Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Abstrak
Masyarakat provinsi Bengkulu mayoritas beragama islam, sehingga jumlah bangunan
ibadahnya cukup banyak, hal ini menimbulkan kekhawatiran pada aspek kearifan local
setempat, yang tidak lagi di terapkan. sehingga penelitian ini bertujuan untuk melestarikan
kearifan local pada bangunan masjid dengan menggunakan metode kualitatif.
pembahasan ini menggunakan tiga bangunan masjid yang ada di Bengkulu yaitu masjid
jamik, Masjid Baitul Izzah dan Masjid Sultan Abdullah. Hasil pembahasan yang didapat
adalah masjid jamik memiliki seluruh aspek yang terapkan pada bangunan yaitu berupa
atap, bukaan depan, dan ornament bangunan. Sedangkan masjid Baitul Izzah tidak
memenuhi aspek tradisional pada bangunannya, dan Masjid Sultan Abdulan pada bagian
atapnya tidak memenuhi aspek tradisional. Tetapi pada bagian depan bangunan dan
ornament yang digunakan mampu memenuhi aspek arsitektur tradisional rumah rejang
yang menjadi acuan pada penelitian ini.
Pendahuluan
Provinsi Bengkulu merupakan salah satu kota yang mayoritas penduduknya
beragama islam terutama di kabupaten Rejang Lebong yang merupakan kabupaten
terbesar di Bengkulu. Sehingga pada lingkungannya dikelilingi oleh bangunan masjid
sebagai tempat untuk beribadah. dengan jumlah yang tidak sedikit, bangunan masjid di
provinsi Bengkulu timbul kekhawatiran apakah dari sekian banyaknya masjid di Bengkulu
sudah memiliki aspek kearifan local setempat. Rejang lebong memiliki 200 lebih
bangunan masjid. Kabupaten Rejang Lebong memiliki rumah adat yang menjadi ciri
Rumah Tradisional Bengkulu. Yaitu disebut dengan sebutan Umeak Potong Jang (Rumah
Rejang dalam bahasa Rejang) pada bangunannya selalu dihiasi dengan ukiran penuh
dengan symbol symbol flora, bentuknya yang tingkat dan atapnya yang berbentuk
bubungan dimana semuanya berkaitan dengan adat istiadat.
Tujuan dari penelitian ini guna melestarikan kearifan local setempat dan
penerapannya ke dalam bangunan masjid sehingga tiap bangunannya dapat
menggambarkan kearifan local masyarakat Bengkulu sehingga para pendatang dari luar
maupun dari dalam kota dapat mengenal konteks lingkungannya dengan melihat
bangunan sekitar.
Studi Pustaka
a. Kearifan Lokal
Kearifan lokal disebut juga pengetahuan local, atau dapat didefinisikan sebagai
(Ellen, Parker dan Bicker 2005 dalam Triyadi dkk. 2010):
1. Pengetahuan yang berhubungan dengan tempat (Place) dan pengalaman (experience)
yang di olah dan dikembangkan di tempat yang sama.
2. Pengetahuan yang didapat dari kegiatan mencontoh, meniru, dan mencoba coba
3. Pengetahuan yang didapat dari kegagalan setelah mencoba (Trial and Error)
4. Bentuk pengetahuan empiris bukan Teoritis
5. Pengetahuan yang bersifat holistic dan integrative dalam ranah tradisi dan budaya.
Kearifan local juga wujud perilaku komunitas masyarakat sehingga dapat hidup
berdampingan dengan alam dan lingkungan tanpa harus merusaknya (Prawiladilaga 2012
379
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
dalam Triyadi, dkk 2010) Sehingga dapat disimpulkan bahwa kearifan local merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang didapat dari lingkungan tempat tinggal masyarakat sekitar
yang bersifat pengalaman yang mempertimbangkan tingkah laku manusia tanpa merusak
lingkungan.
Metodologi Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Alat pengumpul data
penelitian menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi.
380
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Masjid Jamik Bengkulu merupakan masjid kenang kenangan dari Bung Karno.
Masjid ini berlokasi di Jl. Soeprapto,Kota Bengkulu. Masjid Jami’ Bengkulu memiliki denah
persegi mengikuti bentuk denahnya yang memiliki 3 tingkatan yang melambangkan Imam,
Islam, dan Ihsan. Pada bangunan ini memiliki kesamaan yaitu pada atapnya yang
berbentuk bubungan jembatan. Pada tiap sepanjang bawah atapnya.
Bangunan Masjid Jami’ tidak memiliki papan papan yang didirikan pada tiap depan
bangunan tetapi memiliki 1 pintu masuk yang besar dan 2 jendela pada bagian depan
bangunan. Ornament yang digunakan pada bangunan masjid jamik Bengkulu adalah
ornament bunga bunga yang di bentuk sedemikian rupa. Yang menghiasi sisi atas kolom
pada bagian depan bangunan.
381
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Dari hasil diatas dapat dinyatakan bahwa Masjid Jamik Bengkulu masih banyak
terdapat aspek aspek local seperti penggunaan atap jembatan, penggunaan bukaan yang
sesuai dengan ciri khas rumah rejang dan penggunaan ornament dedaunan.
Masjid Raya Baitul Izzah merupakan masjid terbesar kedua di Bengkulu. Yang
berlokasi di jalan Asahan, Padang Harapan Kota Bengkulu. Masjid Baitul Izzah
menggunakan 2 jenis atap pada bangunannya, dilihat dari atas bangunan, adanya
penggunaan atap limas dan disambung dengan kubah, juga penggunaan atap dag pada
sisi sisi bangunannya.
Pada bagian depan bangunan merupakan ruangan semi terbuka sehinga pintu
masuk yang ada hanya 1 dan hanya disekat dengan kolom kolom penyangga atap.
Ornament pada bangunan Masjid Baitul Izzah tidak menggambarkan corak tradisional
rumah rejang, yang ada merupakan ornamen ornament kaligrafi berupa asmahul husna,
Bacaan bacaan dzikir, dan ayat ayat pendek Al-Quran.
382
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Masjid Agung Sultan Abdullah merupakan salah satu masjid termegah di provinsi
Bengkulu. Masjid ini terletak dijalan Lebong, Bengkulu Utara.Pada bagian atap bangunan
masjid ini tidak menggunakan atap bubungan jembatan ataupun limas, atap bangunan ini
terdiri dari atap dag dan kubah yang mendominasi. Sedangkan pada bagian depan
bangunan memang memiliki ciri ruang semi terbuka tetapi pada bagian depan adanya
permainan maju mundur bangunan sehingga terkesan memiliki satu pintu masuk besar
dan dua jendela disamping sampingnya.
Penggunaan ornament pada bangunan ini sangatlah terlihat pada setiap sisinya,
dikarenakan pada bagian luar maupun dalam bangunan menggunakan ornament yang
sama. Ornament ini juga merupaka ornament yang sering dipakai pada sisi sisi
bangunan rumah rejang. Ornament tersebut berbentuk seperti matahari yang dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
Kesimpulan
Dari hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan
pengaplikasikan unsur kearifan local pada bangunan masjid di Bengkulu. Seperti pada
masjid Jami’ di Bengkulu memiliki kesamaan pada aspek aspek penilaian, seperti pada
bentuk atap, bukaan pada bagian depan, dan ornament yang digunakan. Pada masjid
Baitul Izzah banyaknya unsur timur pada bangunan ini sangat mendominasi sehingga
tidak adanya aspek tradisional yang muncul pada bagian ini. Yang terahir pada Masjid
Sultan Abdullah pada atapnya kurang mengikuti arsitektur tradisional rumah rejang, tetapi
pengaplikasian bukaan pada bagian depan bangunan cukup terlihat dan penggunaan
ornament pada bangunan ini dapat memunculkan ciri khas dari daerah yang menjadi
dasar penempatan bangunan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa masih belum maksimalnya penerapan
arsitektur tradisional pada bangunan bangunan public seperti masjid. Sehingga
kurangnya penggambaran karakter lingkungan dari bangunan yang terdapat pada
lingkungan itu sendiri. Maka dari itu sebaiknya pada rancangan bangunan selanjutnya
lebih memperhatikan kearifan local sehingga setiap bangunan dapat menggambarkan
atau mengeluarkan citra kotanya sendiri.
383
Seminar Nasional Cendekiawan ke 4 Tahun 2018 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1: ”Teknik, Kedokteran Hewan, Kesehatan, Lingkungan dan Lanskap“ ISSN (E) : 2540 - 7589
Daftar Pustaka
Surfia, Rohana. Ach, Sumarmi. Amirudin 2016 Kearifan Lokal Dalam Melestarikan
Lingkungan Hidup. Malang. Jurnal Pendidikan. Vol 1 No. 4
Triyadi, Sugeng, Iwan, Sudrajat. Dam Harapan, Andi 2010. Kearifan Lokal pada
Bangunan Rumah Vernakular di Desa Duku Ulu. Local Wisdom. Vol. II No. 1
Ischak, Muhammad. 2005. Makna Keberagaman pada Bangunan Masjid dalam Konteks
Arsitektur. Agora. Vol. 5 No.1
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah. Direktorat Jendral Bimas Islam
Kementrian Agama Republik Indonesia. www. Simas.Kemenag.go.id. di akses pada
14 April 2018
384