menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 3 Tahun 2013
tentang Audit Lingkungan Hidup, Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang
dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan terhadap
persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Tujuan audit lingkungan sangatlah luas, tergantung sudut pandang yang kita lihat.
Dibawah ini adalah pendapat para ahli terhadap tujuan audit lingkungan :
Menurut Grant Ledgerwood, Elizabeth Street, dan Riki Therivel, bahwa audit
lingkungan mempunyai 3 tujuan yang luas, yaitu :
1. Ketaatan terhadap peraturan.
2. Bantuan untuk akuisisi dan penjualan aktiva.
3. Pengembangan korporat terhadap misi penghijauan.
Sedangkan untuk fungsi dari audit lingkungan menurut Keputusan Mentri Lingkungan
Hidup No. 42 Tahun 1994 disebutkan diantaranya adalah :
1. Upaya peningkatan penataan suatu usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-
undangan lingkungan, misalnya : standar emisi udara, limbah cair, penanganan limbah dan
standar operasi lainnya.
2. Dokumentasi suatu usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan standar operasi, prosedur
pengelolahan dan pemantauan lingkungan termasuk rencana tanggap darurat, pemantauan
dan pelaporan serta rencana perubahan pada proses dan peraturan.
3. Jaminan untuk menghindari perusakan atau kecenderungan perusakan lingkungan.
4. Bukti keabsahan prakiraan dampak dan penerapan rekomendasi yang tercantum dalam
dokumen AMDAL, yang berguna dalam penyempurnaan proses amdal.
5. Upaya perbaikan penggunaan sumber daya melalui penghematan penggunaan bahan,
minimalisasi limbah dan identifikasi kemungkinan proses daur ulang.
6. Upaya untuk meningatkan tindakan yang telah dilaksanakan atau yang perlu dilaksanakan
oleh suatu usaha atau kegiatan untuk memenuhi kepentingan lingkungan, misalnya
pembangunan yang berkelanjutan, proses daur ulang dan efisiensi penggunaan sumber
daya.
Apa manfaat dari audit lingkungan ?
Secara umum, manfaat audit lingkungan dapat digolongkan menjadi manfaat yang
dapat terukur (tangible), dan manfaat yang tidak dapat terukur (intagible). Manfaat yang dapat
diperoleh suatu perusahaan dari kegiatan audit lingkungan adalah (BAPEDAL, 1994) :
a. Mengidentifikasi resiko lingkungan
b. Menjadi dasar pelaksanaan kebijakan pengelolaan lingkungan atau upaya penyempurnaan
rencana yang ada.
c. Menghindari kerugian finansial seperti penutupan /pemberhentian suatu usaha atau
kegiatan atau pembatasan oleh pemerintah, atau publikasi yang merugikan akibat
pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang tidak baik
d. Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha atau kegiatan atau terhadap
pimpinannya berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dalam proses peradilan
f. Meningkatkan kepedulian pimpinan/penanggung jawab dan staf suatu badan usaha atau
kegiatan tentang pelaksanaan kegiatannya terhadap kebijakan dan tanggung jawab
lingkungan.
g. Mengidentifikasi kemungkinan penghematan biaya melalui upaya konserfasi energi, dan
pengurangan, pemakaian ulang dan daur ulang limbah.
h. Menyediakan laporan audit lingkungan bagi keperluan usaha atau kegiatan yang
bersangkutan, atau bagi keperluan kelompok pemerhati lingkungan, pemerintah dan media
masa.
i. Menyediakan informasi yang memadai bagi kepentingan usaha atau kegiatan asuransi,
lembaga keuangan, dan pemegang saham.
Ruang lingkup audit lingkungan sangat luas tergantung pada kebutuhan usaha atau
kegiatan yang bersangkutan. Menurut Dadang Purnomo (1995) audit. Lingkungan perlu
disusun sedemikian rupa sehingga dapat memberikan informasi-informasi mengenai :
4. Sejarah atau rangkaian suatu usaha atau kegiatan dan kerusakan lingkungan ditempat
usaha atau kegiatan tersebut, pengelolaan dan pemantauan yang dilakukan, serta usaha
lingkungan yang terkait.
5. Perubahan lingkungan sejak usaha atau kegiatan tersebut didirikan sampai waktu terakhir
pelaksanaan audit..
6. Penggunaan input dan sumber daya alam, proses bahan dasar, bahan jadi, dan limbah
termasuk limbah B3.
7. Identifikasi penanganan dan penyimpanan bahan kimia, B3 serta potensi kerusakan yang
mungkin yang mungkin terjadi.
8. Kajian resiko lingkungan.
9. Sistem control manajemen, rute pengangkutan bahan dan pembuangan limbah, termasuk
fasilitas untuk meminimumkan dampak buangan dan kecelakaan.
10. Efektifitas alat pengendalian pencemaran.
11. Catatan tentang lisensi pembuangan limbah dan penaatan terhadap peraturan perundang-
undangan termasuk stndar dan baku mutu lingkungan.
12. Penaatan terhadap hasil rekomendasi AMDAL (Rencana Pengelolaan Lingkungan dan
Rencana Pemantauan Lingkungan).
13. Perencanaan dan prosedur standar operasi keadaan darurat.
14. Rencana minimisasi limbah dan pengendalian pencemaran lingkungan.
15. Penggunaan energi,air dan sumber daya lainnya.
16. Program daur ulang ( peningkatan product life cycle)
17. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan kepedulian lingkungan.
Selain itu, terdapat beberapa jenis audit lingkungan yang lain yang mempunyai tujuan
dan lingkup yang khusus tergantung kepentingan dan penggunaannya. Jenis-jenis audit itu
antara lain:
a. Audit Pentaatan
Audit Pentaatan memiliki karateristik :
Menilai ketaatan terhadap peraturan, standar dan pedoman yang ada.
Meninjau persyaratan perizinan dan pelaporan.
Melihat pembatasan pada pembuangan limbah udara, air dan padatan.
Menilai keterbatasan peraturan dalam pengoperasian, pemantauan dan pelaporan
sendiri atas pelanggaran yang dilakukan perusahaan.
Sangat mengarah pada semua hal yang berkaitan dengan pentaatan.
Dapat dilakukan oleh petugas (kelompok/perusahaan) setempat.
b. Audit Manajemen
Audit jenis ini mempunyai karateristik :
Menilai kefektifan sistem manajemen internal, kebijakan perusahaan dan resiko yang
berkaitan dengan manajemen bahan.
Menilai keadaan umum dari peralatan, bahan bangunan dan tempat penyimpangan.
Mencari bukti/ kenyataan tentang kebenaran dan kinerja proses produksi.
Menilai keadaan catatan/ laporan tentang emisi, tumpahan, keluaran, dan penanganan
limbah.
Menilai tempat pembuangan secara rinci.
Meninjau pelanggaran atau pertentangan dengan petugas setempat atau dengan
masyarakat.
Untuk dapat memilih jenis-jenis audit lingkungan, perlu diketahui jenis kegiatan
perusahaan yang akan diaudit. Ada dua kelompok perusahaan yang dapat diaudit, yaitu
perusahaan yang terlibat dalam proses transformasi, baik informasi maupun jasa dan
perusahaan penghasil barang (industri).
b. Audit Transaksi,
yaitu audit lingkungan yang dilaksanakan sebagai suatu persyaratan dalam
transaksi usaha dan bisnis. Audit transaksi banyak dilaksanakan sebagai suatu persyaratan
usaha yang harus dipenuhi untuk tujuan tertentu, misalnya perjanjian asuransi, bursa
saham, prasyarat pengembangan perusahaan dan penghentian sementara. Proses audit ini
biasanya bersifat eksternal yang dilaksanakan oleh pihak ketiga yang tidak terlibat langsung
dengan kegiatan operasi perusahaan yang diaudit dengan mengatasnamakan pihak lain.
Tujuan audit ini adalah untuk mengidentifikasikan tanggung jawab dan jaminan atas
lingkungan yang ada sekarang dan untuk masa mendatang sehingga pihak lain tersebut
dapat membuat suatu keputusan yang lebih pasti dalam transaksi usaha yang akan
dilakukannya terhadap perusahaan yang diaudit.
Kemampuan yang dimiliki oleh tim auditor diantaranya meliputi pengetahuan tentang:
1. Proses prosedur dan teknis audit.
2. Karakteristik dan analisa tentang sistem manajemen.
3. Peraturan perundangan-undangan dan kebijaksanaan lingkungan.
4. Sistem dan teknologi pengelolaan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Fasilitas usaha atau kegiatan yang akan diaudit.
6. Potensi dampak lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja serta resiko bahaya.
Auditor lingkungan harus terlatih secara professional untuk menjamin ketepatan,
konsistensi dan objektifitas dalam pelaksanaan audit. Audit harus mengikuti kode etik auditor
yang ada. Oleh karenanya, auditor juga perlu mendapatkan pelatihan dan peningkatan
kemampuan dalam bidang yang dibutuhkan dalam audit, meliputi :
1. Kemampuan berkomunikasi.
2. Kemampuan perencanaan dan penjadwalan kerja.
3. Kemampuan untuk menganalisis data dan hasil temuan.
4. Kemampuan untuk menulis laporan audit.
18. Pendahuluan
Penerapan audit lingkungan akan tergantung kepada jenis audit yang dilaksanakan,
jenis usaha atau kegiatan dan pelaksanaan oleh tim auditor.
19. Pra-audit
Kegiatan pra-audit merupakan bagian penting dalam prosedur audit lingkungan.
Perencanaan yang baik pada tahap ini akan menentukan keberhasilan pelaksanaan audit dan
tindak lanjut audit tersebut. Informasi yang diperlukan pada tahap ini meliputi informasi rinci
mengenai aktifitas dilapangan, status hukum, struktur organisasi, dan lingkup usaha atau
kegiatan yang akan diaudit. Aktifitas pra-audit juga meliputi pemilihan tata laksana audit,
penentuan tim auditor, dan pendanaan pelaksanaan kegiatan audit.. Pada saat ini, tujuan dan
ruang lingkup audit. Harus telah disepakati.
b. Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan dilapangan dilaksanakan setelah pertemuan pendahuluan. Tim audit
akan mendapatkan gambaran tentang kegiatan usaha yang akan menjadi dasar penetapan
areal kegiatan yang memerlukan perhatian secara khusus. Dengan melaksanakan
pemeriksaan lapangan, tim auditor dapat menemukan hal-hal yang terkait erat dengan
kegiatan audit. Namun Belum teridentifikasi dalam perencanaan. Fase ini disebut juga tour
pengenalan fasilitas teknis.
c. Pengumpulan data
Data dan informasi yang dikumpulkan selama audit. Lingkungan akan mencakup
dokumentasi yang diberikan oleh pemilik usaha atau kegiatan, catatan dan pengamatan tin
auditor, hasil sampling dan pemantauan, foto-foto, rencana, diagram, kertas kerja dan hal-
hal lain yang berkaitan. Informasi tersebut harus terdokumentasi dengan baik atau mudah
ditelusuri kembali. Tujuan utama pengumpulan data adalah untuk menunjang dan
merupakan dasar bagi pengujian hasil temuan audit lingkungan.
d. Pengujian (verifikasi)
Prinsip utama audit lingkungan adalah bahwa informasi yang disajikan oleh tim
auditor telah diuji dan dikonfirmasikan. Dokumentasi yang dihasilkan oleh tim auditor
haurs menunjang semua pernyataan, atau telah teruji melalui pengamatan langsung oleh
tim auditor.
Dalam menguji hasil temuan audit., tim auditor harus menjamin bahwa dokumen
yang dihasilkan merupakan dokumen yang asli dan sah. Oleh karena itu tata Laksana harus
menentukan tingkat pengujian data yang dibutuhkan, atau harus ditentukan oleh tim
auditor.
Verifikasi ditentukan untuk seluruh informasi yang diperoleh melalui data check,
interview untuk cross checking denngan seluruh level pekerja, dan sampling verifikasi
lapangan.
f. Pertemuan Akhir
Setelah penelitian lapangan selesai, tim auditor haurs memaparkan hasil temuan
dalam suatu pertemuan akhir secara resmi. Pertemuan ini akan mendiskusikan berbagai
hal yang belum tersedia. Tim auditor harus mengkaji hasil temuannya secara garis besar
dan menentukan waktu penyelesaian laporan akhir. Seluruh dokementasi selama
penelitian harus dikembalikan kepada penanggung jawab usaha atau kegiatan.