Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN MATERI KULIAH AKUNTANSI MANAJERIAL

BAB 17; MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

KELAS F013

DOSEN PENGAMPU:

Dra. ERRY ANDHANIWATI, M.Aks, Ak, CA

DISUSUN OLEH:

VINCENSIA RENA DIRAPUSPITA (21013010291)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ‘VETERAN’ JAWA TIMUR

2022
MENGUKUR BIAYA LINGKUNGAN

Manfaat Ekoefisiensi

Pada intinya, ekoefisiensi mempertahankan bahwa organisasi dapat memproduksi barang dan
jasa yang lebih bermanfaat sambil mengurangi dampak nega tif lingkungan. konsumsi
sumber daya, dan biaya secara simultan. Konsep ini mengandung tiga pesan penting.
Pertama, perbaikan kinerja ekologi dan ekonomi dapat dan sudah seharusnya saling
melengkapi. Kedua, perbaikan kinerja lingkungan seharusnya tidak lagi dipandang hanya
sebagai amal dan derma, tetapi juga sebagai persaingan (competitiveness). Ketiga,
ekoefisiensi adalah suatu pelengkap dan pendukung pengembangan yang berkesinambungan
(sustainable development).

Model Biaya Kualitas Lingkungan

Sebelum informasi biaya lingkungan dapat disediakan bagi manajemen, biaya-biaya


lingkungan harus didefinisikan. Dengan demikian, biaya lingkungan dapar disebut biava
kualitas lingkungan (environmental quality costs). Sama halnya dengan biaya kualitas, biaya
lingkungan adalah biaya-biaya yang terjadi karena kualitas lingkungan yang buruk atau
kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi. Jadi, biaya lingkungan berhubungan dengan
kreasi, deteksi, perbaikan, dan pencegahan degradasi lingkungan. Dengan definisi ini, biaya
lingkungan dapar diklasifikasikan menjadi empat kategori: biaya pencegahan (prevention
costs), biaya deteksi (detection costs), biaya kegagalan internal (internal failure costs), dan
biaya kegagalan eksternal (external failure costs). Selanjutnya, biaya kegagalan cksternal
dapat dibagi lagi menjadi kategori yang direalisasi dan tidak direalisasi.

Laporan Biaya Lingkungan

Pelaporan biaya lingkungan adalah penting jika sebuah organisasi serius memperbaiki kinerja
lingkungannya dan mengendalikan biaya lingkungannya. Langkah pertama yang baik adalah
laporan yang memberikan perincian biaya lingkungan menurut kategori. Pelaporan biaya
lingkungan menurut kategori memberikan dua hasil yang penting: (1) dampak biaya
lingkungan terhadap profitabilitas perusahaan dan (2) jumlah relatif yang dihabiskan untuk
setiap kategori. Dari sudut pandang praktis, biava lingkungan akan menerima perhatian
manajerial hanya jika jumlahnya signifikan.

MEMBEBANKAN BIAYA LINGKUNGAN


Produk dan proses merupakan sumber-sumber biaya lingkungan. Proses yang memproduksi
produk dapat menciptakan residu padat, cair, dan gas yang selanjutnya dilepas ke lingkungan.
Residu ini memiliki potensi mendegradasi lingkungan. Dengan demikian, residu merupakan
penyebab biaya kegagalan lingkungan internal dan eksternal (misalnya: investasi pada
peralatan untuk mencegah penyebaran residu ke lingkungan dan pembersihan residu setelah
memasuki lingkungan).

Pembebanan Biaya Lingkungan Berbasis Fungsi

Pada sebagian besar sistem akuntansi biaya, biaya lingkungan disembunyikan di dalam
overhead. Dengan menggunakan definisi biaya lingkungan dan kerangka kerja klasifikasi
yang baru dikembangkan, pertama-tama, biaya lingkungan harus dipisahkan dalam kelompok
biaya lingkungan. Setelah dipisahkan dalam kelompoknya sendiri, penghitungan biaya
berbasis fungi akan membebankan biaya-biaya tersebut pada produk individual dengan
menggunakan penggerak tingkat-unit seperti jumlah jam tenaga kerja dan jam mesin.
Pendekatan ini dapat berjalan baik untuk produk yang homogen.

Pembebanan Biaya Lingkungan Berbasis Aktivitas

Munculnya penghitungan biaya berbasis aktivitas memfasilitasi penghitungan biaya


lingkungan. Penelusuran biaya lingkungan ke produk-produk yang menyebabkan biava-biaya
tersebut merupakan syarat utama dari sistem akuntansi lingkungan yang baik. Dalam hal ini,
diperlukan pembebanan biaya dengan menggunakan hubungan sebab-akibat. Pendekatan ini
tentu sama persis dengan ABC.

PENILAIAN BIAYA SIKLUS HIDUP

Biaya produk lingkungan dapat menunjukkan kebutuhan untuk meningkatkan pembenahan


produk (product stewardship) perusahaan. Pembenahan produk adalah praktik mendesain,
membuat, mengolah, dan mendaur ulang produk untuk meminimalkan dampak buruknya
terhadap lingkungan. Penilaian siklus hidup (life-cycle assessment) adalah sarana
meningkatkan pembenahan produk. Penilaian siklus hidup mengidentifikasi pengaruh
lingkungan dari suatu produk di sepanjang siklus hidupnya, kemudian mencari peluang untuk
memperoleh perbaikan lingkungan. Penilaian biaya siklus hidup (Life-cvcle cost assessment)
membebankan biaya dan keuntungan pada pengaruh lingkungan dan perbaikan.

Siklus Hidup Produk


EPA mengidentifikasikan empat tahap dalam siklus hidup produk: ekstraksi sumber daya,
pembuatan produk, penggunaan produk, serta daur ulang dan pembuangan. Tahap lain yang
mungkin ada--tetapi tidak disebutkan dalam garis petunjuk EPA--adalah pengemasan produk.
Sudut pandang siklus hidup yang digunakan di sini menggabungkan sudut pandang pemasok,
produsen, dan pelanggan.

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN LINGKUNGAN BERBASIS STRATEGI

Tujuan keseluruhan dari perbaikan kinerja lingkungan mengusulkan kinerja perbaikan


berkelanjutan untuk pengendalian lingkungan adalah paling sesuai. Jika suatu pihak
menerima paradigma ekoefisiensi, maka perpektif lingkungan dapat diterima karena
perbaikan kinerja lingkungan dapat menjadi sumber dari keunggulan bersaing (kriteria untuk
sebuah perspektif akan dimasukkan). Sistem manajemen lingkungan berbasis strategi
(strategic-based environmental system) menyediakan kerangka kerja operasional untuk
memperbaiki kineria lingkungan. Sebagai contohnya, perspektif lingkungan perlu
dihubungkan dengan perspektif proses untuk memperbaiki kinerja lingkungan. Pengetahuan
mengenai akar penyebab dari aktivitas lingkungan merupakan dasar untuk setiap perubahan
desain proses yang dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja lingkungan. Jadi, kerangka kerja
balanced scorecard menyediakan tujuan dan ukuran terpadu untuk mencapai keseluruhan
tujuan dari perbaikan kinerja lingkungan. Ada dua tema lingkungan yang terkait dengan
bahan baku dan energi (tiga tujuan inti yang pertama). Pertama, energi atau bahan baku yang
digunakan tidak melebihi energi atau bahan baku yang dibutuhkan (isu konservasi). Kedua,
harus dicari sarana untuk menghilangkan penggunaan bahan baku atau energi yang merusak
lingkungan (isu zat berbahaya). Tujuan inti yang keempat dapat direalisasikan dalam salah
satu dari dua cara berikut: (1) menggunakan teknologi dan metode untuk mencegah pelepasan
residu ketika diproduksi, dan (2) menghindari produksi residu dengan mengidentifikasi
penyebab dasar serta mendesain ulang produk dan proses untuk menghilangkan penyebab-
penyebabnya. Metode pertama mirip dengan pemerolehan kualitas produk melalui
pemeriksaan dan pengerjaan ulang (memeriksa kualitas). Pengalaman dalam manajemen
kualitas telah menunjukkan pendekatan ini lebih mahal daripada melakukan dengan benar
pada saat pertama.

Anda mungkin juga menyukai