Anda di halaman 1dari 8

Nama: Kanaya Atika Puteri

NIM : 4.43.19.0.14
Kelas : KU - 4A

RASIO KEUANGAN

1. Rasio Likuiditas
Matriks yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi
hutang dan kewajiban jangka pendeknya. Jika sebuah perusahaan memiliki kemampuan
membayar kewajiban, perusahaan tersebut disebut likuid. Sebaliknya, perusahaan yang
tidak mampu memenuhi kewajibannya disebut ilikuid. Rasio likuiditas antara lain:
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Current ratio digunakan untuk menghitung tingkat kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar, berikut ini bunyi
rumusnya:
(Aktiva lancar / hutang lancar) x 100%

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)


Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau
membayar kewajiban atau utang lancer dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan nilai persediaan (inventory). Rumusnya:
(Aktiva lancar – Persediaan) / Hutang Lancar x 100%

3. Rasio Kas (Cash Ratio)


Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia
untuk membayar utang. Rumusnya:
(Kas + Surat Berharga) / Hutang Lancar x 100%

2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur bagaimana kemampuan
perusahaan untuk memenuhi berbagai kewajiban utang jangka panjang mereka.
Solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan apakah perusahaan memiliki kemampuan
untuk membayar kewajiban jangka panjang mereka yang menunjukkan bagaimana
tingkat kesehatan keuangan dari perusahaan. Yang termasuk dalam rasio solvabilitas
antara lain:
1. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio adalah rasio total utang terhadap modal. Debt to equity ratio
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang dengan modal
yang mereka miliki. Rumusnya:
(Total Utang / Total Aset) x 100%

2. Debt Ratio (DAR)


Rasio ini juga dikenal dengan total debt to assets ratio atau bisa disebut juga
sebagai debt ratio. Rasio ini berguna untuk menunjukkan sejauh mana
kemampuan total aset (total aktiva) untuk menutupi utang yang dimiliki oleh
perusahaan. Rumusnya:
(Total Utang / Modal) x 100%

3. Time Interest Earned Ratio


Rasio ini sering disebut juga sebagai interest coverage ratio yang digunakan untuk
menilai kemampuan perusahaan untuk melunasi beban bunga pada masa
mendatang. Rumusnya:
(Laba Sebelum Pajak dan Bunga / Beban Bunga) x 100%

3. Rasio Profitabilitas / Rentabilitas


Rasio profitabilitas merupakan perbandingan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba (profit) dari pendapatan (earning) terkait penjualan, aset, dan
ekuitas atas dasar pengukuran tertentu. Rasio profitabilitas ini diperlukan untuk melakukan
pencatatan transaksi keuangan. Yang termasuk dalam rasio profitabilitas antara lain:
1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Gross profit margin mengukur efisiensi perhitungan harga pokok atau biaya produksi.
Semakin besar gross profit margin semakin baik (efisien) kegiatan operasional
perusahaan yang menunjukkan harga pokok penjualan lebih rendah daripada
penjualan (sales) yang berguna untuk audit operasional. Jika sebaliknya, maka
perusahaan kurang baik dalam melakukan kegiatan operasional.Rumus perhitungan
margin laba kotor sebagai berikut:
Laba Kotor/ Total Pendapatan x 100%
2. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Net profit margin atau margin laba bersih merupakan rasio profitabilitas untuk menilai
persentase laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang
diperoleh dari penjualan.Semakin tinggi net profit margin semakin baik operasi suatu
perusahaan.Net profit margin dihitung dengan rumus berikut ini:
Laba Bersih Setelah Pajak / Penjualan

3. Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio)


Tingkat pengembalian aset merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase
keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau total aset
sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari
persentase rasio ini. Rumus rasio pengembalian aset adalah sebagai berikut:
Laba Bersih / Total Aset

4. Rasio Pengembalian Ekuitas (Return on Equity Ratio)


Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham
perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Return on equity
menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengelola modalnya (net worth),
sehingga tingkat keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau pemegang
saham perusahaan. Rumus Return On Equity sebagai berikut:
Laba Bersih Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang Saham

5. Rasio Pengembalian Penjualan (Return on Sales Ratio)


Return on Sales adalah merupakan rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat
keuntungan perusahaan setelah pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti
upah pekerja, bahan baku, dan lain-lain sebelum dikurangi pajak dan bunga. Berikut
ini rumus untuk menghitung return on sales (ROS):
(Laba sebelum Pajak dan Bunga / Penjualan) x 100%

6. Return on Capital Employed


Return on Capital Employed (ROCE) merupakan rasio profitabilitas yang mengukur
keuntungan perusahaan dari modal yang dipakai dalam bentuk persentase (%). Modal
yang dimaksud adalah ekuitas suatu perusahaan ditambah kewajiban tidak lancar atau
total aset dikurangi kewajiban lancar. ROCE mencerminkan efisiensi dan
profitabilitas modal atau investasi perusahaan. Berikut adalah rumus dari ROCE:
Laba Sebelum Pajak dan Bunga / (Total Aset – Kewajiban)

7. Return on Investment
Return on investment berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan secara
keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan terhadap jumlah aktiva secara
keseluruhan yang tersedia pada perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin
baik kondisi suatu perusahaan.Rumus Return on Investment berikut ini.
(Laba Atas Investasi – Investasi Awal) / Investasi ) x 100 %

8. Earning Per Share


Earning per share merupakan rasio profitabilitas yang menilai tingkat kemampuan per
lembar saham dalam menghasilkan laba untuk perusahaan. Manajemen perusahaan,
pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat memperhatikan earning per
share karena menjadi indikator keberhasilan perusahaan. Rumus earning per share
sebagai berikut.
(Laba Bersih Setelah Pajak – Dividen Saham Preferen) / Jumlah Saham Biasa
yang Beredar

4. Rasio Aktivitas Usaha


Rasio utilitas (istilah lain dari rasio aktivitas) adalah pemanfaatan aset perusahaan untuk
menghasilkan profit, khususnya bagi shareholder yang telah mengeluarkan modal untuk
membeli aset suatu perusahaan. Jika aset tidak dikelola dengan baik, akibatnya akan
menimbulkan biaya (beban) dan menekan profit yang akan diperoleh. Begitu juga sebaliknya,
aset yang digunakan secara efektif akan menghasilkan keuntungan yang optimal, sehingga
dapat mengontrol beban. Yang termasuk rasio aktivitas antara lain:
1. Rasio Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover Ratio)
Rasio perputaran total aset gunanya untuk menghitung aktivitas aset dan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan penjualan melalui asetnya. Rumus rasio aktivitas ini
adalah:
Penjualan Bersih (HPP) / Total Aset Rata-Rata.
2. Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover Ratio)
Rasio Perputaran Aset Tetap adalah rasio yang menunjukkan cara suatu perusahaan
memanfaatkan aset tetapnya. Rasio ini bisa dikatakan rasio untuk mengukur efisiensi
dan produktivitas aset tetap dalam menghasilkan pendapatan. Rumusnya:
Penjualan Bersih (HPP) / Total Aset Tetap

3. Working Capital Turnover


Merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja
perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar
selama suatu periode. Rumus :
Penjualan Bersih / Modal Kerja

4. Inventory Turnover
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam
dalam persediaan ini berputar dalam satu periode. Rumusnya:
Harga Pokok Penjualan / Rata-Rata Persedian

5. Receivable Turnover
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang
selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar
dalam satu periode. Rumus :
Penjualan Kredit / Rata-Rata Piutang

5.Rasio Penilaian Pasar


Analisis nilai rasio pasar adalah rasio yang didalamnya memperhitungkan harga saham
dengan laba atau omset, nilai buku per saham, sampai arus kas perusahaan. Analisis rasio
pasar juga sering digunakan untuk mengukur kondisi pasar saham untuk periode waktu
tertentu. Dengan adanya nilai rasio pasar ini, maka nantinya Anda bisa mengetahui pola pikir
investor atas performa perusahaannya. Berikut adalah rasio yang termasuk rasio penilaian
pasar:
1. Price Earning Ratio (PER)
Price earning ratio adalah adalah dasar rasio yang digunakan agar bisa mengetahui
harga wajar saham di dalam perusahaan. Dalam proses perhitungannya, PER akan
menggunakan perbandingan antara harga saham dengan laba per sahamnya.
Sedangkan agar bisa mengetahui atau menghitung EPS, rumus yang bisa digunakan
adalah sebagai berikut:
Harga per saham / Earning per share

2. Dividend Payout Ratio


Rasio ini sangat berguna dalam menilai tingkat persentase laba yang digunakan untuk
keperluan membayar dividen. Rasio pembayaran dividen bisa dikatakan baik jika
secara berkelanjutan bisa meningkat di setiap tahunnya. Rumus yang bisa digunakan
untuk menghitung dividend payout ratio adalah sebagai berikut:
(Total dividen / Laba bersih yang dihasilkan) x 100 %

3. Dividend Yield Ratio


Rasio ini sangat berguna untuk menghitung jumlah dividen dalam bentuk tunai yang
dibagikan pada pemilik saham biasa. Dengan menggunakan rasio ini, maka investor
nantinya bisa mengetahui arus kas dari investasi yang sebelumnya sudah mereka
tanamkan. Rumus yang bisa digunakan untuk menghitung rasio ini adalah sebagai
berikut:
(Dividend per Share / Market Value per Share) x 100%

6. Rasio Efisiensi
Efficiency ratio atau rasio efisiensi ialah ukuran seberapa baik suatu perusahaan dalam
mengelola kerperluan bisnisnya. Contoh rasio efisiensi yang akan dijelaskan pada artikel
di bawah ini dapat Anda gunakan untuk menganalisis bagaimana perusahaan
menggunakan aset dan mengelola kewajiban-kewajibannya. Rasio efisiensi dapat
digunakan oleh perusahaan untuk mengukur kinerja manajemenmua apakah telah
menggunakan faktor produksinya dengan tepat dan hasil guna. Dengan rasio efisensi,
perusahaan dapat mengukur secara kualitatif tingkat efisiensi yang dicapai manajemen
perusahaan. Berikut adalah yang termasuk dalam rasio efisiensi:
1. Rasio Perputaran Persediaan
Rasio perputaran persediaan (inventory turnover) berfungsi untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam mengonversi persediaan menjadi penjualan di dalam
satu masa akuntansi, umumnya satu tahun. Rasio ini dapat dihitung dengan membagi
harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Rumus:
Harga Pokok Penjualan / Rata-Rata Persediaan

2. Days of Inventory on Hand (DOH)


Days of Inventory on Hand dipakai untuk mengetahui rata-rata berapa hari perusahaan
akan mengonversi persediaannya menjadi penjualan dalam setahun. DOH dapat
dihitung dengan membagi jumlah hari dalam setahun (365 hari) dengan perputaran
persediaan. Rumus:
365 / Rasio Perputaran Persediaan

3. Rasio Perputaran Piutang Usaha


Disebut juga (accounts receivable turnover), rasio ini dipakai untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam mengelola piutang usaha karena perusahaan menjual
produk dengan kredit. Rumus:
Pendapatan / Rata -Rata Piutang

4. Days Sales Outstanding (DSO)


DSO merupakan rasio turunan dari perputaran piutang usaha. Ini mengartikan
mengenai berapa hari rata-rata perusahaan mengumpulkan pembayaran dari pelanggan
dalam setahun. Rumus:
365 / Perputaran Piutang

5. Rasio Perputaran Utang Usaha


Disebut juga Accounts Payable Turnover, rasio ini digunakan untuk mengukur
kecepatan perusahaan dalam membayar utang usaha. Perusahaan sudah menerima
barang namun belum membayar ketika laporan keuangan sudah dibuat. Rumus:
Pembelian / Rata- rata Utang Usaha

6. Days Payable Outstanding (DPO)


Rasio ini berbanding terbalik dengan rasio perputaran utang usaha, di mana dengan
DSO Anda akan mengetahui berapa hari perusahaan membayar pemasok dalam satu
tahun. Menghitungnya ialah dengan membagi jumlah hari setahun dengan perputaran
utang usaha. Rumus:
365 / Perputaran Utang Usaha
7. Rasio Perputaran Modal Kerja
Disebut juga Working Capital Turnover, rasio ini dipakai untuk mengetahui efisiensi
perusahaan ketika beroperasi tiap hari. Perputaran modal kerja dihitung dengan
membagi pendapatan di laporan laba rugi dengan rata-rata modal kerja selama dua
tahun ke belakang. Rumus:
Pendapatan / Rata – Rata Modal Kerja

8. Rasio Perputaran Aset Tetap


Fixed Assets Turnover Ratio digunakan dalam mengukur efektivitas perusahaan ketika
mengelola aset tetap untuk memperoleh pendapatan. Rasio ini dihitung dengan
membagi pendapatan dengan rata-rata aset tetap selama dua tahun ke belakang.
Rumus:
Pendapatan / Rata – Rata Aset Tetap

9. Rasio Perputaran Total Aset


Assets Turnover digunakan untuk mendeskripsikan efisiensi secara keseluruhan. Ini
juga berarti bahwa rasio perputaran aset dapat mengukur bagaimana perusahaan dapat
mengelola aset, baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk memperoleh
pendapatan. Rumus:
Pendapatan / Rata- rata Total Aset

7. Rasio Efektivitas
Rasio efektivitas merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk melihat kemampuan
pemerintah dalam suatu daerah dalam mewujudkan realisasi pada pendapatan daerahnya
sendiri kemudian selanjutnya akan dibagi dengan anggaran yang telah ditentukan dalam
potensi nyata dalam suatu daerah. Rumus:
(Pendapatan / Rata - Rata Total Aset) x 100%

Pendapatan asli pada suatu daerah dapat dikatakan dengan kategori efektif jika hasil atau
nilai yang dicapai 100 atau lebih dari 100%. Dalam hal demikian dapat ditarik simpulan
bahwa semakin besar nilai suatu pula rasio efektivitas maka semakin baik kinerja
pemerintahnya

Anda mungkin juga menyukai