Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengertian Sistem Manajemen Lingkungan


Sistem manajemen lingkungan adalah bagian dari keseluruhan sistem
manajemen yang meliputi organisasi, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, dan
sumber daya untuk mengembangkan, mengimplementasikan, mencapai, mengevaluasi
dan memelihara kebijakan lingkungan. (ISO 14001: 2004). Sedangkan menurut Wiku
Adisasmito (2007) Sistem Manajemen Lingkungan (SML) merupakan bagian dari
struktur manajemen organisasi secara keseluruhan yang mengantisipasi dampak
jangka pendek maupun jangka panjang dari produk, layanan, dan proses-proses dari
organisasi ini yang mempengaruhi lingkungan hidup.
Sistem Manajemen Lingkungan merupakan bagian integral dari sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan yang terdiri dari satu set pengaturan-
pengaturan secara sistematis yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab,
prosedur, proses, serta sumber daya dalam upaya mewujudkan kebijakan lingkungan
yang telah digariskan oleh perusahaan. Sistem manajemen lingkungan memberikan
mekanisme untuk mencapai dan menunjukkan performasi lingkungan yang baik,
melalui upaya pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa.
Sistem tersebut juga dapat digunakan untuk mengantisipasi perkembangan tuntutan
dan peningkatan performasi lingkungan dari konsumen, serta untuk memenuhi
persyaratan peraturan lingkungan hidup dari pemerintah.

Gambar1: Model Sistem Manajemen Lingkungan

B. Karakter dari Sistem Manajemen Lingkungan


Karakter dari sistem manajemen lingkungan antara lain adalah sebagai berikut :
 Dinamis dan selalu berkembang
 Melibatkan semua personil dari suatu organisasi
 Setiap komponen saling terkait
 Terintegrasi ke dalam sistem manajemen organisasi
 Konsistensi dalam kegiatan dan perilaku
 Operasi standar
 Mencerminkan visi jangka panjang dan kegiatan jangka pendek
C. Pentingnya Sistem Manajemen Lingkungan Terhadap Industri
Tujuan secara menyeluruh dari penerapan system manajemen lingkungan
(SML) ISO 14001 sebagai standar internasional yaitu untuk mendukung perlindungan
lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial
ekonomi. Manajemen lingkungan mencakup suatu rentang isu yang lengkap meliputi
hal-hal yang berkaitan dengan strategi dan kompetisi. Penerapan ISO 14001 juga
memberikan banyak manfaat bagi perusahaan. Beberapa manfaat yang penting yaitu
meningkatkan kinerja lingkungan, mengurangi biaya dan meningkatkan akses
pasar. ISO 14001:2004 memiliki banyak manfaat diantaranya:
1. Menurunkan potensi dampak terhadap lingkungan
2. Meningkatkan kinerja lingkungan
3. Memperbaiki tingkat pemenuhan (compliance) peraturan
4. Mengurangi dan mengatasi resiko lingkungan yang mungkin timbul.
5. Dapat menekan biaya produksi
6. Dapat mengurangi kecelakaan kerja
7. Dapat memelihara hubungan baik dengan masyarakat, pemerintah dan pihak-
pihak yang peduli terhadap lingkungan.
8. Memberi jaminan kepada konsumen mengenai komitmen pihak manajemen
puncak terhadap lingkungan.
9. Dapat mengangkat citra perusahaan,
10. Meningkatkan kepercayaan konsumen dan memperbesar pangsa pasar.
11. Mempermudah memperoleh izin dan akses kredit bank.
12. Dapat meningkatkan motivasi para pekerja.
13. Mengurangi biaya dan meningkatkan pendapatan
14. Meningkatkan hubungan dengan supplier.
15. Langkah menuju pembangunan yang berkelanjutan

Masalah lingkungan mempunyai implikasi penting yang terus meningkat bagi


perusahaan dan organisasi lainnya, tergantung pada bagaimana reaksi pada
perusahaan tersebut.Ternyata perhatian terhadap lingkungan dapat memiliki pengaruh
positif dan negatif yang cukup luas pada perusahaan dalam mencapai tujuan dan
sasarannya. Lingkungan menyodorkan resiko sebanyak peluang yang ada.Perusahaan
yang memahami hal ini, secara bertahap mempunyai paling tidak dua alasan utama
yaitu untuk menghemat dan memperluas pasar atau mengakses pasar baru.Alasan-
alasan lainnya yaitu mengurangi gangguan sosial yang berasal dari keberadaan
industry itu sendiri misalnya, mengurasi kebisingan, polusi air, polusi udara,
kemacetan, dan social responsibilty. Yang dimaksud dengan social responsibility
yaitu perusahaan sebaiknya mengembalikan profit kepada masyarakat (pajak) dan
kontribusi kepada masyarakat melalui acara-acara budaya, ilmu pengetahun, seni dan
atletik.
D. Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan
Dalam menerapkan sistem manajemen lingkungan, terdapat beberapa fase yaitu :
1. Fase I : Kebijakan lingkungan
 Pernyataan mengenai maksud dan prinsip-prinsip dalam peningkatan kinerja
lingkungan
 Kerangka kerja dan arahan untuk keseluruhan kegiatan
 Motivator untuk melaksanakan SML
 Mencakup komitmen: Perbaikan berkelanjutan, pencegahan pencemaran dan
penaatan terhadap peraturan

2. Fase II : Perencanaan
Unsur aspek lingkungan :
 Environmental aspects (Aspek Lingkungan): bagian dari kegiatan organisasi,
produk atau jasa yang dapat berinteraksi dengan lingkungan
 Dampak lingkungan: Setiap perubahan yang terjadi pada lingkungan, baik
yang menguntungkan maupun yang merugikan, sebagian atau seluruhnya
yang diakibatkan oleh kegiatan organisasi produk atau jasa
 Aspek penting lingkungan: aspek lingkungan yang memiliki atau dapat
memiliki dampak penting lingkungan.
 Menyatakan bahwa organisasi perlu: Membuat prosedur untuk
mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan sehingga perusahaan dapat
mengendalikannya, menentukan aspek penting, menjamin bahwa aspek
penting dipertimbangkan dalam penentuan tujuan dan sasaran dan aspek
lingkungan yang up-to-date.
Unsur Peraturan Perundang-undangan atau Persyaratan Lainnya
 Organisasi harus menetapkan prosedur untuk mengidentifikasi dan
memperoleh akses kepada peraturan dan persyaratan lainnya yang
berhubungan dengan organdihasilkan.
 Peraturan Perundang-undangan diantaranya : Peraturan di tingkat nasional,
provinsi dan daerah, ketentuan spesifik dalam perijinan, dokumen pemerintah
dan perjanjian-perjanjian, serta kontrak dan dokumen lainnya yang membawa
konsekuensi adanya kewajiban secara hukum
 Persyaratan lainnya diantaranya : Persyaratan yang digunakan sebagai bahan
pertimbangan oleh organisasi peraturan, standar operasi industri, ketentuan-
ketentuan internal, standar yang bukan bersifat peraturan, kesepakatan dengan
pemda, kebijakan dan prosedur organisasi, serta perjanjian ketaatan sukarela.
Unsur Tujuan dan Sasaran
 Tujuan Lingkungan : Tujuan lingkungan secara menyeluruh yang konsisten
dengan kebijakan lingkungan yang ditetapkan oleh organisasi untuk dicapai.
(ISO 14001: 2004)
 Sasaran Lingkungan : Persyaratan kinerja secara rinci yang dapat diterapkan
oleh organisasi yang dihasilkan dari tujuan lingkungan dan perlu ditetapkan
dan dipenuhi untuk mencapai tujuan tersebut. (ISO 14001:2004)
Unsur Program Manajemen Lingkungan
 Menetapkan dan memelihara tujuan dan sasaran terdokumentasi pada setiap
fungsi dan tingkatan manajemen di perusahaan.
 Pertimbangan aspek-aspek hukum dan ketentuan-ketentuan hukum lainnya,
aspek penting lingkungan, pilihan teknologi dan keuangan, persyaratan bisnis
dan operasi, dan pandangan pihak terkait.
 Konsisten dengan kebijakan lingkungan, termasuk merefleksikan komitmen
terhadap pencegahan pencemaran.

3. Fase III : Implementasi dan Operasi


Unsur Struktur dan Tanggung Jawab
 Peran/fungsi, tanggung jawab dan kewenangan ditetapkan, didokumentasikan
dan disampaikan untuk menunjang terciptanya manajemen lingkungan yang
efektif.
 Manajemen harus menyediakan sumber daya yang diperlukan dalam
implementasi dan mengendalikan sistem manajemen lingkungan. Sumber
daya tersebut termasuk sumber daya manusia dan keterampilan khusus,
teknologi dan sumber financial.
 Manajemen puncak organisasi harus menunjuk wakil manajemen.
Unsur Kepedulian, Training dan Kompetisi
 Organisasi harus mengidentifikasi kebutuhan pelatihan
 Personil yang pekerjaannya berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan harus telah menerima pelatihan yang memadai.
 Seluruh personil harus peduli terhadap : Pentingnya kesesuaian dengan
kebijakan lingkungan, prosedur dan persyaratan dalam EMS, dampak penting
lingkungan, peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan EMS, serta personil
harus kompeten.
Unsur Komunikasi
 Sehubungan dengan aspek lingkungan dan EMS, organisasi perlu menetapkan
prosedur untuk:
- Komunikasi internal antar lini dan fungsi dalam organisasi.
- Menerima, mendokumentasikan dan menanggapi komunikasi yang relevan
dari pihak luar yang berkepentingan.
 Organisasi perlu menetapkan dan memelihara informasi, secara tertulis
ataupun elektronik, untuk : Menjelaskan unsur utama EMS dan interaksinya,
serta memberikan arahan atas dokumen terkait.
Unsur Dokumentasi Sistem Manajemen Lingkungan
Organisasi perlu menetapkan dan memelihara informasi, secara tertulis
ataupun elektronik diantaranya untuk: Menjelaskan unsur utama EMS dan
interaksinya, serta memberikan arahan atas dokumen terkait.

Unsur Pengendalian Dokumen


Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengendalikan
seluruh dokumen yang dipersyaratkan oleh standar internasional ini.

Unsur Pengendalian Operasi


Identifikasi kegiatan yang terkait dengan aspek penting lingkungan harus
merencanakan kegiatan melalui:
 Pembuatan prosedur terkait dengan aspek penting lingkungan
 Pembuatan instruksi kerja dalam prosedur
 Mengkomunikasikan prosedur dan persyaratan relevan kepada pemasok dan
kontraktor.

Unsur Perencanaan dan Tanggap Darurat


 Harus mempunyai prosedur untuk:
- Identifikasi potensi kecelakaan dan keadaan darurat
- Menanggapi kecelakaan dan keadaan darurat
- Mencegah dan menangani dampak lingkungan terkait.
- Mengkomunikasikan prosedur dan persyaratan relevan kepada
pemasok dan kontraktor
 Peninjauan dan revisi prosedur
 Tes prosedur jika memungkinkan.

4. Fase IV : Pengecekan dan Tindakan Perbaikan


Unsur Pemantauan dan Pengukuran
 Organisasi harus menetapkan Prosedur untuk memantau dan mengkur
karakteristik kunci dari kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak
penting lingkungan.
 Organisasi harus melakukan Kalibrasi terhadap peralatan pemantauan.
 Organisasi harus mempunyai Prosedur untuk evaluasi periodik terhadap
pemenuhan peraturan perundangan.
Unsur Evaluasi Pemenuhan
 Organisasi harus menetapkan Prosedur untuk mengevaluasi secara periodik
pemenuhan organisasi terhadap peraturan perundangan dan peraturan lainnya.
 Catatan pemenuhan harus disimpan.
Unsur Ketidakterpenuhan, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
 Organisasi harus menetapkan Prosedur untuk menentukan tanggung jawab dan
kewenangan untuk menangani ketidakterpenuhan, tindakan perbaikan dan
pencegahan.
 Tindakan perbaikan dan pencegahan harus sesuai dengan besarnya masalah
dan sepadan dengan dampak lingkungan yang terjadi.
 Memperhatikan semua perubahan pada prosedur akibat adanya tindakan
perbaikan dan pencegahan.
 Catatan : Tindakan perbaikan adalah memperbaiki permasalahan yang terjadi
dengan segera (misalnya memperbaiki kran yang bocor). Tindakan
pencegahan adalah merancang untuk mencegah terjadinya masalah yang sama
di kemudian hari (memperbaiki prosedur untuk pemeliharaan).
Ketidakterpenuhan dapat diidentifikasi melalui audit, monitoring dan
pengukuran, maupun komunikasi.
Unsur Pengendalian Rekaman
 Harus ditetapkan prosedur untuk identifikasi, pemeliharaan dan disposisi
rekaman lingkungan.
 Rekaman harus mencakup catatan pelatihan dan hasil audit serta kajian-kajian.
 Rekaman harus jelas dan mudah dilacak.
 Rekaman harus dijaga sesuai dengan ketentuan sistem untuk menunjukkan
kesesuaian dengan standar internasional ini.
Unsur Audit Internal
 Harus ditetapkan prosedur untuk audit mencakup ruang lingkup audit,
frekuensi dan metodologi, tanggung jawab pelaksanaan audit dan
pelaporannya.
 Audit untuk menentukan kesesuaian EMS dengan rencana dan memastikan
penerapannya.

5. Fase V : Kajian Manajemen


 Organisasi harus melakukan kajian terhadap EMS untuk memastikan
keterpenuhan, ketepatan, dan keefektifan dari sistem.
 Kajian harus terbuka terhadap kemungkinan perubahan pada kebijakan, tujuan
dan unsur lain dalam EMS
E. Audit Sistem Manajemen Lingkungan
Audit lingkungan adalah alat pemeriksaan komprehensif dalam sistem
manajemen lingkungan. Audit lingkungan merupakan satu alat untuk memverifikasi
secara objektif upaya manajemen lingkungan dan dapat membantu mencari langkah-
langkah perbaikan guna meningkatkan performasi lingkungan, berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan (Bratasida,1996). Menurut United States Environmental
Protection Agency (US EPA), Audit Lingkungan adalah suatu pemeriksaan yang
sistematis, terdokumentasi secara periodik dan objektif berdasarkan aturan yang ada
terhadap fasilitas operasi dan praktek yang berkaitan dengan pentaatan kebutuhan
lingkungan (Tardan dkk, 1997). Dalam perkembangan selanjutnya audit lingkungan
mencakup beberapa bidang antara lain sistem manajemen lingkungan pelaksanaan
produksi bersih, pentaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan minimisasi
limbah. Audit lingkungan merupakan upaya proaktif suatu perusahaan untuk
perlindungan lingkungan yang akan membantu perusahan meningkatkan efisiensi dan
pengendalian emisi, polutan yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra positif dari
masyarakat terhadap perusahaan.
Dasar hukum pelaksanaan audit lingkungan di Indonesia adalah UU RI Nomor
23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan KEPMEN LH Nomor
KEP-42 MENLH/11/1994 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan.
Audit lingkungan ada beberapa jenis, yang pelaksanaannya sangat tergantung
pada kebutuhan manajemen/ perusahaan. Jenis-jenis audit itu antara lain adalah
(Tardan dkk, 1997) :
1. Audit Pentaatan
Audit Pentaatan memiliki sifat :
- Menilai ketaatan terhadap peraturan, standar dan pedoman yang ada.
- Meninjau persyaratan perizinan dan pelaporan.
- Melihat pembatasan pada pembuangan limbah udara, air dan padatan.
- Menilai keterbatasan peraturan dalam pengoperasian, pemantauan dan
- Pelaporan sendiri atas pelanggaran yang dilakukan perusahaan.
- Sangat mengarah pada semua hal yang berkaitan dengan pentaatan.
- Dapat dilakukan oleh petugas (kelompok/perusahaan) setempat.
2. Audit Manajemen
Audit jenis ini mempunyai sifat :
- Menilai kefektifan sistem manajemen internal, kebijakan perusahaan
dan resiko yang berkaitan dengan manajemen bahan.
- Menilai keadaan umum dari peralatan, bahan bangunan dan
tempat penyimpangan.
- Mencari bukti/ kenyataan tentang kebenaran dan kinerja proses
produksi.
- Menilai kualitas pengoperasian dan tata laksana operasi.
- Menilai keadaan catatan/ laporan tentang emisi, tumpahan, keluaran,
dan penanganan limbah.
- Menilai tempat pembuangan secara rinci.
3. Audit Produksi Bersih dan Minimisasi Limbah
Jenis audit ini mempunyai sifat :
- Mengurangi jumlah timbunan dan produksi buangan limbah.
- Menggunakan analisis kualitas daan kuantitatif yang rinci terhadap
praktek pembelian, proses produksi dan timbunan limbah.
- Mencari tindakan alternatif untuk pengurangan produksi, dan pendaur
ulangan limbah.
4. Audit Konservasi Air
Sifat audit ini adalah : Mengidentifikasi sumber air penggunaan air dan
mencari upaya untuk mengurangi penggunaan air total melalui usaha
pengurangan, penggunaan ulang dan pendaur-ulangan.
5. Audit Konservasi Energi
Sifat audit ini adalah : Melacak pola pemakaian tenaga listrik, gas dan
bahan bakar minyak dan mencoba untuk mengkuantifikasikan serta
meminimalkan penggunaannya.
6. Audit Pengotoran/ Kontaminasi Lokasi Usaha
Sifat audit ini adalah :
- Menilai kedaan pengotoran lokasi perusahaan akibat pengoperasian
yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan.
- Melakukan pengambilan contoh dari lokasi dan
melakukan penganalisaan contoh sampel tersebut untuk jangka waktu
yang cukup panjang dan merupakan hal yang khusus pada audit jenis
ini (audit lain tidak melakukan pengambilan sampel).
- Melakukan pengelolaan secara statistik terhadap hasil audit, jika
diperlukan.
7. Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jenis audit ini memiliki sifat :
- Menilai tatalaksana operasional pekerjaan, pengelolaan bahan dan
limbah berbahaya, pembuangan bahan pencemar dan sejenisnya, yang
berhubungan erat dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
- Audit ini memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menetapkan
apakah perusahaan tersebut sudah mentaati peraturan tentanf
keselamatan dan kesehatan kerja.
8. Audit Perolehan (Procurement Audit)
Sifat audit ini adalah :
- Meninjau praktek pembelian
- Mengidentifikasi hasil produksi daan peralatan alternatif.
- Dapat dilakukan terpisah atau sebagai bagian audit minimisasi limbah
atau audit produksi bersih.
- Biasanya melibatkan pegawai bagian pembelian.
- Melihat alternatif dari yang sederhana sampai genting (cradle to
grave)
F. Peraturan yang Mengatur Tentang Sistem Manajemen Lingkungan
1. Undang-undang dan Peraturan Lingkungan Hidup
a. Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya.
b. Undang-undang Republik Indonesia No. 24 tahun 1992 tentang Penataan
Ruang.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 1993 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 MenLHJ3/1994
tentang Pedoman Umum Penyusunan Amdal.
e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep5 1/MenLH/lO/1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri
f. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep39IMenLH/10/1996
tentang Daftar Jenis Usaha atau Kegiatan Wajib Amdal.
g. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan.

2. Peraturan Sistem Manjemen Lingkungan dalam ISO 14001 : 2004

ISO 14000 adalah baku mutu lingkungan hidup tempat suatu badan usaha
mempunyai kegiatan yang meliputi air, udara, tanah, flora, fauna serta manusia
dengan semua yang terkait dengannya.

A. KLASIFIKASI ISO 14000 MENURUT POWER (1995)

Gambar 2 Klasifikasi ISO 14000Menurut Power

B. KLASIFIKASI ISO 14000 MENURUT SCHULLER (1996)


Gambar 3 KlasifikasiISO 14000 menurutSchuller

C. KLASIFIKASI ISO 14000 MENURUT CLEMENTS (1996) BAGIAN


DAN ISO 14000
1. ISO 14000 dan ISO 14002: SistemManajemenLingkungan.
2. ISO 14011 - ISO 14013 : Audit Lingkungan (catatan: ada 3 macam ISO
14011).
3. ISO 14014: Rona LingkunganAwal.
4. ISO 14015 :Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
5. ISO 14020 - ISO 14024 dan ISO 1402x: Ekolabel.
6. ISO 14031 dan ISO 14032 : Evaluasi Kinerja Lingkungan, terdiri atas
metodologi dan indicator bidang industri.
7. ISO 14040 - ISO 14043 : Analisis Mengenai Daur Hidup Produk.
8. ISO 14050: Definisi dan Peristilahan
9. ISO Guide 64: Panduan untuk memasukkan gatra lingkungan kedalam
spesifikasi produk.

Anda mungkin juga menyukai