Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TENTANG TEKNLOGI KERTAS PRODUKSI

BERSIH PADA INDUSTRI PULP

Disusun oleh :
Nama : Taruna Iqbal Baharsyah
Nim : 21232
Kelas : STIK A 19
Matkul : Teknik Manajemen Lingkungan Perkebunan

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Produksi Bersih.


Produksi Bersih merupakan salah satu sistem pengelolaan lingkungan yang
dilaksanakan secara sukarela (Voluntary) sebab penerapannya bersifat tidak wajib. Konsep
Produksi Bersih merupakan pemikiran baru untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan
dengan lebih bersifat proaktif. Produksi Bersih merupakan istilah yang digunakan untuk
menjelaskan pendekatan secara konseptual dan operasional terhadap proses produksi dan
jasa, dengan meminimumkan dampak terhadap lingkungan dan manusia dari keseluruhan
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal, 1995) mendefinisikan Produksi Bersih
sebagai suatu strategi pengelolaan lingkungan yang preventif dan diterapkan secara terus-
menerus pada proses produksi, serta daur hidup produk dan jasa untuk meningkatkan eko-
efisiensi dengan tujuan mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungandaur hidup
produknya.
Strategi Produksi Bersih mempunyai arti yang sangat luas karena di dalamnya
termasuk upaya pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pilihan jenis
proses yang akrab lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup produk, dan teknologi
bersih. Pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan adalah strategi yang perlu
diprioritaskan dalam upaya mewujudkan industri dan jasa yang berwawasan lingkungan,
namun bukanlah merupakan satu satunya strategi yang harus diterapkan.Strategi lain seperti
program daur ulang, pengolahan dan pembuangan limbah tetap diperlukan, sehingga dapat
saling melengkapi satu dengan lainnya.
Strategi untuk menghilangkan limbah atau mengurangi limbah sebelum terjadi
(preventive strategy), lebih baik daripada strategi pengolahan limbah atau pembuangan
limbah yang telah ditimbulkan (treatment strategy). Kombinasi kedua strategi tersebut sesuai
dengan skala prioritas pelaksanaan Produksi Bersih adalah sebagai berikut:

1. Eliminasi.
Strategi ini dimasukkan sebagai metode pengurangan limbah secara total. Bila perlu tidak
mengeluarkan limbah sama sekali (zero discharge).
2. Mengurangi sumber limbah.
Strategi pengurangan limbah yang terbaik adalah strategi yang menjaga agar limbah tidak
terbentuk pada tahap awal. Pencegahan limbah mungkin memerlukan beberapa perubahan
penting dalam proses produksi, tetapi dapat meningkatkan efisiensi ekonomi yang besar dan
menekan pencemaran lingkungan.
3. Daur Ulang.
Jika timbulnya limbah tidak dapat dihindarkan dalam suatu proses, maka harus dicari
strategi-strategi untuk meminimumkan limbah tersebut sampai batas tertinggi yang mungkin
dilakukan, seperti misalnya daur ulang (recycle) dan/atau penggunaan kembali (reuse). Jika
limbah tidak dapat dicegah atau diminimumkan melalui penggunaan kembali atau daur ulang,
strategi-strategi yang mengurangi volume atau kadar racunnya melalui pengolahan limbah
dapat dilakukan. Walaupun strategi ini kadang-kadang dapat mengurangi jumlah limbah,
tetapi tidak sama efektifnya dengan mencegah limbah di tahap awal.
4. Pengolahan Limbah.
Strategi yang terpaksa dilakukan mengingat pada proses perancangan produksi perusahaan
belum mengantisipasi adanya teknologi baru yang sudah bebas limbah. Artinya limbah
memang sudah terjadi dan ada dalam sistem produksinya, namun kualitas dan kuantitas
limbah yang ada dikendalikan agar tidak melebihi baku mutu yang disyaratkan.
5. Pembuangan Limbah.
Strategi terakhir yang perlu dipertimbangkan adalah metode-metode pembuangan alternatif.
Pembuangan limbah yang tepat merupakan suatu komponen penting dari keseluruhan
program manajemen lingkungan, meskipun ini adalah teknik yang paling tidak efektif.
6. Remediasi.
Strategi penggunaan kembali bahan-bahan yang terbuang bersama limbah. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi kadar racun dan kuantitas limbah yang ada.

1.2 Peluang Dan Tantangan Penerapan Produksi Bersih.


Produksi Bersih diperlukan sebagai cara untuk mengharmonisasikan upaya
perlindungan lingkungan dengan kegiatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Peluang
penerapan Produksi Bersih adalah :
1. Memberi keuntungan ekonomi,sebab didalam Produksi Bersih terdapat strategi
pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction dan in-process recycling) yaitu
pencegahan terbentuknya limbah secara dini dengan demikian dapat mengurangi biaya
investasi yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya
perbaikan lingkungan.
2. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan.
3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui
konservasi sumber daya, bahan baku dan energi.
4. Mendorong pengembangan teknologi baru yang lebih efisien dan akrab lingkungan
5. Mendukung prinsip ‘environmental equity’ dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
6. Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaatan
sumberdaya alam.
7. Memelihara ekosistem lingkungan.
8. Memperkuat daya saing produk di pasar internasional.
9. Tantangan Penerapan Produksi Bersih, antara lain :
10. Tercapainya efisiensi produksi yang optimal
11. Diperolehnya penghargaan masyarakat terhadap sistem produksi yang akrab lingkungan
12. Mendapatkan insentif.
Pengembangan pelaksanaan dan penerapan Produksi Bersih intinya adalah merubah
pola pikir tradisional ‘end-of-pipe’ dengan paradima baru dalam pengelolaan pencemaran
lingkunan, yaitu penerapan Produksi Bersih, yang dapat meningkatkan efisiensi produksi
sehingga akan memberikan peningkatan keuntungan baik secara finansial, teknik maupun
regulasi. Meskipun demikian, hambatan ekonomi akan timbul bila kalangan usaha merasa
tidak akan mendapat keuntungan dalam penerapan Produksi Bersih. Sekecil apapun
penerapan Produksi Bersih, bila tidak menguntungkan bagi perusahaan maka akan sulit bagi
manajemen untuk membuat keputusan tentang penerapan Produksi Bersih.
Hambatan pada aspek ekonomi dan teknis antara lain adalah:
1. Keperluan biaya tambahan peralatan.
2. Tingginya modal/investasi dibanding kontrol pencemaran secara konvensional sekaligus
penerapan Produksi Bersih.
3. Penghematan proses Produksi Bersih yang belum nyata realisasinya.
4. Kurangnya informasi Produksi Bersih.
5. Sistem yang baru ada kemungkinan tidak sesuai dengan yang diharapkan atau malah
menyebabkan gangguan.
6. Fasilitas produksi ada kemungkinan sudah penuh tidak ada tempat lagi untuk tambahan
peralatan.
Kendala Sumber Daya Manusia dalam penerapan Produksi Bersih dapat berupa :
1. Kurangnya komitmen manajemen puncak.
2. Adanya keengganan untuk berubah baik secara individu maupun organisasi.
3. Lemahnya komunikasi internal.
4. Pelaksanaan organisasi yang kaku.
5. Birokrasi, terutama dalam pengumpulan data.
6. Kurangnya dokumentasi dan penyebaran informasi.
7. Kurangnya pelatihan kepada sumberdaya manusia mengenai Produksi Bersih.
Manfaat penerapan Produksi Bersih, antara:
1. Lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumberdaya alam.
2. Mengurangi biaya-biaya yang berkenaan dengan lingkungan.
3. Mengurangi atau mencegah terbentuknya pencemar.
4. Mencegah berpindahnya pencemar dari satu media ke media lain.
5. Mengurangi risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
6. Memberikan peluang untuk mencapai sistem manajemen lingkungan pada ISO 14000.
7. Memberikan keunggulan daya saing di pasar domestik dan internasional.
BAB II
PENANGANAN BAHAN BAKU

2.1 Bahan Baku


Bahan baku berasal dari jenis kayu Accasia Mangium yang akan mengalami beberapa
proses untuk menghasilkan pulp. Bahan baku tersebut dperoleh dari Hutan Tanaman Industri
PT. Musi Hutan Persada (PT MHP).
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan bahan mentahyang
mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki
beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan lain.
Sifat umum yang terdapat pada kayu adalah :
1. Semua batang pohon mempunyai pengatur vertical dan sifat simetris radial.
2. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan sel nyaterdiri
dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa (unsure karbohidrat) serta berupa lignin
(non karbohidrat).
3. Semua kayu bersifat anisotripic, yaitu memperlihatkan sifat yang berlainan jika
diujimenurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial, dan radial). Hal ini
disebabkanstruktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel , bentuk memanjang sel kayu dan
pengaturan sel terhadap sumber vertical dan horizontal pada batang pohon.
4. Kayu merupakan suatu yang bersifat higroskopik , yaitu bertambah kelembabannyaakibat
perubahan kelembaban dan suhu udara sekitarnya.5.Kayu dapat diserang oleh makhluk hidup
perusak kayu, dapat juga terbakar terutamakayu dalam keadaan kering.
2.1.1 Sifat Kimia Kayu.
Komponen didalam kayu mempunyai arti penting, karena menentukan kegunaan dari
jenis kayu tersebut, pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun
jarumterdiri dari 3 unsur :
a. Karbohidrat terdiri dari sellulosa dan hemiselulosa .
b. Non karbohidrat yang berupa lignin.
c. Ekstraktif, yaitu yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan.
Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu merata, dan kadar selulosa
sertahemiselulosanya banyak terdapat dalam dinding sekunder. Sedangkan lignin banyak
terdapatdalam dinding primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif terdapat diluar dinding sel
kayu.
Unsur-unsur kimia dalam zat kayu adalah:
a. Karbohidrat 50 %
b. Hidrogen 6 %
c. Nitrogen 0,04 –0,1 %
d. Abu 0,2-0,5%
e. Sisanya O
2.1.2 Sifat Fisik Kayu
Beberapa sifat fisik yang terdapat pada kayu adalah sebagai berikut :
1. Berat Jenis.
Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda, yaitu antara 0,2 – 1,8. Berat jenis merupakan
petunjuk penting bagi beberapa sifat kayu, makin berat kayu maka pada umumnya makinkuat
pula kayu tersebut. Berat jenis kayu ditentukan oleh tebal dinding sel kayu, dankecilnya
rongga sel kayu yang membentuk pori-pori.
2. Keawetan Alami Kayu.
Keawetan alami kayu adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsure unsure perusak
kayu dari luar, seperti ; jamur, rayap, bubuk, cacing dan lainnya yang diukur dalam jangka
tahunan.
3. Warna Kayu.
Ada beberapa macam warna kayu, antara lain warna kuning, keputih-putihan, coklatmuda,
coklat tua, kehitam-hitaman, dan kemerah-merahan. Warna pada kayu disebabkanoleh zat
pengisi warna.
4. Higroskopik Higroskopik adalah suatu sifat yang dapat menyerap atau melepaskan air
ataukelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara.
5. Berat Kayu.
Berat suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu.

2.1.3. Proses Produksi.


Bahan baku berasal dari jenis kayu Accasia Mangium akan mengalami beberapa
tahap proses dari tahap persiapan hingga akhir menjadi pulp.
2.2.Bahan baku kayu
a.Pengulitan
Barkstorage merupakan tempat penampungan limbah yang berupa kulit kayu yang
sudah dikecilkan dengan menggunakan pallman chipper, debu kayu atau serbuk kayu yang
digunakan sebagai bahan bakar multi fuel boiler. Tiap proses pengulitan dan serpihan kayu
memilki conveyor tersediri yang tujuannya untuk mengumpulkan dan membawa kulit dan
serbuk kayu yang terpisah dari kayu yang sudah diolah.
b.Penyerpihan
Proses ini dimulai dengan pengankutan serpihan kayu dari chip file dengan
menggunakan screw conveyor, dan selanjutnya dengan shuttle conveyor yang akan
memasukkan chips ke degister – degister yang kosong dengan waktu pengisian ± 25-30
menit untuk masing- masing degister. Udara yang ada dalm degister dihilangkan melalui
sirkulasi dengan menggunakan blower. Shutle conveyor berjalan dari satu degister ke degister
yang kosong untuk pengisian chip. Chip yang masuk dikontrol dengan alat yang disebut
weightometer aagar pengisisan tidak melewati batas yang ditentukan adalah 75 ton. Selama
proses pengisisan chip, dialirkan16 uap (steam) dengan tekanan rendah kedalam degister
melalui chip pakker yang terdapat pada bagian atas bejana untuk menimbulkan gerakan
twbulen yang berfungsi menyamaratakan chip dalam degister sehingga tercapai kapasitas
yang diinginkan. Proses ini membutuhkan waktu selama 25 menit.
c. penyimpanan kayu(wood storage)
tempat penyimpanan gelondongan kayu yang bertempat secara terbuka dan berlokasi di unit
persiapan kayu. Luas area tempat penimbunan kayu ini adalah 240 m x 90 m dan dibagi atas
7 blok penyimpanan kayu yaitu bolk A – blok G,sehingga memudahkan penyusunan kayu
yang datang karena pemakaian kayu berdasarkan sistem “ FIFO First In First Out” .
gelondongan kayu yang berasal dari hutan tanam industry dibawa ke lokasi pabrik dengan
menggunakan truk- truk milik nitra. Kayu yang sudah dibawa suadah dipotong terlebih
dahulu di sektor dengan ukuran ± 2,5 m dan diameter kayu 140 cm. kayu- kayu tersebut
dibongkar dengan mengunakan Conecrane(Goliath Cranc) dan disusun di blok- blok yang
ada di log yard.
1) Primary sludge
Merupakan sludge hasil endapan air limbah yang dihasilkan dari primary clarifier. Proses
pada primary clarifier ini merupakan proses pengolahan primer, dimana air buangan yang
diolah belum melewati proses-proses yang lainnya yang dapat mengubah karakteristik air
limbah sehingga lumpur yang dihasilkan merupakan SS yang dapat mengendap secara
gravitasi dan merupakan lumpur anorganik, dengan kandungan utamanya adalah fiber,lateks,
dan clay.
2) Secondary sludge
Merupakan lumpur yang dihasilkan sebagai endapan pada secondary clarifier.Air limbah
yang diolah pada secondary clarifier merupakan air limbah yang telah diolah secara biologis
yaitu pengaktifan mikroorganisme yang menggunakan zat anorganik yang terdapat pada air
limbah untuk pertumbuhannya. Dengan demikian lumpur yang dihasilkan merupakan lumpur
organik.

2.2.1 Pembuatan Pulp Dari Bahan Baku Non Kayu


Pulp adalah produk utama kayu, terutama digunakan untuk pembuatan kertas, tetapi
pulp juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti rayon dan selofan. Pulp sering
juga disebut hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non kayu) melalui
berbagai proses pembuatannya (mekanis, semikimia, kimia). Tujuan utama pembuatan pulp
kayu adalah untuk melepaskan serat-serat yang dapat dikerjakan secara kimia, atau secara
mekanik atau dengan kombinasi keduanya. Prinsip pembuatan pulp secara mekanis yakni
dengan pengikisan dengan menggunakan alat seperti grinda. Proses mekanis yang biasa
dikenal diantaranya PGW (Pine Groundwood), SGW (Semi Groundwood). Proses semi kimia
merupakan kombinasi antara mekanis dan kimia. Yang termasuk ke dalam proses ini
diantaranya CTMP (Chemi Thermo Mechanical Pulping) , NSSC (Neutral Sulfite
Semichemical). Sedangkan yang termasuk proses kimia yaitu proses kraft yang merupakan
bagian proses basa dan proses sulfit yang termasuk proses asam. Dimana proses kraft ini
pertama sekali dikenal di Swedia pada tahun 1885. Disebut kraft karena pulp yang dihasilkan
dari proses ini memiliki kekuatan lebih tinggi dari pada proses mekanis dan semikimia, akan
tetapi rendemen yang dihasilkan lebih kecil diantara keduanya karena komponen yang
terdegradasi lebih banyak (lignin, ekstraktif dan mineral.
Ada beberapa pembuatan pulp dari bahan baku non kayu diantaranya:
a. Jerami.
Jerami merupakan limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pulping yang mudah di dapatkan dan merupakan energi yang terbarukan. Juga jerami dapat
langsung digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas. Penggunaan jerami sebagai bahan
baku kertas dapat digunakan setelah masa panen padi yaitu sekitar 2 bulan. Berbeda dengan
kayu yang masa pertumbuhannya sampai tahunan, juga jika menggunakan bahan baku kayu
maka akan menyebabkan berbagai kerugian antara lain bencana alam.Perkembangan
pendidikan dunia yang semakin meningkat, akan berbanding lurus dengan konsusmsi kertas
dunia. Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang
berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan
hemiselulosa.
b. Pulping
Pulping adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non
kayu)melalui berbagai proses pembuatannya (mekanis, semikimia, kimia).Pulp terdiri dari
serat – serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan baku kertas .Proses pembuatan pulp
diantaranya dilakukan dengan proses mekanis , kimia , dan semikimia. Prinsip pembuatan
pulp secara mekanis yakni dengan pengikisan dengan menggunakan alat seperti gerinda.
Proses mekanis yang biasa dikenal diantaranya PGW (Pine Groundwood), SGW (Semi
Groundwood). Proses semi kimia merupakan kombinasi antara mekanis dan kimia. Yang
termasuk ke dalam proses ini diantaranya CTMP (Chemi Thermo Mechanical Pulping)
dengan memanfaatkan suhu untuk mendegradasi lignin sehingga diperoleh pulp yang
memiliki rendemen yang lebih rendah dengan kualitas yang lebih baik daripada pulp dengan
proses mekanis.
c. Solulosa.
Adapun faktor yang membuat selulosa disenangi untuk produksi pulp dan kertas adalah:
Jumlahnya berlimpah, dapat melengkapi, dan mudah dipanen dan dipindah-pindahkan dan
akibatnya bahan ini murah harganya. Zat ini umumnya berbentuk serat, dan kekuatan
tariknya benar-benar tinggi. Zat ini bisa menarik air, yang mempermudah persiapan mekanik
dari serat-serat atau ikatan-ikatan serat ketika campuaran serat tadi dikeringkan. Zat ini tidak
dapat larut dalam air dan pelarut-pelarut organik. Tahan terhadap sejumlah bahan kimia yang
menyebabkan dapat diisolasi dan dimurnikan dari kayu yang merupakan sumber utama
selulosa.
Jenis – Jenis Proses
1. Proses Mekanik
Proses mekanik digunakan pada pembuatan kertas tingkat rendah yang memiliki
stabilitas warna rendah, seperti koran, kertas pembungkus dan kertas karton. Pelepasan serat
pada proses me kanis dilakukan dengan penggerindaan dan penggerusan.
Beberapa cara pembuatan pulp secara mekanis adalah:
Stone Ground Wood Pulping (SGP) : Pada proses ini digunakan batu gerinda untuk
menguraikan bahan baku. Bahan baku kayu digiling dan disemprotkan air. Rendemen yang
diperoleh antara 93-98%. Kekuatan dan derajat putih pulp yang dihasilkan rendah. Energi dan
air yang diperlukan cukup banyak.
Refiner Mechanical Pulping (RMP) : Proses ini menggunakan penggilingan dengan cakram
untuk menguraikan bahan baku. Bahan baku utama yang digunakan adalah kayu jarum
karena sifat fisik yang dihasilkan lebih baik dibandingkan pulp kayu asah, sedangkan energi
yang digunakan lebih rendah jika dibandingkan dengan proses SGP.
Thermo Mechanical Pulping (TMP) : Proses ini juga menggunakan penggilingan dengan
cakram untuk menguraikan bahan baku. Namun, perbedaan TMP dengan RMP adalah adanya
proses pemanasan sebelum penggilingan sehingga ikatan-ikatan yang dibentuk lignin
dilemahkan. Proses ini menyebabkan jumlah serat panjang lebih banyak sehingga memiliki
kekuatan yang lebih besar. Perlakuan awal dengan pemanasan pada suhu tinggi menyebabkan
komponen lignin menjadi lunak, serta komponen yang mudah larut dalam air dan mudah
menguap hilang.
Chemical Thermo Mechanical Pulping (CTMP) : Proses ini adalah pengembangan da ri
proses TMP. Pada proses ini, perlakuan awal yang diberikan selain pemanasan adalah
perlakuan kimiawi yang diharapkan dapat lebih mudah menghilangkan lignin. Rendemen
yang dihasilkan lebih rendah dari proses mekanik biasa tetapi menghasilkan pulp yang
memiliki sifat fisik yang lebih baik. Fraksi serat panjang yang dihasilkan lebih banyak dari
pulp yang berasal dari proses mekanik lainnya.
2. Proses Semi Kimia.
Proses ini merupakan gabungan dari proses mekanik dan proses kimia. Tahap awal
dari proses ini adalah pengolahan bahan baku dengan menggunakan bahan kimia untuk
memutuskan ikatan lignin, selulosa, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan kimia. Contoh
pros es ini adalah proses pemasakan pulp dengan menggunakan Na2SO3 yang mengandung
larutan buffer untuk menetralkan asam-asam organik yang terbentuk pada pemanasan sampai
120 oC atau lebih. Fungsi buffer adalah untuk mencegah korosi, menaikkan rendemen dan
mengurangi waktu pemasakan. Contoh buffer adalah campuran NaOH dengan Na2CO3 atau
Na2S dengan Na2 SO4 . Buffer yang sering digunakan adalah NaHCO3 karena menghasilkan
pulp dengan warna yang lebih baik dan dengan pemakaian bahan kimia yang lebih sedikit.
Proses semi kimia yang lain adalah proses alkali dingin yaitu perendeman bahan baku dalam
larutan NaOH pada suhu kamar dan tekanan atmosfer. Brightness kertas yang dihasilkan
lebih rendah jika dibandingkan dengan proses netral sulfit.
3. Proses Kimia.
Pembuatan pulp dengan proses kimia adalah proses untuk merusak dan melarutkan
zat pengikat serat yang terdiri dari lignin, pentosa dan lainnya dengan menggunakan bahan-
bahan kimia. Proses untuk merusak dan melarutkan ini umum disebut sebagai proses
pemasakan. Proses pemasakan bahan baku dengan larutan kimia dilakukan dalam reaktor
yang disebut sebagai digester. Selama pemasakan berlangsung, lignin bereaksi dengan larutan
kimia pemasak dan membentuk senyawa-senyawa terlarut yang mudah dicuci. Namun karena
kesamaan sifat fisik dan kimia dari selulosa dan lignin, sebagian selulosa ikut bereaksi juga,
sehingga dapat menurunkan rendemen pulp yang dihasilkan. Berdasarkan bahan kimia yang
digunakan untuk pemasakan, pembuatan pulp dengan proses kimia dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu:
1. Proses Sulfat.
Pada proses sulfat, larutan pemasak yang digunakan adalah sodium hidroxide dan sodium
sulfite. Sodium sulfite dihasilkan dari reduksi sulfat selama proses pembakaran dengan
reaksi: Na2SO4+ 2C → Na2 S + 2CO2
Sodium hidroxide dihasilkan dari hidrolisis sodium sulfite di dalam air dengan reaksi:
Na2S + H2O ↔ NaOH + NaHS
NaHS berfungsi sebagai buffer dan mengurangi efek degradasi selulosa oleh NaOH. NaHS
dapat bereaksi dengan lignin menghasilkan thio-lignin yang mudah larut dalam alkali
sehingga pemasakan dapat berlangsung lebih singkat dan temperatur dapat diturunkan sekitar
160-170 0C. Serat yang dihasilkan sangat baik tetapi memiliki warna yang jelek, sehingga
proses ini digunakan untuk membuat kertas berkekuatan tinggi seperti kantong semen dan
kertas bungkus.Proses sulfat memakai alkali aktif dan sulfiditas sebagai bahan pemasak,
sebagai bahan baku hampir semua jenis kayu dan non kayu baik kayu lunak maupun kayu
keras. Pulp yang dihasilkan berwarna coklat dan mempunyai kekuatan fisik yang tinggi
sehingga biasanya digunakan untuk pembuatan kertas semen, kertas bungkus dan kertas liner,
dan udah diputihkan (bleaching).
2. ProsesSulfit.
Proses ini menggunakan bahan kimia aktif, yaitu asam sulfit, kalsium bisulfit, sulfur
dioksida yang dinyatakan dalam larutan Ca(HSO3)2 dengan H2SO3 berlebih. Bahan baku
yang digunakan biasanya kayu lunak dan larutan pemasak SO2 dan Ca(HCO3)2.
Reaksi pembuatan larutan pemasak adalah:
S + O2 —> SO2
2SO2 + H2 O + CaCO3 —–> Ca(HSO3)2 + CO2
Lignin yang terikat pada selulosa akan bereaksi dengan larutan Ca(HSO3)2 membentuk
lignin sulfonat dengan reaksi sebagai berikut:
Ca(HSO3)2 ——> Ca 2+ + 2HSO3-
Lignin + HSO 3- —-> SO2+ Lignin-OH
Lignin-OH + HSO3 —> Lignin-SO3 + H2O
Pulp yang dihasilkan dari proses sulfit baik untuk pembuatan kertas tissue dan kertas-kertas
cetak bermutu.
Beberapa keuntungan pulp sulfit adalah:
a. Rendemen yang lebih tinggi pada bilangan kappa tertentu, yang melibatkan
kebutuhan kayu yang rendah;
b. Derajat putih pulp yang tidak dikelantang lebih tinggi; dan
c. Persoalan pencemaran sedikit.
Cara ini sudah sangat jarang dipakai, karena biayanya yang terlalu mahal
3. Proses Organosolv
Pembuatan biomassa secara efisien dapat dilakukan dengan menerapkan konsep
”biomass refining ” yaitu pemrosesan dengan menggunakan pelarut organik ( organosolve
process ). Prinsipnya adalah melakukan fraksionasi biomassa menjadi komponen-komponen
utama penyusunnya (selulosa, hemiselulosa, dan lignin) tanpa banyak merusak ataupun
mengubahnya, serta dapat diolah lebih lanjut menjadi produk yang dapat dipasarkan.
Fraksionasi biomassa menggunakan pelarut organik yang telah menjadi suatu metode
alternatif bagi proses-proses konvensional dalam pembuatan pulp, yang lebih dikenal dengan
organosolve pulping.
Kelebihan dari proses organosolv dibandingkan dengan proses konvensional adalah:
1. Berdampak kecil bagi lingkungan, yaitu tidak menyebabkan timbulnya pencemaran seperti
gas-gas berbau yang disebabkan oleh belerang.
2. Cairan pemasak (pelarut organik) bekas dapat digunakan kembali setelah dimurnikan
terlebih dahulu.
3. Produk samping mempunyai daya jual seperti glukosa, pentosa, fulfural, adhesiv serta
bahan-bahan kimia.
4. Proses Bioteknologi Peningkatan kualitas kayu yang menyangkut modifikasi biokimia
kayu sangat berkaitan erat dengan usaha-usaha dalam memodifikasi kandungan lignin dalam
kayu. Lignin bersama-sama dengan selulosa merupakan suatu komponen penting pada
tumbuhan-tumbuhan berpembuluh dan dapat ditemukan dalam jumlah yang besar pada
dinding sel sekunder, serat dan pembuluh angkut xilem. Fungsi lignin dalam tumbuhan selain
sebagai penunjang mekanik (mecanical support) juga sangat penting dalam membantu
pertahanan tumbuhan terhadap patogen. Untuk kepentingan industri ada dua kemungkinan
berlawanan yang menyangkut modifikasi kandungan lignin dalam kayu. Pertama, bila kayu
yang diproduksi diperlukan untuk penghasil energi, maka kandungan lignin perlu
ditingkatkan karena secara kimia lignin mengandung energi yang banyak bila dibandingkan
dengan komponen-komponen kayu lainnya. Kedua, bila kayu yang diproduksi diperlukan
sebagai bahan baku kertas dan pulp, maka kandungan lignin di dalam kayu perlu dikurangi
karena dalam pembuatan kertas dan pulp yang diperlukan hanyalah selulosa. Jadi untuk
keperluan ini bioteknologi dapat digunakan dalam usaha meningkatkan kandungan selulosa
dan mengurangi kandungan lignin dalam kayu tanpa melewati batas-batas fungsi kedua
senyawa tersebut. Pengurangan kandungan lignin dalam kayu juga dapat memberikan
dampak positif terhadap lingkungan, yakni dapat mengurangi kadar polutan kimia yang
dihasilkan dari proses pembuangan lignin selama proses pembuatan kertas dan pulp.
Modifikasi kandungan lignin dalam kayu dapat dilakukan melalui pengontrolan enzim-enzim
yang terlibat dalam jalur biosintesis lignin. Karena enzim merupakan produk dari gen, maka
modifikasi kandungan lignin ini dapat dilakukan melalui modifikasi gen secara rekayasa
genetik. Modifikasi gen ini tidak hanya berpengaruh terhadap kuantitas lignin saja, melainkan
juga terhadap komposisi dan lokalisasi lignin di dalam kayu.
Mikroorganisme yang terdiri atas sejumlah mikroba membantu proses pelapukan
sehingga sampah alam itu terurai, kembali menjadi tanah berupa humus. Hasil kerja
mikroorganisma yang sempurna tak menghasilkan polusi tersebut memberi inspirasi pada
para ilmuwan kita untuk memanfaatkannya dalam sektor industri. Industri kertas dan pulp
terkenal dengan limbahnya yang sulit diatasi. Limbah ini berasal dari bahan kimia seperti
soda api, sulfit dan garam sulfida dalam proses penghilangan kandungan lignin. Bahan kimia
inilah yang dianggap sebagai sumber pencemaran lingkungan. Proses penggunaan sulfur
mencemari udara dan sudah dilarang di se jumlah negara maju seperti Jerman. Di Indonesia
tidak semua pabrik kertas mempunyai unit pulping karena diisyaratkan harus mempunyai
pengolahan limbah yang investasinya lebih dari 20 persen dari nilai investasi,” ujar Ba mbang
Prasetya dalam orasi pengukuhannya sebagai Ahli Peneliti Utama (APU) Bidang Konversi
Biomassa di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, pekan silam. Pengolahan
pulp yang ideal adalah biopulping, yakni mengolah pulp dengan menggunakan bantuan
mikroba. Bambang menjelaskan, manfaat biopulping yang menonjol adalah penghematan
energi dan pengurangan pemakaian bahan kimia. Proses pembuata n bubur kayu alias pulp
dan kertas biasa dilakukan dengan memasak serpihan kayu, jerami atau ampas tebu.
Semuanya menggunakan bahan kimia. Tujuan proses ini untuk memisahkan komponen
lignin. Dalam biopulping, bahan-bahan kimia tadi digantikan oleh sejenis mikroba yang bisa
mengeluarkan enzim dan mendegradasi lignin. Mikroba ini adalah golongan jamur atau fungi
pelapuk kayu yang banyak dijumpai di alam bebas. Bahan pemutih kertas yang selama ini
menggunakan bahan kimia seperti chlorite dan hydrogen peroksida dapat digantikan dengan
enzim-enzim yang dikeluarkan oleh fungi pelapuk. Beberapa enzim yang sangat dikenal
untuk menguraikan lignin adalah manganese peroksidase, laccase dan lignin peroksidase.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kertas merupakan alat dokumentasi, komunikasi, administrasi, dan transaksi
yang sampai saat ini tetap menjadi pilihan utama. Pengguna kertas hamper di setiap
kota besar, yang memiliki kegiatan atau lalu lintas perekonomian tinggi. Di kota- kota
tersebut terdapat sejumlah besar pertokoan, perkantoran, lembaga baik profit maupun
non profit, sekolah, Perguruan Tinggi dan sebagainya. Semua komponen tersebut
adalah pengguna kertas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

http://udarakota.bappenas.go.id/view.php?page=sumber. Sumber-sumber Pencemaran


Udara.
(Diakses pada tanggal senin, 30 November  2020)
http:// juliusthh07. blogspot.com /2010/11/ pembuatan-pulp -dengan-bahan -baku-
jerami.html #ixzz1sMUOWYxv. Pembuatan pulp dengan bahan baku
jerami.
(Diakses pada tanggal senin, 30 November  2020)
 http:// www.wikipedia. co.id/ Pulp.  Teknologi Kertas.
(Diakses pada tanggal senin, 30 November  2020)

Anda mungkin juga menyukai