Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia yang modern ini banyak akan permasalahan yang dihadapi

setiap pribadi atau organisasi, salah satu dari permasalahan tersebut adalah

lingkungan hidup, Permasalahan lingkungan hidup telah menjadi bagian dalam

kehidupan manusia, bahkan saat ini masalah lingkungan telah menjadi isu global

dan penting untuk dibicarakan karena menyangkut kepentingan seluruh umat

manusia. Empat puluh tahun terakhir ini telah terjadi perubahan cara pandang

dalam melihat masalah lingkungan. Pada tahun enam puluhan masalah lingkungan

hanya dipandang sebagai masalah lokal, pencemaran udara di perkotaan, masalah

limbah industri dan sebagainya. Pada tahun tujuh puluhan masalah lingkungan di

pandang sebagai masalah global seperti hujan asam, kerusakan lapisan ozon,

pemanasan global dan perubahan iklim.Pada tahun delapan puluhan timbul

kesadaran bahwa masalah lingkungan global dapat mengancam kelangsungan

pembangunan ekonomi.

Pada tahun sembilan puluhan munculah kesadaran masyarakat akan perlunya

suatu alat analisis yang obyektif untuk menilai kinerja operasional perusahaan

terhadap lingkungan. Salah satu isu utama yang mendapat perhatian besar

masyarakat dunia adalah pencemaran lingkungan hidup oleh perusahaan industri.

Pengusaha industri dituntut untuk merubah sistem manajemen lingkungan agar

sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

Audit lingkungan merupakan alat untuk memverifikasi secara obyektif upaya


manajemen lingkungan dan dapat membantu mencari langkah-langkah perbaikan

untuk meningkatkan kinerja lingkungan berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan.

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kemajuan yang

sangat pesat dalam bidang industri, teknologi, dan perdagangan bebas

internasional, hal tersebut menuntut adanya penggunaan secara intensif sumber

daya manusia dan sumber daya alam. Permintaan pemenuhan akan perluasan

sumber daya alam dalam pembangunan nasional perlu direncanakan dengan

matang. Pemerintah Indonesia sejak era Orde Baru telah mengantisipasi hal

tersebut melalui kebijaksanaan pengolahan lingkungan hidup, yaitu menetapkan

suatu keputusan mengenai penerapan dan pelaksanaan audit lingkungan dengan

dikeluarkannya surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-

42/MENLH/11/1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan.

Audit lingkungan sendiri merupakan salah satu upaya proaktif perusahaan untuk

perlindungan lingkungan yang akan membantu meningkatkan kinerja operasional

perusahaan terhadap lingkungan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan citra

positif perusahaan.

Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan yang melatar belakangi

audit lingkungan sebagai dasar evaluasi. Yaitu evaluasi kinerja perusahaan

terhadap lingkungan disekitarnya, dengan demikian perusahaan akan dinilai

positif dari lembaga yang bersangkutan.


B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menyimpulkan rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan audit lingkungan?

2. Apa manfaat adanya audit lingkungan?

3. Apa saja jenis-jenis audit lingkungan?

4. Bagaimana audit lingkungan di Indonesia?

5. Bagaimana auditing sebagai komponen manajemen lingkungan?

6. Bagaimana tata cara audit lingkungan?

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab

permasalahn di atas.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Audit Lingkungan

Audit Lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara

sistematik, terdokumentasi, periodik dan objektif tentang bagaimana suatu kinerja

organisasi sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan memfasilitasi kontrol

manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan

pengkajian pemanfaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan

perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan.

Pengertian audit lingkungan sangat luas, dibawah ini adalah berbagai

pengertian dari audit lingkungan :

1. Berdasarkan Kep.Men.LH No. 42 Tahun 1994, Audit Lingkungan adalah

suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik,

terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja

organisasi sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan menfasilitasi

kontrol manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak

lingkungan dan pengkajian pemanfaatan kebijakan usaha atau kegiatan

terhadap peraturan perundang undangan tentang pengelolaan lingkungan.

2. Berdasarkan UU No. 23 tahun 1997 Suatu proses evaluasi yang dilakukan

penanggungjawab usaha dan atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan

terhadap persyaratan hukum yang berlaku dan atau kebijaksanaan dan

standar yang ditetapkan oleh penangungjawab usaha atau kegiatan yang

bersangkutan.
3. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 3

Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan Hidup, Audit lingkungan hidup

adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab

Usaha dan/atau Kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang

ditetapkan oleh pemerintah.

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulkan bahwa audit

lingkungan merupakan proses menentukan apakah seluruh atau tingkat yang

terpilih dari suatu organisasi menaati persyaratan peraturan dan serta prosedur

intern.

Adapun tujuan audit lingkungan sangatlah luas, tergantung sudut pandang

yang kita lihat. Dibawah ini adalah pendapat para ahli terhadap tujuan audit

lingkungan:

1. Menurut Grant Ledgerwood, Elizabeth Street, dan Riki Therivel, bahwa

audit lingkungan mempunyai 3 tujuan yang luas, yaitu :

a. Ketaatan terhadap peraturan.

b. Bantuan untuk akuisisi dan penjualan aktiva.

c. Pengembangan korporat terhadap misi penghijauan.

2. Menurut Dadang Purnama (1995):

Tujuan akhir suatu audit lingkungan adalah peningkatan performa atau

kinerja suatu usaha atau kegiatan terutama akibat peningkatan pengelolaan

lingkungan yang dilakukan.


B. Manfaat Audit Lingkungan

Secara umum, manfaat audit lingkungan dapat digolongkan menjadi manfaat

yang dapat terukur (tangible), dan manfaat yang tidak dapat terukur (intagible).

Manfaat yang dapat diperoleh suatu perusahaan dari kegiatan audit lingkungan

adalah (BAPEDAL, 1994) :

1. Mengidentifikasi resiko lingkungan

2. Menjadi dasar pelaksanaan kebijakan pengelolaan lingkungan atau upaya

penyempurnaan rencana yang ada.

3. Menghindari kerugian finansial seperti penutupan /pemberhentian suatu

usaha atau kegiatan atau pembatasan oleh pemerintah, atau publikasi yang

merugikan akibat pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang tidak baik

4. Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha atau kegiatan atau

terhadap pimpinannya berdasarkan pada peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

5. Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam proses peradilan

6. Meningkatkan kepedulian pimpinan/penanggung jawab dan staf suatu

badan usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan kegiatannya terhadap

kebijakan dan tanggung jawab lingkungan.

7. Mengidentifikasi kemungkinan penghematan biaya melalui upaya

konserfasi energi, dan pengurangan, pemakaian ulang dan daur ulang

limbah.
8. Menyediakan laporan audit lingkungan bagi keperluan usaha atau kegiatan

yang bersangkutan, atau bagi keperluan kelompok pemerhati lingkungan,

pemerintah dan media masa.

9. Menyediakan informasi yang memadai bagi kepentingan usaha atau

kegiatan asuransi, lembaga keuangan, dan pemegang saham.

Adapun sasaran Audit Lingkungan adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan kebijakan lingkungan.

2. Pentaatan terhadap regulasi, lisensi dan standar.

3. Review manajemen dan operasional perusahaan.

4. Meminimisasi resiko lingkungan.

5. Efisiensi penggunaan energi dan sumber daya alam.

6. Perbaikan kondisi kesehatan dan keselamatan kerja.

7. Mengetahui aktivitas pasca amdal.

8. Penyediaan informasi untuk asuransi, merger dan dis investment.

9. Pengembangan citra hijau dalam perusahaan.

C. Jenis- Jenis Audit Lingkungan

Dalam implementasinya, terdapat beragam jenis audit lingkungan tergantung

jenis organisasi yang diaudit, tingkat kedalaman dan lingkup audit. Oleh karena

itu audit lingkungan kerap diberi penamaan mengikuti tujuan dan lingkup audit

yang dilaksanakan.

Audit Lingkungan pada perusahaan dapat dikelompokkan menjadi :

a. Audit Manajemen
Audit manajemen yaitu audit lingkungan yang dilaksanakan sebagai

bagian dari pengelolaan dan kinerja lingkungan sebuah fasilitas industri. Audit

manajemen dilaksanakan untuk menyediakan informasi yang dapat digunakan

oleh suatu usaha atau kegiatan itu sendiri untuk memperbaiki kinerja

lingkungannya. Program ini merupakan bagian sukarela internal yang dilakukan

sebagai kegiatan perbaikan dan untuk mencapai perbaikan yang berkelanjutan.

b. Audit Transaksi

Audit transaksi yaitu audit lingkungan yang dilaksanakan sebagai suatu

persyaratan dalam transaksi usaha dan bisnis. Audit transaksi banyak

dilaksanakan sebagai suatu persyaratan usaha yang harus dipenuhi untuk tujuan

tertentu, misalnya perjanjian asuransi, bursa saham, prasyarat pengembangan

perusahaan dan penghentian sementara. Proses audit ini biasanya bersifat

eksternal yang dilaksanakan oleh pihak ketiga yang tidak terlibat langsung dengan

kegiatan operasi perusahaan yang diaudit dengan mengatasnamakan pihak lain.

Tujuan audit ini adalah untuk mengidentifikasikan tanggung jawab dan jaminan

atas lingkungan yang ada sekarang dan untuk masa mendatang sehingga pihak

lain tersebut dapat membuat suatu keputusan yang lebih pasti dalam transaksi

usaha yang akan dilakukannya terhadap perusahaan yang diaudit

Sedangkan menurut Grant Ledgerwood dan kawan-kawan (1992), berikut

dijelaskan tentang jenis-jenis audit lingkungan beserta karakteristiknya :

a. Audit Pentaatan

b. Audit Manajemen

c. Audit Produksi Bersih dan Minimisasi Limbah


d. Audit Konservasi Air

e. Audit Pencemaran/ Kontaminasi Lokasi Usaha

f. Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja

D. Audit Lingkungan di Indonesia

Dalam Standar Nasional Indonesia, pedoman audit lingkungan telah diabolisi


(tidak dipergunakan lagi). Diantaranya adalah SNI 19-14010-1997 tentang
Pedoman audit lingkungan. Prinsip umum, SNI 19-14011-1997 tentang Pedoman
untuk pengauditan lingkungan, prosedur audit, pengauditan sistem manajemen
lingkungan dan SNI 19-14012-1997 tentang Pedoman audit untuk lingkungan –
Kriteria kualifikasi untuk auditor lingkungan.
Ketika geger kebocoran pipa PT. Inti Indorayon Utama, Menteri Negara
Lingkungan Hidup, Sarwono Kusuma Atmaja segera menyerukan untuk
melakukan Audit Lingkungan atas aktivitas perusahaan ini (Kompas 10
November 1993). Bidang ini dapat dikatakan masih baru di dunia pengelolaan
lingkungan di bumi ini. Baru pada era 1980-an negara maju seperti kanada mulai
memikirkan dan menerapkan audit lingkungan.
Gaung audit lingkungan mulai menggema ketika WALHI (Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia) berpendapat bahwa sistem AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) yang ada sekarang sepatutnya dilengkapi
dengan audit lingkungan. Karena salah satu kehunaan Audit Lingkungan adalah
untuk mengecek dan menguji kinerja program lingkungan dari suatu organisasi
secara berkala. Pengujian secara berkala ini, akan memperkuat penerapan
rekomendasi dalam dua dokumen penting di proses AMDAL, yaitu RKL
(Rencana Pengelolaan Lingkungan) dan RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan)
suatu kegiatan. Apalagi audit lingkungan haruslah menjamin adanya database
lingkungan yang menyeluruh untuk pengelolaan kewaspadaan serta pengambilan
keputusan untuk pemantauan fasilitas yang telah dan akan dibangun. Audit
lingkungan juga membantu pihak yang berwenang di bidang lingkungan, dengan
memberi informasi aktifitas organisasi mengelola lingkungan dari database diatas.
Database lingkungan yang tersedia, sebaliknya, akan mendongkrak citra
perusahaan sebagai perusahaan yang bonafid dan dapat dipercaya dengan
tumbuhnya kesadaran lingkungan dari masyarakat.
Yang menjadi perdebatan, apakah audit lingkungan itu bersifat keharusan
(mandatory) sehingga dapat dipaksakan berlakunya oleh pemerintah, atau semata-
mata kerelaan sang pengusaha untuk menjalankannya sebagai bagian dari
manajemen internal mereka? Karena itu ada pendapat jika memang audit
lingkungan merupakan urusan intern perusahaan, setidaknya masalah transparansi
menjadi penting disini, sehinga pihak luar dapat menjalankan fungsinya sebagai
eksternal kontrol. Apalagi mengingat kesalahan perhitungan dalam mengelola
lingkungan tidak hanya ditanggung oleh pengusaha, tetapi juga masyarakat
lainnya.
Proses yang dijalankan untuk melakukan audit lingkungan haruslah dilakukan
secara menyeluruh termasuk melakukan audit organisasi dan personalnya,
penyelidikan lapangan (on-site investigation) dengan mewancarai staff dengan
variasi jabatannya, menganalisis dokumen-dokumen terkait, yang pada akhirnya
dilakukan pelaporan audit dan rekomendasi tindak-lanjut kegiatan.
Agar audit lingkungan dapat berjalan dengan efektif, setidaknya ada elemen
penting yang harus diperhatikan. Pertama diperlukan komitmen dari perusahaan
itu agar ia mau terbuka dan jujur dalam memberikan data. Hal diatas agak riskan
mengingat pengusaha biasanya enggan untuk membuka „jati dirinya‟ karena
persaingan bisnis misalnya. Kedua, adanya auditor yang mandiri yang tidak
mempunyai kepentingan apapun atas fasilitas yang sedang diaudit. Ini penting
untuk menjaga keobyektifan penilaian, kemandirian auditor harus pula dijaga agar
tidak terpengaruh oleh situasi atau tekanan lainnya ketika mereka melakukan
kunjungan lapangan. Verifikasi prosedur dan pengukuran kinerja, merupakan dua
hal berikutnya dari elemen audit lingkungan. Hal ini penting dilakukan agar ada
kepastian bahwa informasi yang didapat memang benar-benar akurat. Terakhir,
harus ada mekanisme tindak lanjut dari rekomendasi yang didapat selama audit
lingkungan. Jika tidak, maka usaha audit lingkungan yang telah dilakukan akan
menjadi sia-sia.
Nampaknya ini merupakan „barang baru‟ di Indonesia sehingga Bapedal
(Badan Pengendalian Dampak Lingkungan) perlu berkirim surat ke Kedutaan-
kedutaan Besar mancanegara, meminta para ahli lingkungan menerapkan audit
lingkungan bagi PT. IIU (kompas 16 November 1993). Apakah ini suatu
pengakuan atas langkanya tenaga auditor lingkungan di Indonesia, agaklah riskan
untuk dijawab. Tetapi dalam hal ini, Malaysia selangkah lebih maju dari Indonesia
dangan membuat Konperensi Audit Lingkungan (Februari 1993) untuk mengkaji
dan mensosialisasikan audit lingkungan dinegaranya.
Dalam perkembangan lebih jauh, nampaknya Bapedal sangat berminat untuk
mengembangkan audit lingkungan sebagai salah satu alat pengelolaan lingkungan
di Indonesia. Sepanjang tahun 1994 ide tentang audit lingkungan terus digodog
dengan mengundang pihak terkait. Sayangnya perdebatan tentang audit
lingkungan masih berpijak pada audit lingkungan yang biasa diterapkan di negara
barat; yaitu sebagai management tool yang lemah segi penegakannya. Berbeda
dengan visi WALHI bahwa audit lingkungan adalah enforcement tool agar RKL
dan RPL dapat dilaksanakan. Sehingga dapat dipahami para praktisi, dan pembuat
studi AMDAL banyak yang pesimis akan kegunaan audit lingkungan. Kata
mereka masalah utama adalah bagaimana rekomendasi-rekomendasi AMDAL
dapat diterapkan, sehingga yang diperlukan adalah pengawasan dan penegakan
agar hasil studi AMDAL dapat dilaksanakan oleh pemrakarsa (terungkap dalam
diskusi tentang Audit Lingkungan, Jakarta 21 Oktober 1994). Jika, masalah
penegakan tidak dapat diselesaikan, maka audit lingkungan dipandang hanya
sebagai tambahan pekerjaan dan biaya tanpa kejelasan makna perlindungan
lingkungan lagi.
Nampaknya pemerintah lebih suka untuk melepaskan perdebatan tentang
Audit Lingkungan. Keluarnya SK. Menteri Negara Lingkungan Hidup NO. Kep-
42/Menlh/11/94 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan telah
menegaskan sikap pemerintah dan mengakhiri perdebatan apakah audit
lingkungan bersifat sukarela atau kewajiban. Surat keputusan tersebut jelas
menyebutkan bahwa audit lingkungan adalah sukarela dan dengan ruang lingkup
yang fleksibel. Jelas, hal ini sangat memerlukan niat baik dari sang pemrakarsa
audit lingkungan untuk mau terbuka atas aktivitas mereka. Menyimak audit
lingkungan yang dilakukan oleh PT. IIu, setelah lebih dari setahun berjalan tidak
ada penjelasan lebih lanjut tentang kemajuan proses audit tersebut dan sialnya
tidak ada satu lembagapun yang dapat memaksa PT. IIU untuk mengumumkan
hsail Audit Lingkungannya. Jika sudah begini, maka apa yang disinyalir para
praktisi Amdal akan mendekati kenyataan; bahwa audit lingkungan menjadi tidak
bermakna.
E. Auditing Sebagai Komponen Manajemen Lingkungan

Suatu sistem Manajemen Lingkungan merupakan metode untuk menuntun

suatu organisasi untuk mencapai dan mempertahankan kinerja sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan dan sebagai tanggapan terhadap peraturan yang

secara konstan berubah, sosial, keuangan, ekonomi dan tekanan kompetitif, dan

resiko lingkungan. Apabila beroperasi secara efektif, suatu sistem manajaemen

lingkungan korporat memberikan manajemen dan dewan direksi pengetahuan,

yaitu:

1. Perusahaan menaati hukum dan peraturan lingkungan.

2. Kebijakan dan prosedur secara jelas didefinisikan dan diumumkan ke

seluruh organisasi.

3. Resiko korporat yang berasal dari resiko lingkungan dinyatakan dan

berada dibawah pengendalian.

4. Perusahaan mempunyai sumberdaya dan staff yang tepat untuk pekerjaan

lingkungan, menggunakan sumber daya tersebut, dan dapat mengendalikan

masa depan sumber daya tersebut.


Sistem manajemen lingkungan terdiri dari beberapa fungsi, yaitu:

a. Mengorganisasi
Menetapkan struktur organisasi, melukiskan peranan dan tanggung jawab,
menciptakan deskripsi posisi, menetapkan kualifikasi posisi dan melatih
staff.
b. Menuntun dan Mengarahkan
Mengkoordinasi, memotivasi, menetapkan prioritas, mengembangkan
standar kinerja, mendelegasi dan mengelola perubahan.
c. Mengkomunikasikan
Mengembangkan dan mengimplementasikan saluran komunikasi yang
efektif dalam korporat, dalam divisi, dan dengan kelompok eksternal,
termasuk pengatur apabila sesuai.
d. Mengendalikan dan Menelaah
Mengukur hasil, menyatakan kinerja, mendiagnosis masalah, mengambil
tindakan korektif dan secara sengaja mencari cara-cara untuk belajar dari
kesalahan masa lalu serta dengan demikian menciptakan perbaikan dalam
sistem.
F. Tata Cara Audit Lingkungan

Dadang Purnomo (1995) mengemukakan bahwa dalam pembentukan tim

audit di Indonesia sampai saat ini belum ada suatu pembukuan mengenai syarat

dan kriteria suatu tim auditor. Demikian pula dalam praktek pelaksanaan di dunia

internasional. Penanggung jawab kegiatan biasanya akan memilih suatu tim yang

sudah memiliki pengalaman yang cukup banyak dan hal tersebut biasanya

mendapat referensi dari asosiasi auditor internasional. Kualifikasi seorang auditor

ditentukan oleh kemampuan profesionalisme orang tersebut dan kemampuannya

untuk mengkaji permasalahan bagi usaha atau kegiatan yang akan diaudit.
Kemampuan yang dimiliki oleh tim auditor diantaranya meliputi pengetahuan

tentang :

1. Proses prosedur dan teknis audit.

2. Karakteristik dan analisa tentang sistem manajemen.

3. Peraturan perundangan-undangan dan kebijaksanaan lingkungan.

4. Sistem dan teknologi pengelolaan lingkungan, kesehatan dan keselamatan

kerja.

5. Fasilitas usaha atau kegiatan yang akan diaudit.

6. Potensi dampak lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja serta resiko

bahaya.

Auditor lingkungan harus terlatih secara profesional untuk menjamin


ketepatan, konsistensi dan objektifitas dalam pelaksanaan audit.Audit harus
mengikuti kode etik auditor yang ada. Oleh karenanya, auditor juga perlu
mendapatkan pelatihan dan peningkatan kemampuan dalam bidang yang
dibutuhkan dalam audit, meliputi :

1. Kemampuan berkomunikasi.
2. Kemampuan perencanaan dan penjadwalan kerja.
3. Kemampuan untuk menganalisis data dan hasil temuan.
4. Kemampuan untuk menulis laporan audit.

Berdasarkan Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup RI No. KEP-


42/MENHL/11/94 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan
terdapat beberapa tahapan-tahapan pelaksanaan audit lingkungan adalah sebagai
berikut :
1. Pendahuluan
Penerapan audit lingkungan akan tergantung kepada jenis audit yang
dilaksanakan, jenis usaha atau kegiatan dan pelaksanaan oleh tim auditor.
2. Pra-audit
Kegiatan pra-audit merupakan bagian penting dalam prosedur audit
lingkungan. Perencanaan yang baik pada tahap ini akan menentukan
keberhasilan pelaksanaan audit dan tindak lanjut audit tersebut. Informasi
yang diperlukan pada tahap ini meliputi informasi rinci mengenai aktifitas
dilapangan, status hukum, struktur organisasi, dan lingkup usaha atau
kegiatan yang akan diaudit. Aktifitas pra-audit juga meliputi pemilihan tata
laksana audit, penentuan tim auditor, dan pendanaan pelaksanaan kegiatan
audit..Pada saat ini, tujuan dan ruang lingkup audit.Harus telah disepakati.
3. Audit (Kegiatan lapangan)
a. Pertemuan Pendahuluan
Tahap awal yang harus dilaksanakan oleh tim audit adalah mengadakan
pertemuan dengan pimpinan usaha atau kegiatan untuk mengkaji tujuan
audit, tata Laksana, dan jadwal kegiatan audit.
b. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan dilapangan dilaksanakan setelah pertemuan pendahuluan.
Tim audit akan mendapatkan gambaran tentang kegiatan usaha yang
akan menjadi dasar penetapan areal kegiatan yang memerlukan
perhatian secara khusus. Dengan melaksanakan pemeriksaan lapangan,
tim auditor dapat menemukan hal-hal yang terkait erat dengan kegiatan
audit. Namun Belum teridentifikasi dalam perencanaan. Fase ini disebut
juga tour pengenalan fasilitas teknis.
c. Pengumpulan Data
Data dan informasi yang dikumpulkan selama audit. Lingkungan akan
mencakup dokumentasi yang diberikan oleh pemilik usaha atau
kegiatan, catatan dan pengamatan tin auditor, hasil sampling dan
pemantauan, foto-foto, rencana, diagram, kertas kerja dan hal-hal lain
yang berkaitan. Informasi tersebut harus terdokumentasi dengan baik
atau mudah ditelusuri kembali. Tujuan utama pengumpulan data adalah
untuk menunjang dan merupakan dasar bagi pengujian hasil temuan
audit lingkungan.Penyelenggaraan interview terhadap orang yang
dianggap mengetahui proses operasi ditiap bagian merupakan suatu
langkah yang umum digunakan pada pengumpulan data ini.
d. Pengujian (verifikasi)
Prinsip utama audit lingkungan adalah bahwa informasi yang disajikan
oleh tim auditor telah diuji dan dikonfirmasikan. Dokumentasi yang
dihasilkan oleh tim auditor haurs menunjang semua pernyataan, atau
telah teruji melalui pengamatan langsung oleh tim auditor.Dalam
menguji hasil temuan audit., tim auditor harus menjamin bahwa
dokumen yang dihasilkan merupakan dokumen yang asli dan sah. Oleh
karena itu tata Laksana harus menentukan tingkat pengujian data yang
dibutuhkan, atau harus ditentukan oleh tim auditor.Verifikasi ditentukan
untuk seluruh informasi yang diperoleh melalui data check, interview
untuk cross checking denngan seluruh level pekerja, dan sampling
verifikasi lapangan.
e. Evaluasi Hasil Temuan
Hasil temuan audit harus dievaluasi sesuai dengan tujuan dan tata
laksana yang telah disetuji untuk menjamin bahwa semua isu/masalah
telah dikaji. Dokumentasi penunjang harus dikaji secara teliti sehingga
hasil temuan telah ditunjang oleh data dan uji secara tepat.
f. Pertemuan Akhir
Setelah penelitian lapangan selesai, tim auditor haurs memaparkan hasil
temuan dalam suatu pertemuan akhir secara resmi. Pertemuan ini akan
mendiskusikan berbagai hal yang belum tersedia. Tim auditor harus
mengkaji hasil temuannya secara garis besar dan menentukan waktu
penyelesaian laporan akhir.Seluruh dokementasi selama penelitian
harus dikembalikan kepada penanggung jawab usaha atau kegiatan.
4. Pasca audit
Tim auditor akan mempunyai laporan tertulis secara lengkap sebagai hasil
pelaksanaan audit lingkungan. Laporan tersebut juga mencakup pemaparan
tentang rencana tindak lanjut dan rekomendasi terhadap isu-isu lingkungan
yang diidentifikasi.

Anda mungkin juga menyukai