MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Analisis Laporan Keuangan
Yang dibina oleh Yuli Soesetio, S.E., M.M.
Oleh Kelompok 3
Ajeng Wulan Dhari (170413618311)
Agustin Badriatul Fatimah (160413607205)
Alda Dia Pasha (160413607216)
Alodia Fautine Rofely (160413600308)
Dwi Eka Rahayu (160413602079)
Yeni ElvianaSanggaeni (140413600089)
d) OM (Operating Margin)
Merupakan rasio yang menggambarkan pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari
penjualan yang dilakukan. Rumus perhitungan OM sebagai berikut.
𝐸𝐵𝐼𝑇
OM= = 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
Debt to Asset Ratio (DAR) =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Current Liabilities to Net Worth atau Current Liabilities to Equity = 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
3. Pengertian dan Formula AnalisisLikuiditas
a) Current Ratio
Current Ratio digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktiva lancar perusahaan dapat
digunakan untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau utang lancarnya. Semakin
besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar maka artinya semakin tinggi pula
kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban utang lancarnya. Tingginya
current ratio dapat menunjukkan adanya uang kas berlebih yang bisa berarti dua hal
yaitu besarnya keuntungan yang telah diperoleh atau akibat tidak digunakannya
keuangan perusahaan secara efektif untuk berinvestasi.
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Current Ratio = 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 x 100%
b) Quick Ratio
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡−(𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦+𝑃𝑟𝑒𝑝𝑎𝑦𝑚𝑒𝑛𝑡 )
Quick Ratio = x 100%
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
c) Cash Ratio
Cash Ratio digunakan untuk mengukur ketersediaan uang kas untuk melunasi
kewajiban (utang) jangka pendek. Uang kas bisa berbentuk rekening giro. Jika rasio
sebesar 1:1 atau 100% berarti perbandingan kas atau setara kas dengan utang akan
semakin baik sehinggaperusahaanbisamelunasi utang sesuaijatuh tempo atau sebelum
jatuh tempo.
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑜𝑟 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑡
Cash Ratio = X 100%
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang nghubungkan harga saham dengan
laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang
dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang
(Moeljadi, 2006:75).
Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat (investor) atau para
pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham
perusahaan dengan harga yang lebih tinggi disbanding dengan nilai buku saham (Sutrisno,
2003:256).
Menurut Hanafi (2004:43). Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan,
relative terhadap nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut
pandang investor ataupun calon investor, meskipun pihak manajemen, juga berkepentingan
rasio ini. Rasio modal saham atau rasio pasar terdiri dari:
a. Rasio Pendapatan Per Lembar Saham (Earning Per Share)
Menurut Alwi (2003:77), Earning Per Share (EPS) biasanya menjadi perhatian
pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajmeen. EPS
menunjukan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari seti lembar saham. Semakin besar
nilai EPS semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan
harapan akan memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar
penentuan pembayaran deviden dan kenaikan harga saham di masa mendatang. Oleh
karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan
perusahaan. EPS hanya dihitung untuk saham biasa (Prastowo, 2005:93).
BAGIAN 2
1. LaporanKeuanganReklasifikasi
PT. MAYORA INDAH Tbk
LaporanPosisiKeuangan
Per, 31 Desember 2012
KETERANGAN JUMLAH
AsetLancar
Kas Dan Setara Kas 1,339,570,311,683
Piutang Usaha 2,035,329,264,394
Piutang Lain-Lain 16,017,323,669
Persediaan 1,498,989,460,205
UangMukaPembelian 77,633,807,824
PajakDibayarDimuka 341,138,704,485
BiayaDibayarDimuka 4,920,686,301
Total AsetLancar 5,313,599,558,561
AsetTetap
Tanah 188,832,758,158
Bangunan Dan Prasarana 529,260,706,384
Mesin Dan Peralatan 1,673,438,691,302
Peralatan Kantor 21,378,897,921
Kendaraan 47,605,656,696
AsetDalamPenyelesaian 397,416,206,574
Total AsetTetap 2,857,932,917,035
Total Aktiva 8,171,532,475,596
Hutang
HutangDagang 841.663.446.001
HutangJangkaPendek 1,924,434,119,144
HutangJangka Panjang 3,310,221,795,521
Ekuitas 5,234,655,914,665
TOTAL HUTANG
LabaBruto 2,345,616,118,440.00
Laba Usaha 1,156,559,816,440.00
EBT 959,815,066,914.00
EAT 744,428,404,309.00
PT. MAYORA INDAH Tbk
LaporanArus Kas
Per, 31 Desember 2012
KETERANGAN JUMLAH
AsetLancar
Kas Dan Setara Kas 1,860,492,328,823
Piutang Usaha 2,796,178,546,173
Piutang Lain-Lain 16,967,687,340
Persediaan 1,456,454,215,049
UangMukaPembelian 47,888,814,428
PajakDibayarDimuka 236,688,636,014
BiayaDibayarDimuka 15,395,201,044
Total AsetLancar 6,430,065,428,871
AsetTetap
Tanah 188,832,758,158
Bangunan Dan Prasarana 770,899,267,552
Mesin Dan Peralatan 1,747,566,120,143
Peralatan Kantor 26,244,251,229
Kendaraan 39,249,015,932
AsetDalamPenyelesaian 341,537,311,668
Total AsetTetap 3,114,328,724,682
Total Aktiva 9,544,394,153,553
Hutang
HutangDagang 2,796,178,546,173
HutangJangkaPendek 2,676,892,373,682
HutangJangka Panjang 3,139,430,961,141
Ekuitas 8,612,501,880,996
TOTAL HUTANG
KETERANGAN JUMLAH
AsetLancar
Kas Dan Setara Kas 712,922,612,494
Piutang Usaha 3,046,371,390,443
Piutang Lain-Lain 34,469,136,171
Persediaan 1,966,800,644,217
UangMukaPembelian 180,466,025,508
PajakDibayarDimuka 510,331,330,660
BiayaDibayarDimuka 57,407,483,947
Total AsetLancar 6,508,768,623,440
AsetTetap
Tanah 188,832,758,158
Bangunan Dan Prasarana 789,606,339,115
Mesin Dan Peralatan 1,920,060,512,460
Peralatan Kantor 29,958,817,949
Kendaraan 32,537,935,574
AsetDalamPenyelesaian 624,015,353,807
Total AsetTetap 3,585,011,717,063
Total Aktiva 10,093,780,340,503
Hutang
HutangDagang 822,654,918,011
HutangJangkaPendek 3,114,337,601,362
HutangJangka Panjang 3,076,215,435,183
Ekuitas 4,077,036,284,827
Total Hutang
LabaBruto 2,535,225,808,768.00
Laba Usaha 890,864,034,001.00
EBT 529,267,706,614.00
EAT 409,618,689,484.00
KETERANGAN JUMLAH
AsetLancar
Kas Dan Setara Kas 1,682,075,365,772
Piutang Usaha 3,368,430,940,065
Piutang Lain-Lain 10,813,690,824
Persediaan 1,763,233,048,130
UangMukaPembelian 29,349,557,717
PajakDibayarDimuka 576,478,740,401
BiayaDibayarDimuka 23,695,686,178
Total AsetLancar 7,454,077,029,087
AsetTetap
Tanah 225,512,038,158
Bangunan Dan Prasarana 910,764,690,980
Mesin Dan Peralatan 2,137,112,777,613
Peralatan Kantor 34,990,844,011
Kendaraan 26,084,910,578
AsetDalamPenyelesaian 436,230,580,353
Total AsetTetap 3,770,695,841,693
Total Aktiva 11,224,772,870,780
Hutang
HutangDagang 1,022,643,536,695
HutangJangkaPendek 3,151,495,162,694
HutangJangka Panjang 2,996,760,596,346
Ekuitas 5,194,459,927,187
Total Hutang
LabaBruto 4,198,336,120,007.00
Laba Usaha 1,862,620,832,987.00
EBT 1,640,494,765,801.00
EAT 1,250,233,128,560.00
KETERANGAN JUMLAH
AsetLancar
Kas Dan Setara Kas 1,543,129,244,709
Piutang Usaha 4,364,284,552,253
Piutang Lain-Lain 24,114,826,295
Persediaan 2,123,676,041,546
UangMukaPembelian 184,988,730,786
PajakDibayarDimuka 467,429,443,121
BiayaDibayarDimuka 32,099,706,600
Beban Tangguhan 60,204,831
Total AsetLancar 8,739,782,750,141
AsetTetap
Tanah 244,471,088,158
Bangunandan Prasarana 1,015,312,238,828
Mesindan Peralatan 2,053,306,633,160
Peralatan Kantor 45,736,570,344
Kendaraan 31,238,797,020
AsetdalamPenyelesaian 469,354,702,282
Total AsetTetap 3,859,420,029,792
Total Aktiva 12,599,202,779,933
Hutang
HutangDagang 1,329,633,152,416
HutangJangkaPendek 3,884,051,319,005
HutangJangka Panjang 2,773,114,553,072
Ekuitas 6,265,255,987,065
Total Hutang
PT. MAYORA INDAH Tbk
LaporanLabaRugi
Per, 31 Desember 2016
LabaBruto 4,900,422,455,912.00
Laba Usaha 2,315,242,242,867.00
EBT 1,845,683,269,238.00
EAT 1,388,676,127,665.00
KETERANGAN JUMLAH
AsetLancar
Kas Dan Setara Kas 1,922,552,686.00
Piutang Usaha 4,517,703,497,784
Piutang Lain-Lain 387,822,279,922
Persediaan 2,227,951,680,724
UangMukaPembelian 82,280,927,238
PajakDibayarDimuka 492,190,611,548
BiayaDibayarDimuka 21,835,391,323
Beban Tangguhan -
Total AsetLancar 7,731,706,941,225
AsetTetap
Tanah 244,471,088,158
Bangunan Dan Prasarana 1,004,580,267,915
Mesin Dan Peralatan 2,164,482,417,856
Peralatan Kantor 75,001,763,205
Kendaraan 28,256,076,801
AsetDalamPenyelesaian 405,412,045,533
Total AsetTetap 3,922,203,659,468
Total Aktiva 11,653,910,600,693
Hutang
HutangDagang 1,123,532,556,546
HutangJangkaPendek 3,147,919,560,986
HutangJangka Panjang 2,862,657,684,469
Ekuitas 6,731,630,207,094
Total Hutang
LabaBruto 3,234,630,038,436.00
Laba Usaha 1,467,963,254,996.00
EBT 1,266,790,025,482.00
EAT 950,645,190,703.00
2. PerhitunganAnalisisProfitabilitas
A. ROA
a) Formula dan Perhitungan
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
ROA= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
ROA
12.00%
11.14% 11.02%
10.62%
10.00%
9.11%
8.00% 8.16%
6.00%
ROA
4.00% 4.06%
2.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Beberapa kali ROA Perseroan mengalami naik turun yang dapat dikatakan sangat
signifikan, contohnya di tahun 2014 dimana ROA mengalami penurunan yang sangat
tajam dari tahun-tahun sebelumnya. Direksi menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena
perseroan tidak dapat mengelola aset yang ada untuk menghasilkan laba selama satu
periode tersebut. Tetapi secara keseluruhan ROA Perseroan masih bisa di katakana
cukup baik dan masih cenderung berada di atas level 5%. Dimana pada tahun 2014
saldo laba bersih setelah pajak mengalami penurunan , yang mengakibatkan gambar
grafik pada tahun 2014 iniu mengalami penurunan yang sangat tajam.
b) Makna
2012 Harapannya, makin tinggi nilai ROA, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROA = 9,1%, yang berarti setiap Rp
1 aset maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp 0,9.
2013 Harapannya, makin tinggi nilai ROA, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROA = 10,6% yang berarti setiap Rp
1 aset maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp0, 106.
2014 Harapannya, makin tinggi nilai ROA, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROA = 4,1% yang berarti setiap Rp 1
aset maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp0,41.
2015 Harapannya, makin tinggi nilai ROA, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROA = 11,1%, yang berarti setiap Rp
1 aset maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp 0,11.
2016 Harapannya, makin tinggi nilai ROA, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROA = 11,1% yang berarti setiap Rp
1 aset maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp 0,11.
2017 Harapannya, makin tinggi nilai ROA, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROA = 8,2% yang berarti setiap Rp 1
aset maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp0,82.
c) Analisis Tren
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = 𝑥100%
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
250.00%
200.00%
150.00%
100.00%
50.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
ROA 100.00% 116.57% 38.21% 274.47% 98.96% 74.01%
Dari grafik tren di atas, dapat dilihat untuk tren ROA pada tahun 2012-2017
MAYORA mengalami fluktuatif tapi cenderung turun. Ini terjadi karena sebagian
besar laba yang diperoleh digunakan untuk membayar utang dan adanya lonjakan
bahan baku.
d) Analisis Common Size
ROA
120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Total Aset 91.65% 90.40% 96.10% 89.98% 90.07% 92.46%
Net Income 8.35% 9.60% 3.90% 10.02% 9.93% 8%
Dari grafik tren di atas, dapat dilihat bahwa grafik untuk total aset dan net income
berbanding terbalik. Pada tahun 2013 ke 2014, total aset mengalami kenaikkan
yang cukup banyak yakni sebesar 6%, sedangkan untuk net income mengalami
penurunan sebesar 6%. Setelah tahun 2014, total asset mengalami penurunan.
Penurunan paling tinggi terjadi pada tahun 2014 ke 2015, yakni sebesar 6,8%.
Untuk net income, setelah tahun 2014, mengalami kenaikan dimana kenaikan
terbesar terjadi pada tahun 2014 ke 2015, sebesar 10%.
B. ROE
a) Formula dan perhitungan
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
ROE= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
ROE
30.00%
25.00% 26.10%
24.30% 24.10%
22.20%
20.00%
15.00% 14.10%
10.00% 10.10%
5.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Secara Return On Equity (ROE), perseroan mengalami perubahan yang tidak stabil,
bergerak di antara range 10% sampai 24% kecuali pada tahun 2014 yang mengalami
penurunan yang sangat tajam. Dari penjabaran di atas dapat memberikan informasi
pertumbuhan perusahaan, namun tidak menjamin Perseroan akan terus tumbuh pada
kecepatan yang ada tersebut. Kenaikan dan penurunan selama periode di Perseroan ini
terjadi akibat meningkatkanya utang dari pinjaman. Perseroan tidak dapat
meningkatkan ROE tanpa pinjaman dan atau penjualan saham. Pada tahun 2014 ini
Perseroan mengalami penurunan sangat tajam yaitu dari 26,10% ke 10,10%. Hal ini
diakibatkan karena Net Income di Perseroan lebih rendah daripada Total equity yang
ada. Dengan kata lain interval antara pembilang dan penyebut tersebut tidak terlalu
besar.
b) Makna
2012 Harapannya, makin tinggi nilai ROE, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROE= 24,3%, yang berarti setiap Rp
1 ekuitas maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp
0,24.
2013 Harapannya, makin tinggi nilai ROE, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROE = 26,1% yang berarti setiap Rp
1 ekuitas maka akan mampu memberikan laba neto sebesar RP0,
261.
2014 Harapannya, makin tinggi nilai ROE, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROE = 10,1% yang berarti setiap Rp
1 ekuitas maka akan mampu memberikan laba neto sebesar
Rp0,101.
2015 Harapannya, makin tinggi nilai ROE, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROE = 24,1% yang berarti setiap Rp
1 ekuitas maka akan mampu memberikan laba neto sebesar
Rp0,241.
2016 Harapannya, makin tinggi nilai ROE, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROE = 22,2%, yang berarti setiap Rp
1 ekuitas maka akan mampu memberikan laba neto sebesar
Rp0,222.
2017 Harapannya, makin tinggi nilai ROE, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROE = 14,1% yang berarti setiap Rp
1 ekuitas maka akan mampu memberikan laba neto sebesar
Rp0,1412.
c) Analisis Tren
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = 𝑥100%
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
TAHUN Net Income Total Equity ROE Trend
2012 3,067,850,327,238 24.27% 100.00%
744,428,404,309.00
2013 1,013,558,238,779.00 3,893,900,119,177 26.03% 107.27%
2014 409,618,689,484.00 4,077,036,284,827 10.05% 38.60%
2015 1,250,233,128,560.00 5,194,459,927,187 24.07% 239.56%
2016 1,388,676,127,665.00 6,265,255,987,065 22.16% 92.09%
2017 950,645,190,703.00 6,731,630,207,094 14.12% 63.71%
ROE
300.00%
250.00%
200.00%
150.00%
100.00%
50.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
ROE 100.00% 107.27% 38.60% 239.56% 92.09% 63.71%
Dari grafik tren di atas, dapat dilihat untuk tren ROA pada tahun 2012-2017
MAYORA mengalami fluktuatif tapi cenderung turun. Ini terjadi karena sebagian
besar laba yang diperoleh digunakan untuk membayar utang dan adanya lonjakan
bahan baku.
d) Analisis Common Size
ROE
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Total Equity 80.47% 79.35% 90.87% 80.60% 81.86% 87.63%
Net Income 19.53% 20.65% 9.13% 19.40% 18.14% 12%
Dari grafik tren di atas, dapat dilihat bahwa grafik untuk total equity dan net income
berbanding terbalik. Pada tahun 2013 ke 2014, total equity mengalami kenaikkan
yang cukup banyak yakni sebesar 11%, sedangkan untuk net income mengalami
penurunan sebesar 11%. Setelah tahun 2014, total equity mengalami penurunan.
Penurunan paling tinggi terjadi pada tahun 2014 ke 2015, yakni sebesar 10%. Untuk
net income, setelah tahun 2014, mengalami kenaikan dimana kenaikan terbesar
terjadi pada tahun 2014 ke 2015, sebesar 10%.
C. GPM
a) Formula dan perhitungan
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
GPM= 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
GPM
80.00%
72.50%
60.00%
40.00%
24.30% 28.30% 26.70%
20.00% 22.30% 22.60%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
TAHUN
Beberapa kali GPM Perseroan sempat tergerus, contohnya di tahun 2014 dimana
GPM mengalami penuruna, direksi menjelaskan bahwa terjadi lonjakan harga
bahan baku yg signifikan. Tapi secara overall, GPM Perseroan masih bisa
di maintain dan cenderung berada di atas level 22%. Dimana pada tahun 2014
penjualan bersih atau pendapatan bersih mengalami penurunan, yang seharusnya
grafik pada tahun 2014 mengalami penurunan malah terjadi kenaikkan, ini
disebabkan karena interval antara penjualan bersih dengan laba kotor tidak terlalu
besar.
b) Makna
2012 Harapannya, makin tinggi GPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh GPM = 22,3%, yang berarti setiap Rp
1 penjualan maka akan mampu memberikan laba kotor sebesar Rp
0,22.
2013 Harapannya, makin tinggi nilai GPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh GPM = 24,3%, yang berarti setiap Rp
1 penjualan maka akan mampu memberikan Laba kotor sebesar
Rp0,243.
2014 Harapannya, makin tinggi nilai GPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh GPM = 72,5% yang berarti setiap Rp
1 penjualan maka akan mampu memberikan laba kotor sebesar
Rp0,725.
2015 Harapannya, makin tinggi nilai GPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh GPM = 28,3% yang berarti setiap Rp
1 penjualan maka akan mampu memberikan laba kotor sebesar
Rp0,283.
2016 Harapannya, makin tinggi nilai GPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh GPM = 26,7%, yang berarti setiap Rp
1 penjualan maka akan mampu memberikan laba kotor sebesar
Rp0,267.
2017 Harapannya, makin tinggi nilai GPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh GPM = 22,6% yang berarti setiap Rp
1 penjualan maka akan mampu memberikan laba kotor sebesar
Rp0,226.
c) Analisis Tren
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = 𝑥100%
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
GPM
350.00%
300.00%
250.00%
200.00%
150.00%
100.00%
50.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
GPM 100.00% 108.94% 298.11% 39.09% 94.26% 84.71%
Dari grafik tren di atas, dapat dilihat untuk tren GPM pada tahun 2012-2017
MAYORA mengalami fluktuatif tapi cenderung turun. Sesungguhnya penurunan
yang terjadi pada tahun 2014 ke 2015 cenderung tinggi, hal itu terjadi karena bahan
baku naik dan ini bias dijadikan untuk bahan evaluasi agar bias tetap
mempertahankan tren agar terus naik.
d) Analisis Common Size
GPM
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Penjualan Bersih 81.76% 80.44% 57.98% 77.92% 78.92% 81.55%
Laba kotor 18.24% 19.56% 42.02% 22.08% 21.08% 18.45%
Dari grafik tren di atas, dapat dilihat bahwa grafik untuk penjualan bersih dan laba
kotor berbanding terbalik. Pada tahun 2013 ke 2014, penjualan bersih mengalami
penurunan yang cukup banyak yakni sebesar 22%, sedangkan untuk modal kerja
mengalami kenaikan sebesar 22%. Setelah tahun 2014, penjualan bersih mengalami
kenaikan setiap tahun, dimana kenaikannya bervariasi. Kenaikan paling tinggi terjadi
pada tahun 2014 ke 2015, yakni sebesar 20%. Untuk laba kotor, setelah tahun 2014,
mengalami penurunan dimana penurunan terbesar terjadi pada tahun 2014 ke 2015,
sebesar 20%. GPM dibentuk oleh gross profit atau laba kotor, laba kotor = penjualan
bersih – harga pokok penjualan. Penjualan bersih= penjualan-potongan penjualan –
retur penjualan. HPP= pembelian bersih + persediaan awal – persediaan akhir.
D. OM
a) Formula dan perhitungan
𝐸𝐵𝐼𝑇
OM = 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
25.00% 25.47%
20.00%
15.00%
OM
12.57% 12.62%
11.00% 10.86% 10.27%
10.00%
5.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
𝐸𝐵𝐼𝑇
OM dibentuk dengan rumus, OM = , table rasio profitabilitas tersebut
𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
menunjukkan nilai OM pada PT. Mayora untuk tahun 2012, 2013, 2014, 2015, 2016
dan 2017 berturut- turut adalah sebesar 11.10%, 10.90%, 25.50%, 12.60%, 12.61,
10.30% dengan nilai rata-rata sebesar 13.83%. Nilai rata-rata OM yang diperoleh
perusahaan Mayora jika dibandingkan dengan standar industry yaitu 10.8% sudah
memenuhi nilai standar, hal tersebut menandakan bahwa kemampuan menghasilkan
keuntungan dari kegiatan operasional yang dilakukan cukup baik. Nilai OM dapat
ditingkatkan jika perusahaan Mayora mampu mengelola penggunaan biaya operasional
dengan baik serta adanya peningkatan penjualan, sehingga laba operasional dapat
diperoleh secara maksimal.
b) Makna
2012 Harapannya, makin tinggi nilai OM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan tahun 2012 diperoleh OM = 11,1%, yang berarti setiap
Rp 1 penjualan maka akan mampu memberikan laba operasi sebesar
Rp 0,11.
2013 Harapannya, makin tinggi nilai OM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh OM = 10,9%, yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba operasi sebesar
Rp0,109.
2014 Harapannya, makin tinggi nilai OM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh OM = 25,5% yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba operasi sebesar
Rp0,255.
2015 Harapannya, makin tinggi nilai OM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh OM = 12,5%, yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba operasi sebesar
Rp0,126.
2016 Harapannya, makin tinggi nilai OM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh OM = 12,5% yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba operasi sebesar
Rp0,126.
2017 Harapannya, makin tinggi nilai OM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh OM = 10,3% yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba operasi sebesar
Rp0,103.
c) Analisis Tren
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = 𝑥100%
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
200.00%
150.00%
100.00%
50.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
OM 100.00% 98.669107234 234.56% 49.36% 100.38% 81.37%
Dari grafik tren di atas, dapat dilihat untuk tren OM pada tahun 2012-2017
MAYORA mengalami fluktuatif tapi cenderung turun. Sesungguhnya penurunan
yang terjadi pada tahun 2014 ke 2015 cenderung tinggi, hal itu terjadi karena bahan
baku naik dan ini bias dijadikan untuk bahan evaluasi agar bias tetap
mempertahankan tren agar terus naik. OM terdiri dari EBIT, EBIT= pendapatan –
Biaya operasional. EBIT digunakan untuk mengukur laba yang dihasilkan
perusahaan dari operasinya sehingga identic dengan “laba operasi”.
d) Analisis Common Size
OM
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
PENJUALAN 90.09% 90.21% 79.70% 88.83% 88.80% 90.69%
EBIT 9.91% 9.79% 20.30% 11.17% 11.20% 9.31%
Dari grafik tren di atas, dapat dilihat bahwa grafik untuk penjualan bersih dan EBIT
berbanding terbalik. Pada tahun 2013 ke 2014, penjualan bersih mengalami penurunan
yang cukup banyak yakni sebesar 10%, sedangkan untuk modal kerja mengalami
kenaikan sebesar 10%. Setelah tahun 2014, penjualan bersih mengalami kenaikan
setiap tahun, dimana kenaikannya bervariasi. Kenaikan paling tinggi terjadi pada tahun
2014 ke 2015, yakni sebesar 9%. Untuk EBIT, setelah tahun 2014, mengalami
penurunan dimana penurunan terbesar terjadi pada tahun 2014 ke 2015, sebesar 10%.
E. NPM
TAHU
Net Profit margin Penjualan Bersih NPM Trend
N
10,510,625,669,832.0 100.00
2012 744,428,404,309.00 0 7.08% %
1,013,558,238,779.0 12,017,837,133,337.0 119.08
2013 0 0 8.43% %
138.84
2014 409,618,689,484.00 3,498,158,854,197.00 11.71% %
1,250,233,128,560.0 14,818,730,635,847.0
2015 0 0 8.44% 72.05%
1,388,676,127,665.0 18,349,959,898,358.0
2016 0 0 7.57% 89.70%
14,298,836,222,293.0
2017 950,645,190,703.00 0 6.65% 87.85%
NPM
14.00%
12.00% 11.71%
10.00%
4.00%
2.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Namun secara margin bersih (NPM), Persoroan tidak terlihat terlalu besar, bergerak
di antara range 4% hingga 8% kecuali tahun 2014 yg turun. Itu karena Perseroan
termasuk perusahaan ekspansif yg menggunakan leverage utang bank sehingga laba
bersih pun terpangkas sebagian oleh beban bunga pinjaman karena sebagian besar
pinjaman atas Mayora adalah terhadap pihak bank. Sekali lagi seharusnya pada tahun
2014 itu grafik mengalami penurunan (dari 2013 ke 2014 m3ngalami penurunan) tapi
malah sebaliknya, dan ini dikarenakan interval antara pembilang dan penyebut tidak
terlalu besar. Dari analisis kami terhadap mayora berasumsi bahwa ketika net profit
margin mengalami kenaikan maka revenue juga mengalami kenaikkan, dan begitu juga
sebaliknya. Namun pada perhitungan ini yang paling berpengaruh adalah revenue
(penjualan bersih) karena dalam NPM sendiri interval revenue sangatlah besar tapi net
profit margin masih significant pergembangannya dari tahun ke tahun sedangkan
revenue mengalami kenaikkan yang cukup tinggi dan apabila mengalami penurunan
maka turunnya drastis.
b) Makna
2012 Harapannya, makin tinggi nilai NPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh OM = 7,1%, yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp 0,71.
2013 Harapannya, makin tinggi nilai NPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh NPM = 8,4%, yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp0,84.
2014 Harapannya, makin tinggi nilai NPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh NPM = 11,7 yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba neto sebesar
Rp0,117.
2015 Harapannya, makin tinggi nilai NPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh NPM = 8,4% yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp0,84.
2016 Harapannya, makin tinggi nilai OM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh OM = 12,5% yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba operasi sebesar
Rp0,126.
2017 Harapannya, makin tinggi nilai NPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh NPM = 6,6% yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp0,66.
c) Analisis Tren
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = 𝑥100%
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
NPM
160.00%
140.00%
120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
NPM 100.00% 119.08% 138.84% 72.05% 89.70% 87.85%
Dari grafik tren di atas, dapat dilihat untuk tren NPM pada tahun 2012-2017 MAYORA
mengalami fluktuatif tapi cenderung turun. Sesungguhnya penurunan yang terjadi pada
tahun 2014 ke 2015 cenderung tinggi, hal itu terjadi karena bahan baku naik dan ini
bias dijadikan untuk bahan evaluasi agar bias tetap mempertahankan tren agar terus
naik.
NPM
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
penjualan bersih 93.39% 92.22% 89.52% 92.22% 92.96% 93.77%
Net Profit margin 6.61% 7.78% 10.48% 7.78% 7.04% 6%
Dari grafik tren di atas, dapat dilihat bahwa grafik untuk penjualan bersih dan Net
Profit Margin berbanding terbalik. Pada tahun 2013 ke 2014, penjualan bersih
mengalami penurunan yang cukup banyak yakni sebesar 3%, sedangkan untuk
modal kerja mengalami kenaikan sebesar 3%. Setelah tahun 2014, penjualan bersih
mengalami kenaikan setiap tahun, dimana kenaikannya bervariasi. Kenaikan paling
tinggi terjadi pada tahun 2014 ke 2015, yakni sebesar 3%. Untuk EBIT, setelah
tahun 2014, mengalami penurunan dimana penurunan terbesar terjadi pada tahun
2014 ke 2015, sebesar 3%.
Kesimpulan dari rasio profitabilitas adalah PT. Mayora dalam memperoleh laba
periode sangatlah baik dan dapat mengatur penggunaan laba tersebut untuk membayar
hutang serta manajemen di dalam PT. Mayora juga bagus, hal ini dapat dibuktikan pada
tahun 2014 penjualan menurun yang dikarenakan harga bahan baku meningkat, akan
tetapi mayora dapat menaikkan penjualan sehingga laba yang diperoleh juga naik pada
tahun 2015.
Rasio ini menunjukan nilai relative antara nilai total utang terhadap total aktiva.
Rasionya dihitung dengan formula sebagai berikut:
𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑈𝑇𝐴𝑁𝐺 (𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝐷𝐸𝐵𝑇)
Debt to asset ratio = 𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝐴𝐾𝑇𝐼𝑉𝐴 (𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝐴𝑆𝑆𝐸𝑇𝑆)
Dari formula tersebut diketahui bahwa rasio ini menunjukan seberapa besar pendanaan
perusahaan yang dibiayai oleh utang dibanding dengan total aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar utang yang dimiliki oleh
perusahaan. Artinya semakin besar kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada
pihak lain.
Hasilnya, sekian % total aktiva dibiayai utang.
Makna:
2012 Harapannya. Apabila nilai DAR tinggi
maka akan semakin baik bagi perusahaan,
dari perhitungan diatas diperoleh DAR =
64%,yang berarti setiap 1 ekuitas maka
akan mampu memberikan laba neto
sebesar Rp. 0.64
TREN DER
180%
160%
140%
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Rasio ini menunjukan nilai relative antara total utang dengan total equitas.
Rasionya dihitung dengan membagi nilai total utang dengan nilai equitas.
𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑈𝑇𝐴𝑁𝐺
DER = 𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝐸𝑄𝑈𝐼𝑇𝐴𝑆
Sehingga rasio ini menunjukan besarnya pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh
kreditor dibandingkan dengan pendanaan yang dibiayai oleh pemegang saham.
semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar utang yang dimiliki oleh perusahaan.
Artinya semakin besar kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada pihak lain.
Rasio sebesar ..% (hasil DER) berarti perbandingan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri adalah ..% ; 100%.
Makna:
2012 Harapannya, makin rendah nilai DER,
maka akan semakin baik, maka akan
sedikit mengurangi nilai utang. Dari
perhitungan diatas diperoleh DER =
171%, yang berarti setiap Rp. 1 aset akan
memberikan laba neto sebesar Rp 1.71
100%
80%
60%
40%
20%
0%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa bagian utang jangka panjang yang terdapat
di dalam di dalam modal jangka panjang perusahaan.
Ratio sebesar (..% hasil LTDER) menunjukan bahwa keseluruhan modal jangka
panjang sebesar sekian terdiri dari utang jangka panjang.
Makna:
2012 Harapannya, makin rendah nilai
LTDER, maka akan semakin baik, maka
akan sedikit mengurangi nilai utang.
Dari perhitungan diatas diperoleh
LTDER = 108%, yang berarti setiap Rp.
1 aset akan memberikan laba neto
sebesar Rp 1.08
CURRENT
LIABILITIES TAHUN NILAI TREN
2012 62.72% 100.00%
2013 68.74% 109.60%
2014 75.94% 110.47%
2015 60.67% 79.89%
2016 61.99% 102.18%
2017 46.76% 75.43%
Current Liabilities
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Current liabilities adalah kewajiban yang harus diselesaikan di masa datang. Current
liabilities ini dibayar dari asset lancar. Semakin tinggi asset lancar yang dimiliki
perusahaan tersebut, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajibannya, jika hasilnya lebih dari 1, maka perusahaan semakin baik.
Makna:
2012 Harapannya, makin tinggi nilai Current
Liabilities, maka akan semakin baik bagi
perusahaan. Dari perhitungan diatas
diperoleh Current Liabilites= 62.72%,
yang berarti setiap Rp. 1 aset akan
memberikan laba neto sebesar Rp 0.6272
COMMON SIZE
TOTAL TOTAL TOTAL
DAR TOTAL DEBT TOTAL ASSSET TOTAL DEBT ASSET PERSENTASE
2012 5,234,655,914,665 8,171,532,475,596 13,406,188,390,261 39.05% 60.95% 100.00%
2013 5,816,323,334,823 9,710,223,454,000 15,526,546,788,823 37.46% 62.54% 100.00%
2014 6,190,553,036,545 10,291,108,129,334 16,481,661,165,879 37.56% 62.44% 100.00%
2015 6,148,255,759,034 11,342,715,686,221 17,490,971,445,255 35.15% 64.85% 100.00%
2016 6,657,165,872,077 12,922,421,859,142 19,579,587,731,219 34.00% 66.00% 100.00%
2017 7,134,109,802,001 13,865,740,009,094 20,999,849,811,095 33.97% 66.03% 100.00%
DAR
70.00%
64.85% 66.00% 66.03%
60.00% 60.95% 62.54% 62.44%
50.00%
40.00% 39.05% 37.46% 37.56% 35.15% 34.00% 33.97%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
1 2 3 4 5 6
Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk total debt dan total asset, mengalami
kenaikan dan penurunan tetapi tidak drastis. Pada tahun 2012 hingga pada tahun 2017
total asset mengalami kenaikan yang cukup yaitu sekitar 10%. Namun untuk total debt
mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2017, dari 39,05% menjadi 33,97%.
TOTAL TOTAL
DER TOTAL UTANG EQUITY TOTAL UTANG EQUITY PERSENTASE
20.00%
10.00%
0.00%
1 2 3 4 5 6
Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa pada PT MYOR selama tahun 2012-2017,
total hutang yang dimiliki perusahaan mengalami penurunan dan kenaikan, akan tetapi
meskipun begitu total hutang perusahaan cenderung mengalami penurunan. Dengan kata
lain jumlah ekuitas yang dimiliki perusahaan sebaliknya cenderung mengalami
peningkatan. Pada tahun 2012 ke tahun 2013 total hutang menurun dari 63,05% menjadi
59,90% namun pada tahun 2014 kembali meningkat menjadi 60,15. Akan tetapi di tahun
tahun berikutnya yaitu mulai tahun 2015 hingga 2017 totalhutang perusahaan terus
mengalami penurunan. Dari yang awalnya pada tahun 2012 sebesar 63,05% pada tahun
2017 total hutang perusahaan menjadi 51,45%. Hal ini menandakan bahwa ekuitas
perusahaan yang pada tahun 2012 sebesar 36,95% mengalami kenaikan yang cukup baik
hingga mencapai 48,55% pada tahun 2017.
LONG
LONG TERM TERM TOTAL
LTDER DEBT EQUITY TOTAL DEBT EQUITY PERSENTASE
LTDER
LONG TERM DEBT EQUITY
80.00%
70.00% 69.32% 70.16%
63.41%
60.00%
55.36% 57.14%
50.00% 51.90%
48.10%
44.64% 42.86%
40.00%
36.59%
30.00% 30.68% 29.84%
20.00%
10.00%
0.00%
1 2 3 4 5 6
Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa pada PT MYOR hutang jangka panjang yang
dimiliki perusahaan nilai persentasenya lebih kecil dibandingkan dengan ekuitas yang
dimiliki perusahaan. Selama tahun 2012-2017 persentase tertinggi dicapai pada tahun
2012 sebesar 41,10% nilai tersebut memiliki selisih sedikit dibandingkan dengan jumlah
ekuitas perusahaan yaitu sebesar 51,90%. Jumlah persentase hutang jangka panjang dari
tahun 2012 hinga 2017 cenderung mengalami penurunan atau dengan kata lain ekuitas
yang dimiliki perusahaan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
CURRENT LIABILITIES
70.00%
61.45% 62.24% 61.73% 63.41%
60.00% 59.26%
56.83%
50.00%
43.17%
40.00% 38.55% 40.74%
37.76% 38.27% 36.59%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
1 2 3 4 5 6
Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa pada PT MYOR selama tahun 2012-2017
hutang lancar perusahaan nilainya cukup stabil. Hutang lancar terbesar terjadi pada tahun
2014 yaitu 43,17%, namun di tahun tahun berikutnya hutang lancar perusahaan cukup
berfluktuatif tetapi tidak signifikan. Artinya meskipun terjadi penurunan dan peningkatan
jumlah hutang lancar perusahaan tetapi niali tersebut tidak terlalu besar.
Kesimpulan dari rasio solvabilitas adalah kemampuan PT. Mayora dalam membayar
hutang dari tahun 2012 hingga tahun 2017 dinilai cukup baik. Karena dari beberapa
perhitungan di atas yang berkaitan dengan rasio solvabilitas komponen hutang yang
terdapat pada ekuitas maupun aktiva masih relatif baik, namun meskipun begitu
perusahaan juga tidak boleh terus menerus berhutang karena dari perhitungan lainnya
juga menunjukkan bahwa komponen hutang yang ada pada perusahaan sudah cukup
besar dibanding dengan modal.
Makna:
2012 Setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 2,76 aktiva lancar.
2013 Setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 2,40 aktiva lancar.
2014 Setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 2,08 aktiva lancar
2015 Setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 2,36 aktiva lancar
2016 Setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 2,25 aktiva lancar
2017 Setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 1,81 aktiva lancar
Current Ratio
300%
276%
250%
240% 236%
225%
200% 208%
181%
150%
100%
50%
0%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Secara umum, rasio lancar (current ratio) perusahaan berada di atas level 200%. Di
mana dalam periode 2012-2017, rasio tertinggi berada di tahun 2012 dengan nilai rasio
sebesar 276% dan terjadi penurunan yang signifikan untuk 2 tahun selanjutnya serta
diikuti dengan pergerakan yang fluktuatif untuk tahun-tahun berikutnya dikarenakan
hutang jangka pendek atau hutang lancar perusahaan yang semakin meningkat atau
bertambah.
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Current Ratio dibentuk dengan rumus Current Ratio = . Hasil
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Current ratio memberikan gambaran yaitu, apabila makin tinggi current ratio, maka
akan makin baik, yang berarti setiap Rp 1 utang lancar akan mampu dijamin oleh aktiva
lancar sebesar Rp... (hasil dari perhitungan Current Ratio).
B. Quick Ratio
2012 = (5.313.599.558.561 - 1.498.989.460.205)/1.924.434.119.144
= 1,982198331 x 100% = 198%
2013 = (6.430.065.428.871 - 1.456.454.215.049)/2.676.892.373.682
= 1,857979522 x 100% = 185%
2014 = (6.508.768.623.440 - 1.966.800.644.217)/ 3.114.337.601.361
= 1,458405787 x 100% = 145%
2015 = (7.454.077.029.087 - 1.763.233.048.130)/ 3.151.495.162.694
= 1,805760024 x 100% = 180%
2016 = (8.739.782.750.141 - 2.123.676.041.546)/ 3.884.051.319.005
= 1,703403525 x 100% = 170%
2017 = (7.731.706.941.225 - 2.227.951.680.724)/ 4.271.452.117.532
= 1,288497473 x 100% = 128%
Makna:
2012 Setiap Rp utang dijamin oleh Rp 1,89 aktiva yang lebih likuid.
2013 Setiap Rp utang dijamin oleh Rp 1,85 aktiva yang lebih likuid
2014 Setiap Rp utang dijamin oleh Rp 1,45 aktiva yang lebih likuid
2015 Setiap Rp utang dijamin oleh Rp 1,80 aktiva yang lebih likuid
2016 Setiap Rp utang dijamin oleh Rp 1,70 aktiva yang lebih likuid
2017 Setiap Rp utang dijamin oleh Rp 1,28 aktiva yang lebih likuid
Quick Ratio
250%
200% 198%
185% 180%
170%
150% 145%
128%
100%
50%
0%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Secara umum, rasio cepat (quick ratio) perusahaan berada di atas level 100%. Di
mana dalam periode 2012-2017, rasio tertinggi berada di tahun 2012 dengan nilai rasio
sebesar 198% dan terjadi penurunan yang signifikan untuk 2 tahun selanjutnya serta
diikuti dengan pergerakan yang fluktuatif untuk tahun-tahun berikutnya dikarenakan
hutang jangka pendek atau hutang lancar perusahaan yang semakin meningkat atau
bertambah.
apabila makin tinggi quick ratio, maka akan makin baik, yang berarti setiap Rp 1 utang
lancar akan mampu dijamin oleh “quick assets” yang meliputi piutang dan surat-surat
berhargasebesar Rp... (hasil dari perhitungan Quick Ratio).
C. Cash Ratio
2012 = 1,339,570,311,683/1,924,434,119,144 = 0.69608531
2013 = 1,860,492,328,823/5,473,070,919,855 = 0.339936
2014 = 712,922,612,494/3,936,992,519,373 = 0.181083
2015 = 1,682,075,365,772/4,174,138,699,389 = 0.402975
2016 = 1,543,129,244,709/5,213,684,471,421 = 0.295977
2017 = 1,922,552,686.00/4,271,452,117,532 = 0.00045
CASH RATIO TAHUN NILAI TREN
2012 0.70 1.00
2013 0.34 0.49
2014 0.18 0.53
2015 0.40 2.23
2016 0.30 0.73
2017 0.00 0.00
Makna:
2012 Rasio kas PT Mayora Indah Tbk sebesar 0,70 kali, ini artinya PT Mayora
hanya memiliki kas dan setara kas untuk membayar 70% kewajiban
lancarnya. Rasio kas ini cukup tinggi karena menunjukan saldo kas yang
relatif tinggi.
2013 Rasio kas PT Mayora Indah Tbk sebesar 0,34 kali, ini artinya PT Mayora
hanya memiliki kas dan setara kas untuk membayar 34% kewajiban
lancarnya. Rasio kas ini masih tergolong cukup tinggi.
2014 Rasio kas PT Mayora Indah Tbk sebesar 0,18 kali, ini artinya PT Mayora
memiliki kas dan setara kas untuk membayar 18 % kewajiban lancarnya.
Rasio tahun ini dapat diterima, karena nilainya tidak terlalu tinggi hal ini
disebabkan penggunaan aset yang maksimal sehingga tidak kelebihan
uang tunai pada perusahaan
2015 Rasio kas PT Mayora Indah Tbk sebesar 0,40 kali, ini artinya PT Mayora
hanya memiliki kas dan setara kas untuk membayar 40% kewajiban
lancarnya. Rasio kas ini masih tergolong cukup tinggi karena banyaknya
uang tunai yang dipegang oleh perusahaan.
2016 Rasio kas PT Mayora Indah Tbk sebesar 0,30 kali, ini artinya PT Mayora
hanya memiliki kas dan setara kas untuk membayar 30% kewajiban
lancarnya. Rasio kas ini masih tergolong cukup tinggi karena banyaknya
uang tunai yang dipegang oleh perusahaan.
2017
Cash Ratio
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Cash ratio adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan total kas (tunai) dan
setara kas perusahaan dengan kewajiban lancarnya. 0.69608531
Cash ratio =(kas + setara kas) / hutang lancar 0.181083
Sehingga ratio kas pada PT MYOR adalah sebesar …kali (cash ratio)
Selama tahun 2012-2017 rasio kas PT MYOR menunjukkan hasil yang dapat
dikatakan cenderung menurun. Rasio kas tertinggi terjadi di tahun 2012 sebesar
0.69608531 kemudian mengalami penurunan yang cukup signifikan di tahun 2014
menjadi sebesar 0.181083. Dengan hasil tersebut maka kemampuan PT MYOR dalam
membayar utang-utang jangka pendeknya dari tahun ke tahun cukup mengalami
penurunan. Hal itu terutama terjadi pada tahun 2017, dimana rasio kas yang diperoleh
oleh PT MYOR sebesar 0.00045 atau dengan kata lain PT MYOR tidak mampu
membayar utang jangka pendek pada tahun 2017.
Keadaan ini terjadi karena kenaikan pada hutang jangka pendek atau kewajiban
lancar perusahaan tidak diimbangi oleh kenaikan dari kas dan setara kas yang dimiliki
oleh PT MYOR sehingga membuat perusahaan tidak likuid.
WORKING CAPITAL TO
TOTAL ASSET RATIO TAHUN NILAI TREN
2012 41.48% 100.00%
2013 10.03% 24.18%
2014 25.48% 254.11%
2015 29.22% 114.69%
2016 27.99% 95.78%
2017 29.69% 106.09%
Makna:
2012 Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto.
Setiap Rp 1,00 asset perusahaan Rp 41,48 terdiri dari modal kerja (asset
lancar)
2013 Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto.
Setiap Rp 1,00 asset perusahaan Rp 10,03 terdiri dari modal kerja (asset
lancar)
2014 Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto.
Setiap Rp 1,00 asset perusahaan Rp 25,48% terdiri dari modal kerja (asset
lancar)
2015 Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto.
Setiap Rp 1,00 asset perusahaan Rp 29,22 terdiri dari modal kerja (asset
lancar)
2016 Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto.
Setiap Rp 1,00 asset perusahaan Rp 27,99 terdiri dari modal kerja (asset
lancar)
2017 Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto.
Setiap Rp 1,00 asset perusahaan Rp 29,69 terdiri dari modal kerja (asset
lancar)
Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas dari total dan posisi modal kerja (neto).
Formula: aktiva lancar – kewajiban / jumlah aktiva
Modal kerja bersih yang dimiliki oleh PT MYOR dibanding dengan total aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan selama tahun 2012-2017 diperoleh hasil tertinggi di tahun 2012
kemudian menurun cukup signifikan pada tahun 2013. Hal tersebut terjadi karena kenaikan
dari total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tidak diimbangi dengan kenaikan modal
kerja bersih yang ada pada perusahaan tersebut. Namun pada tahun-tahun berikutnya
keadaan tersebut berangsur mengalami kenaikan. Itu terlihat dari hasil perhitungan yang
didapat, meskipun pada tahun 2016 sempat mengalami penurunan tetapi pada tahun 2017
modal kerja bersih PT MYOR dibanding dengan total aktiva yang dimiliki hasilnya
mengalami kenaikan.
COMMON SIZE
CURRENT CURRENT CURRENT CURRENT CURRENT TOTAL
RATIO ASSET LIABILITIES TOTAL ASSET LIABILITIES PERSENTASE
2012 5,313,599,558,561 1,924,434,119,144 7,238,033,677,705 73.41% 26.59% 100.00%
CURRENT RATIO
80.00%
73.41%
70.00% 70.61% 70.28% 69.23%
67.64%
64.41%
60.00%
50.00%
40.00%
35.59%
30.00% 32.36% 29.72% 30.77%
29.39%
26.59%
20.00%
10.00%
0.00%
1 2 3 4 5 6
Melihat grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa pada PT MYOR jumlah aset lancar yang dimiliki
oleh perusahaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah kewajiban lancarnya. Akan tetapi dari
tahun 2012-2015 aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan cenderung menurun yaitu hingga
mencapai angka 67,34%. Namun di tahun 2016 aset lancar perusahaan kembali mengalami
kenaikan, tetapi pada dua tahun berikutnya aset lancar perusahaan terus mengalami penurunan.
Bahkan penurunan yang terjadi pada tahun 2017 cukup signifikan yaitu hingga 64,41%.
Persentase aset lancar pada tahun 2017 lebih kecil dibandingkan dengan penurunan yang terjadi
pada tahun 2013 dan 2014.
CURRENT CURRENT
QUICK ASSET- CURRENT ASSET- CURRENT TOTAL
RATIO INVENTORY LIABILITIES TOTAL INVENTORY LIABILITIES PERSENTASE
QUICK RATIO
70.00%
66.47% 65.01% 65.81% 64.36% 63.01%
60.00%
56.30%
50.00%
43.70%
40.00%
34.99% 35.64% 36.99%
33.53% 34.19%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
1 2 3 4 5 6
Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa aset lancar setelah dikurangi persediaan yang
dimiliki PT MYOR pada tahun 2012 dan 2013 cukup stabil akan tetapi pada tahun 2014 kondisi
tersebut menurun cukup signifikan yang pada tahun 2012 sebesar 66,47% menjadi 34,19%. Hal
tersebut terjadi karena kewajiban lancar yang dimiliki perusahaan mengalami kenaikan yang
cukup signifikan dan hal itu tidak diimbangi dengan keadaan aset lancar yang dimiliki oleh
perusahaan. Namun pada 2 tahun berikutnya aset lancar setelah dikurangi persediaan mengalami
kenaikan, kondisi tersebut dapat dikatakan stabil pada tahun 2015-2016. Namun di tahun 2017
kembali mengalami penurunan, hal ini patut diwaspadai agar di tahun berikutnya tidak
mengalami penurunan kembali.
CASH OR
CASH CASH OR CASH CURRENT CASH CURRENT TOTAL
RATIO EQUIVALENT LIABILITIES TOTAL EQUIVALENT LIABILITIES PERSENTASE
CASH RATIO
90.00%
80.00% 81.37%
71.57% 73.46%
70.00%
65.20%
60.00% 58.96% 59.00%
50.00%
40.00% 41.04% 41.00%
34.80%
30.00% 28.43% 26.54%
20.00% 18.63%
10.00%
0.00%
1 2 3 4 5 6
Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa kas yang dimiliki PT MYOR pada tahun 2012-2013
cukup stabil kemudian mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2014 yaitu
hingga mencapa 18,63%. Namun pada tahun 2015 kembali mengalami kenaikan, akan tetapi
pada 2 tahun berikutnya kas yang dimiliki oleh perusahaan cenderung mengalami penurunan.
Apabila penurunan kas tersebut terus berlanjut pada tahun tahun berikutnya dikhawatirkan
perusahaan tidak akan mampu membayar kewajiban lancarnya dengan menggunakan kas yang
dimiliki oleh perusahaan.
WORKING
CAPITAL CURRENT
TO CURRENT ASSETS- ASSET-
TOTAL CURRENT CURRENT TOTAL TOTAL
ASSET LIABILITIES TOTAL ASSETS TOTAL LIABILITIES ASSETS PERSENTASE
Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa pada PT MYOR perbandingan modal kerja
bersih yang ada pada perusahaan dengan total asset yang dimiliki perusahaan nilainya
cukup baik. Selama tahun 2012-2017 rata-rata diperoleh persentase sebesar 20%, namun
pada tahun 2013 persentase modal kerja yang dimiliki perusahaan nilainya cukup kecil,
hal tersebut diakibatkan karena kewajiban lancar yang dimiliki oleh perusahaan pada
tahun 2013 nilainya cukup besar dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya dan besarnya
kewajiban lancar tersebut tidak cukup diimbangi oleh besarnya jumlah aset lancar yang
dimiliki oleh perusahaan.
Kesimpulan dari rasio likuiditas adalah PT. Mayora dalam membayar hutang jangka
pendek atau kewajiban lancarnya dari tahun 2012 hingga tahun 2017 dinilai cukup baik.
Hal tersebut dilihat dari perhitungan beberapa rasio di atas yang rata-rata nilai dari
perhitungan rasio likuiditas menunjukkan bahwa PT. Mayora dapat membayar kewajiban
lancarnya dengan cukup baik.
5. Kesimpulan
100%
Setiap Rp 1,00 utang
lancar dijamin oleh
0% ..% (current ratio)
2012 2013 2014 2015 2016 2017
aktiva lancar. rasio
tertinggi berada di
tahun 2012 dengan
nilai rasio sebesar
276% dan terjadi
penurunan yang
signifikan untuk 2
tahun selanjutnya
serta diikuti dengan
pergerakan yang
fluktuatif untuk
tahun-tahun
berikutnya
dikarenakan hutang
jangka pendek atau
hutang lancar
perusahaan yang
semakin meningkat
atau bertambah.
20.00%
0.00%
2010 2012 2014 2016 2018
ROI
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Net Profit
After Tax 744,428,404,309.00 1,013,558,238,779.00 409,618,689,484.00 1,250,233,128,560.00 1,388,676,127,665.00 950,645,190,703.00
Total Assets 8,171,532,475,596.00 9,544,394,153,553.00 10,093,780,340,503.00 11,224,772,870,780.00 12,599,202,779,933.00 11,653,910,600,693.00
Hasil 0.09 0.11 0.04 0.11 0.11 0.08
Persentase 9.11% 10.62% 4.06% 11.14% 11.02% 8.16%
Murhadi, W. R. 2013. Analisis Laporan Keuangan: Proyeksi dan Valuasi Saham. Jakarta:
Salemba Empat.
Rasio Likuiditas – Pengertian, Jenis, Rumus dan Contoh. (Online).
(https://dosenakuntansi.com/rasio-likuiditas), diakses 30 April 2018.