Disusun oleh:
RAYHAN ALMAS 200020113111004
WAFI D. ALI 200020113111010
Bagi banyak organisasi pengelolaan biaya lingkungan menjadi prioritas utama dan minat
yang intens, karena berpengaruh signifikan terhadap posisi keuangan perusahaan. Ada dua alasan
hal tersebut terjadi: a) peraturan lingkungan di negara-negara telah meningkat secara signifikan
bahkan diperkirakan akan semakin ketat; dan b) keberhasilan penyelesaian lingkungan menjadi
isu yang semakin kompetitif. Untuk memahami kedua hal tersebut, maka perlu memahami konsep
ekoefisiensi (ecoefficiency).
Konsep ekoefisiensi menyatakan bahwa organisasi dapat memproduksi barang dan jasa
yang lebih bermanfaat sambil mengurangi dampak negative lingkungan, konsumsi sumber daya,
dan biaya secara simultan. Konsep ini mengandung tiga hal penting: 1) perbaikan kinerja ekologi
dan ekonomi seharusnya saling melengkapi; 2) perbaikan kinerja lingkungan seharusnya tidak lagi
dipandang hanya sebagai amal; serta 3) ekoefisiensi adalah suatu pelengkap dan pendukung
pengembangan yang berkesinambungan.
Ekoefisiensi mengimplikasikan peningkatan efisiensi berasal dari perbaikan kinerja
lingkungan. Ada sejumlah sumber dari insentif dan penyebab peningkatan efisiensi:
1. Pelanggan menginginkan produk yang lebih bersih, yaitu produk yang diproduksi tanpa
merusak lingkungan serta penggunaan dan pembuangannya ramah lingkungan.
2. Para pegawai lebih suka bekerja di perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan
dan akan menghasilkan produktivitas yang lebih besar.
3. Perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan cenderung memperoleh keuntungan
eksternal.
4. Kinerja lingkungan yang lebih baik dapat menghasilkan keuntungan sosial yang signifikan,
yaitu yang dapat memperbaiki citra perusahaan dan memperkuat kemampuan untuk menjual
produk dan jasanya.
5. Fokus pada perbaikan kinerja lingkungan memabngkitkan keinginan para manajer untuk
melakukan inovasi dan mencari pelauang baru.
6. Pengurangan biaya lingkungan dapat mempertahankan atau menciptakan keunggulan
bersaing.
MODEL BIAYA KUALITAS LINGKUNGAN
Dalam model kualitas lingkungan total, keadaan yang ideal adalah tidak ada kerusakan
lingkungan (sama dengan cacat nol pada manajemen kualitas total). Kerusakan didefinisikan
sebagai degradasi langsung dari lingkungan, seperti emisi residu benda padat, cair, atu gas kedalam
lingkungan, atau degradasai tidak langsung seperti penggunaan bahan baku dan energi yang tidak
perlu. Dengan demikian, biaya lingkungan dapat disebut biaya kualitas lingkungan. Biaya
lingkungan adalah biaya-biaya yang terjadi karena kualitas lingkungan yang buruk atau kualitas
lingkungan yang buruk mungkin terjadi. Jadi, biaya lingkungan berhubungan dengan kreasi,
deteksi, perbaikan, dan pencegahan degradasi lingkungan. Sehingga, dapat diklasifikasikan
menjadi empat kategori:
a. Biaya pencegahan lingkungan adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk
mencegah diproduksinya limbah dan/atau sampah yang dapat merusak lingkungan.
b. Biaya deteksi lingkungan adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk
menentukan bahwa produk, proses, dan aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi standar
lingkungan yang berlaku atau tidak. Standar lingkungan dan prosedur yang diikuti perusahaan
antara lain: peraturan pemerintah, standar sukarela (ISO 14001) yang dikembangkan oleh
International Standards Organization, dan kebijakan lingkungan yang dikembangkan oleh
manajemen.
c. Biaya kegagalan internal lingkungan adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan
karena diproduksinya limbah dan sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Biaya
kegagalan internal terjadi untuk menghilangkan dna mengolah limbah dan sampah ketika
diproduksi. Tujuan aktivitas kegagalan internal adalah 1) memastikan limbah dan sampah yang
diproduksi tidak dibuang ke lingkungan luar, atau 2) mengurangi tingkat limbah yang dibuang
sehingga jumlahnya tidak melewai standar lingkungan.
d. Biaya kegagalan eksternal lingkungan adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan
setelah melepas limbah atau sampah ke dalam lingkungan. Biaya kegagalan eksternal yang
direalisasi adalah biaya yang dialami dan dibayar oleh perusahaan. Biaya kegagalan eksternal
yang tidak direalisasikan atau biaya sosial disebabkan oleh perusahaan, tetapi dialami dan
dibayar oleh pihak-pihak di luar perusahaan. Biaya sosial lebih lanjut dapat diklasifikasikan
sebagai: 1) biaya yang berasal dari degradasi lingkungan, dan 2) biaya yang berhubungan
dengan dampak buruk terhadap property atau kesejahteraan masyarakat.
Tabel 1 Contoh Biaya Lingkungan Menurut Aktivitas
Aktivitas Pencegahan Aktivitas Kegagalan Internal
- Evaluasi dan memilih pemasok - Pengoperasian peralatan untuk mengurangi
- Evaluasi dan memilih alat untuk atau menghilangkan polusi
mengendalikan polusi - Pengolahan dan pembuangan limbah
- Desain proses dan produk untuk beracun
mengurangi atau menghapus limbah - Pemeliharaan peralatan polusi
- Melatih pegawai - Lisensi fasilitas untuk memproduksi
- Mempelajari dampak lingkungan limbah
- Audit risiko lingkungan - Daur ulang sisa bahan
- Pelaksanaan penelitian lingkungan
- Pengembangan sistem manajemen
lingkungan
- Daur ulang produk
- Pemerolehan sertifikasi ISO 14001
Aktivitas Deteksi Aktivitas Kegagalan Eksternal
- Audit aktivitas lingkungan - Pembersihan danau yang tercemar
- Pemeriksaan produk dan proses - Pembersihan minyak yang tumpah
- Pengembangan ukuran kinerja lingkungan - Pembersihan tanah yang tercemar
- Pelaksanaan pengujian pencemaran - Penggunaan bahan baku dan energi yang
- Verifikasi kinerja lingkungan dari tidak efisien
pemasok - Penyelesaian klaim kecelakaan pribadi dari
- Pengukuran tingkat pencemaran praktik kerja yang tidak ramah lingkungan
- Penyelesaian klaim kerusakan property
- Pembaruan tanah ke keadaan alaminya
- Hilangnya penjualan karena reputasi
lingkungan yang buruk
- Perawatan medis karena udara yang
terpolusi (S)
- Hilangnya lapangan pekerjaan karena
pencemaran (S)
- Hilangnya fungsi danau sebagai tempat
rekreasi (S)
- Rusaknya ekosistem karena pembuangan
sampah padat (S)
Tabel di atas menunjukkan Pembersih B memiliki masalah lingkungan yang lebih besar
daripada Pembersih A. Total biaya lingkungan Pembersih B adalah $380.000 ($3,80 x 100.000)
dan merupakan 19% dari total biaya manufaktur. Biaya kegagalan lingkungannya adalah
$350.000, besarnya 92,1% dari total biaya lingkungan. Pembersih A menunjukkan gambaran yang
lebih baik. Total biaya lingkungannya adalah $78.000 atau 8% dari total biaya manufaktur, dan
biaya kegagalannya adalah 29,5% dari total biaya lingkungan. Hal ini membuktikan Pembersih B
memerlukan perbaikan lingkungan dan ekonomi yang terbesar.
Penilaian Biaya
Sampai saat ini, analisis hanya menggunakan ukuran-ukuran nonkeuangan dan faktor-
faktor kualitatif. Penilaian biaya siklus hidup menentukan pengaruh keuangan dari dampak
lingkungan yang diidentifikasi pada tahap persediaan dan tahap perbaikan dari penilaian siklus
hidup. Penilaian biaya lingkungan untuk tahap persediaan dapat memfasilitasi analisis dampak.
Cangkir Kertas Cangkir
Polyfoam
Penggunaan bahan baku $ 0,010 $ 0,004
Utilitas 0,012 0,003
Sumber daya yang berhubungan dengan limbah 0,008 0,005
Total Biaya Privat $ 0,030 $ 0,012
Keuntungan daur ulang (sosial) (0,001) (0,004)
Biaya lingkungan per unit $ 0,029 $ 0,008
Analisis Lingkungan
Penilaian dampak lingkungan dalam istilah operasional dan keuangan menetapkan tahap
untuk langkah terakhir, yaitu mencari cara mengurangi dampak lingkungan dari alternatif-
alternatif yang dipertimbangkan atau dianalisis. Perbaikan kinerja lingkungan dari produk dan
proses yang ada merupakan tujuan keseluruhan dari sistem pengendalian lingkungan.
Akuntansi Pertanggungjawaban Lingkungan Berbasis Strategi
Tujuan keseluruhan dari perbaikan kinerja lingkungan mengusulkan kinerja perbaikan
berkelanjutan untuk pengendalian lingkungan adalah paling sesuai. Jika suatu pihak menerima
paradigma ekoefisiensi, maka perspektif lingkungan dapat diterima karena perbaikan kinerja
lingkungan dapat menjadi sumber dari keunggulan bersaing. Sistem manajemen lingkungan
berbasis strategi menyediakan kerangka kerja operasional untuk memperbaiki kinerja lingkungan.
Perspektif Lingkungan
Ada sekurang-kurangnya lima tujuan inti dari perspektif lingkungan: (1) meminimalkan
pengggunaan bahan baku atau bahan yang masih asli, (2) meminimalkan penggunaan bahan
berbahaya, (3) meminimalkan kebutuhan energi untuk produksi dan penggunaan produk, (4)
meminimalkan pelepasan residu padat, cair, gas, serta (5) memaksimalkan peluang untuk daur
ulang.
Ada dua tema lingkungan yang terkait dengan bahan baku dan energi. Pertama, energi atau
bahan baku yang digunakan tidak melebihi nergi atau bahan baku yang dibutuhkan (isu
konservasi). Kedua, harus dicari sarana untuk menghilangkan penggunaan bahan baku atau energi
yang merusak lingkungan (isu zat berbahaya). Ukuran-ukuran yang memungkinkan adalah berapa
jumlah kuantitas total dan per unit dari berbagai bahan baku dan energi, ukuran produktivitas, dan
biaya bahan berbahaya yang dinyatakan sebagai persentase total biaya bahan baku.
Tujuan inti yang keempat dapat direalisasikan dalam salah satu dari dua cara berikut: (1)
menggunakan teknologi dan metode untuk mencegah pelepasan residu ketika diproduksi, dan (2)
menghindari produksi residu dengan mengidentifikasi penyebab dasar serta mendesain ulang
produk dan proses untuk menghilangkan penyebab-penyebabnya. Ukuran kinerja untuk tujuan ini
mencakup berat limbah beracun yang diproduksi, volume pembuangan cairan, jumlah gas rumah
kaca yang diproduksi, dan persentase pengurangan bahan baku pengemasan.
Tujuan kelima menekankan konservasi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui melalui
penggunaan kembali. Daur ulang mengurangi permintaan untuk ekstraksi tambahan bahan baku.
Daur ulang mengurangi degradasi lingkungan dengan mengurangi pembuangan sampah oleh
pemakai akhir. Ukuran kinerjanya mencakup berat bahan baku yang didaur ulang, jumlah bahan
baku yang berbeda-beda, jumlah komponen yang berbeda-beda, persentase unit yang dibuat ulang,
dan energi yang diproduksi dari pembakaran.
Peran Manajemen Aktivitas
Analisis aktivitas lingkungan penting untuk sistem pengendalian lingkungan yang baik.
Identifikasi aktivitas lingkungan dan penilaian biayanya merupakan persyaratan untuk
penghitungan biaya lingkungan berbasis aktivitas. Aktivitas lingkungan harus diklasifikasikan
sebagai bernilai tambah dan tidak bernilai tambah.
Aktivitas tidak bernilai tambah adalah aktivitas yang tidak perlu ada jika perusahaan
beroperasi secara optimal dan efisien. Jika produksi limbah ekuivalen dengan ketidakefisienan
ekonomi, maka semua aktivitas yang gagal harus ditandai sebagai kegiatan tidak bernilai tambah.
Biaya lingkungan tidak bernilai tambah adalah biaya dari aktivitas tidak bernilai tambah. Biaya ini
mewakili keuntungan yang dapat ditangkap dengan cara memperbaiki kinerja lingkungan.
Desain Lingkungan
Desain ini menyentuh produk, proses, bahan baku, energi, dan daur ulang. Keseluruhan
daur hidup produk dan pengaruhnya terhadap lingkungan harus dipertimbangkan. Misalnya,
proses manufaktur adalah sumber langsung dari berbagai residu padat, cair, dan gas. Residu ini
banyak yang dilepaskan ke lingkungan. Desain ulang suatu proses dapat menghilangkan produksi
residu tersebut. Desain produk juga dapat mengurangi degradasi lingkungan.
Ukuran Keuangan
Perbaikan lingkungan harus menghasilkan keuntungan keuangan yang signifikan. Hal ini
berarti perusahaan telah mencapai trade-off yang menguntungkan antara aktivitas yang gagal dan
aktivitas pencegahan. Ketika keputusan ekoefisien dibuat, maka total biaya lingkungan harus
terhapus bersamaan dengan perbaikan kinerja lingkungan. Tren biaya lingkungan merupakan
ukuran kinerja yang penting. Perusahaan dapat mempersiapkan laporan biaya lingkungan yang
tidak bernilai tambah dari periode berjalan dan membandingkannya dengan periode sebelumnya.
Tren Biaya Tidak Bernilai Tambah: Biaya Lingkungan
Aktivitas Lingkungan Tidak Bernilai Tambah Tahun
20x6 20x5
Proses pemeriksaan $ 200.000 $ 240.000
Pengoperasian peralatan polusi 350.000 400.000
Pemeliharaan peralatan polusi 200.000 200.000
Pembersihan polusi air 700.000 900.000
Klaim kerusakan properti 300.000 400.000
Total $ $
1.750.000 2.140.000
Referensi:
Hansen, Don R., dan Mowen, Maryanne M. 2009. Akuntansi Manajerial, Edisi 8. Penerbit
Salemba Empat.