Anda di halaman 1dari 16

BAB XI RESIKO INVESTASI DI PERUSAHAAN DAN PASAR MODAL

PERTEMUAN KESEBELAS

Deskripsi materi
Materi ini membahas tentang risiko investasi di perusahaan dan pasar modal sehingga
mahasiswa dapat memahami dan mengetahui resiko investasi di perusahaan dan
pasar modal.

Capaian Pembelajaran
Setelah mahasiswa mempelajari materi ini, diharapkan mampu:
1. Menjelaskan Rasio Keuangan
2. Menjelaskan model prediksi bangkrut dari altman (Z Skor)
3. Menjelaskan Penilaian harga saham di Pasar Modal
4. Menjelaskan Pemilihan Portofolio

Pokok Bahasan
 Resiko investasi di Perusahaan dan Pasar modal

Sub Pokok Bahasan


1. Rasio Keuangan
2. model prediksi bangkrut dari altman (Z Skor)
3. Penilaian harga saham di Pasar Modal
4. Pemilihan Portofolio
A. URAIAN MATERI

Penilaian kinerja perusahaan dapat ditentukan dari beberapa aspek. Semakin


banyak aspek yang diteliti secara tajam dan mendalam, semakin jelas pula penentuan
dan pengendalian resiko kerugian, sehingga pengambilan keputusan untuk melakukan
investasi. Penilaian kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
dengan melihat rasio keuangan, model prediksi bangkrut dari altman (Z Skor), Penilaian
harga saham di Pasar Modal, Pemilihan Portofolio

Menurut Harvarindo (2010), rasio adalah satu angka yang dibandingkan dengan
angka lain sebagai suatu hubungan. Jonathan Golin (2001) berpendapat bahwa rasio
adalah suatu angka digambarkan dalam suatu pola yang dibandingkan dengan pola
lainnya serta dinyatakan dalam persentase. Sedangkan keuangan adalah sesuatu yang
berhubungan dengan akuntansi seperti pengelolaan keuangan dan laporan keuangan.
Jadi rasio keuangan adalah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan
diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya (James Carter Van Horne
dikutip dari Kasmir (2008)).

Jadi, analisis rasio keuangan adalah proses pengamatan indeks yang


berhubungan dengan akuntansi pada laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi
dan laporan arus kas dengan tujuan untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan.
Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran informasi mengenai posisi
keuangan dan kinerja perusahaan yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
mengambil keputusan bisnis.

Analisis rasio keuangan digunakan oleh dua pengguna utama, yakni investor dan
manajemen. Investor menggunakan rasio keuangan untuk melihat apakah perusahaan itu
investasi yang bagus atau tidak. Dengan membandingkan rasio keuangan antar
perusahaan dan antar industri, investor dapat menentukan investasi mana yang paling
baik.
Rasio Keuangan

1. Rasio Likuiditas : kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajiban


yang segera akan jatuh tempo.

2. Rasio Efisiensi : digunakan untuk menentukan penilaian efektivitas perusahaan


menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan.

3. Rasio Laverage : berguna untuk menunjukkkan kualitas kewajiban perusahaan


serta seberapa besar perbandingan antara kewajiban dengan aktiva

4. Rasio Profitabilitas : untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk


menghasilkan laba dari setiap penjualan yang dilakukan.

5. Rasio Deviden Payout : digunakan untuk mengukur seberapa besar bagian dari
laba bersih yang digunakan untuk deviden

Rasio Likuiditas

1. Current ratio

Rasio Lancar atau Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera
jatuh tempo dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin besar perbandingan
aktiva lancar dengan utang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan
menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio lancar 1:1 atau 100%
berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua utang lancar. Jadi dikatakan
sehat jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus
jauh di atas jumlah utang lancar (Harahap, 2002)

2. Qiuck / Acid Test Ratio

Rasio Cepat atau Quick Ratio/Acid Test Ratio merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban atau utang
lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Rasio ini
menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi
utang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus
100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100%
juga sudah dikatakan sehat (Harahap, 2002).

3. Cash Ratio

Cash Ratio membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera
menjadi uang kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang
perusahaan yang disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening koran.
Sedangkan harta setara kas (near cash) adalah harta lancar yang dengan mudah
dan cepat dapat diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi
negara yang menjadi domisili perusahaan bersangkutan. Rasio ini menunjukkan
porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan total aktiva lancar. Semakin
besar rasionya semakin baik. Sama seperti Quick Ratio, tidak harus mencapai
100% (Harahap, 2002:302).
Rumus :

Cash Ratio = (Kas + Deposito) / Kewajiban Lancar

4. Rasio Modal Kerja Bersih terhadap total aktiva

penghitungan tentang modal kerja terhadap total aktiva yang dimiliki


perusahaan. Perhitungan ini digunakan untuk mengukur likuiditas dari total dan
posisi modal kerja neto.

Rumus :

(Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar) / Total Aktiva

Rasio Efisiensi :

1. Rasio perputaran persediaan :


Rasio Perputaran Persediaan, menggambarkan likuiditas perusahaan, yaitu
dengan cara mengukurefisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual
persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini mengukur efektivitas
pengelolaan persediaan. Semakin tinggi tingkat perputarannya semakin efektif
pengelolaan persediaanya (Sutrisno, 2001).

Rumus :

Harga Pokok Penjualan / Persediaan

2. Rasio perputaran aktiva tetap :

Rasio Perputaran Aktiva Tetap, merupakan cara mengukur sejauh mana


kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang
dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas
perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti
semakin efektif proporsi aktiva tetap tersebut.

Rumus:

Penjualan / Aktiva Tetap

3. Rasio perputaran total aktiva :

Rasio Perputaran Total Aktiva, meurpakan rasio yang menghitung efektivitas


penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen
yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen
mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran investasi atau modalnya
(Hanafi dan Halim, 2000).

Rumus :

Penjualan / Total Aktiva

4. Rasio rata-rata periode pengumpulan piutang :


Perputaran Piutang, merupakan cara mengukur berapa kali, secara rata-rata
piutang yang dikumpulkan dalam satu tahun. Rasio ini mengukur kualitas
piutang dan efisiensi perusahaan dalam pengumpulan piutang dan kebijakan
kreditnya. Rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan piutang. Semakin tinggi
tingkat perputarannya semakin efektif pengelolaan piutangnya (Sutrisno, 2001).

Rumus :

Piutang Dagang / 360 Hari

Rasio Leverage :

1.Rasio Hutang :

Debt Ratio atau Rasio Hutang adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar perusahaan mengandalkan hutang untuk membiayai asetnya.
Debt Ratio atau Rasio Hutang ini dihitung dengan membagikan total hutang
(total liabilities) dengan total aset yang dimilikinya. Debt Ratio ini sering juga
disebut dengan Rasio Hutang Terhadap Total Aset (Total Debt to Total Assets
Ratio). Berikut ini adalah rumus rasio hutang (debt ratio) :

Rumus :

Rasio Hutang =Total Kewajiban / Total Aktiva

2. Rasio Kewajiban lancar terhadap total aktiva

Rumus:

Kewajiban Lancar / Total Aktiva

3. Rasio kewajiban jangka panjang terhadap total aktiva

Rumus :
Kewajiban Jangka Panjang/ Total Aktiva

4. Rasio modal terhadap kewajiban :

Debt to Equity Ratio atau Rasio Hutang terhadap Ekuitas adalah rasio keuangan
yang menunjukan proporsi relatif antara Ekuitas dan Hutang yang digunakan
untuk membiayai aset perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) atau Rasio
Hutang Terhadap Ekuitas ini dihitung dengan cara mengambil total kewajiban
hutang (Liabilities) dan membaginya dengan Ekuitas (Equity). Berikut dibawah
ini adalah Rumus Debt to Equity Ratio (DER).

Rumus :

Modal / Total Kewajiban

5. Times interest earned :

Times Interest Earned adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan


dalam membayar atau menutupi beban bunga di masa depan. Times Interest
Earned Ratio ini juga sering disebut juga Interest Coverage Ratio. Cara
menghitungnya adalah dengan membagi laba sebelum pajak dan bunga dengan
Biaya Bunga. Berikut ini adalah rumus Times Interest Earned Ratio :

Rumus :

Laba Usaha / Beban Bunga

Rasio Profitabilitas :

1. Margin laba kotor :

Margin Laba Kotor atau Gross Profit Margin merupakan ukuran persentase dari
setiap hasil sisa penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok
penjualan.

Rumus
Laba Kotor / Penjualan bersih

2. Margin laba usaha :

Margin Laba usaha merupakan ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan
sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak,
atau laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan.

Rumus:

Laba usaha / Penjualan bersih

3. Margin laba bersih :

Margin Laba Bersih atau Net Profit Margin merupakan ukuran persentase dari
setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran,
termasuk bunga dan pajak.

Rumus:

Laba Bersih / Penjualan bersih

4. ROI :

Return On Investment (ROI) merupakan kemampuan perusahaan untuk


menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang
dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih
setelah pajak atau EAT (Sutrisno, 2001).

Rumus :

Laba usaha / Total Aktiva

5. Rasio laba ditahan terhadap total aktiva

Rumus :

Laba Ditahan / Total Aktiva


Rasio Deviden Payout :

1. DPR :

Dividend Payout Ratio atau Rasio Pembayaran Dividen adalah rasio dari jumlah
total dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham relatif terhadap laba
bersih perusahaan.

Rumus :

Deviden per saham / Laba bersih per saham

Model Prediksi Bangkrut (Z Skor)

Analisis prediksi kebangkrutan merupakan analisis yang dapat membantu


perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan perusahaan akan mengalami
kebangkrutan yang disebabkan oleh masalah-masalah keuangan. Metode Z-Score
(Altman) adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah
keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan
(Supardi, 2003:73).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode Z-Score (Altman)


adalah suatu alat yang memperhitungkan dan menggabungkan beberapa rasio-rasio
keuangan tertentu dalam perusahaan dalam suatu persamaan diskriminan yang akan
menghasilkan skor tertentu yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan
perusahaan

Z Skor ini digunakan untuk mengukur tingkat kepailitan/kebangkrutan suatu


perusahaan.

Rumus : Z = 1,2(X1) + 1,4(X2) + 3,3(X3) + 0,6(X4) + 0,999(X5)

dimana :
- X1 : rasio modal kerja terhadap total aktiva

- X2 : rasio laba ditahan terhadap total aktiva

- X3 : ROI

- X4 : rasio modal sendiri terhadap utang

- X5 : rasio penjualan terhadap total aktiva

Z Skor

Kriteria :

 jika Z > 2,60 artinya perusahaan memiliki peluang untuk selamat dari
ancaman kepailitan.

 jika Z antara 1,10 – 2,60 artinya perusahaan mempunyai peluang besar


untuk berada pada ambang kepailitan

 jika Z < 1,10 artinya perusahaan berpeluang besar untuk segera mengalami
kebangkrutan

3. Penilaian Harga saham di Pasar Modal

Pengertian Harga saham

Harga saham merupakan harga jual beli yang sedang berlaku di pasar efek yang
ditentukan oleh kekuatan pasar dalam arti tergantung pada kekuatan permintaan dan
penawaran. Harga pasar saham juga menunjukkan nilai dari perusahaan itu sendiri.
Semakin tinggi nilai dari harga pasar saham suatu perusahaan, maka investor akan
tertarik untuk menjual sahamnya. Harga saham yang berlaku di pasar modal biasanya
ditentukan oleh para pelaku pasar yang sedang melangsungkan perdagangan
sahamnya. Dengan harga saham yang ditentukan otomatis perdagangan saham di
bursa efek akan berjalan.
Proses Terbentuknya Harga Saham

Menurut Sharpe (2000), proses terbentuknya harga saham dapat dibedakan menjadi
3, yaitu :

1. Demand to Buy Schedule.

Investor yang hendak membeli saham akan datang ke pasar saham. Biasanya
mereka akan memakai jasa para broker atau pialang saham. Investor dapat
memilih saham mana yang akan dibeli dan bisa menetapkan standar harga bagi
investor itu sendiri.

2. Supply to sell schedule.

Investor juga dapat menjual saham ke pasar saham. Investor tersebut dapat
menetapkan pada harga berapa saham yang mereka miliki akan dilepas ke
pasaran. Biasanya harga yang tinggi akan lebih disukai para investor.

3. Interaction of Schedule.

Pertemuan antara permintaan dan penMawaran menciptakan suatu titik temu


yang biasa disebut sebagai titik ekuilibrium harga. Pada awalnya perusahaan
yang mengeluarkan saham akan menetapkan harga awal untuk sahamnya.
Saham tersebut kemudian akan dijual ke pasar untuk diperdagangkan. Saat di
pasaran, harga saham tersebut akan berubah karena permintaan dari para
investor. Ekspektasi harga yang dimiliki oleh buyer akan mempengaruhi
pergerakan harga saham yang pada awalnya telah ditawarkan oleh pihak seller.
Saat terjadi pertemuan harga yang ditawarkan oleh seller dan harga yang
diminta oleh buyer, maka akan tercipta harga keseimbangan pasar modal

Penilaian harga saham

1. Rasio PER (Price to earning)


PER merupakan rumus yang digunakan untuk melihat harga wajar saham. Harga
wajar saham adalah harga dimana nilai harga saham yang sesungguhnya dan
untuk mengetahui apakah suatu harga saham sudah dinilai lebih mahal atau lebih
murah di pasar saham.

Rumus :

Harga penutupan saham / Laba Bersih per saham

2. Rasio Price to Book Value :

PBV merupakan rumus yang tidak jauh berbeda dengan PER yang dimana
sama-sama berguna untuk melihat harga wajar suatu saham. Berbeda dengan
PER yang berfokus pada laba bersih lain hal dengan PBV yang befokus pada
ekuitas perusahaan.

Rumus :

Harga penutupan saham / Nilai Buku per saham

3. Deviden Yield :

Dividend Yield atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Rasio Hasil
Dividen adalah rasio keuangan yang membandingkan jumlah dividen tunai yang
dibagikan kepada pemegang saham dengan harga saham. Dividen Yield
dinyatakan dengan persentase (%) dan merupakan daya tarik investasi terhadap
saham pada suatu perusahaan . Dividend Yield digunakan oleh investor untuk
menunjukan bagaimana investasi mereka menghasilkan arus kas dalam bentuk
dividen atau kenaikan nilai aset oleh apresiasi saham.

Rumus :

Deviden per saham / Harga Penutupan saham

4. Pemilihan Portofolio
Pemilihan portofolio yang optimal adalah pemilihan yang memberikan
kemungkinan pendapatan yang tertinggi bagi suatu derajat resiko tertentu atau
kemungkinan resiko yang paling rendah bagi setiap ti.ngkatan pendapatan tertentu

B. Latihan Essay

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan rasio keuangan

2. Jelaskan model prediksi bangkrut dari altman (Z Skor)

3. Jelaskan proses terbentuk nya harga saham

C. Rangkuman

1. Rasio Keuangan

a. Rasio Likuiditas : kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua


kewajiban yang segera akan jatuh tempo.

b. Rasio Efisiensi : digunakan untuk menentukan penilaian efektivitas


perusahaan menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan.

c. Rasio Laverage : berguna untuk menunjukkkan kualitas kewajiban


perusahaan serta seberapa besar perbandingan antara kewajiban dengan
aktiva

d. Rasio Profitabilitas : untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk


menghasilkan laba dari setiap penjualan yang dilakukan.

e. Rasio Deviden Payout : digunakan untuk mengukur seberapa besar bagian


dari laba bersih yang digunakan untuk deviden

2. Model Prediksi Bangkrut (Z Skor)


a. Z Skor ini digunakan untuk mengukur tingkat kepailitan/kebangkrutan suatu
perusahaan.

b. Rumus : Z = 1,2(X1) + 1,4(X2) + 3,3(X3) + 0,6(X4) + 0,999(X5)

c. dimana :

- X1 : rasio modal kerja terhadap total aktiva

- X2 : rasio laba ditahan terhadap total aktiva

- X3 : ROI

- X4 : rasio modal sendiri terhadap utang

- X5 : rasio penjualan terhadap total aktiva

Z Skor

Kriteria :

a. jika Z > 2,60 artinya perusahaan memiliki peluang untuk selamat dari
ancaman kepailitan.

b. jika Z antara 1,10 – 2,60 artinya perusahaan mempunyai peluang besar


untuk berada pada ambang kepailitan

c. jika Z < 1,10 artinya perusahaan berpeluang besar untuk segera mengalami
kebangkrutan

Penilaian harga saham di Pasar Modal

a. Rasio PER (Price to earning) :

b. Harga penutupan saham / Laba Bersih per saham

c. Rasio Price to Book Value :

d. Harga penutupan saham / Nilai Buku per saham


e. Deviden Yield :

f. Deviden per saham / Harga Penutupan saham

4. Pemilihan Portofolio

Pemilihan portofolio yang optimal adalah pemilihan yang memberikan


kemungkinan pendapatan yang tertinggi bagi suatu derajat resiko tertentu atau
kemungkinan resiko yang paling rendah bagi setiap ti.ngkatan pendapatan
tertentu

D. Latihan Pilihan Ganda

1. Investor yang hendak membeli saham akan datang ke pasar saham. Biasanya
mereka akan memakai jasa para broker atau pialang saham. Investor dapat
memilih saham mana yang akan dibeli dan bisa menetapkan standar harga bagi
investor itu sendiri merupakan pengertian dari
a. Demand to Buy Schedule.
b. Supply to sell schedule.
c. Interaction of Schedule.
d. semua jawaban benar

2. Rasio apakah yang digunakan untuk menentukan penilaian efektivitas


perusahaan menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan.
a. Rasio Likuiditas
b. Rasio Efisiensi
c. Rasio Laverage
d. Rasio Profitabilitas
3. Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo dengan aktiva lancar yang
tersedia
a. Current ratio
b. Qiuck / Acid Test Ratio
c. Cash Ratio
d. Rasio Hutang
4. Rumus untuk melihat harga wajar suatu saham yang befokus pada ekuitas
perusahaan adalah
a. PER
b. b.PBV
c. deviden yeld
d. Cash Ratio
5. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan
untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk
mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT
a. ROA
b. ROI
b. C.PBV
c. D. PER

E. Referensi

1. Husein Umar. 2001. Manajemen Risiko Bisnis : Pendekatan Finansial dan non
Finansial, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
2. Fachmi Basyaib. 2007. Manajemen Risiko, PT. Grasindo, Jakarta
3. Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, 1999,
Penerbit Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai