Anda di halaman 1dari 12

Judul

Program pengelolaan sampah anorganik dengan membedayakan langsung


masyarakat dengan konsep bank sampah
Di usulkan :
Retno Dwi Pangastuti

Latar Belakang
Kota pekanbaru merupakan salah satu kota yang sedang berkembang pesat
di pulau sumatera. Menurut sensus yang telah dilakukan oleh badan pusat statistik
(BPS) kota Pekanbaru, Kota Pekanbaru mengalami pertumbuhan penduduk yang
sangat pesat yaitu sebesar 7,43%/tahun, pertumbuhan tersebut diperoleh dari 12
kecamatan dan 83 kelurahan. Salah satu kelurahan baru terbentu di Kota
Pekanbaru adalah kelurahan harjo sari dengan pertumbuhan penduduk
ditunjukkan tabel 1.

Tabel 1 Tabel jumlah penduduk kelurahan harjo sari tahun 2012 - 2016

Tahun Jumlah Penduduk


2012 6117
2013 6278
2014 6366
2015 6503
2016 6612
(Sumber : Badan Pusat Statistik Pekanbaru, 2016)
Berdasarkan tabel 1, pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan setiap
tahunnya akan meningkatkan timbunan sampah yeng terjadi pada kelurahan
Harjosari. Adapun timbunan sampah yang terjadi setiap rumah adalah 2,5 m3/hari
(SNI 19-3983-1995), maka akan terjadi timbunan sampah pada tahun 2017 di
kelurahan Harjosari adalah sebesar 16 m3/tahun. Jumlah sampah itu akan terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terjadi pada kelurahan
Harjosari, terutama peningkatan sampah domestik anorganik.
Berikut ditampilkan prediksi timbunan sampah yang terjadi pada tahun
2036 kelurahan Hajosari.
Tabel 2 Hasil Perhitungan Timbulan Sampah di Kelurahan Harjosari Tahun 2036

Timbulan Sampah
Kawasan Sumber Sampah
(Liter/hr) (m3/hr)
Domestik Rumah Penduduk 22.717,5 22,71

Institusi 2921,86 2,92


Non  Pendidikan
Domestik  Paud 154,8 0,155
 SDN 499,05 0,499
Non  Kesehatan
Domestik  Klinik 70,74 0,070
 Puskesmas 78,6 0,078
 Praktek Dokter 117,9 0,117
 Pos KB 188,64 0,190
 Rumah Sakit 1.572 1,572
 Peribadatan
 Masjid 8,18 0,008
 Surau 1,45 0,001
 Penginapan
 Hotel Melati 80,5 0,080
 Perkantoran
 Bank 150 0,15

Komersil 1.308 1,308


Non  Perdagangan
Domestik  Toko 792 0,792
 Warung/kios 516 0,516

Penyapuan Jalanan Umum 450 0,45


Jalan  Jalan Aspal 450 0,45
Total 27.397,36 27,388

Sampah domestik merupakan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga


seperti kemasan makanan, botol minuman, dll. Sistem pengelolaan sampah yang
masih tradisional yaitu dengan kumpul, angkut, buang membuat pola pikir
masyarakat sangat rendah dalam mengelola sampah. Sebagai contoh sampah
kemasan makanan maupun plastik bekas dapat di daur ulang menjadi sebuah
barang yang memiliki harga jual yang tidak kalah dengan barang yang ada saat
ini.
Saat ini sampah domestik saat ini yang berasal dari setiap rumah hanya
akan di kumpul pada tps dan menunggu waktu untuk diangkut, sehingga akan
terjadi penumpukan sampah pada setiap rumah apabila petugas pengangkut
sampah tidak datang tepat waktu dalam mengangkut sampah.
Konsep pengelolaan dan pengolahan sampah secara tradisional sudah
mulai ditinggalkan oleh beberapa kota besar di Indonesia. Sebagai contohnya
yaitu penduduk Ubud, Bali, yang telah memulai mengolah limbah menjadi biogas
sebagai energi untuk memasak dan penerangan rumah (Salim, E., 2005). Lalu
Masyarakat Dusun Badegan, Bantul, DI Yogyakarta yang telah mendirikan Bank
Sampah “Gemah Ripah” sebagai tempat untuk mengubah sampah domestik
mereka menjadi uang (Kompas, 2008). Bank Sampah tersebut juga bermanfaat
untuk mengurangi volume sampah domestik yang akan dibuang ke TPS. Dari
contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di rumah tangga dari
beberapa kota di Indonesia sudah mulai terlibat langsung dalam melaksanakan
konsep pengelolaan sampah secara modern, yaitu dengan konsep 3R (Reduce,
Reuse, dan Recycle).
Begitupula jika dibandingkan dengan negara maju yaitu Jepang. Negara
Jepang melakukan daur ulang yang dilakukan secara besar-besaran, dengan
melibatkan seluruh masyarakat, lengkap dengan undang-undang. Para konsumen
bertanggung jawab untuk memilah sampah masing-masing (sampah basah,
sampah kering yang dipilah-pilah lagi menjadi botol gelas dan plastik, kaleng
aluminium, dan kertas), sedangkan pemerintah daerah bertanggung jawab
mengorganisir sampah-sampah itu untuk diserahkan ke pabrik pendaur ulang
(Anonim, 2010). Di Amerika mempunyai sistem pengelolaan dan pengolahan
sampah yang berbeda di tiap daerah, salah satu contoh daerah yang mempunyai
sistem pengelolaan dan pengolahan sampah modern yaitu di Monroe County, di
daerah ini dikenal dengan nama “Monroe County Solid Waste Management
District“. Tempat ini dikelola langsung oleh pemerintah setempat dengan misi
seperti menjadi tempat pembuangan akhir yang menggunakan metode pengolahan
sampah landfill dan insinerator, memberikan pendidikan lingkungan kepada
masyarakat, melakukan daur ulang sampah, membuat suatu bisnis persampahan,
dan perkumpulan masyarakat untuk membahas perkembangan dari pengolahan
sampah tersebut (Monroe County Solid Waste Management District, 2006).
Konsep bisnis persampahan di negara maju ada beberapa macam, sepert adanya
pasar atau tempat penjualan sampah-sampah yang sudah di daur ulang dan akan
didiskusikan dalam organisasi Green Business Network, yang dapat membuka
peluang usaha dan membuka lapangan pekerjaan bagi setiap elemen masyarakat.
Dari kegiatan tersebut, pemerintah dapat menciptakan keadaan lingkungan yang
aman, peduli dan mampu menyelesaikan permasalahan sampah secara ekonomis.

gambar 1 Peta Monroe County Solid Waste Management District


Berdasarkan literatur diatas yang telah melakukan recycle sampah
tersebut, penulis ingin menerapkan sistem pengelolaan sampah terutama sampah
plastik mapun botol kemasan di kalangan masyarakat umum dengan membangun
sebuah bank sampah dan membentuk sebuah usaha yang menperjual belikan
barang recycle yang dimulai dari ligkungan sekitar. Hal ini akan mengurangi
volume sampah yang akan di buang di TPS dan juga dapat membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar.

Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari gagasan yang telah penulis sampaikan antara lain :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah
2. Meningkatkan sistem pengolahan sampah
3. Meningkatkan kreatifitas masyarakat dalam proses produksi daur ulang
sampah.
Adapun manfaat gagasan yang penulis sampaikan adalah

1. Menciptakan peluang pekerjaan bagi masyarakat


2. Meningkatkan status sosial masyarakat sekitar.
3. Menciptakan lingkungan yang lebih ramah dan sehat terhadap masyarakat

Gagasan
Kondisi pengelolaan sampah pada kelurahan Harjosari
Kelurahan Harjosari hanya memiliki 1 (satu) TPA yaitu pada
persimpangan rajawali dan jalan durian, sehingga volume sampah pada TPA
tersebut akan semakin meningkat setiap harinya. Hampir setiap kelurahan dan
kecamatan di Kota Pekanbaru hanya mengharapakan petugas dinas kebersihan
untuk mengangkut sampahnya.
Berdasarkan hal ini terlihat bahwa konsep tradisional pengelolaan sampah
masih melekat, sehingga penulis ingin menerapkan konsep 3R
(reduce,reuse,recycle). Hal ini diharapkan akan lebih meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk mengelola sampah domestik.
Konsep reduce adalah mengurangi tumpukan sampah. Aplikasi yang dapat
dilakukan dalam konsep ini adalah dengan melakukan kegiatan bank sampah,
seperti yang sudah dilakukan masyarakat Dusun Badegan Bantul. Di dusun
Badegan ada sekitar 600 kepala keluarga. Untuk menjangkau warga yang
tinggalnya jauh, ada sistem pengumpulan komunal. Petugas bank sampah
berkeliling mengambil sampah milik warga dititik yang sudah ditentukan.
Program yang mereka lakukan ternyata dapat mengurangi volume sampah secara
signifikan, yaitu sampai dengan 60% (Kompas, 2008). Hal seperti inilah yang
perlu ditiru oleh pemerintah dan masyarakat Kelurahan harjosari. Dengan adanya
bank sampah ini, masyarakat akan tertarik untuk memilah sampah karena sampah
dapat dijual dan menjadi pendapatan tambahan bagi setiap keluarga yang
mengikutinya.
Konsep reuse adalah menggunakan kembali sampah yang dapat
digunakan. Konsep ini sudah dimulai oleh masyarakat Kota Batam, dengan
menjadikan sampah-sampah plastik sebagai aksesoris maupun kerajinan tangan
lainnya seperti tas, tempat sepatu dan lain-lain. Sampah-sampah plastik
dibersihkan dahulu sebelum diolah menjadi kerajinan. Setelah bersih, plastik itu
kemudian dijahit menjadi tas dengan bentuknya menarik dan ukurannya beragam
(Anonim, 2010). Konsep reuse ini harus mulai disosialisasikan kepada masyarakat
kelurahan Harjosari melalui workshop-workshop pembuatan kerajinan tangan dari
sampah, karena hal ini akan menciptakan kreativitas.
Sedangkan konsep recycle dimaksudkan untuk mendaur ulang smapah
domestik terutama sampah anorganik.
Konsep ini nantinya akan meningkatkan keterampilan masyrakat dan
meningkatkan taraf ekonomi masyarakat dengan mendapat penghasilan tambahan
dari bank sampah ini.
Gagasan yang diajukan

Gagasan yang diajukan adalah penerapan sistem pengolahan sampah


dengan pemberdayaan peran masyarakat dengan tujuan mengurangi timbunan
sampah di TPA dengan konsep bank sampah yang di padukan dengan konsep

home industry. Konsep ini akan dilakukan ssuai dengan suatu sistem yang
terdiri dari input, proses, dan output. Adapun sistem pada penelitian kali ini
adalah :

Input = sampah Output = produk


Proses = industri
anorganik hasil pengolahan
pengolahan
masyarakat umum sampah
sampah

Input merupakan sampah yang berasal dari rumah tangga. Sampah yang di
angkut merupakan sampah plastik maupun kemasan ataupun sampah anorganik.
Sampah diambil dengan cara mendatangi setiap rumah dan juga akan mendata
masyarakat yang akan mengikuti program bank sampah.

Proses pengolahan sampah akan dilakukan oleh industri pengolahan


sampah, untuk gagasan penulis hanya akan mengambil dan mengolah sampah
anorganik. Sistem bank sampah akan hampir sama dengan sistem bank pada
umumnya. Dengan mendata setiap rumah yang akan memberi sampah pada bank
sampah dan akan di kalkulasikan jumlah sampah yang diberikan dengan barang
yang berhasil di buat dan telah terjual. Bank sampah sendiri digunakan sebagai
wadah untuk pengumpulan sampah dan pengolahan sampah. Industri pengolahan
sampah yang dimaksud adalah sebuah home industry yang akan dibentuk bersama
masyarakat kelurahan Harjosari, sehingga warga dapat terlibat langsung dalam
pengolahan sampah.

Bank sampah yang akan diterapkan hampir sama dengan konsep bank
sesungguhnya, dimana nasabah akan menyetorkan sampah domestik yang sudah
dipilah ke bank sampah. Kemudian nasabah juga akan mendapatkan buku
tabungan yang digunakan untuk mencatat jumlah sampah yang telah disetorkan.
Buku tabungan nasabah tersebut akan dijadikan dasar penghitungan nilai rupiah
sampah. Warna buku tabungan tiap RT dan RW dapat dibuat berbeda. Bank
sampah tidak hanya melayani penyetoran secara langsung, tetapi juga melakukan
sistem jemput bola atau langsung mendatangi masyarakat secara door to door.
Setiap nasabah datang dengan tiga kantong sampah berbeda. Kantong I berisi
sampah plastik, kantong II sampah kertas, dan kantong III berupa kaleng dan
botol. Tiap nasabah memiliki karung ukuran besar, yang tersimpan di bank untuk
menyimpan seluruh sampah yang mereka tabung. Tiap karung diberi nama dan
nomor rekening tiap nasabah. Tujuannya agar ketika pihak industri pengolahan
sampah datang ke TPS, petugas TPS tidak kesulitan memilah tabungan sampah
tiap nasabah. Setelah sampah-sampah terkumpul maka petugas akan
menghubungi pihak industri pengolahan sampah agar sampah-sampah tersebut
dapat diolah dan menghasilkan uang. Apabila di TPS terdapat sampah yang tidak
dapat diolah oleh TPS dan pihak industri pengolah sampah, maka sampah tersebut
akan dibawa ke TPA untuk diproses lebih lanjut.

Dalam pengolahan sampah ini, lurah dan pejabat kelurahan Harjosari akan
membuat suatu kebijakan maupun memfasilitasi warga dalam membuat tong
sampah dalam 3 bagian yaitu organik, anorganik, dan kertas. Kelurahan Harjosari
juga akan mengadakan sebuah sosialisasi betapa pentingnya pengolahan sampah.

Dari penerapan sistem yang diajukan dapat diartikan sebagai solusi untuk
mengurangi penumpukan timbunan sampah di TPA Harjosari dan akan
menciptakan konsep Zero Waste. Konsep Zero Waste ini meliputi proses
pengurangan volume timbulan sampah dan penanganan sampah sedekat mungkin
dari sumbernya dengan pendekatan melalui aspek hukum (peraturan), aspek
organisasi (kelembagaan), aspek teknis operasional, aspek pembiayaan (retribusi),
serta aspek peran aktif masyarakat (Maharani, A., 2002).

Langkah terakhir yaitu output merupakan hasil dari pengolahan sampah


anorganik. Pada peelitian kali ini hasil akan dipasarkan juga oleh bank sampah
sehingga terdapat transparansi dalam harga dan pemberian upah maupun investasi
yang telah dihasilkan dari sampah yang telah di input pada bank sampah. Setiap
hasil daur ulang sampah anorganik akan memiliki harga beragam mulai dari
15000 – 250000 sesuai dengan tingkat kesulitan dari barang yang dibuat dari
sampah anorganik.

Adapun sistem pengolahan sampah ini akan dilakukan secara sistematis


agar program yang akan dijalankan dapat berjalan sesuai yang direncanaka dan
sesuai dengan gagasan dari penulis. Program pengolahan sampah dapat
dituangkan dalam sebuah flowchart , adapun flowchart untuk penelitian kali ini
adalah
mulai

Pengumulan dan penjemputan sampah an


organik di lingkungan masyarakat

Sampah Sampah
dari rumah dari tempat
tangga umum

Pengumpualn sampah dan pemilihan


sampah an organik pada bank sampah

Sampah an organik yang Sampah an organik yang


tidak dapat diolah pada dapat diolah pada bank
bank sampah sampah

Pengolahan
sampah pada
bank sampah

Penjualan hasil
Tempat
pengolahan
pembuangan akhir
sampah
o

Pihak yang dapat membantu

Adapun pihak yang dapat membantu yaitu pejabat kelurahan seperti lurah
kelurahan Harjosari maupun masyrakat sekitar dan ibu PKK kelurahan Harjosari
yang akan memberi penyuluhan dan pelatihan dalam mendaur ulang sampah
anorganik menjadi barang siap jual.

Civitas akademika dapat menjadi motor penggerak untuk mencari sponsor


dalam pendanaan maupun mensosialisasikan pengolahan sampah anorganik
menjadi barang siap jual.

Langkah strategis

Menerbitkan sebuah peraturan dalam pengolahan sampah sehingga


masyarakat wajib mengolah dan mengurangi jumlah sampah yang akan di buang
ke TPA setiap harinya. Peraturan ini diharapakan tidak hanya dalam ruang
lingkup peratura keluran saja namun dapat meliputi peraturan kabupaten/kota.
Membentuk suatu badan yang akan menaungi pengelolaan sampah dengan
konsep bank sampah. sehingga pengelolaan sampah dengan konsep bank sampah
akan bisa disebar luaskan. Penulis berharap dapat pengelolaan sampah ini akan
meluas dari tingkat kelurahan sampai dengan tingkat kabupaten/kota.

Kesimpulan
Gagasan yang disampaikan yaitu pengolahan sampah anorganik terutama
plastik maupun kemasan dengan memberdayakan langsung pada masyarakat
umum dengan konsep bank sampah dan home industri. Gagasan ini diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran masayrakat dalam mengolah sampah dan
membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar daerah bank sampah
tersebut. Dan sampah anorganik dapat diolah menjadi kerajinan tangan dan bisa
membantu perekonomian masyarakat.

Gagasan ini juga diharapkan dapat meningkatkan pengolahan sampah


maupun limbah pabrik yang ada di Kota Pekanbaru sehingga akan muncul
industri – indusri yang akan mengolah sampah. Hal ini akan mengurangi secara
signifikan volume timbunan sampah.
DAFTAR PUSTAKA

Affan, Satrian. 2009. Peran Universitas Dalam Pengelolaan Sampah.


http://suarapembaca.detik.com/read/2009/06/04/102154/1142480/471/peran-
universitas-dalam-pengelolaan-sampah.html [17 Maret 2010].

Anonim. Plastic Companies List. http://www.plastic.web.id/id/site_user_list?


sort=asc&order=Kota.html [16 Maret 2010].

Anonim. Konsep Dasar Sistem – Pengertian Sistem. http://blog.re.or.id/konsep-


dasar-sistem-definisi-sistem.html [14 Maret 2010].

Budi R. M. 2009. Perusahaan di Jerman Kelola Sampah di Solo.


http://forum.pasarsolo.com/kabare-solo-raya/perusahaan-di-jerman-kelola-
sampah-di-solo/?wap2.html [16 Maret 2010].

Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surakarta. 2002. Profil Kota
Surakarta. DKP Kota Surakarta. Surakarta.

Hardyanti, Nurandani dan Haryono Setiyo Huboyo. 2009. Evaluasi Instalasi


Pengolahan Lindi Tempat Pembuangan Akhir Putri Cempo Kota Surakarta.
Jurnal Presipitasi 6 (1) : 52-56.

Hasanah, Iffah Noor. 2009. Hidup Nyaman di Lingkungan yang ‘Aman’.


http://majalahnh.com/index.php/liputan/132-hidup-nyaman-di-lingkungan-yang-
aman.html [14 Maret 2010].

Ja’far, Mohamad. 2005. Peran Kebijakan Pemerintah Dalam Pengelolaan Dan


Pelaporan Kinerja Lingkungan Oleh Perusahaan-perusahaan Publik Di Indonesia.
Semarang : Universitas Islam Sultan Agung.

Kormondy, EJ. 1969. Concepts of Ecoroglt. prentice-Hall Inc., New Jersey.

Kusnindya, Evie. 2010. Dinilai Tak Serius, Kerjasama Pengolahan Sampah Diba-
talkan. http://suaramerdeka.com/ [14 Maret 2010].

Maharani, A. 2002. Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Pada


Kawasan Kota Baru Terencana. Semarang : Universitas Diponogoro.

Monroe County Solid Waste Management District. 2006. 2006 Annual Report.
MCSWMD. USA.

Prihtiyani, Eny. 2008. Gerakan Bank Sampah dari Bantul.


http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/12/01/02052180/gerakan.bank.sampah.d
ari.bantul [17 Maret 2010].
Putra, M.B. 2008. Prinsip Partisipasi Dalam UU.
http://muslimindaenglalo.blogspot.com/2009/03/prinsip-partisipasi-dalam-
uu.html. [17 Maret 2010].

Rivera, Caitlyn. 2009. Mendaur Ulang Sampah Plastik, Memetik Uang.


http://www.dunianyawanita.com/green-environment/698-mendaur-ulang-sampah-
plastik-memetik-uang. [16 Maret 2010].

Salim, Emil. 23 Juni, 2005. Hidup Dari Sampah, Belajar Dari Prof Hasan Poerbo.
Harian Kompas. http://hasanpoerbo.blogspot.com/2006/04/hidup-dari-sampah-
belajar-dari-prof.html [ 14 Maret 2010].

Setyawati, D. 2008. Arahan Pemanfaatan Kembali Tempat Pembuangan Akhir


(TPA) Sampah. Semarang : Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai