Bab I
Pendahuluan
1.3. Tujuan
Tujuan penulisn makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Manajemen Akuntansi
1.4. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pentingnya
biaya lingkkungan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan dalam
memproduksi barang dan jasa yang lebih bermanfaat sambil secara simultan
mengurangi dampak lingkungan yang negative, konsumsi sumber daya, dan
biaya.
Bab II
Pembahasan
Contoh kasus ;
Pierce enterprises memproduksi dua jenis pupuk : Quickrichen dan Longrichen.
Pierce baru saja menerima kritik signifikan dari kelompok lingkungan, penduduk
local, dan pemerintah federal mengenai kinerja lingkungannya. Henry Hiede, presiden
direktur pierce ingin mengetahui bagaimanaa aktivitas lingkungan perusahaan
mempengaruhi biaya setiap produk. Ia yakin bahwa sumber utama masalah
lingkungan adalah Quickrichen tetapi ia memerlukan beberapa bukti untuk
mendukung atau mematahkan keyakinannya. Pengawas perusahaan telah menyusun
data berikut ini untuk membantu menjawab pertanyaan tersebut :
Longrichen
Quickrichen
Longrichen
25 x 112.500$
4.500
15 x 150.000$
10.000
8 x 5.000 40.000$
20 x 40.000$
2.000
Total 342.500$
Dibagi 2.000.000
Biaya unit per 0,17125
pon
2.Seperti yang telah diukur oleh biaya lingkungan per unit, Quickrichen adalah
produk yang menyebabkan sebagian besar kerusakan lingkungan. Hal ini memperkuat
keyakinan presiden direktur.
2. Perangkat Manajemen Lingkungan
2.1. Pencegahan Polusi (P2) atau Cleaner Production (CP)
Konsep 'pollution prevention' (P2) dinyatakan sebagai pola pikir lingkungan proaktif
yang menjanjikan manajemen industri lebih berkelanjutan. Dengan sasaran pada
penyebab, daripada akibat, aktifitas mempolusi, P2 mencari cara menghilangkan
polutan disumbernya dan sekaligus menghindari kebutuhan untuk mengolah atau
membuang polutan tersebut. Konsep P2 menawarkan pemecahan win-win dimana
inovasi dan cara berpikir baru akan membawa pada pengurangan limbah, dan
sekaligus membuat keuntungan bagi perusahaan dengan mengurangi biaya atau
merangsang produk baru.
Hambatan dalam implementasi P2 antara lain :
1. Isu-isu teknis. Proyek P2 akan menyuguhkan tantangan teknis yang kompleks yang
punya implikasi penting pada analisa keuangan. Dalam operasi manufaktur kompleks,
bahkan proses perubahan P2 yang kecil akan memerlukan perubahan dalam
keseluruhan pola proses yang berhubungan. Jika begitu, pilihan P2 tidak dapat
dianalisa secara finansial tanpa analisa teknis, finansial, dan peraturan dari perubahan-
perubahan proses yang diperlukan.
2. Implikasi ketidak pastian. Ketidak pastian apakah itu berhubungan dengan pasar,
teknis, atau peraturan, pada dasarnya dapat mengalihkan secara ekonomi keputusan
proyek. Sebagai contoh ketidakpastian dapat dalam beberapa kasus menciptakan
insentif untuk menunda aksi. Dengan sejumlah investasi, terdapat nilai dalam
penundaan keputusan proyek. Penundaan memungkinkan untuk memikirkan ketidak
pastian dan menghindari kemungkinan investasi terbuang atau tidak kembali.
3. Tekanan peraturan dan hambatan peraturan. Tekanan peraturan efektif akan sangat
penting untuk membangun dan memasarkan produk P2. Standar efluen yang ada
dapat bertindak sebagai motivator yang sangat kuat bagi pencegahan polusi dengan
menciptakan pasarpasar bagi teknologi yang dapat mengarah pada isu-isu pemenuhan
perusahaan. Dalam beberapa kasus, peraturan dapat meningkatkan biaya pemasokan
dan penggunaan teknologi pencegahan polusi. Hal ini mendatangkan konsekuensi
menghambat disfusi teknologi kedalam karakteristik lingkungan yang diinginkan.
4. Pencarian yang tidak sukses bagi kejelasan studi keuangan / profitabilitas P2.
Teknik-teknik akuntansi harus dievaluasi dalam rangka menentukan bilamana figur
ukuran yang dilaporkan (seperti Internal Rate of Return / IRR) dilihat manajemen
dalam bentuk utuh dan tidak bias. Rate of return relevan hanya jika dibandingkan
pada biaya modal proyek. Biaya modal biasanya tidak mudah untuk diukur, karena
sangat erat berhubungan dengan resiko proyek. Implikasi figur rate of return tertentu
bagi pengambilan keputusan memerlukan pengetahuan detail faktor-faktor yang
memberi sumbangan pada resiko. P2 menjadi solusi paling langsung dari masalah
lingkungan - menghilangkan polutan lewat reduksi sumber polusi atau mendaur ulang
sebelum pengolahan atau pembuangan akhir (final disposal) menjadi isu. P2 menjadi
tantangan bagi sektor swasta karena memerlukan bentuk inovasi berbeda. P2 dapat
memerlukan rancang ulang produk, konfigurasi kembali proses manufaktur, dan
penyusunan kembali hubungan pemasok dan konsumen. Karena inovasi sulit, bahkan
mahal, perusahaan harus juga mencari cara lain mengintegrasi pertimbangan
lingkungan ke dalam proses perencanaan perusahaan. Kata Cleaner Production
(produksi bersih / CP) dan pollution prevention (pencegahan polusi / PP) sering
digunakan secara bergantian, padahal pengertiannya relatif sama. Perbedaan antara
dua frasa ini hanya bersifat geografis -- frasa Pencegahan Polusi cenderung banyak
digunakan di Amerika Utara, sementara Produksi Bersih (Cleaner Production) banyak
digunakan di tempat lain di dunia. Baik PP maupun CP berfokus pada strategi untuk
secara terus-menerus mengurangi polusi dan dampak lingkungan melalui
pengurangan di sumbernya yaitu menghilangkan limbah dalam proses. Pengolahan
limbah tidak termasuk dalam definisi CP atau P2 karena tidak mencegah terjadinya
limbah. Environment Canada mendefinisikan PP sebagai penggunaan proses2x,
praktek2x, material, produk atau energi yang menghindari atau meminimalkan
terjadinya polutan dan limbah, dan mengurangi resiko keseluruhan pada kesehatan
manusia dan lingkungan (4). US EPA mendefinisikan PP sebagai pengurangan sumber
-- mencegah atau mengurangi limbah di tempat dimana dihasilkan, pada sumbernya --
termasuk praktek mengkonservasi sumberdaya alami dengan mengurangi atau
menghilangkan polutan melalui peningkatan efisiensi dalam penggunaan material
mentah, energi, air, dan tanah. Dibawah undang2x Pollution Prevention Act di 1990,
pencegahan polusi menjadi kebijakan lingkungan nasional di AS. Manajemen limbah
(dari yang paling diinginkan ke paling tidak diinginkan) menurut saran EPA:
1. Minimisasi limbah :
Formulasi produk
Modifikasi proses
Perancangan ulang peralatan
2. Recovery sumberdaya (spt. recycle, reuse)
3. Pengolahan (spt. insinerasi, kimiawi, filtrasi fisika, biologis)
4. Pembuangan (spt. landfill)
Mengurangi baik biaya produksi yang tampak dan yang tersembunyi melalui
pengurangan biaya NPO, seperti:bahan baku, air dan energi yang digunakan
dalam produksi
Mengurangi dampak lingkungan negatif perusahaan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan telah mampu menerapkan
manajemen biaya lingkungan dengan adanya keuntungan lingkungan yang cukup
besar. Meskipun demikian, perusahaan hendaknya secara berkala mengevaluasi
aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan lingkungan sehingga kualitas lingkungan
di masa mendatang meningkat.
SML ISO adalah siswtm management dari suatu organisasi yang keluarnya adalah proses
untuk meningkatkan pengelulaan lingkungan yang baik dan berkesinambungan. PEndekatan
utama yang dilakukan dalam SML ini adalah berupa pencapaian perbaikan yang
berkelanjutan, maka secara bertahap kinerja lingkungan yang semakin baik akan dicapai,
yang berarti pula akan menuju pada penataan terhadap peraturan perunadang untdangan yang
berlaku. Proses perbaikan yang berkelanjutan ini dapat dicapai melalui berbagai program
lingkungan ajtara lain: Program 3R, Produksi bersih, dll.
Meskipun SML merupakan standar yang sukarela, namun apabila suatu organisasi telah
memberikan komitmen akan menerapkan standar tersebut, maka organisasi tersebut harus
memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan dalam standarnya. Kunci utama keberhasilan
penerapan SML ISO 14001 adalah adanya komitmen top management untuk mengelola
lingkungannya. Konsep SML ISO 14001 adalah mengikuti
Contoh kasus
Permasalahan terkait dengan perangkat pengambil keputusan khususnya yang
berhubungan dengan investasi lingkungan seringkali dihadapi oleh pihak manajemen. PT
Astra internasional mengundang PPBN dalam workshop untuk berbagi ilmu terkait dengan
manfaat Environmental Management Accounting bagi industri.
Selama ini biaya lingkungan yang dimasukkan dalam overhead cost hanya terkait
dengan biaya-biaya pengolahan dan pembuangan limbah saja. Hal ini menyebabkan pihak
manajemen selalu merasa terbebani oleh biaya-biaya lingkungan yang timbul akibat proses
produksi. Namun bila ditinjau lebih dalam, biaya lingkungan sebenarnya memiliki kesamaan
dengan fenomena gunung es, dimana biaya yang tampak dipermukaan hanya sebagian kecil
dari pada biaya yang sesungguhnya, bahkan menurut penelitian bisa mencapai hingga 8-9 kali
lipat dari biaya yang selama ini diperhitungkan.
Sehingga bila ada teknologi yang mampu mereduksi limbah dengan harga yang
cukup tinggi, pihak manajemen tidak menyadari bahwa kemungkinan besar biaya investasi
tersebut akan kembali lebih cepat dari pada yang diperkirakan apabla nilai biaya yang
tersembunyi selama ini telah disadari oleh pihak management
Dalam scientific disscussion yang dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2010 di PT
Astra Internasional, perwakilan anak-anak perusahaan astra yang datang dalam diskusi
tersebut mendapatkan gambaran yang jelas terkait dengan ruang lingkup dan manfaat dari
EMA dan bagaimana cara mengimplementasikan EMA yang efektif melalui manajemen
lingkungan berorientasi keuntungan (MeLOK)
Diskusi ini dibuka oleh Manager ESRD kemudian dilanjutkan sambutan dari PPBN
IbuTitiresmi. Acara yang berlangsung selama 3 jam ini diisi oleh narasumber dari PPBN yaitu
Bpk Ario Tranggono, Bpk Chandra Wirman, dan Bpk Adi Sulaksono