Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Dalam hal ini perusahaan biasanya menggaet analis teknik lingkungan atau
perusahaan di bidang pengolahan limbah dan sanitasi untuk mengatasi hal ini. Selain itu,
dari internal perusahaan akan melakukan analisis dampak lingkungan (AMDAL) sebelum
melakukan aktivitasnya. Namun, terkadang ada juga perusahaan yang baru membuat
amdal setelah aktivitas perusahaan berjalan.
1. Fungsi Internal
Adapun fungsi internal dari Environmental Accounting adalah fungsi pihak internal
perusahaan terhadap pelaksanaan manajemen lingkungan hidup di sekitarnya. Tentu,
pelaksanaan manajemen lingkungan hidup sangat berkaitan erat dengan konsep dan
prinsip akuntansi lingkungan. Akuntansi berbasis lingkungan berfungsi sebagai
patokan untuk mengukur biaya apa saja yang dibutuhkan perusahaan terkait lingkungan
hidup. Mulai dari biaya pengelolaan limbah dan konservasi alam di lingkungan sekitar.
Serta, akuntansi berbasis lingkungan ini akan berperan penting analisa biaya dari
dampak lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan. Sehingga, hasil dari
analisa biaya ini dapat digunakan sebagai alat penentu dalam pembuatan kebijakan bagi
para stakeholders di perusahaan.
2. Fungsi Eksternal
Fungsi eksternal dari Environmental Accounting adalah fungsi yang ditujukan bagi
pihak-pihak di luar perusahaan. Biasanya bagi pihak eksternal perusahaan akan
membutuhkan pelaporan keuangan sebagai tolak ukur keadaan perusahaan secara
keseluruhan. Karena, dari laporan keuangan perusahaan tercermin secara aktual
keadaan perusahaan yang sebenarnya berdasarkan angka-angka yang tertera pada
laporan tersebut. Tentu, bagi pihak eksternal hal ini menjadi dasar untuk pengambilan
keputusan dalam berinvestasi. Karena di dalam laporan keuangan tercantum rincian
aktivitas perusahaan terkait dengan usaha konservasi lingkungan berkelanjutan berupa
angka-angka dan rincian biaya.
Triple Bottom Line Accounting menekankan bahwa kinerja perusahaan tidak hanya
diukur dengan indikator keuangan, melainkan juga menggunakan indikator non
keuangan. Konsep Triple Bottom Line menempatkan fokus yang konsisten dan seimbang
pada nilai ekonomi, sosial, dan lingkungan pada organisasi.
Faktor yang Mempengaruhi Environmental Accounting
Konsep Triple bottom line (TBL) terdiri dari 3 pilar dasar atau lebih dikenal dengan
3P (profit, people dan planet) yang harus diperhatikan dalam menjalankan kegiatan CSR.
Hal ini bertujuan untuk mengukur kinerja keuangan, sosial dan lingkungan dari
perusahaan selama periode waktu dalam melakukan bisnis. Berikut penjelasan
lengkapnya:
1. Profit (Keuntungan)
Profit atau keuntungan merupakan tujuan dasar dalam setiap kegiatan usaha.
Kegiatan perusahaan untuk mendapatkan profit setinggi-tingginya dengan cara
meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya. Peningkatan
produktivitas dengan cara membenahi manajemen kerja mulai dari penyederhanaan
proses, menurunkan kegiatan yang tidak efisien, menekan waktu proses produksi,
dan membangun hubungan jangka panjang dengan para stakeholders itu sendiri.
Efisiensi biaya dapat dilakukan dengan cara menghemat pemakaian material dan
mengurangi biaya serendah mungkin (Wibisono, 2007).
3. Planet (Lingkungan)
Planet (lingkungan) merupakan sesuatu yang terikat dan tidak bisa lepas dari
seluruh aspek dalam kehidupan manusia. Profit atau keuntungan yang merupakan
hal yang utama dari dunia bisnis membuat perusahaan sebagai pelaku industri
hanya mementingkan keuntungan tanpa melakukan usaha apapun untuk
melestarikan lingkungan. Akibatnya kerusakan lingkungan terjadi di berbagai
tempat yang disebabkan oleh perusahaan yang tidak bertanggung jawab seperti
polusi, pencemaran air, hingga perubahan iklim.