Anda di halaman 1dari 8

Nama : Yusriani.

Nim : 105731117517

Kelas : Akuntansi 17 F

BENTUK BENTUK RASIO KEUANGAN

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan


dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio inilah
yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa llikuidnya suatu perusahaan. Jika
perusahaan mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan tersebut likuid,
sedangkan jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya berarti
perusahaan tersebut ilikuid.
Cara mengukur perusahaan itu likuid atau tidak, Anda dapat
membandingkankomponen yang ada pada neraca, yaitu total aktiva lancar dengan
total pasiva lancar (utang jangka pendek). Pengukuran ini dapat dilakukan untuk
beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu
ke waktu.
Dengan mengetahui rasio likuiditas yang dimiliki perusahaan, Anda bisa
mendapatkan beberapa manfaat seperti:
– Mengantisipasi dana yang diperlukaan saat ada kebutuhan mendesak.
– Memudahkan nasabah (bagi lembaga keuangan atau Bank)

Jenis-Jenis Rasio Likuiditas

a) Current Ratio (Rasio Lancar)


Rasio ini untuk menilai kecukupan aktiva lancar perusahaan untuk
melunasi kewajiban jangka pendek atau utang lancarnya yang dipakai dalam
perhitungan akuntansi sesuai jenis jenis laporan keuangan. Jika perbandingan
aktiva lancar dengan utang lancar bernilai tinggi maka kemampuan
perusahaan juga tinggi untuk melunasi utang lancarnya. Jika rasio
lancar (current rasio) menunjukkan perbandingan 1:1 atau 100% berarti aktiva
lancar bisa melunasi kewajiban jangka pendek. Rumus Current Ratio yaitu:
Rasio Lancar = Aktiva Lancar / Utang Lancar x 100%

b) Quick Ratio (Rasio Cepat)


Quick Ratio dipakai untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek dengan memakai aktiva lancar, namun
tanpa persediaan karena persediaan butuh waktu lama untuk diubah menjadi
uang dibandingkan aset lainnya. Quick asset meliputi piutang dan surat-surat
berharga. Semakin besar nilai rasio maka kondisi perusahaan semakin baik.
Jika rasio sebesar 1:1 atau 100% maka ini likuiditas perusahaan baik. jika
terjadi masalah likuiditas maka perusahaan akan mudah untuk mengubah
aktiva menjadi uang untuk membayar kewajiban (utang). Berikut ini rumus
Quick Ration.

Quick Ratio = Current Assets – Inventory / Current Liabilities x 100%

2. Rasio Solvabilitas ( Leverage Ratio)

Rasio solvabilitas atau leverage adalah rasio untuk menilai kemampuan


perusahaan dalam melunasi semua kewajibannya baik jangka pendek maupun
jangka panjang dengan jaminan aktiva atau kekayaan yang dimiliki perusahaan
hingga perusahaan tutup atau dilikuidasi (Fred Weston yang dikutip oleh Kasmir).
Sebesar apa beban utang yang ditanggung perusahaan akan dibandingkan dengan
aktivanya. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio) memiliki nama lain yaitu Rasio
Leverage (Leverage Ratio) namun berbeda dengan rasio profitabilitas.

Jenis-Jenis Rasio Solvabilitas

a) Debt Ratio (Rasio Utang)

Debt Ratio atau Rasio Utang menilai seberapa besar perusahaan berpatokan
pada utang untuk membiayai asetnya. Rasio ini membandingkan total utang
(total liabilities) dengan total aset yang dimiliki. Aset dan ekuitas itu berbeda
sehingga harus mengetahui terlebih dahulu tentang asset dan ekuitas. Aset
merupakan sumber daya yang diperoleh dari transaksi atau kegiatan lain di
masa lalu sehingga menjadi milik perusahaan. Sedangkan ekuitas merupakan
hak residual atas asset perusahaan setelah pengurangan seluruh liabilitas
sesuai hakikat akuntansi. Berikut ini rumus rasio utang (debt ratio).

Rasio utang = Total utang / Total Aset x 100%

b) Times Interest Earned Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi beban bunga


pada masa yang akan datang. Times Interest Earned Ratio disebut juga Interest
Coverage Ratio. Rasio ini membandingkan laba sebelum pajak dan bunga
terhadap Biaya Bunga yang sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi. Berikut
ini rumus Times Interest Earned Ratio.

Times Interest Earned Ratio = Laba sebelum Pajak dan bunga / Beban
Bunga x 100%
c) Lingkup Biaya Tetap (Fixed Charge Coverage)

(FCC) atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang menyerpai rasio
Times Interest Earned, apabila perusahaan memperoleh jangka panjang atau
menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap
merupakan biaya bunga ditambah biaya ewa tahunan atau jangka pnjang.
Fixed Charge Coverage dapat dihitung dengan rumus :

FCC = (EBT+Biaya Bunga+ kewajban sewa)/ (Biaya Bunga + Kewajiban


Sewa)

d) Lingkup Arus Kas ( Cash Flow Coverge)

Price to Cash Flow Ratio (PCFR atau P/CF Ratio) atau dalam bahasa
Indonesia disebut dengan Harga Terhadap Arus Kas adalah rasio valuasi
investasi yang digunakan oleh investor untuk mengevaluasi daya tarik
investasi terhadap saham suatu perusahaan dengan membandingkan harga
saham suatu perusahaan dengan arus kas perusahaan tersebut. Dengan kata
lain, Price to Cash Flow Rasio ini menunjukan jumlah uang yang bersedia
dibayar oleh Investor untuk arus kas yang dihasilkan oleh perusahaan.

Persamaan atau Rumus Price to Cash Flow Ratio dapat ditulis seperti berikut
ini :

Price To Cash Flow Ratio = Harga Saham / Arus Kas Per Saham

Price to cash flow ratio ini juga bisa dihitung menggunakan kapitalisasi pasar.
Persamaan atau rumusnya dapat ditulis sperti dibawah ini :

Price To Cash Flow Ratio = Kapasitas Pasar / Arus Kas

Keterangan : arus kas persaham dapt dihitung dengan menambahkan


amortisasi dan penyusutan (depresiasi) kelaba bersih kemudian dibagi dengan
jumlah saham yang beredar\. Arus kas ini dapat kita temukan dilaporan
keuangan Arus kas tahunan.

Arus kas per saham = (pendapatan bersih) + depresiasi + amortisasi /


jumlah saham yang beredar

3. Rasio Aktivitas ( Activity Ratio )

Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai efisiensi atau
efektivitas perusahaan dalam pemanfaatan semua sumber daya atau asset (aktiva)
yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Rasio aktivitas merupakan salah satu macam
macam rasio yang melakukan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi
pada semua aktiva yang dimiliki sehingga fungsi akuntansi keuangan bisa berjalan
dengan baik.

Jenis-jenis Rasio Aktivitas

a) Total Assets Turn Over(Perputaran Aktiva)

Total assets turn over adalah perbandingan antara penjualan dengan


total aktiva suatu perusahaan yang menjelaskan tentang kecepatan
perputaran total aktiva dalam satu periode tertentu. Total assets turn
over memaparkan bahwa tingkat efisiensi pemakaian aktiva perusahaan
secara keseluruhan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu sesuai
catatan atas laporan keuangan. Rumus Total assets turn over sebagai
berikut.

Total Assets Turn Over = Penjualan / Total Aktiva x 100%

b) Perputaran Piutang

Piutang perusahaan berkaitan erat dengan volume penjualan kredit.


Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulan atau penagihan bisa dinilai
dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut. Rasio perputaran
piutang adalah perbandingan total penjualan kredit (neto) terhadap piutang
rata-rata. Semakin tinggi rasio (turnover) maka modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang semakin rendah. Sebaliknya jika rasio semakin
rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga perlu dianalisis
lebih lanjut karena mungkin kinerja bagian kredit dan penagihan kurang
efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijakan pemberian kredit.
Rumus perputaran piutang sebagai berikut.

Perputaran Piutang = Penjualan Kredit / Piutang Rata-Rata atau


Penjualan Bersih / Rata-Rata Piutang Dagang

c) Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)

Rasio perputaran akltiva tetap adalah perbandingan antara penjualan


dengan aktiva tetap yang dimiliki suatu perusahaan. Fixed assets turn
over ratio ini mengukur efektivitas pemakaian dana yang tertanam pada
harta (aktiva) tetap seperti pabrik dan peralatan untuk menghasilkan
penjualan yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada
aktiva tetap tersebut. Rumus perputaran aktiva tetap sebagai berikut.

Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan / Aktiva Tetap x 100%


d) Perputaran Total Aktiva ( total assets turn over)
Rasio perputaran Total Aset atau Total Asset Turnover Ratio adalah
rasio aktivitas (rasio efisiensi) yang mengukur kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan penjualan dari total asetnya dengan membandingkan
penjualan bersih dengan total aset rata-rata. Sedangkan pengertian
Perputaran Aset menurut Kamus Bank Indonesia adalah rasio untuk
mengukur kemampuan aset perusahaan untuk memperoleh pendapatan;
makin cepat aset perusahaan berputar makin besar pendapatan perusahaan
tersebut. Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan seberapa efisien
perusahaan dapat menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan.
Perputaran Total Aset ini juga sering disebut juga dengan Perputaran Total
Aktiva (Total Activa Turnover) atau hanya disebut dengan Perputaran
Aset (Asset Turnover).R asio Perputaran Total Aset ini dihitung dengan
membagikan Penjualan Bersih (Net Sales) dengan Jumlah Rata-rata Aset.
Berikut ini adalah Rumus Rasio Perputaran Total Aset (Total Asset
Turnover Ratio)
Rasio Perputaran Total Aset = Penjualan / Rata-Rata Total Aset

4. Rasio Profitabilitas ( Profitability Ratio)


Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio atau perbandingan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari
pendapatan (earning) terkait penjualan, aset, dan ekuitas berdasarkan dasar
pengukuran tertentu. Jenis-jenis rasio profitabilitas dipakai untuk memperlihatkan
seberapa besar laba atau keuntungan yang diperoleh dari kinerja suatu perusahaan
yang memengaruhi catatan atas laporan keuangan yang harus sesuai dengan
standar akuntansi keuangan.

Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas:

a) Margin Laba Penjualan

Margin laba kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai


persentase laba kotor terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan.
Laba kotor yang dipengaruhi oleh laporan arus kas memaparkan besaran
laba yang didapatkan oleh perusahaan dengan pertimbangan biaya yang
terpakai untuk memproduksi produk atau jasa.

Margin Laba Kotor ini sering disebut juga dengan Gross Margin Ratio
(Rasio Marjin Kotor). Gross profit margin mengukur efisiensi perhitungan
harga pokok atau biaya produksi. Semakin besar gross profit margin
semakin baik (efisien) kegiatan operasional perusahaan yang menunjukkan
harga pokok penjualan lebih rendah daripada penjualan (sales) yang
berguna untuk audit operasional. Jika sebaliknya, maka perusahaan kurang
baik dalam melakukan kegiatan operasional. Rumus perhitungan laba
kotor sebagai berikut.

Gros Profit Margin = (laba kotor/ total pendapatan) x 100%

b) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)


Net profit margin atau margin laba bersih merupakan rasio
profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah
dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan.
Margin laba bersih ini disebut juga profit margin ratio. Rasio ini mengukur
laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit
margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit margin dihitung
dengan rumus berikut ini.
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak : Penjualan

c) Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio)


Tingkat pengembalian aset merupakan rasio profitabilitas untuk
menilai persentase keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait
sumber daya atau total asset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam
mengelola asetnya bisa terlihat dari persentase rasio ini. Rumus Rasio
Pengembalian Aset sebagai berikut.
ROA = Laba Bersih : Total Aset

d) Return on Equity Ratio (Rasio Pengembalian Ekuitas)


Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi
pemegang saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase.
ROE dihitung dari penghasilan (income) perusahaan terhadap modal yang
diinvestasikan oleh para pemilik perusahaan (pemegang saham biasa dan
pemegang saham preferen). Return on equity menunjukkan seberapa
berhasil perusahaan mengelola modalnya (net worth), sehingga tingkat
keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau pemegang saham
perusahaan. ROE yaitu rentabilitas modal sendiri atau yang disebut
rentabilitas usaha. Rumus Return On Equity sebagai berikut.
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang saham

5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)


Definisi Growth menurut Fahmi (2012:69) adalah sebagai berikut: “Rasio
pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan
ekonomi secara umum. Rasio pertumbuhan ini dilihat dari berbagai segi sales
(penjualan), earning after tax (EAT), laba per lembar saham, dividen perlembar
saham, dan harga pasar perlembar saham.”
Definisi Growth menurut Kasmir (2012:107) adalah sebagai berikut: “Rasio
pertumbuhan (Growth Ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan
perekonomian dan sektor usahanya.”
Jenis – Jenis Rasio Pertumbuhan

Menurut Kasmir (2012:107) rasio pertumbuhan ini dapat dirumuskan


sebagai berikut:

a) Pertumbuhan penjualan.
Pertumbuhan penjualan menunjukan sejauh mana perusahaan dapat
meningkatkan penjualannya dibandingkan dengan total penjualan secara
keseluruhan.

𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧𝐭 − 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐭−𝟏


Pertumbuhan Penjualan = 𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐭−𝟏

b) Pertumbuhan laba bersih.


Pertumbuhan laba bersih menunjukan sejauh mana perusahaan dapat
meningkatkan kemampuannya untuk memperoleh keuntungan bersih
dibandingkan dengan total keuntungan secara keseluruhan.

𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧𝐭 − 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐭−𝟏


Pertumbuhan Laba Bersih=
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐭−𝟏

c) Pertumbuhan pendapatan per saham.


Pertumbuhan pendapatan per saham menunjukan sejauh mana perusahaan
dapat meningkatkan kemampuannya untuk memperoleh pendapatan atau laba
per lembar saham dibandingkan dengan total laba per saham secara
keseluruhan.

Pertumbuhan pendapatan per saham

𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐩𝐞𝐫 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧𝐭 − 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐩𝐞𝐫 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐭−𝟏


= 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐩𝐞𝐫 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐭−𝟏

d) Pertumbuhan dividen per saham.


Pertumbuhan dividen per saham menunjukan sejauh mana perusahaan
dapat meningkatkan kemampuannya untuk memperoleh dividen saham
dibandingkan dengan total dividen per saham secara keseluruhan.

Pertumbuhan dividen per saham

𝐝𝐢𝐯𝐢𝐝𝐞𝐧 𝐩𝐞𝐫 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧𝐭 − 𝐝𝐢𝐯𝐢𝐝𝐞𝐧 𝐩𝐞𝐫 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐭−𝟏


=
𝐝𝐢𝐯𝐢𝐝𝐞𝐧 𝐩𝐞𝐫 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐭−𝟏
6. Rasio Penilaian ( Valuation Ratio)

Rasio Penilaian (Valuation Ratio) merupakan tolak ukur yang mengkaitkan


hubungan antara harga pasar saham biasa dengan pendapatan perusahaan dengan
nilai buku saham tersebut. Rasio-rasio ini dapat memberikan petunjuk kepada
manajemen bagaimana para investor menilai kinerja perusahaan dan prospek yang
diperkirakan di masa yang akan datang.

Rasio-rasio penilaian adalah ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu
perusahaan karena rasio ini mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil
pengembalian dan resiko.

a) Rasio Harga terhadap Pendapatan

Price to Earning Ratio (P/E Ratio) ini dihitung dengan cara membagikan
“Nilai Pasar per saham (Market Value per Share)” dengan “Laba per lembar
Saham (Earning per Share/EPS)”. Data Nilai pasar per saham dapat diambil dari
pasar saham atau bursa efek, sedangkan Earning per Share dapat dihitung dengan
cara membagikan Labar Bersih terhadap jumlah saham yang beredar di pasar.

Price to earning ratio = Harga pasar saham / Laba per lembar saham

Semakin tinggi price to earning ratio ini, maka akan memberikan indikasi
bahwa kinerja perusahaan juga semakin baik. Namun dalam hal menganalisa
price to earning ratio ini, perlu dikaitkan dengan pertumbuhan dari laba saham
biasa agar tidak memperoleh kesimpulan yang menyesatkan.

b) Rasio harga pasar terhadap nilai buku (Market to Book Ratio)

Price to Book Value atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Rasio
Harga terhadap Nilai Buku yang disingkat dengan PBV adalah rasio valuasi
investasi yang sering digunakan oleh investor untuk membandingkan nilai
pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. RAsio PBV ini menunjukan
berapa banyak pemegang saham yang membiayai aset bersih perusahaan.

Market to book ratio = Harga pasar saham biasa / Nilai buku

Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada


manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus
tumbuh.

Anda mungkin juga menyukai