehingga mencegah dari
atau mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan
lingkungan serta risikonya terhadap manusia.
2) Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik terhadap
proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul
analisis daur hidup produk.
3) Upaya produksi bersih ini tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya
perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak
terkait baik dari pihak pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia
(industriawan). Selain itu juga, perlu diterapkan pola manajemen di
kalangan industri maupun pemerintah yang telah mempertimbangkan
aspek lingkungan.
4) Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen dan prosedur
standar operasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegiatan-
kegiatan tersebut tidak selalu membutuhkan biaya investasi yang tinggi,
kalaupun terjadi seringkali waktu yang diperlukan untuk pengembalian
modal investasi relatif singkat.
5) Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada pengaturan
sendiri (self regulation) dan peraturan yang sifatnya musyawarah mufakat
(negotiated regulatory approach) dari pada pengaturan secara command
and control.
Jadi, pelaksanaan program produksi bersih ini tidak hanya
mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi lebih didasarkan pada
kesadaran untuk merubah sikap dan tingkah laku.
1.1.3. Perangkat Produksi Bersih
Teknologi produksi bersih merupakan gabungan antara teknik
pengurangan limbah pada sumber pencemar dan teknik daur ulang (Indrasti
dan Fauzi ,2009).
Secara garis besarnya, pemilihan penerapan produksi bersih dapat
dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu :
1) Good house-keeping
Mencakup tindakan prosedural, administratif maupun institusional yang
dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah
dan emisi. Konsep ini telah banyak diterapkan oleh kalangan industri
agar dapat meningkatkan efisiensi dengan cara good operating practice
yang mencakup: pengembangan program cleaner production,
pengembangan sumberdaya manusia, tatacara penanganan dan investasi
bahan, pencegahan kehilangan bahan/material, pemisahan limbah
menurut jenisnya, tatacara perhitungan biaya, penjadwalan produksi.
2) Perubahan material input
Bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan
beracun yang masuk atau yang digunakan dalam proses produksi,
sehingga dapat juga menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses
produksi. Perubahan material input termasuk pemurnian bahan dan
substitusi bahan.
3) Perubahan teknologis
Mencakup modifikasi proses dan peralatan yang dilakukan untuk
mengurangi limbah dan emisi. Perubahan teknologi dapat dimulai dari
yang sederhana dalam waktu yang singkat dan biaya murah sampai
dengan perubahan yang memerlukan investasi tinggi, seperti perubahan
peralatan, tata letak pabrik, penggunaan peralatan otomatis dan
perubahan kondisi proses.
4) Perubahan produk
Meliputi substitusi produk, konservasi produk, dan perubahan
komposisi produk.
5) On-site Reuse
Merupakan upaya penggunaan kembali bahan-bahan yang terkandung
dalam limbah, baik untuk digunakan kembali pada proses awal atau
sebagai material input dalam proses yang lain.

1.1.4. Prinsip Produksi Bersih


Setiap bahan baku yang diolah senantiasa akan menghasilkan produk
dan hasil samping berupa limbah. Dalam penanganan limbah, Indrasti dan
Fauzi (2009) menyatakan ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu :
1) Eliminasi
Eliminasi merupakan proses penghilangan limbah yang ditimbulkan.
Dengan cara memperbaiki proses dengan teknologi terbaru atau
efisiensi proses bila limbah yang terbentuk karena sistem prosesnya.
Bila limbah terbentuk karena kekurang telitian dari pekerja maka yang
dilakukan adalah perubahan sikap pekerja.
2) Mengurangi sumber limbah
Mengurangi sumber limbah sama dengan proses eliminasi yaitu dapat
dilakukan dengan cara memperbaiki proses dengan teknologi terbaru
atau efisiensi proses bila limbah yang terbentuk karena sistem
prosesnya. Bila limbah terbentuk karena kekurang teliti dari pekerja
maka yang dilakukan adalah perubahan sikap pekerja.
3) Daur ulang
Proses daur ulang yaitu limbah yang terbentuk dimasukkan kembali ke
dalam proses sehingga dapat memperoleh hasil produk yang lebih
besar.
4) Pengolahan limbah
Pengolahan limbah yaitu mengolah limbah yang terbentuk menjadi
bahan lain yang masih bisa bermanfaat. Limbah yang awalnya
terbentuk menjadi bahan baku dari proses pengolahan tersebut.
5) Remediasi
Remediasi merupakan proses mengubah senyawa pencemar organik
yang berbahaya menjadi senyawa lain yang lebih aman. Proses
remediasi dapat dilakukan oleh organisme yang lebih dikenal dengan
bioremediasi.
6) Pembuangan Limbah
Pembuangan limbah merupakan pilihan terakhir bila sudah tidak dapat
dilakukan eliminasi, dikurangi, daur ulang, diolah dan diremediasi.
Pengembangan program produksi bersih pada suatu industri
memerlukan kegiatan perencanaan yang kontinyu dan dimulai dari
putusan manajemen. Dalam usaha pengembangan program produksi
bersih, Roestamsjah (2000) menyusun alternatif-alternatif kegiatan
yang mencakup empat kelompok sebagai berikut:
a) Bantuan teknis untuk industry
b) Sistem informasi
c) Pelatihan dan peningkatan kesadaran
d) Pengembangan sistem intensif
1.1.5. Aplikasi Produksi Bersih
Aplikasi produksi bersih dalam suatu industri menurut Indrasti dan
Fauzi (2009) dapat diterapkan pada unsur-unsur sebagai berikut:
1) Proses produksi
Aplikasi produksi bersih pada proses produksi mencakup peningkatan
efisiensi dan efektifitas dalam pemakaian bahan baku, energi dan
sumberdaya lainnya serta mengganti atau mengurangi penggunaan
bahan berbahaya dan beracun, sehingga mengurangi jumlah dan
toksisitas limbah dan emisi yang dikeluarkan.
2) Produk
Produksi bersih memfokuskan pada upaya pengurangan dampak
keseluruhan daur hidup produk, mulai dari bahan baku sampai
pembuangan akhir setelah
produk tidak digunakan.
3) Jasa
Produksi bersih menitikberatkan pada upaya proses 3 R (reduce, reuse,
recycle) secara menyeluruh pada setiap kegiatannya, mulai dari
penggunaan bahan baku sampai ke pembuangan akhir.
1.1.6. Manfaat dan Kendala Penerapan Produksi Bersih
Menurut Bapedal (1998), Ada beberapa manfaat dari penerapan
produksi bersih:
1) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan bahan baku, energi
dan sumber daya lainnya.
2) Meningkatkan efisiensi dalam proses produksi sehingga dapat
mengurangi biaya pengolahan limbah.
3) Mengurangi bahaya terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
4) Mengurangi dampak pada keseluruhan siklus hidup produk mulai dari
pengambilan bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk
tersebut digunakan.
5) Meningkatkan daya saing produk di pasaran dan mampu meningkatkan
image yang baik bagi perusahaan.
6) Menghindari biaya pemulihan lingkungan.
7) Mendorong dikembangkanya teknologi pengurangan limbah pada
sumbernya dan produk ramah lingkungan.

Namun selain dari segi keuntungan, Indrasti dan Fauzi (2009)


menyatakan ada beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan produksi
bersih antara lain:
1) Kendala Ekonomi
Kendala ekonomi timbul apabila kalangan usaha tidak merasa
mendapatkan keuntungan dalam penerapan produksi bersih. Sekecil
apapun penerapan konsep produksi bersih, jika tidak memberikan
keuntungan di pihak perusahaan, maka akan sulit bagi manajemen
untuk membuat keputusan tentang penerapan konsep produksi bersih.
Contoh hambatannya adalah biaya tambahan peralatan, dan besarnya
modal atau investasi dibanding control pencemaran secara konvensional
sekaligus penerapan produksi bersih.
2) Kendala Teknologi
Kendala dalam penerapan teknologi diantaranya kurangnya sosialisasi
atau penyebaran informasi tentang konsep produksi bersih, penerapan
sistem baru memliki kemungkinan tidak sesuai dengan yang diharapkan
bahkan berpotensi menyebabkan gangguan atau masalah baru, tidak
memungkinkan adanya penambahan peralatan akibat terbatasnya ruang
kerja atau produksi.
3) Kendala Sumberdaya Manusia
Kendala sumberdaya manusia diantaranya kurangnya dukungan dari
pihak manajemen puncak, keengganan untuk berubah baik secara
individu maupun organisasi, lemahnya komunikasi internal tentang
proses produksi yang baik, pelaksanaan manajemen organisasi
perusahaan yang kurang fleksibel, birokrasi yang sulit serta kurangnya
dokumentasi dan penyebaran informasi.
BAB III
METODELOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 23 November 2021 pukul
13.00 WITA – selesai secara online dirumah pribadi masing-masing.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah peralatan tulis, laptop,
dan koneksi internet.

3.3. Prosedur Kerja


Adapaun prosedur kerja pada praktikum ini, ialah sebagai berikut:
a. Dilakukan analisis berdasarkan neraca dan pengamatan langsung di objek
UMKM yang dipilih pada praktikum sebelumnya
b. Dibuat rencana pelaksanaan produksi berish melalui prinsip GHK disertai
Jurnal atau sumber atau pendukung
c. Dibuat rencana pelaksanaan produksi bersih berdasarkan prinsip 1E5R
disertai jurnal atau sumber acuan pendukung
d. Dibuat laporan dengan format :
a. Pendahuluan
b. Tinjauan Pustaka
c. Hasil
d. Kesimpulan dan Saran
e. Daftar Pustaka
f. Lampiran
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang didapat setelah melakukan analisis berdasarkan neraca dan
pengamatan langsung di UMKM Kerupuk Lanting (KaMaSa) ialah sebagai
berikut:
Tabel.1 Perancangan Penerapan Produksi Bersih
Permasalahan
No Proses Perancangan Alternatif
(Limbah/Kehilangan)
1 Pengupasan Limbah Kulit Singkong - Mengganti komposisi bahan
(menggunakan tepung
singkong)
- Membeli singkong kupas
- Melakukan sortasi (hanya
mengambil yang berukuran
besar)
- Menggunakan Mesin
Pengupasan (tidak ada daging
singkong yang terikut)
2 Pencucian Air limbah - Mengurangi air yang masuk
- Di Lap dengan kain basah
- Dilakukan pengecilan ukuran
- Membeli singkong yang telah
dicuci
3 Pemarutan Kehilangan massa - Membeli yang sudah diparut
(terkeluar dari mesin - Memodifikasi alat agar lebih
parut/tersisa didalam tertutup dibagian atas dan
mesin parut) bawah (bisa menggunakan
plastic)
- Membuat alat pencukil untuk
mengambil sisa yang tertinggal
di mesin
- Membuat alat penyemprot kecil
untuk menyemprot sisa adona
yang tertinggal di mesin
4 Pemerasan Kehilangan massa - Menggunakan karung yang
(adanya singkong parut berlapis
yang terikut air - Menggunakan puring dengan
perasan) mess yang lebih kecil dari mess
singkong parut
- Melakukan penyaring ulang air
perasan
- Mendiamkan singkong parut
beberapa waktu untuk
menguapkan beberapa air
sehingga air sudah berkurang
5 Pengukusan Kehilangan massa - Tidak banyak menggunakan
(menempel pada banyak bungkusan saat
plastic) mengukus
- Melapisi permukaan plastic
dengan minyak
- Menggunakan daun pisang
- Menggunakan kertas
6 Penggilingan Kehilangan massa - Membuat alat pencukil untuk
(terkeluar dari mesin mengambil sisa yang tertinggal
giling/tersisa didalam di mesin
mesin giling) - Membuat alat penyemprot kecil
untuk menyemprot sisa adona
yang tertinggal di mesin
- Memodifikasi alat agar lebih
tertutup dibagian atas dan
bawah (bisa menggunakan
plastic)
- Melapisi mesin giling dengan
sedikit minyak agar tidak
lengket
7 Pembentukan Kehilangan massa - Bidang kerja atau wadah
(keluar dari wadah dan dilapisi plastic (jika ada yang
menempel ditangan jatuh tidak kotor dan tidak ada
penjamah) yang lengket diwadah)
- Menggunakan wadah yang
memiliki kedalaman
- Membentuk dengan ukuran
yang lebih besar
- Melumuri tangan dan wadah
dengan minyak agar tidak
lengket
8 Penggorengan Kehilangan massa - Mengurangi jumlah adonan
(keluar dari yang dimasukkan
penggorengan atau - Memodifikasi Penggorengan
hancur saat yang digunakan menggunakan
penggorengan) penutup dibagian samping dan
atas
- Menggunakan pengorangan
yang memiliki kedalaman
- Memodifikasi Penggorengan
yang dilengkapi pengaduk agar
putaran yang diberikan memiliki
pengaturan (sesuai)
9 Penirisan Minyak hasil Tirisan - Mengurangi penyerapan minyak
dengan memasukkan saat suhu
sudah tinggi
- Mengurangi penyerapan minyak
dengan menambahkan cairan
karbonasi/soda kue
- Mengurangi jumlah minyak
yang digunakan
- Menggunakan spatula yang
memiliki lubang-lubang kecil
sehingga saat mengangkat sudah
tertiriskan terlebih dahulu

4.2 Pembahasan
Pelaksanaan praktikum dilakukan secara online di Rumah Pribadi
masing-masing pada hari Selasa tanggal 8 November 2021. Penelitian
dilakukan untuk melakukan perancangan produksi bersih. Adapun yang
dianalisis dan diamati adalah UMKM Kerupuk Lanting Bapak Mislam yang
beralamat di Jalan Sriwijaya RT.04, Desa Bumi Jaya. UMKM ini berdiri
selama 8 tahun terhitung dari tahun 2013 dengan bahan baku dari pemasok
luar.
Perancangan produksi bersih pada praktikum kali ini diharapkan dapat
memberikan solusi perbaikan terhadap system produksi di UMKM terkait
yang sesuai dengan prinsip goodhousekeeping dan prinsip 1E5R. Untuk
prinsip goodhousekeeping, rancangan yang diberikan seperti pada umumnya
yaitu mencakup tindakan prosedural, administratif maupun institusional yang
dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah dan
emisi (kehilangan bahan/massa). Untuk prinsip 1E5R pada praktikum kali ini
tidak mencapai tahap pengolahan limbah melainkan lebih kepada rancangan
dengan solusi/tindakan yang preventif, karena jika sudah memiliki rancangan
yang preventif akan mudah dalam mengendalikan dan mengolah limbah
kedepannya, dan juga jika solusi yang diberikan lebih kepada pengolahan
limbahnya yang artinya sudah ada limbah terbrntuk sedikit banyaknya akan
memberikan kerugian sebab limbah tersebut telah menyentuh dan merusak
lingkungan.
Untuk proses pengupasan limbah yang dihasilkan ialah Limbah Kulit
Singkong, untuk mengurangi jumlah kulit singkong ada beberapa
perancangan yang dapat disarankan seperti mengganti komposisi bahan
maksudnya jika proses terdahulu menggunakan 100% singkong pada
perancangan yang disarankan hanya menggunakan singkong sebesar 75%
sisanya menggunakan tepung singkong, atau dengan membeli singkong kupas
dengan cara ini akan didapatkan limbah yang sangat minimum bahkan tidak
ada, pun dapat melakukan sortasi maksudnya memilih singkong dengan
ukuran yang besar dan tidak ada kerusakan karena dengan singkong yang
besar dan tidak ada kerusakan akan sedikit bagian yang terbuang (menjadi
limbah), saran yang lain pula dapat menggunakan Mesin Pengupasan karena
jika secara manual terkadang ada daging singkong yang ikut terkupas dengan
mesin karena mesin telah memiliki pengaturan yang sesuai standar maka hasil
yang didaptkan sesuai dengan yang seharusnya.
Untuk proses Pencucian limbah yang dihasilkan ialah air limbah sisa
cucian, sehingga saran perancangan produksi bersih yang dapat diberikan
yaitu dengan Mengurangi air yang masuk karena seperti prinsip neraca massa,
massa yang masuk sama dengan massa yang keluar, atau mengurangi air yang
masuk dengan hanya mengelap daging singkong dengan kain basah, sehingga
air yang digunakan hanya untuk membasahi kain tersebut,atau dengan
melakukan pengecilan ukuran, dengan melakukan pengecilan ukuran tidak
banyak space yang kosong, semua ruangan dalam bak pencucian akan terisi
dengan daging singkong, ketinggian penumpukan singkong dalam bak akan
berkurang sehingga air yang digunakan sampai singkong tenggelam pun turut
berkurang, atau dapat dilakukan dengan langsung membeli singkong yang
telah dicuci dengan cara ini limbah akan minimum bahkan tidak ada.
Untuk proses pemarutan, permasalahan yang dihadapi yaitu kehilangan
massa sebab adanya daging singkong (massa) yang terkeluar dari mesin parut
dan tersisa didalam mesin parut, sehingga saran yang diberikan yaitu dengan
membeli yang sudah diparut dengan cara ini limbah akan minimum bahkan
tidak ada, atau jika tetap ingin melakukan prosesnya dapat Memodifikasi alat
agar lebih tertutup dibagian atas dan bawah dengan memanfaatkan plastic
dengan begitu singkong yang terkeluar dari mesin akan terhalang pelindung
dan menempel di pelindung sehingga dapat diambil kembali, dan untuk
menyelamatkan sisa singkong yang tertinggal dimesin dapat membuat alat
pencukil untuk mengambil sisa yang tertinggal di mesin atau membuat alat
penyemprot air kecil untuk menyemprot sisa adonan yang tertinggal di mesin
Untuk proses pemerasan, permasalahan yang dihadapi yaitu Kehilangan
massa sebab adanya singkong parut yang terikut air perasan, saran rancangan
produksi berish yag dapat diberikan yaitu Menggunakan karung yang
berlapis, dengan karung berlapis maka air yang akan dikeluarkan pun akan
melewati penyaring berkali-kali sehingga dapat dipastikan tidak ada singkong
yang terikut, lalu dapat Menggunakan pembungkus dengan bahan puring
yang ukuran messnya yang lebih kecil dari mess singkong parut, atau dapat
Melakukan perlakuan pada air hasil perasan yaitu melakukan penyaring ulang
air perasan. Cara terakhir yaitu Mendiamkan singkong parut beberapa waktu
untuk menguapkan beberapa air sehingga air sudah berkurang, jadi saat
diperas air yang dikeluarkan sedikit semakin sedikit pula kemungkinan untuk
daging singkong terikut.
Untuk proses Pengukusan permasalahan yang dialami ialah Kehilangan
massa sebab ada bahan yang menempel pada plastic pembungkus, saran
perancangan proses yang dapat diberikan yairu tidak banyak menggunakan
banyak bungkusan saat mengukus, kerena semakin sedikit bungkusan
semakin sedikit pula bahan yang menempel, atau dapat dengan Melapisi
permukaan plastic dengan minyak sehingga saat bahan dikeluarkan tidak ada
bahan yang lengket serta tertinggal di pembungkus, dapat pula membungkus
bahan dengan menggunakan daun pisang karena daun pisang memiliki sifat
jika yang berkebalikan dengan plasitk yaitu semakin dipanaskan ia akan
semakin kering dan semakin memberikan kelonggaran terhadap bungkusan
sehingga tidak menimbulkan kelengketan sama halnya dengan menggunakan
kertas.
Untuk proses Penggilingan masalah yang dihadapi yaitu Kehilangan
massa, pada proses ini hampir sama dengan proses pemarutan sebelumnya
disebabkan adanya bahan yang terkeluar dari mesin giling atau tersisa
didalam mesin giling), maka saran yang dapat diberikan dapat dengan
Memodifikasi alat agar lebih tertutup dibagian atas dan bawah dengan
memanfaatkan plastic, atau dengan Melapisi mesin giling dengan sedikit
minyak agar tidak ada bahan tertinggal sebab kondisi pemukaan mesin yang
kesat, ataupun dengan Membuat alat pencukil untuk mengambil sisa yang
tertinggal di mesin atau Membuat alat penyemprot kecil untuk menyemprot
sisa adonan yang tertinggal di mesin.
Untuk proses Pembentukan, permasalahan yang dialami yaitu
Kehilangan massa sebab adanya bahan keluar dari wadah dan menempel
ditangan penjamah), sehingga saran perancangan produksi bersihnya dengan
melapisi bidang kerja atau wadah dengan plastic sehingga jika ada yang jatuh
pun tidak kotor (dapat diambil kembali) dan tidak ada yang lengket diwadah,
dapat juga Menggunakan wadah yang memiliki kedalaman karena akan kecil
kemungkinan bahan terlempar atau terkeluar dari wadah, dapat juga
Membentuk dengan ukuran yang lebih besar karena jika diasumsikan setiap
kali melakuka pembentukkan mengalami kehilangan maka artinya semakin
kecil ukuran produk semakin banyak kehilangan sehingga semakin besar
ukurannya maka semakin kecil kehilangannya, atau dengan Melumuri tangan
dan wadah dengan minyak agar tidak bahan yang lengket dan menjadi
kehilangan bahan.
Untuk peroses Penggorengan yaitu adanya Kehilangan massa sebab
adanya baahan keluar dari penggorengan atau hancur saat penggorengan,
sarannya yaitu dengan mengurangi jumlah adonan yang dimasukkan karena
seperti yang kita kerupuk saat digoreng akan mengembang sehingga saat
memasukkan adonan kerupuk tidak boleh sama dengan banyak minyak, jika
sama saat mengembang akan terkeluar, atau Memodifikasi Penggorengan
yang digunakan menggunakan penutup dibagian samping dan atas sehingga
saat mengalami pengembangan, kerupuk yang akan keluar masih terhalang
dengan pelindung penggorengan, atau Menggunakan pengorangan yang
memiliki kedalaman sehingga mengecilkan kemungkinan untuk kerupuk
keluar dan jatuh, dan untuk mencegah kehancuran bahan dapat Memodifikasi
Penggorengan yang dilengkapi pengaduk agar putaran yang diberikan
memiliki pengaturan yang sesuai dengan sebagaimana mestinya karena
dengan cara manual kerupuk akan mendapatakn putaran dan tekanan yang
terkadang telalu besar diberikan.
Untuk proses Penirisan limbah yang dihasilkan ialah Minyak hasil
Tirisan, untuk menguranginya dengan Mengurangi penyerapan minyak
dengan cara memasukkan adonan kerupuk saat proses penggorengan saat
suhu sudah tinggi, atau Mengurangi penyerapan minyak dengan
menambahkan cairan karbonasi/soda kue saat proses penggilingan, karena
dengan diberikannya cairan karbonasi, kerupuk akan terbantu dalam
melepaskan gelembung gas yang selanjutnya kana mengurangi penyerapan,
atau Mengurangi jumlah minyak yang digunakan saat penggorengan karena
dengan mengurangi maka yang terserappun akan berkurang atau dapat pula
dengan Menggunakan spatula yang memiliki lubang-lubang kecil sehingga
saat mengangkat kerupuk dari penggorengan kerupuk tersebut sudah
tertiriskan terlebih dahulu minyaknya dengan spatula tersebut
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan praktikum yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan
diantaranya :
1. Perancangan penerapan produksi bersih dilakukan dengan melihat atau
mempertimbangkan beberapa hal seperi perangkat yang digunakan dan
prinsip yang diterapkan.
2. Dalam perancangan penerapan produksi bersih kali ini dilakukan untuk
memberikan solusi perbaikan terhadap ketidaktepatan dalam system
produksi di UMKM terkait yang sesuai dengan prinsip goodhousekeeping
dan prinsip 1E5R yang ditemukan berdasarkan neracca massanya
3. Untuk prinsip goodhousekeeping, rancangan yang diberikan kali ini seperti
pada umumnya yaitu mencakup tindakan procedural yang dapat digunakan
UMKM untuk mengurangi terbentuknya limbah dan emisi (kehilangan
bahan/massa).
4. Untuk prinsip 1E5R pada praktikum kali ini lebih kepada rancangan dengan
solusi/tindakan yang preventif, karena jika solusi yang diberikan lebih
kepada pengolahan limbahnya yang artinya sudah ada limbah terbentuk
sedikit banyaknya akan memberikan kerugian sebab limbah tersebut telah
menyentuh dan merusak lingkungan.

5.2 Saran
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat
disarankan praktikan terlebih dahulu memperhatikan hal-hal yang
disampaikan dosen pengampu, sehingga dapat mempermudah ketika proses
praktikum dan pengerjaan tugas yang diberkan serta mampu mencapai tujuan
dilakukannya praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA

Amriyanto, Fery. 2015. Kajian Peneraoan Produksi Bersih pada Unit Pengolahan
Pupuk Organik (UPPO) Kelompok Tani Langgeng Jaya Kecamatan
Adiluwih. Tesis. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Probowati, Banun Diyah. 2011. Studi Penerapan Produksi Bersih untuk Industri
Kerupuk. Jurnal Agrointek (Teknologi Industri Pertanian). Universitas
Tronojoyo Madura, Jawa Timur.

Ritonga, Muhammad Heritanwira Malik, dkk. 2021. Analisis Neraca Massa pada
Pembuatan Pati dari Kulit Sukun. Prosiding Seminar Nasional Oebardjo
Brotoharjono XVII Vol. 17 . Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”,
Jawa Timur.

Ulya,Millatul. 2018. Identifikasi Peluang Produksi Bersih pada Industri Keripik


Singkong. Jurnal Teknologi Pangan. Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran”, Jawa Timur.

Wardiyatun. 2017. Penerapan Produksi Bersih pada Industri Kecil Kerupuk


Amplang Mega Bersaudara Di Kecamatan Benua Kayong Kabupaten
Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. Tesis. Universitas Diponegoro
LAMPIRAN

(Proses Pengupasan) (Proses Pencucian) (Proses Pemarutan)

(Proses Pemerasan) (Proses Perebusan) (Proses Penggilingan)

(Proses Pembentukan) (Proses Pengorengan) (Proses Penirisan)


(Foto Bersama Narasumber)

Anda mungkin juga menyukai