Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

Kinerja lingkungan dapat meiliki pengaruh yang signifikan terhadap posisi


keuangan perusahan. Hal ini juga menunjukkan perlunya informasi biaya lingkungan
yang memadai. Bagi banyak organisasi, pengelolaan biaya lingkungan menjadi
prioritas utama dan minat yang intens. Ada dua alasan utama yang mendukung atas
peningkatan minat tersebut, yaitu :
1.

Di banyak negara, peraturan lingkungan telah meningkat secara signifikan,

2.

bahkan diperkirakan akan semakin ketat lagi.


Keberhasilan penyelesaian masalah-masalah lingkungan menjadi isu yang
semakin kompetitif. Untuk memahami dua alasan utama tersebut, kita perlu
memahami konsep yang disebut ekoefiensi.

A. MANFAAT EKOEFIENSI
Ekoefiensi

pada

intinya

mempertahankana

bahawa

organisasi

dapat

memproduksi barang dan jasa yang lebih bermanfaat sambil secara simultan
mengurangi dampak lingkungan yang negative, konsumsi sumber daya, dan biaya.
Konsep ini mengandung paling tidak tiga pesan penting.
1. Perbaikan kinerja ekologi dan ekonomi dapat dan sudah seharusnya saling
melengkapi.
2. Perbaikan kinerja lingkungan seharusnya tidak lagi dipandang hanya sebagai
amal dan derma, melainkan sebagai kebersaingan.
3. Ekoefiensi adalah suatu pelengkap dan mendukung pengembangan yang
berkesinambungan.
Ekoefiensi mengimplikasikan bahwa peningkatan efisiensi berasal dari
perbaikan kinerja lingkungan. Beberapa penyebab-penyebab dan insentif-insentif
untuk peningkatan ekoefiensi antara lain :
1. Permintaan pelanggan akan produk yang lebih bersih
2. Pegawai yang lebih baik dan produktivitas yang lebih besar

3. Biaya modal yang lebih rendah dan asuransi yang lebih rendah
4. Keuntungan sosial yang signifikan sehingga citra perusahaan menjadi lebih
baik
5. Inovasi dan peluang baru
6. Pengurangan biaya dan keunggulan bersaing
B. MENGUKUR BIAYA LINGKUNGAN
Biaya lingkungan adalah biaya yang ditimbulkan akibat adanya kuallitas
lingkungan yang rendah, sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan
perusahaan. Biaya lingkungan perlu dilaporkan secara terpisah berdasarkan klasifikasi
biayanya. Hal ini dilakukan supaya laporan biaya lingkungan dapat dijadikan
informasi yang informative untuk mengevaluasi kinerja operasional perusahaan
terutama yang berdampak pada lingkungan.
Akuntansi Biaya Lingkungan (ECA) dengan menelusuri 2 jenis :
Biaya tidak langsung (tambahan lingkungan) yaitu biaya yang harus
dialokasikan pada biaya obyek, misalnya biaya pelatihan lingkungan,
dan gaji untuk manager eksekutif lingkungan.
Biaya langsung (tambahan lingkungan) yaitu biaya yang dapat
ditelusuri secara langsung dari biaya proyek, misalnya biaya energi
dari sebuah produk, gaji, biaya buruh proses, pembelian bahan mentah
produksi
Dengan penelusuran tersebut akan ditemukan biaya tersembunyi
(hidden cost) yang menyebabkan dampak lingkungan. Adapun kategori
biaya yang berhubungan dengan lingkungan :

Biaya pengawasan emisi dan limbah.


Biaya pencegahan dan manajemen lingkungan lainnya.
Biaya penelitian dan pengembangan.
Biaya nyata yang berkurang

Penilaian

investasi

lingkungan

yang

bertujuan

untuk

menghitung potensi keuntungan dengan biaya yang efektif.

Penganggaran keuangan lingkungan dengan tahapan :


Penganggaran operasional keuangan lingkungan yang berfokus
pada alur bahan dan energi (tingkat operasional dari
organisasi),

bertujuan

memberikan

informasi

tentang

pengeluaran perusahaan yang berkaitan dengan alur bahan dan

energi.
Penganggaran kapital keuangan lingkungan moneter yang
berfokus pada persediaan bahan dan energi, bertujuan
mengidentifikasi bahan dan energi yang ramah lingkungan dan
kapital.

B.1 ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT


Beberapa faktor yang mendasari diperlukannya valuasi ekonomi
adalah karakteristik atau sifat-sifat khas yang melekat dari SDA antara lain ;

Sifat keterikatan
Sifat tidak terpisahkan
Sifat keterpulihan
Sifat dampak eksternal

Tujuan pokok dilakukannya valuasi ekonomi adalah untuk mengetahui


nilai riil sumberdaya yang digunakan. Sedangkan pemberian nilai sumberdaya
yang digunakan dilakukan dengan mempertimbanngkan dimensi waktu,
karena adanya faktor dimensi waktu dalam pengelolaan SDA dan lingkungan.
Faktor faktor yang menyebabkan tidak diperolehnya nilai rill (harga
sebenarnya) dari sumberdaya yang digunakan antara lain :

Sifat sifat dari sumberdaya itu sendiri


Adanya pasar yang terdistorsi
Tidak adanya pasar

Dan pada prinsipnya valuasi ekonomi dilakukan untuk memberikan


harga atau memperhitungkan suatu nilai dari sumberdaya yang digunakan
dalam bentuk uang.
C. MEMBEBANKAN BIAYA LINGKUNGAN
Produk dan proses merupakan sumber-sumber biaya lingkungan. Proses
produksi dapat menciptakan residu. Residu ini memiliki potensi mendegradasi
lingkungan. Maka dari itu residu merupakan penyebab biaya kegagalan lingkungan
internal dan eksternal. Selain itu pengemasan juga merupakan sumber biaya
lingkungan. Produk sendiri juga dapat menjadi sumber biaya lingkungan. Setelah
menjual produk, penggunaan, dan pembuangan oleh pelanggan dapat mengakibatkan
degradasi lingkungan. Hal ini contoh biaya lingkungan pasca pembelian (environment
postpurchase cost).

C.1 Biaya Produk Lingkungan


Penghitungan biaya lingkungan penuh (full environmental product
costing) adalah pembebanan semua biaya lingkungan, baik yang bersifat privat
maupun sosial, keproduk. Penghitungan biaya privat penuh (full privat
costing) adalah pembebanan biaya privat ke produk individual. Jadi
penghitungan biaya privat membebankan biaya lingkungan yang disebabkan
oleh proses internal organisasi produk. Penghitungan biaya privat mungkin
merupakan titik awal yang baik bagi perusahaan. Biaya privat dapat
dibebankan dengan menggunakan data yang dihasilkan didalam perusahaan.
Biaya penuh memerlukan pengumpulan data yang dihasilkan di luar

perusahaan. Ketika perusahaan mulai berpengalaman dengan penghitungan


biaya

lingkungan,

pembebanan

biaya

produk

dapat

diperluas

dan

mengimplementasikan pendekatan yang disebut penilaian biaya siklus hidup


(life-cyclecost assessment). Pembebanan biaya lingkungan pada produk dapat
menghasilkan informasi manajerial yang bermanfaat. Dengan membebankan
biaya lingkungan yang tepat, juga dapat diketahui apakah produk tersebut
menguntungkan atau tidak.
C.2 Pembebanan Biaya Lingkungan Berbasis Fungsi
Dengan menggunakan definisi biaya lingkungan dan kerangka kerja
klasifikasi yang baru dikembangkan, biaya lingkungan pertama-tama harus
dipisahkan kedalam kelompok biaya lingkungan. Setelah dipisahkan dalam
kelompok sendiri, penghitungan biaya berbasis fungsi (functional-based
costing) akan membebankan biaya tersebut ke produk individual dengan
menggunakan penggerak tingkat unit seperti jumlah jam tenaga kerja dan jam
mesin. Pendekatan ini dapat berjalan dengan baik untuk produk yang homogen
akan tetapi dalam perusahaan yang memiliki produk yang bervariasi,
pembebanan berbasis fungsi dapat menyebabkan distorsi biaya.
C.3 Pembebanan Biaya lingkungan Berbasis Aktivitas
Munculnya penghitungan biaya berbasis aktivitas (activity-based
costing) ikut memfasilitasi penghitungan biaya lingkungan. Untuk perusahaan
yang menghasilkan beragam produk,

pendekatan berbasis aktivitas lebih

tepat. ABC membebankan biaya ke aktivitas lingkungan dan kemudian


menghitung tingkat atau tariff aktivitas. Tingkat ini digunakan untuk
membebankan biaya lingkungan ke produk. Untuk aktivitas-aktivitas
lingkungan ganda, setiap aktivitas akan dibebankan biaya, dan tingkat
aktivitas akan dihitung. Tingkat ini kemudian digunakan untuk membebankan
biaya lingkungan ke produk berdasrkan penggunaan aktivitas. Penelusuran

biaya lingkungan ke produk-produk yang menyebabkan biaya-biaya tersebut


merupakan syarat utama dari system akuntansi lingkungan yang baik.
C.4 Penilaian Biaya Siklus Hidup
Biaya produk lingkungan dapat menunjukan kebutuhan untuk
meningkatkan pembenahan produk perusahaan. Pembenahan produk (product
stewardship)

adalah

praktik

mendesain,

membuat,

mengolah

dan

mendaurulang produk untuk meminimalkan dampak buruknya terhadap


lingkungan. Penilaian siklus hidup adalah sarana untuk meningkatkan
pembenahan

produk.

Penilaian

siklus

hidup

(life-cycle

assessment)

mengidentifikasi pengaruh lingkungan dari suatu produk disepanjang siklus


hidupnya dan kemudian mencari peluang untuk memperoleh perbaikan
lingkungan. Penilaian biaya siklus (life-cycle cost assessment) membebankan
biaya dan keuntungan pada pengaruh lingkungan dan perbaikan.

C.5 Siklus Hidup Produk


EPA mengidentifikasikan empat tahap dalam siklus hidup produk
ekstraksi sumber daya, pembuatan produk, penggunaan produk, serta daur
ulang dan pembuangan. Tahap lain yang mungkin ada, namun tidak
disebutkan dalam garis petunjuk EPA, adalah Pengemasan Produk. Jika sistem
akuntansi biaya akan memainkan peranan dalam penilaian siklus hidup, maka
langkah yang paling nyata adalah menilai dan membebankan biaya lingkungan
yang disebabkan oleh produsen dalam setiap tahapan siklus hidup.
C.6 Tahapan penilaian

Penilaian siklus hidup didefinisikan oleh tiga tahapan formal :


1. Analisis Persediaan
Menyebutkan jenis dan jumlah input bahan baku dan energy
yang dibutuhkan serta pelepasan ke lingkungan yang dihasilkan dalam
bentuk rsidu padat, cair, dan gas. Anylisis ini mencakup seluruh siklus
hidup produk.
2. Analisis Dampak
Menilai pengaruh lingkungan dari beberapa desain bersaing dan
menyediakan peringkat relative dari pengaruh-pengaruh tersebut
3. Analisis Perbaikan
Bertujuan

untuk

mengurangi

dampak

lingkungan

yang

ditunjukkan oleh tahap persediaan dan dampak Penilaian Biaya


Analisis persediaan (inventory analysis) menyebutkan jenis dan jumlah
input bahan baku dan energi yang dibutuhkan serta pelepasan ke lingkungan
yang dihasilkan dalam bentuk residu, padat, cair, dan gas. Analisis persediaan
mencakup seluruh siklus hidup produk. Analisis dampak (impact analiysis)
menilai pengaruh lingkungan dari beberapa desain bersaing dan menyediakan
peringkat relatif dari pengaruh-pengaruh tersebut. Analisis perbaikan
(improverment analysis) bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan
yang ditunjukkan oleh tahap persediaan dan dampak. Analisis Lingkungan
penilaian dampak lingkungan dalam istilah operasional dan keuangan
menetapkan tahap untuk langkah terakhir, yaitu mencari cara untuk
mengurangi

dampak

lingkungan

dari

alternatif-alternatif

yang

dipertimbangkan atau dianalisis. Langkah inilah yang berhubungan dengan


sistem pengendalian organisasi. Perbaikan kinerja lingkungan dari produk dan
proses yang ada merupakan tujuan keseluruhan dari sistem pengembalian
lingkungan.

D. AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN LINGKUNGAN BERBASIS


STRATEGI
Tujuan keseluruhan dari perbaikan kinerja lingkungan mengusulkan bahwa
kinerja perbaikan berkelanjutan untuk pengendalian lingkungan adalah yang paling
sesuai. Dalam kenyataanya, sebuah perspektif lingkungan kemungkinan adalah
perspektif kelima dari kerangka kerja Balanceed Scorecard.
Sistem

manajemen

lingkungan

berbasis

strategi

(strategic-based

environmental management system) menyediakan kerangka kerja operasional untuk


memperbaiki kinerja lingkungan. Sebagai contohnya, perspektif lingkungan perlu
dihubungkan dengan perspektif proses untuk memperbaiki kinerja lingkungan.
Pengetahuan mengenai akar penyebab dari aktivitas lingkungan merupakan dasar
untuk setiap perubahan desain proses yang dibutuhksn untuk memperbaiki kinerja
lingkungan. Jadi, kerangka kerja balanced scorecard menyediakan tujuan dan ukuran
terpadu untuk mencapai keseluruhan tujuan dari perbaikan kinerja lingkungan.
Penilaian biaya siklus hidup membebankan biaya ke dampak lingkungan dari
beberapa desain produk. Biaya ini adalah fungsi dari penggunaan bahan baku, energy
yang dikonsumsi, dan pelepasan ke lingkungan yang berasal dari manufaktur produk.
Sebelum menilai pembebanan produk ini, pertama-tama perrlu dilakukan analisis
persediaan yang memberikan perrincian bahan baku, energy, dan pelepasan ke
lingkungan. Analisis ini dilakukan di sepanjang siklus hidup produk. Setelah selesai,
dampak keuangan dan operasional dapat dinilai dan langkah-langkah dapat diambil
untuk memperbaiki kinerja lingkungan. Langkah terakhir ini juga disebut dengan
analisis lingkungan.
E. PERSPEKTIF LINGKUNGAN
Kita dapat mengidentifikasi sekurang-kurangnya lima tujuan inti dari
perspektif lingkungan :
1. Meminimalkan penggunaan bahan baku atau bahan yang masih asli
2. Meminimalkan penggunaan bahan berbahaya

3. Meminimalkan kebutuhan energi untuk produksi dan penggunaan produk


4. Meminimalkan pelepasan residu padat, cair, dan gas
5. Memaksimalkan peluang untuk daur ulang.
Ada dua tema lingkungan yang terkait dengan bahan baku dan energi (tiga
tujuan ini utama) :
1. Tidak ada lagi energi atau bahan baku yang digunakan melebihi dari yang
dibutuhkan (isi konservasi).
2. Harus dicari sarana untuk menghilangkan penggunaan bahan baku atau energi
yang merusak lingkungan (isu zat yang berbahaya).
Ukuran kinerja harus mencerminkan kedua tema ini. Jadi, ukuran-ukuran yang
memungkinkan adalah berapa jumlah kuantitas total dan perunit dari berbagai bahan
baku dan energi (misalnya, berat bahan kimia beracun yang digunakan), ukuran
produktivitas (output/bahan baku, output energi), dan biaya bahan (energi) berbahaya
yang dinyatakan sebagai persentase total biaya bahan baku.

Tujuan inti keempat dapat direalisasikan dalam salah satu dari dua cara berikut :
1. Mengunakan tekhnologi dan metode untuk mencegah pelepasan residu, ketika
diproduksi.
2. Menghindari produksi residu dengan mengidentifikasi penyebab dasar dan
mendesain ulang produk dan proses untuk menghilangkan penyebabpenyebabnya.
Dari kedua metode tersebut, metode yang kedua lebih disukai. Metode
pertama mirip dengan pemerolehan kualitas produk melalui pemeriksaan dan
pengerjaan ulang (memeriksa kualitas).
Tujuan kelima menekankan konservasi sumber daya yang tdak dapat
diperbarui melalui penggunaan kembali. Daur ulang mengurangi permintaan untuk
ekstraksi tambahan bahan baku. Daur ulang juga mengurangi degradasi lingkungan

dengan mengurangi pembuangan sampah oleh pemakai akhir. Ukurannya mencakup


berat bahan baku yang di daur ulang, jumlah bahan baku yang berbeda-beda (semakin
sedikit, semakin banyak untuk daur ulang), persentase unit yang dibuat ulang, dan
energi yang diproduksi dari pembakaran.
F. PERAN MANAJEMEN AKTIVITAS
Analisi aktivitas lingkungan penting untuk sistem pengendalian lingkungan yang
baik. Identifikasi aktivitas lingkungan dan penilaian biayanya merupakan persyaratan
untuk penghitungan biaya lingkungan berbasis aktivitas. Pengetahuan mengenai biaya
lingkungan dan produk atau proses apa yang menyebabkan nya merupakan hal yang
sangat penting sebagai langkah pertama untuk pengendalian. Selanjutnya, aktivitas
lingkungan harus diklasifikasikan sebagai bernilai tambah (value-added) dan tak
bernilai tambah (nonvalue-added).
Aktivitas tak bernilai tambah adalah aktivitas yang tidak perlu ada jika
perusahaan beroperasi secara optimal dan efisien. Aktivitas gagal bukanlah satusatunya aktivitas yang bernilai tambah. Banyak aktivitas deteksi seperti pemeriksaan
jug merupakan aktivitas tak bernilai tambah.
Biaya lingkungan tak bernilai tambah adalah biaya dari aktivitas tak bernilai
tambah Biaya ini mewakili keuntungan yang dapat ditangkap dengan cara
memperbaiki kinerja lingkungan. Kunci untuk menangkap keuntungan ini adalah
dengan mengidentifikasi akar penyebab aktivitas yang tak bernilai tambah dan
kemudian mendesain ulang produk dan proses untuk meminimalkan dan akhirnya
menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah tersebut.
G. DESAIN UNTUK LINGKUNGAN

10

Pendekatan desain khusus ini disebut desain untuk lingkungan (design for the
environment). Merupakan pendekatan khusus yang menyentuh produk, proses, bahan
baku, energy, dan daur ulang. Dengan kata lain, keseluruhan daur hidup produk dan
pengaruhnya terhadap lingkungan harus dipertimbangkan. Dalam konsep ukuran
keuangan, perbaikan lingkungan harus menghasilkan keuntungan keuangan yang
signifikan. Jika keputusan ekoefisien dibuat, maka total biaya lingkungan harus
terhapus bersamaan dengan perbaikan kinerja lingkungan. Diperlukan keberhatihatian dalam mengukur biaya dan tren. Pengurangan biaya harus terkait dengan
perbaikan lingkungan dan bukan sekadar menghilangkan kewajiban terhadap
lingkungan. Jadi, biaya kegagalan eksternal harus mencerminkan kewajiban tahunan
rata-rata yang berasal dari efisiensi lingkungan saat ini. Kemungkinan penghitungan
lain adalah dengan menghitung biaya lingkungan total sebagai persentase penjualan
dan menelusuri nilai tersebut selama beberapa periode. Dalam hal ini maka dapat
disimpulkan bahwa perbaikan ekoefisiensi harus menghasilkan

konsekuensi

keuangan yang menguntungkan yang dapat diukur dengan menggunakan tren biaya
lingkungan tak bernilai tambah dan tren total biaya lingkungan.

11

Anda mungkin juga menyukai