TUGAS 1
ERWIN UMASUGI
NPM : 500661746
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2017
Coba saudara cari data-data laporan keuangan suatu perusahaan di salah satu surat kabar atau media
masa lainnya dan cobalah membuat analisis keuangan berdasarkan:
1. Rasio Likuiditas :
a. Current ratio
b. Quick ratio
4. Rasio Profitabilitas
a. Rentabilitas Modal Sendiri
b. Return on Investment
c. Profit Margin
Anda diminta memberikan ratio-ratio tersebut dan berikanlah komentar tentang makna dari ratio-ratio
diatas. Saudara juga diijinkan untuk menambahkan ratio-ratio lain jika dikehendaki. Saudara juga
dianjurkan memberikan ulasan- ulasan yang diperlukan.
Jawaban!!
a) Current Ratio (rasio lancar), merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban
lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan
suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
1|Page
Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat
pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi
dengan cara (Riyanto, 2001):
b) Quick Ratio (rasio cepat). Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini
dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering
mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu
menutupi hutang lancar.
Sawir (2009) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar
rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
c) Cash Rasio (rasio kas), merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi
hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.
2. Rasio Manajemen Utang, yaitu rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh
aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
a) Debt to Equity Ratio, atau yang umum disingkat dengan DER adalah rasio yang
membandingkan jumlah hutang terhadap ekuitas. DER juga merupakan rasio keuangan yang
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang yang ada dengan
menggunakan modal/ekuitas yang ada, semakin tinggi nilai ini tentunya semakin berisiko
keuangan perusahaan tersebut, nilai DER umumnya maksimal adalah 150% dan untuk
perusahaan multifinance adalah 600%.
2|Page
Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur nilai DER, antara lain
perbandingan antara komposisi hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang
dibandingkan dengan ekuitas, dengan persamaaan sebagai berikut:
( , . 1 )
=
( , > 1 )
=
Besarnya nilai DER suatu perusahaan dapat disebabkan karena besarnya hutang kepada
pemegang saham, yang mana untuk mengurangi nilai DER ini dapat dilakukan dengan konversi
hutang pemegang saham menjadi penyertaan modal/sub-ordinate loan.
b) Time Interest Earned, merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum bunga dan pajak
dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan besarnya jaminan keuangan
untuk membayar bunga utang jangka panjang.
Sawir (2008) mengatakan bahwa: Rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan (coverage
ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba
operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan
kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.
3. Rasio Manajemen Aktiva, yaitu seperangkat rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
mengelola aktivanya, apakah jenis aktiva yang dilaporkan dalam neraca sudah wajar, terlalu tinggi
atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan penjualan.
a) Rasio Perputaran Aktiva (Activa Turnover Ratio). Rasio ini membagi pendapatan dengan total
aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini digunakan perusahaan untuk menilai seberapa efektif
perusahaan menggunakan aktivanya.
3|Page
b) Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover Ratio), merupakan perhitungan ratio
yang mengukur berapa banyak suatu perusahaan dapat mengubah piutangnya menjadi kas
selama suatu periode tertentu. Dengan kata lain, piutang mengukur rasio perputaran berapa
kali suatu bisnis dapat mengumpulkan nilai rata-rata piutang selama satu tahun. Rasio ini
mengukur efektivitas pengelolaan piutang. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin
efektif pengelolaan piutangnya (Sutrisno, 2001:252).
4. Rasio Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
medapatkan laba (profit) dari semua kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan
tersebut seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan yang dipekerjakan, dan jumlah
cabang yang sudah dimilikinya selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang
tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya.
a) Rentabilitas Modal Sendiri, adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik
modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di
lain pihak. Atau dengan kata lain Rentabilitas Modal Sendiri adalah kemampuan suatu
perusahaan dengan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan.
( /)
=
b) Return on Investment (ROI), merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan
total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009). Semakin tinggi rasio
ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on Investment merupakan rasio yang
menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva
(Syafri, 2008).
c) Profit Margin. Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat langsung pada analisis common
size untuk laporan rugi laba (baris paling akhir). Rasio ini bisa diintepretasikan juga sebagai
kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode
4|Page
tertentu (Hanafi dan Halim, 2000). Rasio ini juga menunjukkan berapa besar persentase
pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasionya semakin baik,
karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi (Harahap,
2002).
5. Rasio Nilai Pasar. Rasio ini bermanfaat untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi. Rasio penilaian (Valuation
Ratio) merupakan ukuran yang paling lengkap tentang prestasi perusahaan, karena mencerminkan
rasio risiko dan rasio pengembalian. Rasio ini sangat penting karena rasio tersebut berkaitan
langsung dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan dan kekayaaan para pemegang saham.
a) Price Earning Ratio/PER (Rasio Harga Laba), rasio ini digunakan untuk memprediksi
kemampuan perusahaan dalam menghasilakan laba di masa yang akan datang. Perusahaan
dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tingi, biasanya memiliki nilai PER yang tinggi.
Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki nilai PER
yang rendah pula (Prastowo, 2005).
PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan, dimana harga
saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut
dalam setahun. Karena yang menjadi fokus perhitungannya adalah laba bersih yang telah
dihasilkan perusahaan, maka dengan mengetahui PER sebuah emiten, kita bisa mengetahui
apakah harga sebuah saham tergolong wajar atau tidak secara real dan bukannya secara future
alias perkiraan
Harga Saham
=
Laba Bersih
b) Price to Book Value Ratio (PBV). Rasio PBV digunakan untuk mengetahui seberapa besar harga
saham yang ada di pasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya (Sutrisno, 2001). Semakin
tinggi nilai rasio ini semakin besar tambahan kekayaan (wealth) yang dinikmati oleh pemilik
perusahaan.
Dimana nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh
pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham (Jogiyanto, 1996). Adanya asumsi aktiva
bersih sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah
5|Page
total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar, sehingga nilai buku per lembar saham
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Total Ekuitas
=
Jumlah Saham yang Beredar
6|Page
Referensi:
7|Page