Latar Belakang
Kota pekanbaru merupakan salah satu kota yang sedang berkembang pesat
di pulau sumatera. Menurut sensus yang telah dilakukan oleh badan pusat statistik
(BPS) kota Pekanbaru, Kota Pekanbaru mengalami pertumbuhan penduduk yang
sangat pesat yaitu sebesar 7,43%/tahun, pertumbuhan tersebut diperoleh dari 12
kecamatan dan 83 kelurahan. Salah satu kelurahan baru terbentu di Kota
Pekanbaru adalah kelurahan harjo sari dengan pertumbuhan penduduk
ditunjukkan tabel 1.
Tabel 1 Tabel jumlah penduduk kelurahan harjo sari tahun 2012 - 2016
Timbulan Sampah
Kawasan Sumber Sampah
(Liter/hr) (m3/hr)
Domestik Rumah Penduduk 22.717,5 22,71
Gagasan
Kondisi pengelolaan sampah pada kelurahan Harjosari
Kelurahan Harjosari hanya memiliki 1 (satu) TPA yaitu pada
persimpangan rajawali dan jalan durian, sehingga volume sampah pada TPA
tersebut akan semakin meningkat setiap harinya. Hampir setiap kelurahan dan
kecamatan di Kota Pekanbaru hanya mengharapakan petugas dinas kebersihan
untuk mengangkut sampahnya.
Berdasarkan hal ini terlihat bahwa konsep tradisional pengelolaan sampah
masih melekat, sehingga penulis ingin menerapkan konsep 3R
(reduce,reuse,recycle). Hal ini diharapkan akan lebih meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk mengelola sampah domestik.
Konsep reduce adalah mengurangi tumpukan sampah. Aplikasi yang dapat
dilakukan dalam konsep ini adalah dengan melakukan kegiatan bank sampah,
seperti yang sudah dilakukan masyarakat Dusun Badegan Bantul. Di dusun
Badegan ada sekitar 600 kepala keluarga. Untuk menjangkau warga yang
tinggalnya jauh, ada sistem pengumpulan komunal. Petugas bank sampah
berkeliling mengambil sampah milik warga dititik yang sudah ditentukan.
Program yang mereka lakukan ternyata dapat mengurangi volume sampah secara
signifikan, yaitu sampai dengan 60% (Kompas, 2008). Hal seperti inilah yang
perlu ditiru oleh pemerintah dan masyarakat Kelurahan harjosari. Dengan adanya
bank sampah ini, masyarakat akan tertarik untuk memilah sampah karena sampah
dapat dijual dan menjadi pendapatan tambahan bagi setiap keluarga yang
mengikutinya.
Konsep reuse adalah menggunakan kembali sampah yang dapat
digunakan. Konsep ini sudah dimulai oleh masyarakat Kota Batam, dengan
menjadikan sampah-sampah plastik sebagai aksesoris maupun kerajinan tangan
lainnya seperti tas, tempat sepatu dan lain-lain. Sampah-sampah plastik
dibersihkan dahulu sebelum diolah menjadi kerajinan. Setelah bersih, plastik itu
kemudian dijahit menjadi tas dengan bentuknya menarik dan ukurannya beragam
(Anonim, 2010). Konsep reuse ini harus mulai disosialisasikan kepada masyarakat
kelurahan Harjosari melalui workshop-workshop pembuatan kerajinan tangan dari
sampah, karena hal ini akan menciptakan kreativitas.
Sedangkan konsep recycle dimaksudkan untuk mendaur ulang smapah
domestik terutama sampah anorganik.
Konsep ini nantinya akan meningkatkan keterampilan masyrakat dan
meningkatkan taraf ekonomi masyarakat dengan mendapat penghasilan tambahan
dari bank sampah ini.
Gagasan yang diajukan
home industry. Konsep ini akan dilakukan ssuai dengan suatu sistem yang
terdiri dari input, proses, dan output. Adapun sistem pada penelitian kali ini
adalah :
Input merupakan sampah yang berasal dari rumah tangga. Sampah yang di
angkut merupakan sampah plastik maupun kemasan ataupun sampah anorganik.
Sampah diambil dengan cara mendatangi setiap rumah dan juga akan mendata
masyarakat yang akan mengikuti program bank sampah.
Bank sampah yang akan diterapkan hampir sama dengan konsep bank
sesungguhnya, dimana nasabah akan menyetorkan sampah domestik yang sudah
dipilah ke bank sampah. Kemudian nasabah juga akan mendapatkan buku
tabungan yang digunakan untuk mencatat jumlah sampah yang telah disetorkan.
Buku tabungan nasabah tersebut akan dijadikan dasar penghitungan nilai rupiah
sampah. Warna buku tabungan tiap RT dan RW dapat dibuat berbeda. Bank
sampah tidak hanya melayani penyetoran secara langsung, tetapi juga melakukan
sistem jemput bola atau langsung mendatangi masyarakat secara door to door.
Setiap nasabah datang dengan tiga kantong sampah berbeda. Kantong I berisi
sampah plastik, kantong II sampah kertas, dan kantong III berupa kaleng dan
botol. Tiap nasabah memiliki karung ukuran besar, yang tersimpan di bank untuk
menyimpan seluruh sampah yang mereka tabung. Tiap karung diberi nama dan
nomor rekening tiap nasabah. Tujuannya agar ketika pihak industri pengolahan
sampah datang ke TPS, petugas TPS tidak kesulitan memilah tabungan sampah
tiap nasabah. Setelah sampah-sampah terkumpul maka petugas akan
menghubungi pihak industri pengolahan sampah agar sampah-sampah tersebut
dapat diolah dan menghasilkan uang. Apabila di TPS terdapat sampah yang tidak
dapat diolah oleh TPS dan pihak industri pengolah sampah, maka sampah tersebut
akan dibawa ke TPA untuk diproses lebih lanjut.
Dalam pengolahan sampah ini, lurah dan pejabat kelurahan Harjosari akan
membuat suatu kebijakan maupun memfasilitasi warga dalam membuat tong
sampah dalam 3 bagian yaitu organik, anorganik, dan kertas. Kelurahan Harjosari
juga akan mengadakan sebuah sosialisasi betapa pentingnya pengolahan sampah.
Dari penerapan sistem yang diajukan dapat diartikan sebagai solusi untuk
mengurangi penumpukan timbunan sampah di TPA Harjosari dan akan
menciptakan konsep Zero Waste. Konsep Zero Waste ini meliputi proses
pengurangan volume timbulan sampah dan penanganan sampah sedekat mungkin
dari sumbernya dengan pendekatan melalui aspek hukum (peraturan), aspek
organisasi (kelembagaan), aspek teknis operasional, aspek pembiayaan (retribusi),
serta aspek peran aktif masyarakat (Maharani, A., 2002).
Sampah Sampah
dari rumah dari tempat
tangga umum
Pengolahan
sampah pada
bank sampah
Penjualan hasil
Tempat
pengolahan
pembuangan akhir
sampah
o
Adapun pihak yang dapat membantu yaitu pejabat kelurahan seperti lurah
kelurahan Harjosari maupun masyrakat sekitar dan ibu PKK kelurahan Harjosari
yang akan memberi penyuluhan dan pelatihan dalam mendaur ulang sampah
anorganik menjadi barang siap jual.
Langkah strategis
Kesimpulan
Gagasan yang disampaikan yaitu pengolahan sampah anorganik terutama
plastik maupun kemasan dengan memberdayakan langsung pada masyarakat
umum dengan konsep bank sampah dan home industri. Gagasan ini diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran masayrakat dalam mengolah sampah dan
membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar daerah bank sampah
tersebut. Dan sampah anorganik dapat diolah menjadi kerajinan tangan dan bisa
membantu perekonomian masyarakat.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surakarta. 2002. Profil Kota
Surakarta. DKP Kota Surakarta. Surakarta.
Kusnindya, Evie. 2010. Dinilai Tak Serius, Kerjasama Pengolahan Sampah Diba-
talkan. http://suaramerdeka.com/ [14 Maret 2010].
Monroe County Solid Waste Management District. 2006. 2006 Annual Report.
MCSWMD. USA.
Salim, Emil. 23 Juni, 2005. Hidup Dari Sampah, Belajar Dari Prof Hasan Poerbo.
Harian Kompas. http://hasanpoerbo.blogspot.com/2006/04/hidup-dari-sampah-
belajar-dari-prof.html [ 14 Maret 2010].