Anda di halaman 1dari 72

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PT. MAYORA INDAH Tbk

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Analisis Laporan Keuangan
Yang dibina oleh Yuli Soesetio, S.E., M.M.

Oleh Kelompok 3
Ajeng Wulan Dhari (170413618311)
Agustin Badriatul Fatimah (160413607205)
Alda Dia Pasha (160413607216)
Alodia Fautine Rofely (160413600308)
Dwi Eka Rahayu (160413602079)
Yeni ElvianaSanggaeni (140413600089)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN
April 2018
BAGIAN 1

1. Pengertian dan Formula Analisis Profitabilitas


Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio atau perbandingan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari pendapatan
(earning) terkait penjualan, aset dan ekuitas berdasarkan dasar pengukuran tertentu. Jenis-
jenis rasio profitabilitas dipakai untuk memperlihatkan seberapa besar laba atau
keuntungan yang diperoleh dari kinerja suatu perusahaan yang memengaruhi catatan atas
laporan keuangan yang harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
Rasio-rasio profitabilitas diperlukan untuk pencatatan transaksi keuangan biasanya
dinilai oleh investor dan kreditur (bank) untuk menilai jumlah laba investasi yang akan
diperoleh oleh investor dan besaran laba perusahaan untuk menilai kemampuan perusahaan
membayar utang kepada kreditur berdasarkan tingkat pemakaian aset dan sumber daya
lainnya sehingga terlihat tingkat efisiensi perusahaan.
Efektifitas dan efisiensi manajemen bisa dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap
penjualan dan investasi perusahaan yang dilihat dari unsur unsur laporan keuangan.
Semakin tinggi nilai rasio maka kondisi perusahaan semakin baik berdasarkan rasio
profitabilitas. Nilai yang tinggi melambangkan tingka laba dan efisiensi perusahaan tinggi
yang bisa dilihat dari tingkat pendapatan dan arus kas. Rasio-rasio profitabilitas
memaparkan informasi yang pentingkan daripada rasio periode sebelumnya dan rasio
pencapaian pesaing. Dengan demikian, analisis trend industri dibutuhkan untuk menarik
kesimpulan yang berguna tentang tingkat laba (profitabilitas) sebuah perusahaan. Rasio
profitabilitas mengungkapkan hasil akhir dari seluruh kebijakan keuangan dan keputusan
operasional yang dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan di mana sistem pencatatan
kas kecil juga berpengaruh. Berikut adalah jenis-jenis rasio profitabilitas.
a) ROA (Return On Asset)
ROA merupakan rasio profitabilitas yang menunjukkan presentase keuntungan (laba
bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau
rata-rata jumlah aset. ROA digunakan untuk mengukur seberapa efisien suatu
perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu periode.
ROA (Return On Asset) = Net Income/Total Asset.
b) ROE (Return On equity)
ROE adalah rasio profitabiltas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dari investasi pemegang saham di perusahaan tersebut. ROE ini
menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dari
setiap satu rupiah yang diinvestasikan oleh para pemegang saham.
ROE (Return On Equity) = Net Income/Total Equity.
c) GPM(Gross Profit Margin) atau Marjin Laba Kotor
Marjin Laba Kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba kotor
terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Laba kotor yang dipengaruhi oleh
laporan arus kas memaparkan besaran laba yang didapatkan oleh perusahaan dengan
pertimbangan biaya yang terpakai untuk memproduksi produk atau jasa. Marjin Laba
Kotor ini sering disebut juga dengan Gross Margin Ratio (Rasio Marjin Kotor). Gross
profit margin mengukur efisiensi perhitungan harga pokok atau biaya produksi.
Semakin besar gross profit margin semakin baik (efisien) kegiatan operasional
perusahaan yang menunjukkan harga pokok penjualan lebih rendah daripada penjualan
(sales) yang berguna untuk audit operasional. Jika sebaliknya, maka perusahaan kurang
baik dalam melakukan kegiatan operasional. Rumus perhitungan GPM sebagai berikut.
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
GPM= 𝑥 100%
𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒

d) OM (Operating Margin)
Merupakan rasio yang menggambarkan pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari
penjualan yang dilakukan. Rumus perhitungan OM sebagai berikut.
𝐸𝐵𝐼𝑇
OM= = 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 𝑥 100%

e) NPM(Net Profit Margin) atau Marjin Laba Bersih


Net Profit Margin atau Marjin Laba Bersih merupakan rasio profitabilitas untuk menilai
persentase laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang
diperoleh dari penjualan. Marjin Laba Bersih ini disebut juga Profit Margin Ratio
(Rasio Marjin Laba). Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit
margin dihitung dengan rumus berikut ini.
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛
NPM= 𝑥 100%
𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒

2. Pengertian dan Formula Analisis Solvabilitas


Rasio solvabilitas atau leverage adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam melunasi semua kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan
jaminan aktiva atau kekayaan yang dimiliki perusahaan hingga perusahaan tutup atau
dilikuidasi. Sebesar apa beban utang yang ditanggung perusahaan akan dibandingkan
dengan aktivanya. Rasio solvabilitas (Solvency Ratio) memiliki nama lain yaitu Rasio
leverage (Leverage Ratio) namun berbeda dengan rasio profitabilitas.
Utang jangka panjang yaitu kewajiban untuk membayar pinjaman yang jatuh
temponya lebih dari satu tahun. Letak perbedaan antara rasio solvabilitas (rasio leverage)
dengan rasio likuiditas adalah jangka waktu pinjaman (kewajiban). Rasio solvabilitas
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang.
Sedangkan rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendek.
Rasio solvabilitas membandingkan beban utang perusahaan secara keseluruhan
terhadap aset atau ekuitasnya. Rasio ini memaparkan jumlah aset perusahaan yang dimiliki
oleh pemegang saham dibandingkan dengan aset yang dimiliki oleh Kreditor (pemberi
utang). Jika asset perusahaan lebih banyak dimiliki oleh pemegang, maka perusahaan
tersebut kurang Leverage. Jika kreditor atau pemberi utang (biasanya bank) memiliki asset
secara dominan, maka perusahaan tersebut memiliki tingkat leverage yang tinggi. Rasio
solvabilitas mempermudah manajemen dan investor untuk memahami tingkat risiko
struktur modal pada perusahaan melalui catatan atas laporan keuangan.
a) Debt to Asset Ratio (DAR)
b) Digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai,
dengan total hutang . semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal
pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan. DAR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabiltas perusahaan adalah kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut. Suatu
perusaahan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut memiliki aktiva dan
kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya. Rasio ini menunjukkan
besarnya total hutang terhadap keseluruhan total aktiva yang dimilki oleh
perusahaan. Rasio ini merupakan presentase dana yang diberikan oleh kreditor bagi
perusahaan .Rasio hutang bisa berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan suku
bunga tinggi, dimana perusahaan yang memiliki rasio hutang tinggi dapat
mengalami masalah keuangan, namun selama ekonomi baik dan suku bunga rendah
maka dapat meningkatkan keuntungan. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan
peningkatan dari resiko kreditor berupa ketidak mampuan perusahaan membayar
semua kewajibannya.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
Debt to Asset Ratio (DAR) =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

c) Debt to Equity Ratio (DER)


Adalah rasio keuangan utama dan digunakan untuk menilai posisi keuangan suatu
perusahaan. Rasio ini juga merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajibannya. DER meruapakan rasio penting untuk diperhatikan pada
saat memeriksa kesehatan keuangan perusahaan. Jika rasio meningkat maka
perusahaan dibiayai oleh kreditor(pemberi hutang) dan bukan dari sumber
keuangannya sendiri yg mungkin merupakan trend yg cukup berbahaya, pemberi
pinjaman dan investor biasanya memilih DER yang rendah karena kepentingan
mereka lebih terlindungi jika terjadi penurunan bisnis pada perusahaan yang
bersangkutan. Dengan demikian perusahaan yang memmiiki DER atau rasio hutang
terhadap ekuitas yg tinggi mungkin tidak dapat menarik tambahan modal dngan
pinjaman dari pihak lain.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
Debt to Equity Ratio (DER) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

d) Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER)


Rasio ini dugunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk hutang jangka panjang. Rasio ini menujukkan berapa bagian modal
pemilik yang menjadi jaminan utag jangka panjang. Tujuannya yaitu untuk
mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan
hutang jangka panjang dengan cara membandingkan antara hutang jangka panjang
dengan modal sendiri yang telah disediakan oleh perusahaan. Semakin rendah rasio
ltder ini maka akan semakin aman bagi kreditur jangka panjang. Ditinjau dari segi
likuiditas dan solvabilitas maka suatu perusahan dapat mengalami keadaan
a. Likuid dan solvabel
yaitu peruahaan yg dapat memenuhi kewajiban keuangannya baik yang
bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Likuid tetapi insolvabel
yaitu perusahan yg dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya tetapi tidak
dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
c. Likuid dan solvabel
yaitu perusahaan yang tidak dapat memenuhi kawajiban jangka pendeknya
tetapi dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
d. Likuid dan insolvabel
yaitu perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡
Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) = 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

e) Current Liabilities to Net Worth atau Current Liabilities to Equity


Rasio ini menunjukkan bahwa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat
sekian kalinya modal sendiri. Jadi rasio ini merupakan rasio antara hutang lancar
dengan modal sendiri. Untuk mengetahui seberapa besar bagian darimodal sendiri
yang dijadikan jaminan hutang lancar. Semakin kecil rasio ini semakin baik sebab
modal sendiri yang ada diperusahaan semakin besar untuk menjamin hutang lancar
yang ada pada perusahaan . Batas yang paling rendah dari rasio ini adalah yaitu 100
% atau 1:1

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Current Liabilities to Net Worth atau Current Liabilities to Equity = 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
3. Pengertian dan Formula AnalisisLikuiditas
a) Current Ratio

Current Ratio digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktiva lancar perusahaan dapat
digunakan untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau utang lancarnya. Semakin
besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar maka artinya semakin tinggi pula
kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban utang lancarnya. Tingginya
current ratio dapat menunjukkan adanya uang kas berlebih yang bisa berarti dua hal
yaitu besarnya keuntungan yang telah diperoleh atau akibat tidak digunakannya
keuangan perusahaan secara efektif untuk berinvestasi.

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Current Ratio = 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 x 100%

b) Quick Ratio

Quick Ratio digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar


kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar atau tanpa
memperhitungkan persediaan karena persediaan akan membutuhkan waktu yang lama
untuk diuangkan dibandingka dengan asset lainnya. Quick ratio terdiri dari piutang dan
surat-surat berharga. Jadi semakin besar rasio, semakin baik juga posisi keuangan
perusahaan. Iika hasilnya mencapai 1:1 atau 100% maka ini akan berakibat baik jika
terjadi likuidasi karena perusahaan akan mudah untuk membayar kewajibannya.

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡−(𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦+𝑃𝑟𝑒𝑝𝑎𝑦𝑚𝑒𝑛𝑡 )
Quick Ratio = x 100%
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

c) Cash Ratio
Cash Ratio digunakan untuk mengukur ketersediaan uang kas untuk melunasi
kewajiban (utang) jangka pendek. Uang kas bisa berbentuk rekening giro. Jika rasio
sebesar 1:1 atau 100% berarti perbandingan kas atau setara kas dengan utang akan
semakin baik sehinggaperusahaanbisamelunasi utang sesuaijatuh tempo atau sebelum
jatuh tempo.
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑜𝑟 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑡
Cash Ratio = X 100%
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

d) Working Capital to Total Asset Ratio


Rasio ini dipakai untuk menilai likuiditas dengan menghitung total aktiva dan posisi
modal kerja.
Working Capital to Total Assets Ratio =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠−𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
X 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

4. Pengertian dan Formula Analisis Pasar

Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang nghubungkan harga saham dengan
laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang
dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang
(Moeljadi, 2006:75).
Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat (investor) atau para
pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham
perusahaan dengan harga yang lebih tinggi disbanding dengan nilai buku saham (Sutrisno,
2003:256).
Menurut Hanafi (2004:43). Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan,
relative terhadap nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut
pandang investor ataupun calon investor, meskipun pihak manajemen, juga berkepentingan
rasio ini. Rasio modal saham atau rasio pasar terdiri dari:
a. Rasio Pendapatan Per Lembar Saham (Earning Per Share)
Menurut Alwi (2003:77), Earning Per Share (EPS) biasanya menjadi perhatian
pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajmeen. EPS
menunjukan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari seti lembar saham. Semakin besar
nilai EPS semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan
harapan akan memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar
penentuan pembayaran deviden dan kenaikan harga saham di masa mendatang. Oleh
karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan
perusahaan. EPS hanya dihitung untuk saham biasa (Prastowo, 2005:93).

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ−𝑑𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑖𝑠𝑡𝑖𝑚𝑒𝑤𝑎


EPS = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

b. Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio)


Menurut Moeljadi (2006:75), Price Earning Ratio (PER) menunjukan berapa
banyak investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan.
Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan
dalam menghasilakan laba di masa yang akan datang. Kesedian para investor untuk
menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan
peluang tingkat pertumbuhan yang tingi, biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki PER yang
rendah pula (Prastowo 2005:96)

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚


PER = X 1 kali
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚

c. Rasio Pasar Per Buku (Market To Book Value Ratio)


Rasio ini menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang
ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin besar tambahan
wealth (kekayaan) yang dinikmati oleh pemilik perusahaan (Husnan, 2006:76)
Menurut prastowo (2005:99),jika harga pasar berada di bawah nilai bukunya,
investor memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Bila seorang investor
pesimistik atau prospek suatu saham, banyak saham dijual pada harga di bawah nilai
bukunya. Sebaliknya jika investor optimistic maka saham dijual dengan harga di atas nilai
bukunya.

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚


MBV = X 1 kali
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
Book value per share (nilai buku per saham) dihitung dengan membagi ekuitas
saham biasa dengan jumlah saham yang berdedar (Moeljadi, 2006:75)

d. Rasio Pendapatan Deviden (Dividend Yield Ratio)


Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham
sekarang (Jones, 2004:41). Dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang
merupakan salah satu komponen dari total return (Total Return = Yield + Price Change).
Dividen yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor.
Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan
mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan
kembali. Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang tinggi akan mempunyai harga
pasar saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, maka dividend yield untuk
perusahaan macam ini akan cenderung lebih rendah (Hanafi, 2004:43).

𝐷𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚


DY = X 100%
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚

e. Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)


Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada
investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan
(Hanafi, 2004:44).
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai
rasio pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang tingkat
pertumbuhannya rendah akan mempunyai raio yang tinggi. Pembayaran dividen juga
merupakan kebijakan dividen perusahaan. Menurut Alwi (2003:78), semakin besar rasio
ini maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan pendapatan perusahaan.
𝐷𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
DPR = X 100%
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚

BAGIAN 2

1. LaporanKeuanganReklasifikasi
PT. MAYORA INDAH Tbk
LaporanPosisiKeuangan
Per, 31 Desember 2012

KETERANGAN JUMLAH
AsetLancar
Kas Dan Setara Kas 1,339,570,311,683
Piutang Usaha 2,035,329,264,394
Piutang Lain-Lain 16,017,323,669
Persediaan 1,498,989,460,205
UangMukaPembelian 77,633,807,824
PajakDibayarDimuka 341,138,704,485
BiayaDibayarDimuka 4,920,686,301
Total AsetLancar 5,313,599,558,561
AsetTetap
Tanah 188,832,758,158
Bangunan Dan Prasarana 529,260,706,384
Mesin Dan Peralatan 1,673,438,691,302
Peralatan Kantor 21,378,897,921
Kendaraan 47,605,656,696
AsetDalamPenyelesaian 397,416,206,574
Total AsetTetap 2,857,932,917,035
Total Aktiva 8,171,532,475,596
Hutang
HutangDagang 841.663.446.001
HutangJangkaPendek 1,924,434,119,144
HutangJangka Panjang 3,310,221,795,521
Ekuitas 5,234,655,914,665
TOTAL HUTANG

PT. MAYORA INDAH Tbk


LaporanLabaRugi
Per, 31 Desember 2012

LabaBruto 2,345,616,118,440.00
Laba Usaha 1,156,559,816,440.00
EBT 959,815,066,914.00
EAT 744,428,404,309.00
PT. MAYORA INDAH Tbk
LaporanArus Kas
Per, 31 Desember 2012

Arus Kas Operasi 830,244,056,569.00


Arus Kas Investasi (699,360,306,502.00)
Arus Kas Pendanaan 879,470,158,427.00

PT. MAYORA INDAH Tbk


LaporanPosisiKeuangan
Per, 31 Desember 2013

KETERANGAN JUMLAH
AsetLancar
Kas Dan Setara Kas 1,860,492,328,823
Piutang Usaha 2,796,178,546,173
Piutang Lain-Lain 16,967,687,340
Persediaan 1,456,454,215,049
UangMukaPembelian 47,888,814,428
PajakDibayarDimuka 236,688,636,014
BiayaDibayarDimuka 15,395,201,044
Total AsetLancar 6,430,065,428,871
AsetTetap
Tanah 188,832,758,158
Bangunan Dan Prasarana 770,899,267,552
Mesin Dan Peralatan 1,747,566,120,143
Peralatan Kantor 26,244,251,229
Kendaraan 39,249,015,932
AsetDalamPenyelesaian 341,537,311,668
Total AsetTetap 3,114,328,724,682
Total Aktiva 9,544,394,153,553
Hutang
HutangDagang 2,796,178,546,173
HutangJangkaPendek 2,676,892,373,682
HutangJangka Panjang 3,139,430,961,141
Ekuitas 8,612,501,880,996
TOTAL HUTANG

PT. MAYORA INDAH Tbk


LaporanPosisiKeuangan
Per, 31 Desember 2014

KETERANGAN JUMLAH
AsetLancar
Kas Dan Setara Kas 712,922,612,494
Piutang Usaha 3,046,371,390,443
Piutang Lain-Lain 34,469,136,171
Persediaan 1,966,800,644,217
UangMukaPembelian 180,466,025,508
PajakDibayarDimuka 510,331,330,660
BiayaDibayarDimuka 57,407,483,947
Total AsetLancar 6,508,768,623,440
AsetTetap
Tanah 188,832,758,158
Bangunan Dan Prasarana 789,606,339,115
Mesin Dan Peralatan 1,920,060,512,460
Peralatan Kantor 29,958,817,949
Kendaraan 32,537,935,574
AsetDalamPenyelesaian 624,015,353,807
Total AsetTetap 3,585,011,717,063
Total Aktiva 10,093,780,340,503
Hutang
HutangDagang 822,654,918,011
HutangJangkaPendek 3,114,337,601,362
HutangJangka Panjang 3,076,215,435,183
Ekuitas 4,077,036,284,827
Total Hutang

PT. MAYORA INDAH Tbk


LaporanLabaRugi
Per, 31 Desember 2014

LabaBruto 2,535,225,808,768.00
Laba Usaha 890,864,034,001.00
EBT 529,267,706,614.00
EAT 409,618,689,484.00

PT. MAYORA INDAH Tbk


LaporanArus Kas
Per, 31 Desember 2014

Arus Kas Operasi (862,339,383,145.00)


Arus Kas Investasi (815,592,277,343.00)
Arus Kas Pendanaan 521,712,904,799.00

PT. MAYORA INDAH Tbk


LaporanPosisiKeuangan
Per, 31 Desember 2015

KETERANGAN JUMLAH
AsetLancar
Kas Dan Setara Kas 1,682,075,365,772
Piutang Usaha 3,368,430,940,065
Piutang Lain-Lain 10,813,690,824
Persediaan 1,763,233,048,130
UangMukaPembelian 29,349,557,717
PajakDibayarDimuka 576,478,740,401
BiayaDibayarDimuka 23,695,686,178
Total AsetLancar 7,454,077,029,087
AsetTetap
Tanah 225,512,038,158
Bangunan Dan Prasarana 910,764,690,980
Mesin Dan Peralatan 2,137,112,777,613
Peralatan Kantor 34,990,844,011
Kendaraan 26,084,910,578
AsetDalamPenyelesaian 436,230,580,353
Total AsetTetap 3,770,695,841,693
Total Aktiva 11,224,772,870,780
Hutang
HutangDagang 1,022,643,536,695
HutangJangkaPendek 3,151,495,162,694
HutangJangka Panjang 2,996,760,596,346
Ekuitas 5,194,459,927,187
Total Hutang

PT. MAYORA INDAH Tbk


LaporanLabaRugi
Per, 31 Desember 2015

LabaBruto 4,198,336,120,007.00
Laba Usaha 1,862,620,832,987.00
EBT 1,640,494,765,801.00
EAT 1,250,233,128,560.00

PT. MAYORA INDAH Tbk


LaporanArus Kas
Per, 31 Desember 2015

Arus Kas Operasi 2,336,785,497,955.00


Arus Kas Investasi (540,613,367,669.00)
Arus Kas Pendanaan (944,661,855,805.00)

PT. MAYORA INDAH Tbk


LaporanPosisiKeuangan
Per, 31 Desember 2016

KETERANGAN JUMLAH
AsetLancar
Kas Dan Setara Kas 1,543,129,244,709
Piutang Usaha 4,364,284,552,253
Piutang Lain-Lain 24,114,826,295
Persediaan 2,123,676,041,546
UangMukaPembelian 184,988,730,786
PajakDibayarDimuka 467,429,443,121
BiayaDibayarDimuka 32,099,706,600
Beban Tangguhan 60,204,831
Total AsetLancar 8,739,782,750,141
AsetTetap
Tanah 244,471,088,158
Bangunandan Prasarana 1,015,312,238,828
Mesindan Peralatan 2,053,306,633,160
Peralatan Kantor 45,736,570,344
Kendaraan 31,238,797,020
AsetdalamPenyelesaian 469,354,702,282
Total AsetTetap 3,859,420,029,792
Total Aktiva 12,599,202,779,933
Hutang
HutangDagang 1,329,633,152,416
HutangJangkaPendek 3,884,051,319,005
HutangJangka Panjang 2,773,114,553,072
Ekuitas 6,265,255,987,065
Total Hutang
PT. MAYORA INDAH Tbk
LaporanLabaRugi
Per, 31 Desember 2016

LabaBruto 4,900,422,455,912.00
Laba Usaha 2,315,242,242,867.00
EBT 1,845,683,269,238.00
EAT 1,388,676,127,665.00

PT. MAYORA INDAH Tbk


LaporanArus Kas
Per, 31 Desember 2016

Arus Kas Operasi 659,314,197,175.00


Arus Kas Investasi (746,551,666,042.00)
Arus Kas Pendanaan (11,027,805,520.00)

PT. MAYORA INDAH Tbk


LaporanPosisiKeuangan
Per, 31 Desember 2017

KETERANGAN JUMLAH
AsetLancar
Kas Dan Setara Kas 1,922,552,686.00
Piutang Usaha 4,517,703,497,784
Piutang Lain-Lain 387,822,279,922
Persediaan 2,227,951,680,724
UangMukaPembelian 82,280,927,238
PajakDibayarDimuka 492,190,611,548
BiayaDibayarDimuka 21,835,391,323
Beban Tangguhan -
Total AsetLancar 7,731,706,941,225
AsetTetap
Tanah 244,471,088,158
Bangunan Dan Prasarana 1,004,580,267,915
Mesin Dan Peralatan 2,164,482,417,856
Peralatan Kantor 75,001,763,205
Kendaraan 28,256,076,801
AsetDalamPenyelesaian 405,412,045,533
Total AsetTetap 3,922,203,659,468
Total Aktiva 11,653,910,600,693
Hutang
HutangDagang 1,123,532,556,546
HutangJangkaPendek 3,147,919,560,986
HutangJangka Panjang 2,862,657,684,469
Ekuitas 6,731,630,207,094
Total Hutang

PT. MAYORA INDAH Tbk


LaporanLabaRugi
Per, 31 Desember 2017

LabaBruto 3,234,630,038,436.00
Laba Usaha 1,467,963,254,996.00
EBT 1,266,790,025,482.00
EAT 950,645,190,703.00

PT. MAYORA INDAH Tbk


LaporanArus Kas
Per, 31 Desember 2017

Arus Kas Operasi 463,023,411,260.00


Arus Kas Investasi (387,216,427,222.00)
Arus Kas Pendanaan 296,847,455,775.00

2. PerhitunganAnalisisProfitabilitas
A. ROA
a) Formula dan Perhitungan

𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
ROA= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

TAHUN Net Income Total Aset ROA Trend


2012 744,428,404,309.00 8,171,532,475,596 9.11% 100.00%
D2013 1,013,558,238,779.00 9,544,394,153,553 10.62% 116.57%
2014 409,618,689,484.00 10,093,780,340,503 4.06% 38.21%
2015 1,250,233,128,560.00 11,224,772,870,780 11.14% 274.47%
2016 1,388,676,127,665.00 12,599,202,779,933 11.02% 98.96%
2017 950,645,190,703.00 11,653,910,600,693 8.16% 74.01%

ROA
12.00%
11.14% 11.02%
10.62%
10.00%
9.11%
8.00% 8.16%

6.00%
ROA

4.00% 4.06%

2.00%

0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Beberapa kali ROA Perseroan mengalami naik turun yang dapat dikatakan sangat
signifikan, contohnya di tahun 2014 dimana ROA mengalami penurunan yang sangat
tajam dari tahun-tahun sebelumnya. Direksi menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena
perseroan tidak dapat mengelola aset yang ada untuk menghasilkan laba selama satu
periode tersebut. Tetapi secara keseluruhan ROA Perseroan masih bisa di katakana
cukup baik dan masih cenderung berada di atas level 5%. Dimana pada tahun 2014
saldo laba bersih setelah pajak mengalami penurunan , yang mengakibatkan gambar
grafik pada tahun 2014 iniu mengalami penurunan yang sangat tajam.

b) Makna
2012 Harapannya, makin tinggi nilai ROA, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROA = 9,1%, yang berarti setiap Rp
1 aset maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp 0,9.
2013 Harapannya, makin tinggi nilai ROA, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROA = 10,6% yang berarti setiap Rp
1 aset maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp0, 106.

2014 Harapannya, makin tinggi nilai ROA, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROA = 4,1% yang berarti setiap Rp 1
aset maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp0,41.

2015 Harapannya, makin tinggi nilai ROA, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROA = 11,1%, yang berarti setiap Rp
1 aset maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp 0,11.

2016 Harapannya, makin tinggi nilai ROA, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROA = 11,1% yang berarti setiap Rp
1 aset maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp 0,11.

2017 Harapannya, makin tinggi nilai ROA, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROA = 8,2% yang berarti setiap Rp 1
aset maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp0,82.

c) Analisis Tren
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = 𝑥100%
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟

TAHUN Net Income Total Aset ROA Trend


2012 744,428,404,309.00 8,171,532,475,596 9.11% 100.00%
2013 1,013,558,238,779.00 9,544,394,153,553 10.62% 116.57%
2014 409,618,689,484.00 10,093,780,340,503 4.06% 38.21%
2015 1,250,233,128,560.00 11,224,772,870,780 11.14% 274.47%
2016 1,388,676,127,665.00 12,599,202,779,933 11.02% 98.96%
2017 950,645,190,703.00 11,653,910,600,693 8.16% 74.01%
ROA
300.00%

250.00%

200.00%

150.00%

100.00%

50.00%

0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
ROA 100.00% 116.57% 38.21% 274.47% 98.96% 74.01%

Dari grafik tren di atas, dapat dilihat untuk tren ROA pada tahun 2012-2017
MAYORA mengalami fluktuatif tapi cenderung turun. Ini terjadi karena sebagian
besar laba yang diperoleh digunakan untuk membayar utang dan adanya lonjakan
bahan baku.
d) Analisis Common Size

ROA
120.00%

100.00%

80.00%

60.00%

40.00%

20.00%

0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Total Aset 91.65% 90.40% 96.10% 89.98% 90.07% 92.46%
Net Income 8.35% 9.60% 3.90% 10.02% 9.93% 8%

Dari grafik tren di atas, dapat dilihat bahwa grafik untuk total aset dan net income
berbanding terbalik. Pada tahun 2013 ke 2014, total aset mengalami kenaikkan
yang cukup banyak yakni sebesar 6%, sedangkan untuk net income mengalami
penurunan sebesar 6%. Setelah tahun 2014, total asset mengalami penurunan.
Penurunan paling tinggi terjadi pada tahun 2014 ke 2015, yakni sebesar 6,8%.
Untuk net income, setelah tahun 2014, mengalami kenaikan dimana kenaikan
terbesar terjadi pada tahun 2014 ke 2015, sebesar 10%.

B. ROE
a) Formula dan perhitungan

𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
ROE= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

TAHUN Net Income Total Equity ROE Trend


2012 3,067,850,327,238 24.27% 100.00%
744,428,404,309.00
2013 1,013,558,238,779.00 3,893,900,119,177 26.03% 107.27%
2014 409,618,689,484.00 4,077,036,284,827 10.05% 38.60%
2015 1,250,233,128,560.00 5,194,459,927,187 24.07% 239.56%
2016 1,388,676,127,665.00 6,265,255,987,065 22.16% 92.09%
2017 950,645,190,703.00 6,731,630,207,094 14.12% 63.71%

ROE
30.00%

25.00% 26.10%
24.30% 24.10%
22.20%
20.00%

15.00% 14.10%
10.00% 10.10%

5.00%

0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Secara Return On Equity (ROE), perseroan mengalami perubahan yang tidak stabil,
bergerak di antara range 10% sampai 24% kecuali pada tahun 2014 yang mengalami
penurunan yang sangat tajam. Dari penjabaran di atas dapat memberikan informasi
pertumbuhan perusahaan, namun tidak menjamin Perseroan akan terus tumbuh pada
kecepatan yang ada tersebut. Kenaikan dan penurunan selama periode di Perseroan ini
terjadi akibat meningkatkanya utang dari pinjaman. Perseroan tidak dapat
meningkatkan ROE tanpa pinjaman dan atau penjualan saham. Pada tahun 2014 ini
Perseroan mengalami penurunan sangat tajam yaitu dari 26,10% ke 10,10%. Hal ini
diakibatkan karena Net Income di Perseroan lebih rendah daripada Total equity yang
ada. Dengan kata lain interval antara pembilang dan penyebut tersebut tidak terlalu
besar.
b) Makna
2012 Harapannya, makin tinggi nilai ROE, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROE= 24,3%, yang berarti setiap Rp
1 ekuitas maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp
0,24.

2013 Harapannya, makin tinggi nilai ROE, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROE = 26,1% yang berarti setiap Rp
1 ekuitas maka akan mampu memberikan laba neto sebesar RP0,
261.

2014 Harapannya, makin tinggi nilai ROE, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROE = 10,1% yang berarti setiap Rp
1 ekuitas maka akan mampu memberikan laba neto sebesar
Rp0,101.

2015 Harapannya, makin tinggi nilai ROE, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROE = 24,1% yang berarti setiap Rp
1 ekuitas maka akan mampu memberikan laba neto sebesar
Rp0,241.

2016 Harapannya, makin tinggi nilai ROE, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROE = 22,2%, yang berarti setiap Rp
1 ekuitas maka akan mampu memberikan laba neto sebesar
Rp0,222.
2017 Harapannya, makin tinggi nilai ROE, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh ROE = 14,1% yang berarti setiap Rp
1 ekuitas maka akan mampu memberikan laba neto sebesar
Rp0,1412.

c) Analisis Tren
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = 𝑥100%
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
TAHUN Net Income Total Equity ROE Trend
2012 3,067,850,327,238 24.27% 100.00%
744,428,404,309.00
2013 1,013,558,238,779.00 3,893,900,119,177 26.03% 107.27%
2014 409,618,689,484.00 4,077,036,284,827 10.05% 38.60%
2015 1,250,233,128,560.00 5,194,459,927,187 24.07% 239.56%
2016 1,388,676,127,665.00 6,265,255,987,065 22.16% 92.09%
2017 950,645,190,703.00 6,731,630,207,094 14.12% 63.71%

ROE
300.00%

250.00%

200.00%

150.00%

100.00%

50.00%

0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
ROE 100.00% 107.27% 38.60% 239.56% 92.09% 63.71%

Dari grafik tren di atas, dapat dilihat untuk tren ROA pada tahun 2012-2017
MAYORA mengalami fluktuatif tapi cenderung turun. Ini terjadi karena sebagian
besar laba yang diperoleh digunakan untuk membayar utang dan adanya lonjakan
bahan baku.
d) Analisis Common Size
ROE
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Total Equity 80.47% 79.35% 90.87% 80.60% 81.86% 87.63%
Net Income 19.53% 20.65% 9.13% 19.40% 18.14% 12%

Dari grafik tren di atas, dapat dilihat bahwa grafik untuk total equity dan net income
berbanding terbalik. Pada tahun 2013 ke 2014, total equity mengalami kenaikkan
yang cukup banyak yakni sebesar 11%, sedangkan untuk net income mengalami
penurunan sebesar 11%. Setelah tahun 2014, total equity mengalami penurunan.
Penurunan paling tinggi terjadi pada tahun 2014 ke 2015, yakni sebesar 10%. Untuk
net income, setelah tahun 2014, mengalami kenaikan dimana kenaikan terbesar
terjadi pada tahun 2014 ke 2015, sebesar 10%.

C. GPM
a) Formula dan perhitungan

𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
GPM= 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒

TAHUN Laba kotor Penjualan Bersih GPM Trend


2012 2,345,616,118,440.00 10,510,625,669,832.00 22.32% 100.00%
2013 2,921,665,841,784.00 12,017,837,133,337.00 24.31% 108.94%
2014 2,535,225,808,768.00 3,498,158,854,197.00 72.47% 298.11%
2015 4,198,336,120,007.00 14,818,730,635,847.00 28.33% 39.09%
2016 4,900,422,455,912.00 18,349,959,898,358.00 26.71% 94.26%
2017 3,234,630,038,436.00 14,298,836,222,293.00 22.62% 84.71%

GPM
80.00%
72.50%
60.00%

40.00%
24.30% 28.30% 26.70%
20.00% 22.30% 22.60%

0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
TAHUN

Beberapa kali GPM Perseroan sempat tergerus, contohnya di tahun 2014 dimana
GPM mengalami penuruna, direksi menjelaskan bahwa terjadi lonjakan harga
bahan baku yg signifikan. Tapi secara overall, GPM Perseroan masih bisa
di maintain dan cenderung berada di atas level 22%. Dimana pada tahun 2014
penjualan bersih atau pendapatan bersih mengalami penurunan, yang seharusnya
grafik pada tahun 2014 mengalami penurunan malah terjadi kenaikkan, ini
disebabkan karena interval antara penjualan bersih dengan laba kotor tidak terlalu
besar.

b) Makna
2012 Harapannya, makin tinggi GPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh GPM = 22,3%, yang berarti setiap Rp
1 penjualan maka akan mampu memberikan laba kotor sebesar Rp
0,22.

2013 Harapannya, makin tinggi nilai GPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh GPM = 24,3%, yang berarti setiap Rp
1 penjualan maka akan mampu memberikan Laba kotor sebesar
Rp0,243.

2014 Harapannya, makin tinggi nilai GPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh GPM = 72,5% yang berarti setiap Rp
1 penjualan maka akan mampu memberikan laba kotor sebesar
Rp0,725.

2015 Harapannya, makin tinggi nilai GPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh GPM = 28,3% yang berarti setiap Rp
1 penjualan maka akan mampu memberikan laba kotor sebesar
Rp0,283.

2016 Harapannya, makin tinggi nilai GPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh GPM = 26,7%, yang berarti setiap Rp
1 penjualan maka akan mampu memberikan laba kotor sebesar
Rp0,267.

2017 Harapannya, makin tinggi nilai GPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh GPM = 22,6% yang berarti setiap Rp
1 penjualan maka akan mampu memberikan laba kotor sebesar
Rp0,226.

c) Analisis Tren
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = 𝑥100%
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟

TAHUN Laba kotor Penjualan Bersih GPM Trend


2012 2,345,616,118,440.00 10,510,625,669,832.00 22.32% 100.00%
2013 2,921,665,841,784.00 12,017,837,133,337.00 24.31% 108.94%
2014 2,535,225,808,768.00 3,498,158,854,197.00 72.47% 298.11%
2015 4,198,336,120,007.00 14,818,730,635,847.00 28.33% 39.09%
2016 4,900,422,455,912.00 18,349,959,898,358.00 26.71% 94.26%
2017 3,234,630,038,436.00 14,298,836,222,293.00 22.62% 84.71%

GPM
350.00%

300.00%

250.00%

200.00%

150.00%

100.00%

50.00%

0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
GPM 100.00% 108.94% 298.11% 39.09% 94.26% 84.71%

Dari grafik tren di atas, dapat dilihat untuk tren GPM pada tahun 2012-2017
MAYORA mengalami fluktuatif tapi cenderung turun. Sesungguhnya penurunan
yang terjadi pada tahun 2014 ke 2015 cenderung tinggi, hal itu terjadi karena bahan
baku naik dan ini bias dijadikan untuk bahan evaluasi agar bias tetap
mempertahankan tren agar terus naik.
d) Analisis Common Size

GPM
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Penjualan Bersih 81.76% 80.44% 57.98% 77.92% 78.92% 81.55%
Laba kotor 18.24% 19.56% 42.02% 22.08% 21.08% 18.45%
Dari grafik tren di atas, dapat dilihat bahwa grafik untuk penjualan bersih dan laba
kotor berbanding terbalik. Pada tahun 2013 ke 2014, penjualan bersih mengalami
penurunan yang cukup banyak yakni sebesar 22%, sedangkan untuk modal kerja
mengalami kenaikan sebesar 22%. Setelah tahun 2014, penjualan bersih mengalami
kenaikan setiap tahun, dimana kenaikannya bervariasi. Kenaikan paling tinggi terjadi
pada tahun 2014 ke 2015, yakni sebesar 20%. Untuk laba kotor, setelah tahun 2014,
mengalami penurunan dimana penurunan terbesar terjadi pada tahun 2014 ke 2015,
sebesar 20%. GPM dibentuk oleh gross profit atau laba kotor, laba kotor = penjualan
bersih – harga pokok penjualan. Penjualan bersih= penjualan-potongan penjualan –
retur penjualan. HPP= pembelian bersih + persediaan awal – persediaan akhir.
D. OM
a) Formula dan perhitungan
𝐸𝐵𝐼𝑇
OM = 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒

TAHUN EBIT Penjualan Bersih OM Trend

2012 1,156,559,816,440.00 10,510,625,669,832.00 11.00% 100.00%


2013 1,304,809,297,689.00 12,017,837,133,337.00 10.86% 98.67%
2014 890,864,034,001.00 3,498,158,854,197.00 25.47% 234.56%
2015 1,862,620,832,987.00 14,818,730,635,847.00 12.57% 49.36%
2016 2,315,242,242,867.00 18,349,959,898,358.00 12.62% 100.38%
2017 1,467,963,254,996.00 14,298,836,222,293.00 10.27% 81.37%
OM
30.00%

25.00% 25.47%

20.00%

15.00%
OM
12.57% 12.62%
11.00% 10.86% 10.27%
10.00%

5.00%

0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017

𝐸𝐵𝐼𝑇
OM dibentuk dengan rumus, OM = , table rasio profitabilitas tersebut
𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒

menunjukkan nilai OM pada PT. Mayora untuk tahun 2012, 2013, 2014, 2015, 2016
dan 2017 berturut- turut adalah sebesar 11.10%, 10.90%, 25.50%, 12.60%, 12.61,
10.30% dengan nilai rata-rata sebesar 13.83%. Nilai rata-rata OM yang diperoleh
perusahaan Mayora jika dibandingkan dengan standar industry yaitu 10.8% sudah
memenuhi nilai standar, hal tersebut menandakan bahwa kemampuan menghasilkan
keuntungan dari kegiatan operasional yang dilakukan cukup baik. Nilai OM dapat
ditingkatkan jika perusahaan Mayora mampu mengelola penggunaan biaya operasional
dengan baik serta adanya peningkatan penjualan, sehingga laba operasional dapat
diperoleh secara maksimal.

b) Makna
2012 Harapannya, makin tinggi nilai OM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan tahun 2012 diperoleh OM = 11,1%, yang berarti setiap
Rp 1 penjualan maka akan mampu memberikan laba operasi sebesar
Rp 0,11.
2013 Harapannya, makin tinggi nilai OM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh OM = 10,9%, yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba operasi sebesar
Rp0,109.

2014 Harapannya, makin tinggi nilai OM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh OM = 25,5% yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba operasi sebesar
Rp0,255.

2015 Harapannya, makin tinggi nilai OM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh OM = 12,5%, yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba operasi sebesar
Rp0,126.

2016 Harapannya, makin tinggi nilai OM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh OM = 12,5% yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba operasi sebesar
Rp0,126.

2017 Harapannya, makin tinggi nilai OM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh OM = 10,3% yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba operasi sebesar
Rp0,103.

c) Analisis Tren
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = 𝑥100%
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟

TAHUN EBIT Penjualan Bersih OM Trend


2012 1,156,559,816,440.00 10,510,625,669,832.00 11.00% 100.00%
2013 1,304,809,297,689.00 12,017,837,133,337.00 10.86% 98.67%
2014 890,864,034,001.00 3,498,158,854,197.00 25.47% 234.56%
2015 1,862,620,832,987.00 14,818,730,635,847.00 12.57% 49.36%
2016 2,315,242,242,867.00 18,349,959,898,358.00 12.62% 100.38%
2017 1,467,963,254,996.00 14,298,836,222,293.00 10.27% 81.37%
OM
250.00%

200.00%

150.00%

100.00%

50.00%

0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
OM 100.00% 98.669107234 234.56% 49.36% 100.38% 81.37%

Dari grafik tren di atas, dapat dilihat untuk tren OM pada tahun 2012-2017
MAYORA mengalami fluktuatif tapi cenderung turun. Sesungguhnya penurunan
yang terjadi pada tahun 2014 ke 2015 cenderung tinggi, hal itu terjadi karena bahan
baku naik dan ini bias dijadikan untuk bahan evaluasi agar bias tetap
mempertahankan tren agar terus naik. OM terdiri dari EBIT, EBIT= pendapatan –
Biaya operasional. EBIT digunakan untuk mengukur laba yang dihasilkan
perusahaan dari operasinya sehingga identic dengan “laba operasi”.
d) Analisis Common Size
OM
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
PENJUALAN 90.09% 90.21% 79.70% 88.83% 88.80% 90.69%
EBIT 9.91% 9.79% 20.30% 11.17% 11.20% 9.31%

Dari grafik tren di atas, dapat dilihat bahwa grafik untuk penjualan bersih dan EBIT
berbanding terbalik. Pada tahun 2013 ke 2014, penjualan bersih mengalami penurunan
yang cukup banyak yakni sebesar 10%, sedangkan untuk modal kerja mengalami
kenaikan sebesar 10%. Setelah tahun 2014, penjualan bersih mengalami kenaikan
setiap tahun, dimana kenaikannya bervariasi. Kenaikan paling tinggi terjadi pada tahun
2014 ke 2015, yakni sebesar 9%. Untuk EBIT, setelah tahun 2014, mengalami
penurunan dimana penurunan terbesar terjadi pada tahun 2014 ke 2015, sebesar 10%.

E. NPM

a) Formula dan perhitungan

𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛


NPM= 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒

TAHU
Net Profit margin Penjualan Bersih NPM Trend
N
10,510,625,669,832.0 100.00
2012 744,428,404,309.00 0 7.08% %
1,013,558,238,779.0 12,017,837,133,337.0 119.08
2013 0 0 8.43% %
138.84
2014 409,618,689,484.00 3,498,158,854,197.00 11.71% %
1,250,233,128,560.0 14,818,730,635,847.0
2015 0 0 8.44% 72.05%
1,388,676,127,665.0 18,349,959,898,358.0
2016 0 0 7.57% 89.70%
14,298,836,222,293.0
2017 950,645,190,703.00 0 6.65% 87.85%

NPM
14.00%

12.00% 11.71%

10.00%

8.00% 8.43% 8.44%


7.57%
7.08%
6.65% NPM
6.00%

4.00%

2.00%

0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Namun secara margin bersih (NPM), Persoroan tidak terlihat terlalu besar, bergerak
di antara range 4% hingga 8% kecuali tahun 2014 yg turun. Itu karena Perseroan
termasuk perusahaan ekspansif yg menggunakan leverage utang bank sehingga laba
bersih pun terpangkas sebagian oleh beban bunga pinjaman karena sebagian besar
pinjaman atas Mayora adalah terhadap pihak bank. Sekali lagi seharusnya pada tahun
2014 itu grafik mengalami penurunan (dari 2013 ke 2014 m3ngalami penurunan) tapi
malah sebaliknya, dan ini dikarenakan interval antara pembilang dan penyebut tidak
terlalu besar. Dari analisis kami terhadap mayora berasumsi bahwa ketika net profit
margin mengalami kenaikan maka revenue juga mengalami kenaikkan, dan begitu juga
sebaliknya. Namun pada perhitungan ini yang paling berpengaruh adalah revenue
(penjualan bersih) karena dalam NPM sendiri interval revenue sangatlah besar tapi net
profit margin masih significant pergembangannya dari tahun ke tahun sedangkan
revenue mengalami kenaikkan yang cukup tinggi dan apabila mengalami penurunan
maka turunnya drastis.
b) Makna
2012 Harapannya, makin tinggi nilai NPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh OM = 7,1%, yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp 0,71.

2013 Harapannya, makin tinggi nilai NPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh NPM = 8,4%, yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp0,84.

2014 Harapannya, makin tinggi nilai NPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh NPM = 11,7 yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba neto sebesar
Rp0,117.

2015 Harapannya, makin tinggi nilai NPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh NPM = 8,4% yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp0,84.

2016 Harapannya, makin tinggi nilai OM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh OM = 12,5% yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba operasi sebesar
Rp0,126.

2017 Harapannya, makin tinggi nilai NPM, maka akan makin baik. Dari
perhitungan di atas diperoleh NPM = 6,6% yang berarti setiap Rp 1
penjualan maka akan mampu memberikan laba neto sebesar Rp0,66.

c) Analisis Tren
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = 𝑥100%
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
NPM
160.00%

140.00%

120.00%

100.00%

80.00%

60.00%

40.00%

20.00%

0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
NPM 100.00% 119.08% 138.84% 72.05% 89.70% 87.85%

Dari grafik tren di atas, dapat dilihat untuk tren NPM pada tahun 2012-2017 MAYORA
mengalami fluktuatif tapi cenderung turun. Sesungguhnya penurunan yang terjadi pada
tahun 2014 ke 2015 cenderung tinggi, hal itu terjadi karena bahan baku naik dan ini
bias dijadikan untuk bahan evaluasi agar bias tetap mempertahankan tren agar terus
naik.

d) Analisis Common Size

NPM
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
penjualan bersih 93.39% 92.22% 89.52% 92.22% 92.96% 93.77%
Net Profit margin 6.61% 7.78% 10.48% 7.78% 7.04% 6%

Dari grafik tren di atas, dapat dilihat bahwa grafik untuk penjualan bersih dan Net
Profit Margin berbanding terbalik. Pada tahun 2013 ke 2014, penjualan bersih
mengalami penurunan yang cukup banyak yakni sebesar 3%, sedangkan untuk
modal kerja mengalami kenaikan sebesar 3%. Setelah tahun 2014, penjualan bersih
mengalami kenaikan setiap tahun, dimana kenaikannya bervariasi. Kenaikan paling
tinggi terjadi pada tahun 2014 ke 2015, yakni sebesar 3%. Untuk EBIT, setelah
tahun 2014, mengalami penurunan dimana penurunan terbesar terjadi pada tahun
2014 ke 2015, sebesar 3%.

Kesimpulan dari rasio profitabilitas adalah PT. Mayora dalam memperoleh laba
periode sangatlah baik dan dapat mengatur penggunaan laba tersebut untuk membayar
hutang serta manajemen di dalam PT. Mayora juga bagus, hal ini dapat dibuktikan pada
tahun 2014 penjualan menurun yang dikarenakan harga bahan baku meningkat, akan
tetapi mayora dapat menaikkan penjualan sehingga laba yang diperoleh juga naik pada
tahun 2015.

3. Perhitungan Analisis Solvabilitas

A. Debt to Asset Ratio (DAR)

2012= 5.234.655.914.665/ 8.171.532.475.596 = 0.640596599 atau 64%


2013=5.816.323.334.823/9.710.223.454.000= 0.598989649 atau 60%
2014= 6.190.553.036.545/10.291.108.129.334 = 0.601543873 atau 60,15%
2015= 6.148.255.759.034/11.342.715.686.221 = 0.542044421 atau 54,201%
2016= 6.657.165.872.077/12.922.421.859.142 = 0.515163949 atau 51,51%
2017= 7.134.109.802.001/13.865.740.009.094 = 0.514513455 atau 51,45%

DAR TAHUN NILAI TREN


2012 64.00% 100.00%
2013 59.89% 93.58%
2014 60.15% 100.43%
2015 54.20% 90.11%
2016 51.51% 95.04%
2017 51.45% 99.88%
DAR
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Rasio ini menunjukan nilai relative antara nilai total utang terhadap total aktiva.
Rasionya dihitung dengan formula sebagai berikut:
𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑈𝑇𝐴𝑁𝐺 (𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝐷𝐸𝐵𝑇)
Debt to asset ratio = 𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝐴𝐾𝑇𝐼𝑉𝐴 (𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝐴𝑆𝑆𝐸𝑇𝑆)

Dari formula tersebut diketahui bahwa rasio ini menunjukan seberapa besar pendanaan
perusahaan yang dibiayai oleh utang dibanding dengan total aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar utang yang dimiliki oleh
perusahaan. Artinya semakin besar kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada
pihak lain.
Hasilnya, sekian % total aktiva dibiayai utang.

Makna:
2012 Harapannya. Apabila nilai DAR tinggi
maka akan semakin baik bagi perusahaan,
dari perhitungan diatas diperoleh DAR =
64%,yang berarti setiap 1 ekuitas maka
akan mampu memberikan laba neto
sebesar Rp. 0.64

2013 Harapannya. Apabila nilai DAR tinggi


maka akan semakin baik bagi perusahaan,
dari perhitungan diatas diperoleh DAR =
59.89%,yang berarti setiap 1 ekuitas
maka akan mampu memberikan laba neto
sebesar Rp. 0.5989

2014 Harapannya. Apabila nilai DAR tinggi


maka akan semakin baik bagi perusahaan,
dari perhitungan diatas diperoleh DAR =
60.15%,yang berarti setiap 1 ekuitas
maka akan mampu memberikan laba neto
sebesar Rp. 0.6015

2015 Harapannya. Apabila nilai DAR tinggi


maka akan semakin baik bagi perusahaan,
dari perhitungan diatas diperoleh DAR =
54.20%,yang berarti setiap 1 ekuitas
maka akan mampu memberikan laba neto
sebesar Rp. 0.542

2016 Harapannya. Apabila nilai DAR tinggi


maka akan semakin baik bagi perusahaan,
dari perhitungan diatas diperoleh DAR =
51.51%,yang berarti setiap 1 ekuitas
maka akan mampu memberikan laba neto
sebesar Rp. 0.5151

2017 Harapannya. Apabila nilai DAR tinggi


maka akan semakin baik bagi perusahaan,
dari perhitungan diatas diperoleh DAR =
51.45%,yang berarti setiap 1 ekuitas
maka akan mampu memberikan laba neto
sebesar Rp. 0.5145
B. Debt to Equity Ratio (DER)

2012= 5.234.655.914.665/3.067.850.327.238 = 1.706294426 atau 171%


2013= 5.816.323.334.823/3.893.900.119.177 = 1.493701214 atau 149%
2014= 6.190.553.036.545/4.100.554.992.789 = 1.509686627 atau 151%
2015= 6.148.255.759.034/5.194.459.927.187 = 1.183617902 atau 118%
2016= 6.657.165.872.077/6.265.255.987.065 = 1.062552893 atau 106%
2017= 7.134.109.802.001/6.731.630.207.093 = 1.05978932 atau 106%

DER TAHUN NILAI TREN


2012 171% 100.00%
2013 149% 87.54%
2014 151% 101.07%
2015 118% 78.40%
2016 106% 89.77%
2017 106% 99.74%

TREN DER
180%
160%
140%
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Rasio ini menunjukan nilai relative antara total utang dengan total equitas.
Rasionya dihitung dengan membagi nilai total utang dengan nilai equitas.
𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑈𝑇𝐴𝑁𝐺
DER = 𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝐸𝑄𝑈𝐼𝑇𝐴𝑆

Sehingga rasio ini menunjukan besarnya pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh
kreditor dibandingkan dengan pendanaan yang dibiayai oleh pemegang saham.
semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar utang yang dimiliki oleh perusahaan.
Artinya semakin besar kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi kepada pihak lain.
Rasio sebesar ..% (hasil DER) berarti perbandingan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri adalah ..% ; 100%.
Makna:
2012 Harapannya, makin rendah nilai DER,
maka akan semakin baik, maka akan
sedikit mengurangi nilai utang. Dari
perhitungan diatas diperoleh DER =
171%, yang berarti setiap Rp. 1 aset akan
memberikan laba neto sebesar Rp 1.71

2013 Harapannya, makin rendah nilai DER,


maka akan semakin baik, maka akan
sedikit mengurangi nilai utang. Dari
perhitungan diatas diperoleh DER =
149%, yang berarti setiap Rp. 1 aset akan
memberikan laba neto sebesar Rp 1.49

2014 Harapannya, makin rendah nilai DER,


maka akan semakin baik, maka akan
sedikit mengurangi nilai utang. Dari
perhitungan diatas diperoleh DER =
151%, yang berarti setiap Rp. 1 aset akan
memberikan laba neto sebesar Rp 1.51

2015 Harapannya, makin rendah nilai DER,


maka akan semakin baik, maka akan
sedikit mengurangi nilai utang. Dari
perhitungan diatas diperoleh DER =
118%, yang berarti setiap Rp. 1 aset akan
memberikan laba neto sebesar Rp 1.18

2016 Harapannya, makin rendah nilai DER,


maka akan semakin baik, maka akan
sedikit mengurangi nilai utang. Dari
perhitungan diatas diperoleh DER =
106%, yang berarti setiap Rp. 1 aset akan
memberikan laba neto sebesar Rp 1.06

2017 Harapannya, makin rendah nilai DER,


maka akan semakin baik, maka akan
sedikit mengurangi nilai utang. Dari
perhitungan diatas diperoleh DER =
106%, yang berarti setiap Rp. 1 aset akan
memberikan laba neto sebesar Rp 1.06

C. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER)


2012= 3.310.221.795.521/3.067.850.327.238 = 1.079003681 atau 108%
2013= 3.139.430.961.141/3.893.900.119.177 = 0.80624332 atau 80,62%
2014= 3.076.215.435.183/4.100.554.992.789 = 0.750194898 atau 75,01%
2015= 2.996.760.596.346/5.194.459.927.187 = 0.576914759 atau 57,69%
2016=2.773.114.553.072/6.265.255.987.065 = 0.442617917 atau 44,26
2017=2.862.657.684.469/6.731.630.207.093 = 0.425254745 atau 42,52

LTDER TAHUN NILAI TREN


2012 108% 100.00%
2013 81% 74.72%
2014 75% 93.04%
2015 58% 76.91%
2016 44% 76.72%
2017 43% 96.07%
LTDER
120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa bagian utang jangka panjang yang terdapat
di dalam di dalam modal jangka panjang perusahaan.
Ratio sebesar (..% hasil LTDER) menunjukan bahwa keseluruhan modal jangka
panjang sebesar sekian terdiri dari utang jangka panjang.
Makna:
2012 Harapannya, makin rendah nilai
LTDER, maka akan semakin baik, maka
akan sedikit mengurangi nilai utang.
Dari perhitungan diatas diperoleh
LTDER = 108%, yang berarti setiap Rp.
1 aset akan memberikan laba neto
sebesar Rp 1.08

2013 Harapannya, makin rendah nilai


LTDER, maka akan semakin baik, maka
akan sedikit mengurangi nilai utang.
Dari perhitungan diatas diperoleh
LTDER = 81%, yang berarti setiap Rp. 1
aset akan memberikan laba neto sebesar
Rp 0.81

2014 Harapannya, makin rendah nilai


LTDER, maka akan semakin baik, maka
akan sedikit mengurangi nilai utang.
Dari perhitungan diatas diperoleh
LTDER = 75%, yang berarti setiap Rp. 1
aset akan memberikan laba neto sebesar
Rp 0.75

2015 Harapannya, makin rendah nilai


LTDER, maka akan semakin baik, maka
akan sedikit mengurangi nilai utang.
Dari perhitungan diatas diperoleh
LTDER = 58%, yang berarti setiap Rp. 1
aset akan memberikan laba neto sebesar
Rp 0.58

2016 Harapannya, makin rendah nilai


LTDER, maka akan semakin baik, maka
akan sedikit mengurangi nilai utang.
Dari perhitungan diatas diperoleh
LTDER = 44%, yang berarti setiap Rp. 1
aset akan memberikan laba neto sebesar
Rp 0.44

2017 Harapannya, makin rendah nilai


LTDER, maka akan semakin baik, maka
akan sedikit mengurangi nilai utang.
Dari perhitungan diatas diperoleh
LTDER = 43%, yang berarti setiap Rp. 1
aset akan memberikan laba neto sebesar
Rp 0.43

D. Current Liabilities to Net Worth atau Current Liabilities to Equity

2012= 1.924.434.119.144/3.067.850.327.238 = 0.627290746 atau 62,72%


2013= 2.676.892.373.682/3.893.900.119.177 = 0.687457894atau 68,74%
2014= 3.114.337.601.362/4.100.554.992.789 = 0.759491729atau 75,94%
2015= 3.151.495.162.694/5.194.459.927.187 = 0.606703143atau 60,67%
2016= 3.884.051.319.005/6.265.255.987.065 = 0.619934976atau 61,99%
2017=3.147.919.560.986/6.731.630.207.093 = 0.467631088atau 46,76%

CURRENT
LIABILITIES TAHUN NILAI TREN
2012 62.72% 100.00%
2013 68.74% 109.60%
2014 75.94% 110.47%
2015 60.67% 79.89%
2016 61.99% 102.18%
2017 46.76% 75.43%

Current Liabilities
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Current liabilities adalah kewajiban yang harus diselesaikan di masa datang. Current
liabilities ini dibayar dari asset lancar. Semakin tinggi asset lancar yang dimiliki
perusahaan tersebut, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajibannya, jika hasilnya lebih dari 1, maka perusahaan semakin baik.
Makna:
2012 Harapannya, makin tinggi nilai Current
Liabilities, maka akan semakin baik bagi
perusahaan. Dari perhitungan diatas
diperoleh Current Liabilites= 62.72%,
yang berarti setiap Rp. 1 aset akan
memberikan laba neto sebesar Rp 0.6272

2013 Harapannya, makin tinggi nilai Current


Liabilities, maka akan semakin baik bagi
perusahaan. Dari perhitungan diatas
diperoleh Current Liabilites= 68.74%,
yang berarti setiap Rp. 1 aset akan
memberikan laba neto sebesar Rp 0.6874

2014 Harapannya, makin tinggi nilai Current


Liabilities, maka akan semakin baik bagi
perusahaan. Dari perhitungan diatas
diperoleh Current Liabilites= 75.94%,
yang berarti setiap Rp. 1 aset akan
memberikan laba neto sebesar Rp 0.7594

2015 Harapannya, makin tinggi nilai Current


Liabilities, maka akan semakin baik bagi
perusahaan. Dari perhitungan diatas
diperoleh Current Liabilites= 60.67%,
yang berarti setiap Rp. 1 aset akan
memberikan laba neto sebesar Rp 0.6067
2016 Harapannya, makin tinggi nilai Current
Liabilities, maka akan semakin baik bagi
perusahaan. Dari perhitungan diatas
diperoleh Current Liabilites= 61.99%,
yang berarti setiap Rp. 1 aset akan
memberikan laba neto sebesar Rp 0.6199

2017 Harapannya, makin tinggi nilai Current


Liabilities, maka akan semakin baik bagi
perusahaan. Dari perhitungan diatas
diperoleh Current Liabilites= 46.76%,
yang berarti setiap Rp. 1 aset akan
memberikan laba neto sebesar Rp 0.4676

 COMMON SIZE
TOTAL TOTAL TOTAL
DAR TOTAL DEBT TOTAL ASSSET TOTAL DEBT ASSET PERSENTASE
2012 5,234,655,914,665 8,171,532,475,596 13,406,188,390,261 39.05% 60.95% 100.00%
2013 5,816,323,334,823 9,710,223,454,000 15,526,546,788,823 37.46% 62.54% 100.00%
2014 6,190,553,036,545 10,291,108,129,334 16,481,661,165,879 37.56% 62.44% 100.00%
2015 6,148,255,759,034 11,342,715,686,221 17,490,971,445,255 35.15% 64.85% 100.00%
2016 6,657,165,872,077 12,922,421,859,142 19,579,587,731,219 34.00% 66.00% 100.00%
2017 7,134,109,802,001 13,865,740,009,094 20,999,849,811,095 33.97% 66.03% 100.00%
DAR
70.00%
64.85% 66.00% 66.03%
60.00% 60.95% 62.54% 62.44%
50.00%
40.00% 39.05% 37.46% 37.56% 35.15% 34.00% 33.97%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
1 2 3 4 5 6

TOTAL DEBT TOTAL ASSET

Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk total debt dan total asset, mengalami
kenaikan dan penurunan tetapi tidak drastis. Pada tahun 2012 hingga pada tahun 2017
total asset mengalami kenaikan yang cukup yaitu sekitar 10%. Namun untuk total debt
mengalami penurunan dari tahun 2012 ke tahun 2017, dari 39,05% menjadi 33,97%.

TOTAL TOTAL
DER TOTAL UTANG EQUITY TOTAL UTANG EQUITY PERSENTASE

2012 5,234,655,914,665 3,067,850,327,238 8,302,506,241,903 63.05% 36.95% 100.00%

2013 5,816,323,334,823 3,893,900,119,177 9,710,223,454,000 59.90% 40.10% 100.00%

2014 6,190,553,036,545 4,100,554,992,789 10,291,108,029,334 60.15% 39.85% 100.00%

2015 6,148,255,759,034 5,194,459,927,187 11,342,715,686,221 54.20% 45.80% 100.00%

2016 6,657,165,872,077 6,265,255,987,065 12,922,421,859,142 51.52% 48.48% 100.00%

2017 7,134,109,802,001 6,731,630,207,093 13,865,740,009,094 51.45% 48.55% 100.00%


DER
70.00%
63.05%
60.00% 59.90% 60.15%
54.20%
50.00% 51.52% 51.45%
48.48% 48.55%
45.80%
40.00% 40.10% 39.85%
36.95%
30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
1 2 3 4 5 6

TOTAL UTANG EQUITY

Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa pada PT MYOR selama tahun 2012-2017,
total hutang yang dimiliki perusahaan mengalami penurunan dan kenaikan, akan tetapi
meskipun begitu total hutang perusahaan cenderung mengalami penurunan. Dengan kata
lain jumlah ekuitas yang dimiliki perusahaan sebaliknya cenderung mengalami
peningkatan. Pada tahun 2012 ke tahun 2013 total hutang menurun dari 63,05% menjadi
59,90% namun pada tahun 2014 kembali meningkat menjadi 60,15. Akan tetapi di tahun
tahun berikutnya yaitu mulai tahun 2015 hingga 2017 totalhutang perusahaan terus
mengalami penurunan. Dari yang awalnya pada tahun 2012 sebesar 63,05% pada tahun
2017 total hutang perusahaan menjadi 51,45%. Hal ini menandakan bahwa ekuitas
perusahaan yang pada tahun 2012 sebesar 36,95% mengalami kenaikan yang cukup baik
hingga mencapai 48,55% pada tahun 2017.

LONG
LONG TERM TERM TOTAL
LTDER DEBT EQUITY TOTAL DEBT EQUITY PERSENTASE

2012 3,310,221,795,521 3,067,850,327,238 6,378,072,122,759 51.90% 48.10% 100.00%


2013 3,139,430,961,141 3,893,900,119,177 7,033,331,080,318 44.64% 55.36% 100.00%

2014 3,076,215,435,183 4,100,554,992,789 7,176,770,427,972 42.86% 57.14% 100.00%

2015 2,996,760,596,346 5,194,459,927,187 8,191,220,523,533 36.59% 63.41% 100.00%

2016 2,773,114,553,072 6,265,255,987,065 9,038,370,540,137 30.68% 69.32% 100.00%

2017 2,862,657,684,469 6,731,630,207,093 9,594,287,891,562 29.84% 70.16% 100.00%

LTDER
LONG TERM DEBT EQUITY

80.00%
70.00% 69.32% 70.16%
63.41%
60.00%
55.36% 57.14%
50.00% 51.90%
48.10%
44.64% 42.86%
40.00%
36.59%
30.00% 30.68% 29.84%
20.00%
10.00%
0.00%
1 2 3 4 5 6

Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa pada PT MYOR hutang jangka panjang yang
dimiliki perusahaan nilai persentasenya lebih kecil dibandingkan dengan ekuitas yang
dimiliki perusahaan. Selama tahun 2012-2017 persentase tertinggi dicapai pada tahun
2012 sebesar 41,10% nilai tersebut memiliki selisih sedikit dibandingkan dengan jumlah
ekuitas perusahaan yaitu sebesar 51,90%. Jumlah persentase hutang jangka panjang dari
tahun 2012 hinga 2017 cenderung mengalami penurunan atau dengan kata lain ekuitas
yang dimiliki perusahaan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

CURRENT CURRENT CURRENT TOTAL


LIABILITIES LIABILITIES EQUITY TOTAL LIABILITIES EQUITY PERSENTASE

2012 1,924,434,119,144 3,067,850,327,238 4,992,284,446,382 38.55% 61.45% 100.00%

2013 2,676,892,373,682 3,893,900,119,177 6,570,792,492,859 40.74% 59.26% 100.00%

2014 3,114,337,601,362 4,100,554,992,789 7,214,892,594,151 43.17% 56.83% 100.00%

2015 3,151,495,162,694 5,194,459,927,187 8,345,955,089,881 37.76% 62.24% 100.00%


2016 3,884,051,319,005 6,265,255,987,065 10,149,307,306,070 38.27% 61.73% 100.00%

2017 3,884,051,319,005 6,731,630,207,093 10,615,681,526,098 36.59% 63.41% 100.00%

CURRENT LIABILITIES
70.00%
61.45% 62.24% 61.73% 63.41%
60.00% 59.26%
56.83%
50.00%
43.17%
40.00% 38.55% 40.74%
37.76% 38.27% 36.59%
30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
1 2 3 4 5 6

CURRENT LIABILITIES EQUITY

Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa pada PT MYOR selama tahun 2012-2017
hutang lancar perusahaan nilainya cukup stabil. Hutang lancar terbesar terjadi pada tahun
2014 yaitu 43,17%, namun di tahun tahun berikutnya hutang lancar perusahaan cukup
berfluktuatif tetapi tidak signifikan. Artinya meskipun terjadi penurunan dan peningkatan
jumlah hutang lancar perusahaan tetapi niali tersebut tidak terlalu besar.

Kesimpulan dari rasio solvabilitas adalah kemampuan PT. Mayora dalam membayar
hutang dari tahun 2012 hingga tahun 2017 dinilai cukup baik. Karena dari beberapa
perhitungan di atas yang berkaitan dengan rasio solvabilitas komponen hutang yang
terdapat pada ekuitas maupun aktiva masih relatif baik, namun meskipun begitu
perusahaan juga tidak boleh terus menerus berhutang karena dari perhitungan lainnya
juga menunjukkan bahwa komponen hutang yang ada pada perusahaan sudah cukup
besar dibanding dengan modal.

4. Perhitungan Analisis Likuiditas


A. Current Ratio

2012 = 5.313.599.558.561/1.924.434.119.144 = 2,76112313 x 100% = 276%


2013 = 6.430.065.428.871/ 2.676.892.373.682 = 2,402063487 x 100% = 240%

2014 = 6.508.768.623.440/ 3.114.337.601.361 = 2,089936756 x 100% = 208%

2015 = 7.454.077.029.087/ 3.151.495.162.694 = 2,365250982 x 100% = 236%

2016 = 8.739.782.750.141/ 3.884.051.319.005 = 2,250171801 x 100% = 225%

2017 = 7.731.706.941.225/ 4.271.452.117.532 = 1,810088637 x 100% = 181%

CURRENT RATIO TAHUN NILAI TREN


2012 276% 100.00%
2013 240% 86.96%
2014 208% 86.67%
2015 236% 113.46%
2016 225% 95.34%
2017 181% 80.44%

Makna:

2012 Setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 2,76 aktiva lancar.

2013 Setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 2,40 aktiva lancar.

2014 Setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 2,08 aktiva lancar

2015 Setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 2,36 aktiva lancar

2016 Setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 2,25 aktiva lancar

2017 Setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh Rp 1,81 aktiva lancar
Current Ratio
300%
276%
250%
240% 236%
225%
200% 208%
181%
150%

100%

50%

0%
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Secara umum, rasio lancar (current ratio) perusahaan berada di atas level 200%. Di
mana dalam periode 2012-2017, rasio tertinggi berada di tahun 2012 dengan nilai rasio
sebesar 276% dan terjadi penurunan yang signifikan untuk 2 tahun selanjutnya serta
diikuti dengan pergerakan yang fluktuatif untuk tahun-tahun berikutnya dikarenakan
hutang jangka pendek atau hutang lancar perusahaan yang semakin meningkat atau
bertambah.

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Current Ratio dibentuk dengan rumus Current Ratio = . Hasil
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

Current ratio memberikan gambaran yaitu, apabila makin tinggi current ratio, maka
akan makin baik, yang berarti setiap Rp 1 utang lancar akan mampu dijamin oleh aktiva
lancar sebesar Rp... (hasil dari perhitungan Current Ratio).

B. Quick Ratio
2012 = (5.313.599.558.561 - 1.498.989.460.205)/1.924.434.119.144
= 1,982198331 x 100% = 198%
2013 = (6.430.065.428.871 - 1.456.454.215.049)/2.676.892.373.682
= 1,857979522 x 100% = 185%
2014 = (6.508.768.623.440 - 1.966.800.644.217)/ 3.114.337.601.361
= 1,458405787 x 100% = 145%
2015 = (7.454.077.029.087 - 1.763.233.048.130)/ 3.151.495.162.694
= 1,805760024 x 100% = 180%
2016 = (8.739.782.750.141 - 2.123.676.041.546)/ 3.884.051.319.005
= 1,703403525 x 100% = 170%
2017 = (7.731.706.941.225 - 2.227.951.680.724)/ 4.271.452.117.532
= 1,288497473 x 100% = 128%

QUICK RATIO TAHUN NILAI TREN


2012 198% 100.00%
2013 185% 93.33%
2014 145% 78.38%
2015 180% 124.14%
2016 170% 94.44%
2017 128% 75.29%

Makna:

2012 Setiap Rp utang dijamin oleh Rp 1,89 aktiva yang lebih likuid.

2013 Setiap Rp utang dijamin oleh Rp 1,85 aktiva yang lebih likuid

2014 Setiap Rp utang dijamin oleh Rp 1,45 aktiva yang lebih likuid

2015 Setiap Rp utang dijamin oleh Rp 1,80 aktiva yang lebih likuid

2016 Setiap Rp utang dijamin oleh Rp 1,70 aktiva yang lebih likuid

2017 Setiap Rp utang dijamin oleh Rp 1,28 aktiva yang lebih likuid
Quick Ratio
250%

200% 198%
185% 180%
170%
150% 145%
128%

100%

50%

0%
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Secara umum, rasio cepat (quick ratio) perusahaan berada di atas level 100%. Di
mana dalam periode 2012-2017, rasio tertinggi berada di tahun 2012 dengan nilai rasio
sebesar 198% dan terjadi penurunan yang signifikan untuk 2 tahun selanjutnya serta
diikuti dengan pergerakan yang fluktuatif untuk tahun-tahun berikutnya dikarenakan
hutang jangka pendek atau hutang lancar perusahaan yang semakin meningkat atau
bertambah.

Quick Ratio dibentuk dengan rumus Quick Ratio =


𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡−(𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦+𝑃𝑟𝑒𝑝𝑎𝑦𝑚𝑒𝑛𝑡 )
. Hasil Quick ratio memberikan gambaran yaitu,
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

apabila makin tinggi quick ratio, maka akan makin baik, yang berarti setiap Rp 1 utang
lancar akan mampu dijamin oleh “quick assets” yang meliputi piutang dan surat-surat
berhargasebesar Rp... (hasil dari perhitungan Quick Ratio).

C. Cash Ratio
2012 = 1,339,570,311,683/1,924,434,119,144 = 0.69608531
2013 = 1,860,492,328,823/5,473,070,919,855 = 0.339936
2014 = 712,922,612,494/3,936,992,519,373 = 0.181083
2015 = 1,682,075,365,772/4,174,138,699,389 = 0.402975
2016 = 1,543,129,244,709/5,213,684,471,421 = 0.295977
2017 = 1,922,552,686.00/4,271,452,117,532 = 0.00045
CASH RATIO TAHUN NILAI TREN
2012 0.70 1.00
2013 0.34 0.49
2014 0.18 0.53
2015 0.40 2.23
2016 0.30 0.73
2017 0.00 0.00

Makna:

2012 Rasio kas PT Mayora Indah Tbk sebesar 0,70 kali, ini artinya PT Mayora
hanya memiliki kas dan setara kas untuk membayar 70% kewajiban
lancarnya. Rasio kas ini cukup tinggi karena menunjukan saldo kas yang
relatif tinggi.

2013 Rasio kas PT Mayora Indah Tbk sebesar 0,34 kali, ini artinya PT Mayora
hanya memiliki kas dan setara kas untuk membayar 34% kewajiban
lancarnya. Rasio kas ini masih tergolong cukup tinggi.

2014 Rasio kas PT Mayora Indah Tbk sebesar 0,18 kali, ini artinya PT Mayora
memiliki kas dan setara kas untuk membayar 18 % kewajiban lancarnya.
Rasio tahun ini dapat diterima, karena nilainya tidak terlalu tinggi hal ini
disebabkan penggunaan aset yang maksimal sehingga tidak kelebihan
uang tunai pada perusahaan

2015 Rasio kas PT Mayora Indah Tbk sebesar 0,40 kali, ini artinya PT Mayora
hanya memiliki kas dan setara kas untuk membayar 40% kewajiban
lancarnya. Rasio kas ini masih tergolong cukup tinggi karena banyaknya
uang tunai yang dipegang oleh perusahaan.

2016 Rasio kas PT Mayora Indah Tbk sebesar 0,30 kali, ini artinya PT Mayora
hanya memiliki kas dan setara kas untuk membayar 30% kewajiban
lancarnya. Rasio kas ini masih tergolong cukup tinggi karena banyaknya
uang tunai yang dipegang oleh perusahaan.

2017
Cash Ratio
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Cash ratio adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan total kas (tunai) dan
setara kas perusahaan dengan kewajiban lancarnya. 0.69608531
Cash ratio =(kas + setara kas) / hutang lancar 0.181083
Sehingga ratio kas pada PT MYOR adalah sebesar …kali (cash ratio)

Selama tahun 2012-2017 rasio kas PT MYOR menunjukkan hasil yang dapat
dikatakan cenderung menurun. Rasio kas tertinggi terjadi di tahun 2012 sebesar
0.69608531 kemudian mengalami penurunan yang cukup signifikan di tahun 2014
menjadi sebesar 0.181083. Dengan hasil tersebut maka kemampuan PT MYOR dalam
membayar utang-utang jangka pendeknya dari tahun ke tahun cukup mengalami
penurunan. Hal itu terutama terjadi pada tahun 2017, dimana rasio kas yang diperoleh
oleh PT MYOR sebesar 0.00045 atau dengan kata lain PT MYOR tidak mampu
membayar utang jangka pendek pada tahun 2017.

Keadaan ini terjadi karena kenaikan pada hutang jangka pendek atau kewajiban
lancar perusahaan tidak diimbangi oleh kenaikan dari kas dan setara kas yang dimiliki
oleh PT MYOR sehingga membuat perusahaan tidak likuid.

D. Working Capital to Total Asset Ratio


2012 = (5,313,599,558,561 - 1,924,434,119,144)/8,171,532,475,596
= 0.41475273 X 100% = 41.48%

2013 = (6,430,065,428,871 - 5,473,070,919,855)/9,544,394,153,553


= 0.100268 X 100% = 10.03%

2014 = (6,508,768,623,440 - 3,936,992,519,373)/10,093,780,340,503


= 0.254788 X 100% = 25.48%
2015 = (7,454,077,029,087 - 4,174,138,699,389)/11,224,772,870,780
= 0.292205 X 100% = 29.22%

2016 = (8,739,782,750,141 - 5,213,684,471,421)/12,599,202,779,933


= 0.279867 X 100% = 27.99%
2017 = (7,731,706,941,225 - 4,271,452,117,532)/11,653,910,600,693
= 0.296918 X 100% = 29.69%

WORKING CAPITAL TO
TOTAL ASSET RATIO TAHUN NILAI TREN
2012 41.48% 100.00%
2013 10.03% 24.18%
2014 25.48% 254.11%
2015 29.22% 114.69%
2016 27.99% 95.78%
2017 29.69% 106.09%

Makna:

2012 Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto.
Setiap Rp 1,00 asset perusahaan Rp 41,48 terdiri dari modal kerja (asset
lancar)

2013 Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto.
Setiap Rp 1,00 asset perusahaan Rp 10,03 terdiri dari modal kerja (asset
lancar)

2014 Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto.
Setiap Rp 1,00 asset perusahaan Rp 25,48% terdiri dari modal kerja (asset
lancar)

2015 Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto.
Setiap Rp 1,00 asset perusahaan Rp 29,22 terdiri dari modal kerja (asset
lancar)
2016 Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto.
Setiap Rp 1,00 asset perusahaan Rp 27,99 terdiri dari modal kerja (asset
lancar)

2017 Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto.
Setiap Rp 1,00 asset perusahaan Rp 29,69 terdiri dari modal kerja (asset
lancar)

Working Capital to Total Asset Ratio


45.00%
40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas dari total dan posisi modal kerja (neto).
Formula: aktiva lancar – kewajiban / jumlah aktiva
Modal kerja bersih yang dimiliki oleh PT MYOR dibanding dengan total aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan selama tahun 2012-2017 diperoleh hasil tertinggi di tahun 2012
kemudian menurun cukup signifikan pada tahun 2013. Hal tersebut terjadi karena kenaikan
dari total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tidak diimbangi dengan kenaikan modal
kerja bersih yang ada pada perusahaan tersebut. Namun pada tahun-tahun berikutnya
keadaan tersebut berangsur mengalami kenaikan. Itu terlihat dari hasil perhitungan yang
didapat, meskipun pada tahun 2016 sempat mengalami penurunan tetapi pada tahun 2017
modal kerja bersih PT MYOR dibanding dengan total aktiva yang dimiliki hasilnya
mengalami kenaikan.

 COMMON SIZE
CURRENT CURRENT CURRENT CURRENT CURRENT TOTAL
RATIO ASSET LIABILITIES TOTAL ASSET LIABILITIES PERSENTASE
2012 5,313,599,558,561 1,924,434,119,144 7,238,033,677,705 73.41% 26.59% 100.00%

2013 6,430,065,428,871 2,676,892,373,682 9,106,957,802,553 70.61% 29.39% 100.00%

2014 6,508,768,623,440 3,114,337,601,361 9,623,106,224,801 67.64% 32.36% 100.00%

2015 7,454,077,029,087 3,151,495,162,694 10,605,572,191,781 70.28% 29.72% 100.00%

2016 8,739,782,750,141 3,884,051,319,005 12,623,834,069,146 69.23% 30.77% 100.00%

2017 7,731,706,941,225 4,271,452,117,532 12,003,159,058,757 64.41% 35.59% 100.00%

CURRENT RATIO
80.00%
73.41%
70.00% 70.61% 70.28% 69.23%
67.64%
64.41%
60.00%
50.00%
40.00%
35.59%
30.00% 32.36% 29.72% 30.77%
29.39%
26.59%
20.00%
10.00%
0.00%
1 2 3 4 5 6

CURRENT ASSET CURRENT LIABILITIES

Melihat grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa pada PT MYOR jumlah aset lancar yang dimiliki
oleh perusahaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah kewajiban lancarnya. Akan tetapi dari
tahun 2012-2015 aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan cenderung menurun yaitu hingga
mencapai angka 67,34%. Namun di tahun 2016 aset lancar perusahaan kembali mengalami
kenaikan, tetapi pada dua tahun berikutnya aset lancar perusahaan terus mengalami penurunan.
Bahkan penurunan yang terjadi pada tahun 2017 cukup signifikan yaitu hingga 64,41%.
Persentase aset lancar pada tahun 2017 lebih kecil dibandingkan dengan penurunan yang terjadi
pada tahun 2013 dan 2014.

CURRENT CURRENT
QUICK ASSET- CURRENT ASSET- CURRENT TOTAL
RATIO INVENTORY LIABILITIES TOTAL INVENTORY LIABILITIES PERSENTASE

2012 3,814,610,098,356 1,924,434,119,144 5,739,044,217,500 66.47% 33.53% 100.00%

2013 4,973,611,213,822 2,676,892,373,682 7,650,503,587,504 65.01% 34.99% 100.00%


2014 1,618,211,072,846 3,114,337,601,361 4,732,548,674,207 34.19% 65.81% 100.00%

2015 5,690,843,980,957 3,151,495,162,694 8,842,339,143,651 64.36% 35.64% 100.00%

2016 6,616,106,708,595 3,884,051,319,005 10,500,158,027,600 63.01% 36.99% 100.00%

2017 5,503,755,260,501 4,271,452,117,532 9,775,207,378,033 56.30% 43.70% 100.00%

QUICK RATIO
70.00%
66.47% 65.01% 65.81% 64.36% 63.01%
60.00%
56.30%
50.00%
43.70%
40.00%
34.99% 35.64% 36.99%
33.53% 34.19%
30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
1 2 3 4 5 6

CURRENT ASSET-INVENTORY CURRENT LIABILITIES

Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa aset lancar setelah dikurangi persediaan yang
dimiliki PT MYOR pada tahun 2012 dan 2013 cukup stabil akan tetapi pada tahun 2014 kondisi
tersebut menurun cukup signifikan yang pada tahun 2012 sebesar 66,47% menjadi 34,19%. Hal
tersebut terjadi karena kewajiban lancar yang dimiliki perusahaan mengalami kenaikan yang
cukup signifikan dan hal itu tidak diimbangi dengan keadaan aset lancar yang dimiliki oleh
perusahaan. Namun pada 2 tahun berikutnya aset lancar setelah dikurangi persediaan mengalami
kenaikan, kondisi tersebut dapat dikatakan stabil pada tahun 2015-2016. Namun di tahun 2017
kembali mengalami penurunan, hal ini patut diwaspadai agar di tahun berikutnya tidak
mengalami penurunan kembali.

CASH OR
CASH CASH OR CASH CURRENT CASH CURRENT TOTAL
RATIO EQUIVALENT LIABILITIES TOTAL EQUIVALENT LIABILITIES PERSENTASE

2012 1,339,570,311,683 1,924,434,119,144 3,264,004,430,827 41.04% 58.96% 100.00%

2013 1,860,492,328,823 2,676,892,373,682 4,537,384,702,505 41.00% 59.00% 100.00%


2014 712,922,612,494 3,114,337,601,361 3,827,260,213,855 18.63% 81.37% 100.00%

2015 1,682,075,365,772 3,151,495,162,694 4,833,570,528,466 34.80% 65.20% 100.00%

2016 1,543,129,244,709 3,884,051,319,005 5,427,180,563,714 28.43% 71.57% 100.00%

2017 1,543,129,244,709 4,271,452,117,532 5,814,581,362,241 26.54% 73.46% 100.00%

CASH RATIO
90.00%
80.00% 81.37%
71.57% 73.46%
70.00%
65.20%
60.00% 58.96% 59.00%
50.00%
40.00% 41.04% 41.00%
34.80%
30.00% 28.43% 26.54%
20.00% 18.63%
10.00%
0.00%
1 2 3 4 5 6

CASH OR CASH EQUIVALENT CURRENT LIABILITIES

Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa kas yang dimiliki PT MYOR pada tahun 2012-2013
cukup stabil kemudian mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2014 yaitu
hingga mencapa 18,63%. Namun pada tahun 2015 kembali mengalami kenaikan, akan tetapi
pada 2 tahun berikutnya kas yang dimiliki oleh perusahaan cenderung mengalami penurunan.
Apabila penurunan kas tersebut terus berlanjut pada tahun tahun berikutnya dikhawatirkan
perusahaan tidak akan mampu membayar kewajiban lancarnya dengan menggunakan kas yang
dimiliki oleh perusahaan.

WORKING
CAPITAL CURRENT
TO CURRENT ASSETS- ASSET-
TOTAL CURRENT CURRENT TOTAL TOTAL
ASSET LIABILITIES TOTAL ASSETS TOTAL LIABILITIES ASSETS PERSENTASE

2012 3,389,165,439,417 8,171,532,475,596 11,560,697,915,013 29.32% 70.68% 100.00%

2013 956,994,509,016 9,544,394,153,553 10,501,388,662,569 9.11% 90.89% 100.00%

2014 2,571,776,104,067 10,093,780,340,503 12,665,556,444,570 20.31% 79.69% 100.00%


2015 3,279,938,329,698 11,224,772,870,780 14,504,711,200,478 22.61% 77.39% 100.00%

2016 3,526,098,278,720 12,599,202,779,933 16,125,301,058,653 21.87% 78.13% 100.00%

2017 3,460,254,823,693 11,653,910,600,693 15,114,165,424,386 22.89% 77.11% 100.00%

WORKING CAPITAL TO TOTAL ASSET


100.00%
90.00% 90.89%
80.00% 79.69% 77.39% 78.13% 77.11%
70.00% 70.68%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00% 29.32%
20.00% 20.31% 22.61% 21.87% 22.89%
10.00% 9.11%
0.00%
1 2 3 4 5 6

CURRENT ASSET-CURRENT LIABILITIES TOTAL ASSETS

Dari grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa pada PT MYOR perbandingan modal kerja
bersih yang ada pada perusahaan dengan total asset yang dimiliki perusahaan nilainya
cukup baik. Selama tahun 2012-2017 rata-rata diperoleh persentase sebesar 20%, namun
pada tahun 2013 persentase modal kerja yang dimiliki perusahaan nilainya cukup kecil,
hal tersebut diakibatkan karena kewajiban lancar yang dimiliki oleh perusahaan pada
tahun 2013 nilainya cukup besar dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya dan besarnya
kewajiban lancar tersebut tidak cukup diimbangi oleh besarnya jumlah aset lancar yang
dimiliki oleh perusahaan.

Kesimpulan dari rasio likuiditas adalah PT. Mayora dalam membayar hutang jangka
pendek atau kewajiban lancarnya dari tahun 2012 hingga tahun 2017 dinilai cukup baik.
Hal tersebut dilihat dari perhitungan beberapa rasio di atas yang rata-rata nilai dari
perhitungan rasio likuiditas menunjukkan bahwa PT. Mayora dapat membayar kewajiban
lancarnya dengan cukup baik.

5. Kesimpulan

Ringkasan Ratio-ratio Finansial

N Ratio Metode Penghitungan Interpretasi


o
1 Likuiditas:

a.Net Current assets-current liabilities atau aktiva Untuk menghitung


working lancar – utang lancar berapa kelebihan
capital aktiva lancar diatas
utang lancar. Tingkat
Working Capital to likuiditas dari tahun
Total Asset Ratio 2012-hingga 2017
60.00%
rata-rata dapat
diangap baik karena
40.00%
diatas angka 2,
20.00% kecuali tahun 2013
0.00% trennya menurun
2010 2012 2014 2016 2018 hingga dibawah
angka 2. Penyebab
Pada tahun 2013,
pinjaman ini
dikembalikan
dengan cara
penurunan baki debet,
dimana
fasilitas yang ada
tetap berlaku.

b.Current 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 Untuk menghitung


ratio 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 berapapun
kemampuan
Current Ratio perusahaan dalam
300% membayar utang
276%
240% 236%
lancar dengan aktiva
208% 225%
200% lancar yang tersedia.
181%

100%
Setiap Rp 1,00 utang
lancar dijamin oleh
0% ..% (current ratio)
2012 2013 2014 2015 2016 2017
aktiva lancar. rasio
tertinggi berada di
tahun 2012 dengan
nilai rasio sebesar
276% dan terjadi
penurunan yang
signifikan untuk 2
tahun selanjutnya
serta diikuti dengan
pergerakan yang
fluktuatif untuk
tahun-tahun
berikutnya
dikarenakan hutang
jangka pendek atau
hutang lancar
perusahaan yang
semakin meningkat
atau bertambah.

a.Quick 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 − (𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 + 𝑃𝑟𝑒𝑝𝑎𝑦𝑚𝑒𝑛𝑡 ) Untuk menghitung


Ratio 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 kemampuan
perusahaan dalam
Quick Ratio membayar kewajiban-
250% kewajiban atau utang
200% 198% lancar dengan aktiva
185% 180% 170% lancar yang lebih
150% 145%
128% likuid. Setiap Rp
100%
utang dijamin oleh
50% Rp.. aktiva yang lebih
0% likuid.
2012 2013 2014 2015 2016 2017
cash ratio Cash ratio adalah
Cash Ratio rasio yang digunakan
0.80 untuk
memebandingkan
0.60
total kas (tunai) dan
0.40 setara kas
perusahaan dengan
0.20
kewajiban lancarnya.
0.00 Cash ratio =(kas +
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 setara kas) / hutang
lancar. Sehingga
ratio kas pada PT
MYOR adalah
sebesar …kali (cash
ratio)

2 Rasio Mengukur tingkat


Profitabilit ROA penghasilan bersih
as 12.00% yang diperoleh dari
10.60% 11.10%
11.10% total aktiva
Return on 10.00%
9.10% perusahaan.
assets 8.00% 8.20%
(ROA) di tahun 2014 dimana
6.00% ROA mengalami
4.00% 4.10% penurunan yang
sangat tajam dari
2.00%
tahun-tahun
0.00% sebelumnya. Direksi
2012 2013 2014 2015 2016 2017 menjelaskan bahwa
hal ini terjadi karena
ROA = laba bersih sesudah pajak / total aktiva perseroan tidak dapat
mengelola aset yang
ada untuk
menghasilkan laba
selama satu periode
tersebut
Return on Mengukur tingkat
equity ROE penghasilan bersih
(ROE) yang diperoleh oleh
30.00%
26.10% pemilik perusahaan
24.30% 24.10%
20.00% 22.20% atas modal yang
diinvestasikan.
14.10%
10.00% 10.10%
Pada tahun 2014 ini
0.00% Perseroan mengalami
201220132014201520162017 penurunan sangat
tajam yaitu dari
26,10% ke 10,10%.
Hal ini diakibatkan
karena Net Income di
Perseroan lebih
rendah daripada Total
equity yang ada.

GPM tahun 2014 GPM


GPM mengalami
80.00% penurunan, karena
72.50%
60.00% terjadi lonjakan harga
bahan baku yg
40.00%
signifikan.grafik naik
24.30% 28.30%
26.70%
20.00% 22.30% 22.60% signifikan disebabkan
karena interval antara
0.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017 penjualan bersih
TAHUN dengan laba kotor
tidak terlalu besar.
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
OM Nilai rata-rata OM
OM yang diperoleh
30.00% 25.50% perusahaan Mayora
20.00% jika dibandingkan
11.10% 12.60% dengan standar
10.00% 10.90% 12.60%
10.30%
industry yaitu 10.8%
0.00%
sudah memenuhi nilai
2012 2013 2014 2015 2016 2017
standar, hal tersebut
𝐸𝐵𝐼𝑇 menandakan bahwa
𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
kemampuan
menghasilkan
keuntungan dari
kegiatan operasional
yang dilakukan cukup
baik

NPM tahun 2014 yg turun


NPM Itu karena Perseroan
15.00% termasuk perusahaan
11.70% ekspansif yg
10.00%
8.40% 8.40%7.60% menggunakan
7.10% 6.60%
5.00% leverage utang bank
sehingga laba bersih
0.00% pun terpangkas
2012 2013 2014 2015 2016 2017
sebagian oleh beban
bunga pinjaman
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛
𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 karena sebagian besar
pinjaman atas Mayora
adalah terhadap pihak
bank.
Rasio Rasio ini menunjukan
profitabilit DAR nilai relative antara
as 80.00%
nilai total utang
DAR 60.00%
terhadap total aktiva
40.00%

20.00%

0.00%
2010 2012 2014 2016 2018

Debt Rasio ini menunjukan


equity ratio TREN DER nilai relative antara
200%
(DER) total utang dengan
150%
total equitas.
100%
Rasionya dihitung
50%
dengan membagi nilai
0%
2010 2012 2014 2016 2018 total utang dengan
nilai equitas.

LTDER Rasio ini digunakan


LTDER untuk mengukur
120%
100%
berapa bagian utang
80% jangka panjang yang
60%
terdapat di dalam di
40%
20% dalam modal jangka
0%
panjang perusahaan
2010 2012 2014 2016 2018
RETURN ON INVESTMENT (ROI) DAN DU PONT FORMULA
Rumus ROI

𝒏𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒐𝒇𝒊𝒕 𝒂𝒇𝒕𝒆𝒓 𝒕𝒂𝒙𝒆𝒔


Return on Investment =
𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔

2012 2013 2014 2015 2016 2017


Net
744,428,404,309.00 1,013,558,238,779.00 409,618,689,484.00 1,250,233,128,560.00 1,388,676,127,665.00 950,645,190,703.00
Income

Sales 10,510,625,669,832.00 12,017,837,133,337.00 14,169,088,278,238.00 14,818,730,635,847.00 13,315,494,057,171.00 14,298,836,222,293.00


Total
Aset 8,171,532,475,596.00 9,544,394,153,553.00 10,093,780,340,503.00 11,224,772,870,780.00 12,599,202,779,933.00 11,653,910,600,693.00
Rumus ROI dengan Du Pont Formula:

𝒏𝒆𝒕 𝒑𝒓𝒐𝒇𝒊𝒕 𝒂𝒇𝒕𝒆𝒓 𝒕𝒂𝒙𝒆𝒔 𝒔𝒂𝒍𝒆𝒔


Return on Investment = X 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔
𝒔𝒂𝒍𝒆𝒔

ROI
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Net Profit
After Tax 744,428,404,309.00 1,013,558,238,779.00 409,618,689,484.00 1,250,233,128,560.00 1,388,676,127,665.00 950,645,190,703.00
Total Assets 8,171,532,475,596.00 9,544,394,153,553.00 10,093,780,340,503.00 11,224,772,870,780.00 12,599,202,779,933.00 11,653,910,600,693.00
Hasil 0.09 0.11 0.04 0.11 0.11 0.08
Persentase 9.11% 10.62% 4.06% 11.14% 11.02% 8.16%

ROI dengan Du Pont Formula

2012 2013 2014 2015 2016 2017


Net Profit
After Tax/ 744,428,404,309.00 1,013,558,238,779.00 409,618,689,484.00 1,250,233,128,560.00 1,388,676,127,665.00 950,645,190,703.00
Sales 10,510,625,669,832.00 12,017,837,133,337.00 14,169,088,278,238.00 14,818,730,635,847.00 13,315,494,057,171.00 14,298,836,222,293.00
Hasil 0.070826269 0.084337824 0.028909319 0.084368436 0.104290244 0.066484095

Sales/ 10,510,625,669,832.00 12,017,837,133,337.00 14,169,088,278,238.00 14,818,730,635,847.00 13,315,494,057,171.00 14,298,836,222,293.0


Total Asset 8,171,532,475,596.00 9,544,394,153,553.00 10,093,780,340,503.00 11,224,772,870,780.00 12,599,202,779,933.00 11,653,910,600,693.0
Hasil 1.286249024 1.259151387 1.403744464 1.32018089 1.056852111 1.226956059
2012 2013 2014 2015 2016 2017
HASIL 0.09110022 0.106194089 0.040581296 0.111381597 0.110219365 0.081573064
PERSENTASE 9.11% 10.62% 4.06% 11.14% 11.02% 8.16%
Daftar Rujukan

Nasyiffa, N. 2011. Rasio Pasar. (Online). (http://nadiranasyiffa.blogspot.co.id/2011/10/rasio-


pasar.html), diakses 01 Mei 2018.

Murhadi, W. R. 2013. Analisis Laporan Keuangan: Proyeksi dan Valuasi Saham. Jakarta:
Salemba Empat.
Rasio Likuiditas – Pengertian, Jenis, Rumus dan Contoh. (Online).
(https://dosenakuntansi.com/rasio-likuiditas), diakses 30 April 2018.

Rasio Profitabilitas – Pengertian, Jenis, Rumus, dan Contoh. (Online).


(https://dosenakuntansi.com/rasio-profitabilitas), diakses 30 April 2018.

Rasio Solvabilitas – Pengertian, Jenis, Rumus, dan Contoh. (Online).


(https://dosenakuntansi.com/rasio-solvabilitas), diakses 30 April 2018.

Anda mungkin juga menyukai