ANALISA FAKT OR-FAKT OR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN USAHA SUPPLIER AYAM POT ONG
Ekky Safit ri
MAKALAH PEMASARAN : RENCANA
PEMASARAN PADA PERUSAHAAN PEMASOK
AYAM POTONG “ASIKIN”
Dosen Pengampu :Bayu Sutikno, M.S.M, Ph.D
Disusun Oleh :
(13/346426/EK/19294)
2014
I. Latar Belakang
Dalam sebuah perusahaan pemasaran memegang peran penting dalam menentukan
keberhasilan perusahaan tersebut, selain bidang-bidang lain seperti operasi, MSDM dan
keuangan. Pemasaran penting dalam sebuah perusahaan, karena tanpa adanya pemasaran
yang baik perusahaan akan lebih sulit dalam “menyampaikan” produk yang dihasilkannya
kepada konsumen sesuai dengan tujuannya. Pemasaran tidak sekedar menjual produk yang
dihasilkan perusahaan, namun lebih kepada bagaimana perusahaan memberikan kepuasan
kepada konsumennya terhadap produk yang dihasilkan perusahaan (customer satisfaction).
Dalam rencana bisnis ini penulis akan menganalisis proses pemasaran yang terjadi dalam
sebuah usaha mikro, yaitu usaha supplier ayam potong, yang menghasilkan produk setengah
jadi berupa daging ayam yang siap untuk diolah menjadi berbagai macam makanan berbahan
dasar ayam. Penulis menggolongkan perusahaan ini sebagai perusahaan berskala mikro,
karena omzed yang dihasilkan perusahaan dibawah Rp 300.000.000,00/bulan. Hal ini sesua
dengan apa yang dijabarkan dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM.
Perusahaan yang dianalisis oleh penulis sendiri terletak di Kota Surakarta, tepatnya di
kecamatan Jebres. Dalam menganalisis permasalahan pemasaran yang ada dalam perusahaan
tersebut, penulis menggunakan metode observasi partisipatoris, dimana penulis berperan serta
dalam proses produksi yang dilakuan perusahaan. Penulis memilih perusahaan ini karena
penulis melihat adanya beberapa permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan yang
bersangkutan.
A. Sejarah Perusahaan
Usaha supplier ayam potong “Asikin” ini didirikan oleh Almarhum Bapak Asikin pada tahun
1980. Sebelumnya almarhum bekerja serabutan, beliau pernah bekerja sebagai buruh tancap
shuttle cock serta menjual gorengan. Menyadari ketidak tentuan penghasilannya, kemudian
beliau mencoba untuk berdagang ayam. Beliau membeli ayam negeri di Pasar Hewan Ternak
Silir, di daerah Semanggi, Surakarta. Mulanya, beliau membeli ayam hanya untuk memenuhi
kebutuhanya, yaitu sebagai bahan baku ayam goreng yang dijual oleh istrinya, Ibu Tukinah.
Semakin banyak orang yang bermata pencaharian sebagai penjual ayam goreng di daerah
tersebut, kemudian beberapa pedagang ayam memilih untuk membeli ayam pada Bapak
Asikin, daripada membelinya di pasar secara langsung, sebab saat itu jarak ke pasar lumayan
jauh. Beberapa pembeli pun meminta agar ayam yang ia beli sudah dalam kondisi setengah
jadi (siap diolah menjadi makanan), sehingga Bapak Asikin kemudian mulai belajar untuk
memproses ayam menjadi produk setengah jadi.. Sejak saat itu usahanya mulai berkembang,
banyak pembeli yang kemudian datang pada beliau dan membeli ayam potong. Para pembeli
baru kebanyakan mengetahui usaha yang beliau jalankan dari mulut ke mulut. Pada tahun
1990-an, pelanggan bisnis ini mencapai lebih dari 50 orang, kebanyakan merupakan
pedagang kecil, pedagang warungan.
Puncak kejayaan diraih oleh usaha ini pada sekitar tahun 1994-1995. Kemudian pada tahun
1998 setelah terjadi kerusuhan, bisnis ini mulai lesu, sebab krisis moneter parah yang
melanda Indonesia, sebagian konsumenya yang merupakan pedagang kecil mulai gulung
tikar. Selain itu, beberapa konsumenya beralih ke supplier lain. Sepeninggal Bapak Asikin
pada 2006, kini usaha supplier ini dipegang oleh ke tiga anaknya. Namun, kini mereka hanya
menyuplai pada beberapa restoran dan warung.
- Penyembelihan
Pengiriman ayam - Pencelupan
potong pada - Pencabutan bulu
konsumen - pemisahan “jeroan”
- Pemotongan menjadi
beberapa bagian
Produk
Produk yang dihasilkan adalaha barang setengah jadi berupa ayam potong yang siap
diolah. Produk ini termasuk dalam kategori business product yaitu pada kelas bahan
mentah yang akan digunakan untuk menghasilkan barang lain. Kuantitas produksi
disesuaikan dengan jumlah yang dipesan konsumen, sehingga setiap hari kuantitasnya
berubah. Namun berdasarkan observasi yang dilakukan diperoleh bahwa dalam satu
bulan (November-Desember 2014) rata-rata produk yang dihasilkan adalah 4.545
kg/bulan atau sekitar 151,5 kg/hari. Brand produk yang digunakan adalah individual
brand. Packaging yang dilakukan masih sangat sederhana yaitu dengan menggunakan
kantong plastik dan karung goni, hal tersebut dikarenakan memang produk ini tidak
membutuhkan packaging khusus.
Dalam menjaga kualitasnya, perusahaan berusaha menghasilkan produk yang sesuai
dengan permintaan konsumen. Implementasinya adalah sebelum produk dikirim pada
konsumen selalu dilakukan pengecekan, bila dalam pengecekan ditemukan produk
yang rusak, yaitu ayam potong yang memerah di bagian tertentu maka ayam tersebut
akan segera diganti dengan ayam baru. Selain itu selalu dilakukan penghitungan
kembali terhadap jumlah ayam yang dikirim, agar tidak terjadi kekurangan/kelebihan
dari pesanan yang diminta. Untuk menunjukkan kualitas pula, perusahaan ini telah
mendapatkan sertifikat halalan thayyiban sehingga konsumen tidak perlu merasa ragu
atas kehalalan produk yang dihasilkan.
Terkait dengan inventori, perusahaan selama ini sudah menetapkan sistem Just in
Time, karena perusahaan hanya akan membeli ayam setelah ada order dari konsumen,
sehingga dengan sistem ini perusahaan meminimalkan biaya atas persediaan dan
mengurangi resiko terjadinya kerusakan atas perseadiaan tersebut.
Place/saluran distribusi
Dalam strategi place ini saluran distribusi yang digunakan adalah saluran distribusi
langsung kepada konsumen, tanpa adanya perantara. Keputusan distribusi ini
merupakan keputusan yang tepat, sebab dengan saluran distribusi langsung ini produk
akan lebih cepat sampai ditangan konsumen dan perusahaan akan lebih fleksibel
dalam melakukan perubahan bauran pemasaran terkait dengan produk, sebab produk
yang dihasilkan setiap harinya memiliki kuantitas yang tidak tetap, selain itu sistem
distribusi langsung ini tepat juga karena konsumen bisnis meninginkan produk yang
fresh untuk diolah, bukan produk yang telah diawetkan sebelumnya. Kendala yang
dihadapi dengan distribusi langsung ini adalah ketidakmampuan perusahaan untuk
menjangkau pasar lain di luar daerah Surakarta, sebab biaya pengiriman akan sangat
besar dan kemungkinan kerusakan produk lebih besar pula.
Sementara itu terkait dengan chain of supply perusahaan biasanya memasok ayam
dari Pasar Silir Semanggi perusahaan ini belum mempunyai pemasok tetap, karena
terkadang produk yang diinginkan sulit untuk dicari pada hanya satu pemasok.
Misalnya biasanya konsumen menginginkan ayam berbobot sekitar 1kg-1,2kg/ekor,
namun pemasok yang sudah menjadi langganan terkadang tidak memiliki produk
yang diminta pada saat itu.
Promosi
Promosi yang dilakukan oleh perusahaan biasanya melalui personal selling yaitu
promosi langsung kepada pembeli potensial. Promosi melalui personal selling ini
efektif karena dengan personal selling biaya yang dikeluarkan untuk promosi lebih
sedikit dan lebih tertuju langsung kepada konsumen potensial.
Price
Dalam strategi pricing perusahaan menetapkan harga yang sesuai dengan harga ayam
dipasar, bukan harga tetap. Hal ini disebabkan karena harga ayam dipasar yang sering
berfluktuasi, apalagi pada bulan puasa, kenaikan harga bisa mencapai Rp 1000-Rp
2000/kg.
D. Rencana Pemasaran
Segmenting &Targeting
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi perusahaan, perusahaan
perlu membuat rencana pemasaran. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
melihat siapa pasar dari perusahaan. Perusahaan seharusnya berorientasi pada pasar,
dimana perusahaan melihat konsumennya tersebut memiliki kebutuhan dan
karakteristik yang berbeda. Target market dari perusahaan ini sendiri adalah warung
dan restoran-restoran kelas menengah di kota Surakarta dan sekitarnya, dimana saat
ini perusahaan memasok pada Restoran Ayam Pak Pono yang memiliki dua cabang di
Boyolali, serta Warung Mbak Imah di Surakarta, hal ini berarti perusahaan hanya
membidik satu segmen pasar, yaitu segmen restoran menegah serta warung.
Melihat keadaan ekonomi di Kota Solo yang membaik, ditunjukkan dengan naiknya
PDRB yang meningkat dari tahun 2012-2013 sebesar 1.419,04 milyar. Selain itu
industri perhotelan di Surakarta saat ini dan kedepannya sedang dan akan berkembang
pesat. Pada tahun 2013-2014 ada beberapa hotel baru yang dibuka di solo, antara lain
Lampion Hotel, Asiza Hotel, Amarelo Hotel, dan pada tahun 2015 akan ada beberapa
hotel yang akan dibuka. Kesempatan ini seharusnya bisa dimanfaatkan perusahaan
untuk memperlebar pasarnya dengan membidik target baru yaitu hotel berbintang
(market development). Berdasarkan informasi yang dihimpun dalam sehari satu hotel
berbintang membutuhkan supply daging sebanyak 20kg/hari dan pada musim liburan
kebutuhan itu dapat meningkat 2-3 kali dari hari biasa. Terkait dengan hal ini ada
beberapa strategi yang dapat dilakukan perusahaan:
- Multiple target market approach : menggunakan pendekatan yang berbeda untuk
target market yang berbeda
- Combine target market approach : menggunakan satu pendekatan untuk beberapa
target market
Product
Terkait dengan permasalahan yang dihadapi di produk, yaitu masalah packaging.
Packaging yang dibutuhkan bukanlah packaging yang rumit, namun dalam packaging
ini perusahaan seharusnya membuat kemasan yang rapi, bersih dan efisien. Kemasan
yang dipakai perusahaan sebaiknya diganti dengan kemasan box plastik berukuran
besar, sehingga produk akan menjadi lebih rapi dan higinis, serta dapat melakukan
efisiensi ruang saat pengiriman. Selain itu penggantian kemasan ini akan memenuhi
standar kebersihan dan kerapian yang ditetapkan oleh target market baru yang dituju
yaitu industri perhotelan.
Selain terkait dengan kemasan, sebaiknya perusahaan melakukan standardisasi atas
produknya dengan cara mendaftarkan produknya untuk memperoleh sertifikat SNI
(Standar Nasional Indonesia). Hal ini dilakukan agar timbul kepercayaan pada
konsumen atas kualitas produk yang dihasilkan, selain itu juga sebagai “proteksi” bagi
perusahaan karena kedepannya pada tahun 2015 akan diberlakukan MEA, dimana
dalam MEA akan terjadi arus masuk barang dan jasa dari negara ASEAN lain, dengan
standarisasi SNI ini maka diharapkan produk perusahaan tidak kalah dengan produk
asing.
Place/supply chain
Terkait dengan belum adanya pemasok ayam hidup yang menjadi pemasok tetap
karena susahnya memenuhi permintaan konsumen, sebaiknya perusahaan memasok
ayam langsung dari peternak ayam terdekat, karena dengan memasok ayam dari
peternak ini biasanya didasari dengan perjanjian yang mengikat sehingga
keberlangsungan kerjasama akan lebih terjamin, hal ini juga berarti perusahaan
memotong supply chainnya. Dengan lebih sederhananya supply cahin ini maka biaya
terkait pemesanan akan menurun, sehingga perusahaan akan memperoleh profit yang
lebih tinggi.
Peternak Peternak
Pedagang di Pasar
ternak
Penyederhanaaan supply chain ini dapat dilakukan setelah perusahaan memiliki cukup
banyak konsumen, karena pembelian ayam dari peternak biasanya harus dalam
kuantitas yang besar.
Promotion
Promosi yang dilakukan perusahaan masih sangat kurang, untuk memperkenalkan
produknya, sebaiknya perusahaan melakukan mass selling dengan beriklan pada
media cetak seperti koran dan media-media lain seperti radio, media sosial dan
website. Selain itu perusahaan sebaiknya melakukan sales promotion yang itujukan
pada konsumen dengan memberikan quantity discount yaitu memberi potongan harga
tertentu pada tingkat kuantitas tertentu, biasanya besarnya potongan harga ini
proporsional dengan kuantitas yang dipesan. Contoh quantity discount:
Kuantitas yang dibeli (kg) Potongan harga
10-25 0%
26-50 5%
51-75 8%
Price
Terkait dengan price, masalah yang dihadapi perusahaam adalah fluktuasi harga.
Fluktuasi harga ini dapat ditangani dengan cara memasok langsung ayam dari
peternak, sebab pada tingkat peternak potensi terjadinya fluktuasi harga lebih kecil.
Selain permasalahan yang terkait dengan bauran pemasaran, ada permasalahan lain
yang dihadapi perusahaan, yaitu masalah tentang usaha monopoli yang dilakukan
perusahaan pesaing. Untuk mengatasi masalah ini sebenarnya solusi-solusi yang telah
disampaikan dapat digunakan. Namun ada solusi lain dalam mengatasi masalah ini,
perusahaan sebaiknya tidak mencoba untuk “bermain” pada harga, namun lebih pada
memberikan nilai yang lebih pada konsumen. Pemberian nilai lebih itu dapat
dilakukan dengan memberikan pelayanan yang baik dan tepat, misalnya dengan
menghindari keterlambatan pengiriman ayam pada konsumen serta memberi jamian
atau garansi penggantian produk bila ada produk yang rusak setelah sampai di tangan
konsumen.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Kota Surakarta. (2014). Statistik Daerah Kota Surakarta. Surakarta:
Badan Pusat Statistik kota Surakarta.
Nip-Nip, O. (2013, Juni 5). Dokter Bisnis. Dipetik Desember 18, 2014, dari Bisnis Apa Ya?
Coba Bisnis Supplier, Bisnis yang Menguntungkan !!:
http://www.dokterbisnis.net/2013/06/05/bisnis-apa-ya-coba-bisnis-supplier-bisnis-yang-
menguntungkan/
Pemerintah Kota Surakarta. (t.thn.). Parwisata. Dipetik Desember 19, 2014, dari Hotel di
Solo: http://www.surakarta.go.id/konten/hotel-di-solo
Perreault, W. D., & McCharty, J. (1999). Basic Marketing Global Managerial Approach.
McGraw-Hill.
Prasojo. (2014, Desember 17). Pembangunan Hotel di Solo Semakin Semarak. Dipetik
Desember 20, 2014, dari Housing-estate.com: http://www.housing-
estate.com/read/2014/12/17/pembangunan-hotel-di-solo-makin-semarak/