Anda di halaman 1dari 9

Rasio Keuangan dibagi menjadi 6 kelompok :

1. Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas adalah kemampuan perusahaan membayar kewajiban hutang jangka
pendek atau hutang lancar dengan cepat. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa
likuid perusahaan. Caranya dengan membandingkan seluruh komponen dalam aktiva
lancar dengan komponen dalam hutang jangka pendek. Perusahaan yang likuid artinya
perusahaan yang mampu membayar kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan dikatakan
likuid apabila seluruh harta lancarnya dapat menutupi semua hutang jangka pendek atau
hutang lancarnya.
 Jenis-Jenis Rasio Likuiditas :
1. Current Ratio (Rasio Lancar)
Current Ratio (Rasio Lancar) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat kemampuan perusahaan unuk membayar kewajiban jangka
pendeknya. Perhitungannya dengan cara membandingkan total akiva lancar dan
total hutang lancar.
Rumusnya :
Aktiva Lancar (Current Asset)
Current Ratio =
Hutang Lancar (Current Liabilities)

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)


Rasio Cepat (Quick Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya tanpa
memperhitungkan persediannya. Hal itu dilakukan karena pencairan persediaan
memakan waktu yang cukup lama sehingga memakan waktu yang cukup lama
sehingga nilai persediaan diabaikan dari total aset lancarnya.
Rumusnya :
Current Asset-Inventory
Quick Ratio =
Current Liabilities

3. Cash Ratio (Rasio Kas)


Cash ratio (Rasio Kas) digunakan perusahaan apabila ingin mengetahui
seberapa besar kas yang tersedia untuk melunasi hutangnya tanpa harus menjual
surat berharga dan menagih piutangnya. Ketersediaan uang kas itu sama dengan
jumlah uang kas perusahaan dan rekening di bank yang dapat ditarik setiap saat.
Rumusnya :
Kas + Bank
Cash Ratio =
Current Liabilities

4. Cash Turn Over Ratio (Rasio Perputaran Kas)


Menurut James O Gill, Cash Turn Over Ratio (Rasio Perputaran Kas)
berfungsi untuk mengukur ketersediaan kas untuk membayar hutang dan
membiayai biaya yang berkaitan dengan penjualan. Rasio ini dihitung dengan cara
membagi nilai penjualan bersih dengan modal kerja. Rasio ini menunjukkan
seberapa besar penjualan untuk modal kerja yang dimiliki perusahaan.
Rumusnya :
Penjualan Bersih
Cash Turn Over Ratio =
Modal Kerja bersih

5. Inventory To Net Working Capital Ratio


Inventory To Net Working Capital Ratio adalah rasio yang digunakan untuk
membandingkan persediaan dengan modal kerja perusahaan. Rasio ini akan
menjelaskan presentase persediaan terhadap modal kerja bersihnya.
Rumusnya :
Inventory
Inventory To Net Working Capital Ratio =
Modal Kerja Bersih

2. Rasio Leverage (Solvabilitas)


Rasio Leverage (Solvabilitas) adalah rasio yang menunjukkan kombinasi antara
modal yang berasal dari perusahaan sendiri dan modal yang berasal dari pinjaman pihak
lain. Rasio leverage (Solvabilitas) lebih menekankan pada analisa penggunaan pinjaman
sebagai sumber pembiayaan perusahaan.
Dalam Rasio leverage akan diukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh
hutang, seberapa besar beban hutang perusahaan bila dibandingkan dengan aktiva nya,
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban baik jangka
panjang ataupun jangka pendek.
 Jenis-Jenis Rasio Leverage (Solvabilitas) :
1. Debt To Asset Ratio
Debt To Asset Ratio adalah rasio yang mengukur seberapa besar aset
perusahaan dapat menanggung hutang yang dimiliki perusahaan tersebut. Apabila
hasil Debt To Asset Ratio tinggi maka semakin tinggi resiko perusahaan dalam
melunasi kewajibannya.
Tujuannya untuk mengetahui perbandingan antara total hutang dengan total
modal sendiri terhadap total kekayaan, untuk mengetahui berapa banyak aset yang
digunakan untuk menjamin hutang.
Rumusnya :
Total Debt (Hutang)
Debt To Asset Ratio =
Total Asset (Harta)

2. Debt To Equity Ratio


Debt To Equity Ratio adalah rasio yang mengukur hutang dilihat dari modal
yang dimiliki perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan
antara hutang perusahaan dengan modal perusahaan.
Rumusnya :
Total Debt (Hutang)
Debt To Equity Ratio =
Total Ekuitas (Modal)

3. Long Term Debt To Equity Ratio


Long Term Debt To Equity Ratio adalah rasio yang mengukur hutang jangka
panjangnya dengan modal sendiri. Bila hasilnya dibawah angka 1 maka kondisi
keuangan perusahaan terhadap hutangnya dinilai masih baik. Tujuannya untuk
mengetahui seberapa besar modal yang digunakan untuk menjamin hutang jangka
panjang perusahaan.
Rumusnya :
Long Term Debt (Hutang Jangka Panjang)
Long Term Debt To Equity Ratio =
Total Equity (Total Modal)

4. Times Interest Earned


Time Interest Earned adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar bunga pinjaman. Semakin tinggi nilai rasionya maka
kemampuan perusahaan dalam membayar bunga pinjaman semakin baik dan
kesempatan untuk mendapatkan pinjaman kembali semakin besar.
Rumusnya :
EBIT
Times Interest Earned =
Interest (Beban Bunga)

3. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas adalah rasio atau perbandingan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari pendapatan (earning) terkait penjualan,
aset, dan ekuitas berdasarkan pengukuran tertentu.
 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas :
1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor) adalah Rasio Profitabilitas yang
digunakan untuk menghitung persentase kelebihan laba kotor terhadap pendapatan
penjualan. Gross Profit atau Laba Kotor yang dimaksud disini adalah pendapatan
penjualan yang dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan (HPP). Biaya yang
termasuk pada HPP seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung yang terkait
dengan pembuatan suatu produk. Dengan kata lain Gross Profit Margin (Margin
Laba Kotor) digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan
menggunakan bahan baku dan tenaga kerjanya untuk memproduksi dan menjual
produk-produknya untuk menghasilkan keuntungan.
Rumusnya :
Laba Kotor
Gross Profit Margin =
Pendapatan Penjualan

2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)


Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) adalah Rasio Profitabilitas yang
digunakan untuk mengukur persentase laba bersih pada suatu perusahaan terhadap
penjualan bersihnya. Rasio ini digunakan untuk memberi analisis gambaran
tentang stabilitas keuangan perusahaan. Perusahaan yang menghasilkan
keuntungan lebih besar per nilai dari penjualan berarti lebih efisien. Efisiensi itu
membuat perusahaan lebih mungkin bertahan ketika lini produk tidak memenuhi
harapan.
Rumusnya :
Laba Bersih
Net Profit Margin =
Penjualan Bersih

3. Return On Assets Ratio (Rasio Pengembalian Aset)


Return On Assets Ratio (Rasio Pengembalian Aset) merupakan rasio
profitabilitas untuk menilai persentase keuntungan (laba) yang diperoleh
perusahaan terkait sumber daya atau total aset sehingga efisiensi suatu perusahaan
dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari persentase rasio ini.
Rumusnya :
Laba Bersih
ROA =
Total Aset

4. Return On Equity Ratio (ROE)


Return On Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham
perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase. ROE dihitung dari
penghasilan (income) perusahaan terhadap modal yang diinvestasikan oleh para
pemilik perusahaan (pemegang saham). Return On Equity menunjukkan seberapa
berhasil perusahaan mengelola modalnya, sehingga tingkat keuntungan diukur
dari investasi pemilik modal atau pemegang saham perusahaan.
Rumusnya :
Laba Bersih Setelah Pajak
ROE =
Ekuitas Pemegang saham

5. Return On Sales Ratio (Rasio Pengembalian Penjualan)


Return On Sales Ratio (Rasio Pengembalian Penjualan) merupakan rasio
profitabilitas yang menampilkan tingkat keuntungan perusahaan setelah
pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti upah kerja, bahan baku, dan
lain-lain sebelum dikurangi pajak dan bungan.
Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah
penjualan yang juga disebut margin pendapatan operasional (operating income
margin).

Rumusnya :
Laba Sebelum Pajak Dan Bunga
ROS = X100%
Penjualan

6. Return On Capital Employed (Pengembalian Modal Yang digunakan)


Return On Capital Empoyed merupakan rasio profitabilitas yang mengukur
keuntungan perusahaan dari modal yang dipakai dalam bentuk persentase.
Rumusnya :
Laba Sebelum Pajak dan Bunga
ROCE =
Modal Kerja

7. Return On Investment (ROI)


Return On Investment (ROI) merupakan rasio profitabilitas yang dihitung dari
laba bersih setelah dikurangi pajak terhadap total aktiva. Return On Investment
berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam
menghasilkan keuntungan terhadap jumlah aktiva secara keseluruhan yang
tersedia pada perusahaan. Semakin tinggi rasio, berarti semakain baik kondisi
suatu perusahaan.
Rumusnya :
Laba Atas Investasi – Investasi Awal
ROI = X 100%
Investasi

8. Earning Per Share (EPS)


Earning Per Share (EPS) merupakan rasio profitabilitas yang menilai tingkat
kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba untuk perusahaan.
Rumusnya :
Laba Bersih Setelah Pajak – Dividen Saham Preferen
EPS =
Jumlah Saham

4. Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
pemanfaatan sumber daya perusahaan (aset perusahaan). Rasio ini dapat menggambarkan
sejauh mana kemampuan perusahaan dalam tata kelola asetnya untuk melaksanakan
aktivitas perusahaan sehari-hari.
 Jenis-Jenis Rasio Aktivitas :
1. Total Asset Turnover (Rasio Perputaran Total Aset)
Total Asset Turnover (Rasio Perputaran Total Aset) yaitu mengukur aktivitas
aset dan kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan melalui asetnya.
Semakin tinggi rasionya semakain baik bagi perusahaan karena dapat
menghasilkan lebih banyak penjualan dengan beberapa tingkat aset tertentu.

Rumusnya :
Penjualan Bersih
Total Asset Turnover =
Total aset

2. Current Asset Turnover (Rasio Perputaran Aset Lancar)


Current Asset Turnover (Rasio Perputaran Aset lancar) yaitu mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan dari aset lancarnya seperti kas,
investasi, piutang, dll.
Rumusnya :
Penjualan Bersih
Current Asset Turnover =
Aset Lancar

3. Working Capital Turnover (Rasio Perputaran Modal Kerja)


Working capital Turnover (Rasio Perputaran Modal Kerja) yaitu mengukur
jumlah uang tunai yang dibutuhkan untuk menghasilkan tingkat penjualan
tertentu. Modal kerja yang tinggi kemungkinan besar mendindikasikan
penggunakan modal kerja yang menguntungkan.
Rumusnya :
Penjualan
Working Capital Turnover =
Modal Kerja

4. Accounts Receivable Turnover (Rasio Perputaran Piutang)


Accounts Receivable Turnover (Rasio Perputaran Piutang) yaitu mengukur
berapa kali piutang dapat diubah oleh perusahaan menjadi uang tunai. Hasil
perhitungan dapat disajikan dalam waktu per tahun atau dalam hari. Jika diukur
dalam hitungan per tahun, rasio ini akan berdampak negatif bagi suatu perusahaan
artinya kemampuan mengubah piutang menjadi kas jadi lebih rendah. Namun, jika
diukur dalam hitungan hari, rasio ini direkomendasikan karena lebih sedikit hari
yang dibutuhkan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai.
Rumusnya :
Penjualan Bersih
Account Receivable Turnover =
Piutang bersih
5. Account Payable Turnover (Rasio Perputaran Hutang)
Account Payable Turnover (Rasio perputaran Hutang) adalah rasio yang dapat
digunakan untuk melakukan analisis aktivitas suatu perusahaan. Rasio Perputaran
Hutang yang lebih tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
hutangnya kepada kreditur secara sehat dan teratur.
Rumusnya :
HPP
Account Payable Turnover =
Hutang Usaha

6. Days Payable Outstanding (Rasio Hutang Beredar)


Days Payable Outstanding (Rasio Hutang Beredar) yaitu mengukur jumlah
hari yang rata-rata dibutuhkan oleh perusahaan untuk membayar hutang kepada
krediturnya.
Rumusnya :
Hutang Usaha
Days Payable Outstanding =
Biaya Penjualan Harian

7. Inventory Turnover (Rasio perputaran Persediaan)


Inventory Turnover (Rasio Perputaran persediaan) yaitu menunjukkan
beberapa hari yang biasanya dibutuhkan perusahaan untuk mengubah persediaan
menjadi penjualan.
Rumusnya :
HPP
Inventory Turnover =
Persediaan

8. Cash Turnover (Rasio Perputaran Kas)


Cash Turnover (Rasio Perputaran Kas) yaitu mengukur berapa kali kas
perusahaan telah dibelanjakan selama beberapa periode.
Rumusnya :
Penjualan
Cash Turnover =
Kas

9. Operating Cycle (Rasio Siklus Operasi)


Operating Cycle (Rasio siklus Operasi) adalah jumlah hari yang dibutuhkan
oleh perusahaan untuk mengubah persediaannya menjadi uang tunai. Biasanya
rasio ini berlangsung kurang dari satu tahun.
Rumusnya :
Piutang
Operating Cycle =
Persediaan
10. Cash Conversion Cycle (Rasio Siklus Konversi Kas)
Cash Conversion Cycle (Rasio Siklus Konversi Kas) yaitu jumlah hari yang
dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dari asetnya.
Rumusnya :
Cash Conversion Cycle = Persediaan + Piutang – Hutang

5. Rasio Pertumbuhan
Rasio Pertumbuhan adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan posisinya dalam persaingan industri. Rasio yang analisa adalah
pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan persaham dan dividen persaham. Rasio
Pertumbuhan biasanya dihitung dalam jangka waktu tahunan walaupun terkadang lebih
pendek sesuai fungsi perhitungannya. Rasio Pertumbuhan mencerminkan keberhasilan
suatu bisnis atau usaha periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi
pertumbuhan di masa yang akan datang.
 Fungsi Rasio Pertumbuhan :
1. Untuk menghitung kinerja perusahaan seperti presentase kenaikan penjualan,
kenaikan laba bersih, kenaikan aset, kenaikan hutang, maupun kenaikan harga
saham.
2. Untuk melihat historis kinerja perusahaan dari waktu ke waktu.
3. Untuk membandingkan kinerja antar perusahaan pertumbuhan perusahaan mana
yang terbaik yang biasanya dibandingkan dalam satu sektor.
Rumusnya :
Present – Past
Rasio Pertumbuhan = X 100 %
Past

6. Rasio Penilaian
Rasio Penilaian adalah rasio yang menggambarkan kemampuan manajemen
menciptakan nilai pasar usahanya (nilai sahamnya). Rasio yang dianalisa adalah rasio
harga saham terhadap pendapatan dan rasio nilai pasar terhadap nilai sahamnya (nilai
buku).
 Jenis-Jenis Rasio penilaian :
1. Price To Earning Ratio ( Rasio Harga Atau Laba)
Semakin tinggi price to eraning ratio, maka akan memberikan indikasi bahwa
kinerja perusahaan juga semakin baik. Namun dalam hal menganalisa price to
earning ratio ini perlu dikaitkan dengan pertumbuhan dari laba saham biasa agar
tidak memperoleh kesimpulan yang menyesatkan.
Rumusnya :
Harga Pasar Saham
Price To Earning Ratio =
Laba Per Lembar Saham

2. Market To Book Ratio (Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku)


Market To Book Ratio mengukur nilau yang diberikan pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus
tumbuh. Market To Book Ratio perusahaan haruslah paling sedikit bernilai satu,
yang berarti nilai pasar daripada perusahaan harus sama atau lebih besar daripada
nilai buku perusahaan.
Rumusnya :
Harga Pasar Saham Biasa
Market To Book Ratio =
Nilai Buku

Anda mungkin juga menyukai