Dosen Pengampu :
Dr. Roekhudin, SE. M.Si, Ak.,CA
Disusun Oleh :
Intan Arivia Kusuma 200020113111006
Ely Kartikaningdyah 200020113111007
1
AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN
Manajemen biaya kualitas yang baik mensyaratkan bahwa biaya kualitas dilaporkan dan
dikendalikan (pengendalian memiliki penekanan pada pengurangan biaya). Pengendalian
memungkinkan manajer untuk membandingkan hasil aktual dengan hasil standar untuk
mengukur kinerja dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan. Laporan kinerja biaya
kualitas memiliki dua elemen penting: hasil aktual dan hasil standar yang diharapkan.
Penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan digunakan untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dan memberikan sinyal mengenaik masalah yang mungkin terjadi. Mengidentifikasi
standar kualitas adalah elemen kunci dalam laporan kinerja kualitas. Standar harus
menekankan peluang pengurangan biaya.
Dalam model kualitas lingkungan total, keadaan yang ideal adalah tidak ada kerusakan
lingkungan. Kerusakan disefinisikan sebagai degradasi lingkungan langsung seperti emisi padat,
cair atau residu gas ke lingkungan (misalnya kontaminasi air dan polusi udara) atau degradasi
yang tidak langsung seperti penggunaan bahan dan energi yang tidak perlu. Biaya lingkungan
disebut juga biaya kualitas lingkungan. Lingkungan biaya adalah biaya yang timbul karena
kualitas lingkungan yang buruk ada atau mngkin ada. Biaya lingkungan dikaitkan dengan
penciptaan deteksi, remediasi dan pencegahan degradasi lingkungan (Hansen & Mowen, 2009)
Sebagian besar orang menganggap bahwa pencemar yang harus menanggung seluruh biaya
kerusakan lingkungan karena produksi barang dan jasa (prinsip pencemar-membayar).
Perusahaan dapat mencari metode produksi yang lebih efisien untuk menanggung biaya penuh.
Definisi Efisiensi adalah kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa dengan harga
bersaing yang memenuhi kebutuhan pelanggan dan mengurangi dampak negatif lingkungan,
konsumsi sumber daya dan biaya. Efisiensi berarti memproduksi lebih banyak barang dan jasa
dengan menggunakan lebih sedikit bahan, energi, air dan tanah sekaligus meminimalkan emisi
3
udara, pembuangan air, pembuangan limbah dan penyebaran zat beracun dengan tujuan
meningkatkan kualitas lingkungan tanpa mengurangi barang yang bermanfaat dan layanan
yang meningkatkan keuntungan.
Konsep akuntansi manajemen lingkungan digunakan untuk melakukan pemonitoran dan
pengevaluasian informasi yang terukur dari keuangan maupun manajemen serta arus data
tentang bahan dan energi guna meningkatkan efisiensi pemanfaatan bahan-bahan maupun
energi, mengurangi dampak lingkungan dari operasi perusahaan, mengurangi resiko-resiko
lingkungan dan memperbaiki hasil dari manajemen perusahaan.
4
b. Biaya untuk mengoperasikan dan memelihara peralatan yang berkait dengan polusi.
4. Biaya lingkungan karena adanya kegagalan eksternal (Environmental external failure costs)
Biaya-biaya ini muncul, karena elemen-elemen yang dapat merusak lingkungan yang
dihasilkan perusahaan, ternyata mengkontaminasi lingkungan. Contohnya, adalah kasus
kapal tanker pengangkut minyak yang karam, yang mengakibatkan tumpahan minyak ke
laut. Environmental external failure costs dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Realized external failure costs, dalam hal ini adalah biaya-biaya yang benar benar
dikeluarkan perusahaan, karena adanya kontaminasi atau kerusakan lingkungan akibat
kegiatan operasi perusahaan. Contoh dari biaya-biaya ini adalah:
1) Biaya untuk membersihkan minyak yang tertumpah di laut karena bocor atau
karamnya kapal tanker pengangkut minyak
2) Biaya untuk membersihkan danau atau sungai yang tercemar
3) Biaya yang dikeluarkan untuk membayar ganti-rugi pada penduduk atau piha ketiga
karena kerusakan lingkungan yang dibuat perusahaan
b. Unrealized external failure (societal) costs, dalam kasus ini kontaminasi dan kerusakan
lingkungan memang berasal dari kegiatan operasi perusahaan, namun biaya yang timbul
tidak ditanggung olehperusahaan, tapi ditanggung oleh pihak lainnya diluar perusahaan.
Contoh dari biaya-biaya ini adalah:
1) Kesehatan penduduk yang menurun karena sungai terkontaminasi
2) Mata pencaharian nelayan yang hilang karena laut terkontaminasi
6
Penggunaan dan pengaplikasian akuntansi berbasis lingkungan digunakan untuk meminimalisir
dan mengurangi dampak aktivitas perusahaan pada lingkungan di sekitarnya agar dapat
mengoptimalkan dan meningkatkan efisiensi kinerja baik biaya dan akibatnya berdasarkan
aktivitasnya yang berdampak pada lingkungan di sekitarnya.
7
Faktor yang Mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi Environmental Accounting ada tiga yaitu biaya konservasi
lingkungan, keuntungan konservasi dan profit dari kegiatan konservasi lingkungan. Pengukuran
dengan satuan nilai mata uang dan dengan unit fisik terdampak dari aktivitas perusahaan.
1. Biaya konservasi lingkungan yang diukur menggunakan satuan nilai mata uang. Biaya
konservasi lingkungan terkait dengan biaya-biaya yang dikeluarkan sebagai salah satu upaya
dalam melestarikan lingkungan. Sebagai contoh, penyediaan kolam limbah ampas tahu oleh
perusahaan tahu susu. Biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan kolam, pengelolaan, dan
analisis dampak lingkungan serta perawatan kolam penampungan limbah tersebut harus
diperhitungkan.
2. Keuntungan dari upaya konservasi alam di sekitar area perusahaan yang diukur dengan
satuan fisik. Sebagai contoh, jumlah limbah yang diolah secara mandiri sebesar berapa
kilogram dan alternatif limbah tersebut dapat digunakan sebagai bio-energi yang
menghasilkan tenaga sebesar berapa kilo Joule. Hal-hal yang dapat dihitung dengan satuan
fisik merupakan keuntungan kegiatan konservasi yang dilakukan oleh perusahaan.
3. Profit dari kegiatan konservasi yang dapat dihitung menggunakan satuan nilai mata uang.
Biasanya, hal ini merupakan efek dari kegiatan konservasi yang telah dilakukan. Secara tidak
langsung, kegiatan konservasi yang dipublikasikan merupakan salah satu senjata untuk
melakukan promosi dan menguatkan citra perusahaan sebagai perusahaan yang ramah
lingkungan sehingga, masyarakat akan tertarik dan secara tak langsung mereka akan
membeli produk perusahaan sebagai salah satu wujud kontribusi dalam menyelamatkan
lingkungan seperti yang tersiar di media-media.
Triple-Bottom-Accounting
Teori triple bottom line (Elkington, 1998) memberi pandangan bahwa jika sebuah perusahaan
ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus
memperhatikan “3P”. Selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus
memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut
berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Triple bottom accounting
merupakan kerangka akuntansi yang melihat dari tiga sisi, yaitu people (orang), planet
(lingkungan), dan profit.
a. Profit (Keuntungan); menjadi tujuan utama dan terpenting dalam setiap kegiatan usaha.
Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar
profit dan mendongkrak harga saham setinggi-tingginya. Karena inilah bentuk tanggung
jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Aktivitas yang dapat
ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan
melakukan efiisensi biaya. Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki
manajemen kerja mulai penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien,
menghemat waktu proses dan pelayanan. Efisiensi biaya dapat tercapai jika perusahaan
menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin.
b. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan); merupakan stakeholders yang sangat penting
bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sangat diperlukan bagi keberadaan,
kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan. Maka dari itu perusahaan perlu
berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat.
operasi perusahaan berpotensi memberi dampak kepada masyarakat sehingga perusahaan
perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat menyentuh kebutuhan masyarakat.
8
c. Planet (Lingkungan); adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang dalam kehidupan
manusia. Karena semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk hidup selalu
berkaitan dengan lingkungan misalnya air yang diminum, udara yang dihirup dan seluruh
peralatan yang digunakan, semuanya berasal dari lingkungan. Namun sebagian besar dari
manusia masih kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan karena tidak
ada keuntungan langsung yang bisa diambil didalamnya.
Dalam pelaporan keuangan secara tradisional, biasanya perusahaan hanya melaporkan profit
atau keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Namun demikian, apa yang terjadi apabila profit
tersebut diperoleh dengan kegiatan yang merusak lingkungan ataupun dengan melakukan
outsourcing pada perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan pekerja dibawah umur. Collin
dan Porras (2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa perusahaan yang memiliki tujuan
utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham, biasanya tidak akan bertahan hidup
dalam waktu yang lama. Perusahaan yang dapat bertahan sukses dalam waktu yang lama
adalah perusahaan yang berusaha untuk mencapai beberapa tujuan (cluster of objectives),
dimana memaksimalkan kekayaan pemegang saham hanya merupakan salah satu tujuan yang
ingin dicapai, dan biasanya bukan merupakan tujuan yang utama.
Tujuan akuntansi lingkungan adalah untuk menyempurnakan atau menutupi
keterbatasan/kelemahan yang terjadi dalam praktek akuntansi konvensional saat ini. Dalam
sistem akuntansi lingkungan, manajemen harus mengidentifikasi, mengklasifikasikan,
mengukur dan mengungkapkan biaya lingkungan, serta mengevaluasi kinerja
manajemen/pengelola lingkungan secara berkelanjutan untuk mendukung pengambilan
keputusan manajerial. Coopers et. Al. (1998) mengemukakan bahwa akuntansi lingkungan
dapat menjadi alat yang berguna dalam pengambilan keputusan bisnis untuk mencapai
profitabilitas dan kesuksesan. Kesuksesan atau keberhasilan akuntansi lingkungan sangat
tergantung pada beberapa kondisi, yaitu (1) implementasi dan integrasi akuntansi lingkungan
ke dalam praktek-praktek kerja/bisnis secara rutin, dan (2) indentifikasi dan penggunaan data
yang tepat dalam pengambilan keputusan-keputusan bisnis. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa akuntansi lingkungan mampu menyediakan informasi lingkungan untuk mengukur
kinerja perusahaan dalam bentuk kinerja lingkungan (environmental performace).
Pelaporan yang hanya memfokuskan pada kinerja keuangan dianggap tidak cukup,
karena hanya mencerminkan kinerja jangka pendek perusahaan. Kesulitan utama dalam
menerapkan konsep ini adalah menyiapkan laporan yang dapat menggabungkan ketiga elemen
ini. Contoh dari laporan triple bottom accounting seperti pada laporan yang dibuat oleh Cascade
Engineering.
Referensi:
Collins, Jim dan Porras, Jerry I., Built to Lasts; Successful Habbits of Visionary Company, Harper
Business Essentials, 2004
Coopers and Lybrand Consultants, (1998). Environmental Accounting, Volume 3 No. 2
Elkington, J. (1998), Accounting for the triple bottom line, Measuring Business Excellence, Vol. 2
No. 3, pp. 18-22
Hansen, Don R., and Mowen, Maryanne M., and Guan, Liming, (2009), Cost Management, 6
edition, South-th Western Cengage Learning
International Federations of Accountants,(2005), Environmental Management Accounting
www.cascadeng.com/triple-bottom-line