Anda di halaman 1dari 16

Rasio likuiditas adalah gambaran posisi uang kas dan kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi

atau membayar kewajiban utang sesuai pada waktu jatuh tempo yang telah disepakati

Kebanyakan perusahaan dalam menggunakan rasio likuiditas untuk mengukur tingkat likuiditas nya
menggunakan diantara lain sebagai berikut:

1. Current ratio

Rasio ini membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini memberikan informasi
mengenai kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang lancar. Yang termasuk dalam aktiva lancar
seperti kas, piutang dagang, efek, persedian dan aktiva-aktiva lainnya.

Sedangkan yang termasuk dalam hutang lancar meliputi, hutang dagang, hutang wesel, hutang bank,
hutang gaji dan hutang lainya yang menuntut untuk segera dibayarkan (sutrisno, 2001;247).

Berikut ini adalah rumus current ratio:

Rasio Lancar = Aktiva Lancar (Current Ratio) / Utang Lancar (Current Liabilities) x 100%

Menurut (Harahap, 2002:301) jika semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar,
maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Dianalogikan apabila rasio lancar 1:1 atau 100% itu artinya bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua
hutang lancar. Jadi sebuah perusahaan dikatan sehat apabila rasionya berada dia atas angka 1 atau di
atas 100%. Sebagai catatan aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar.

2. Quick ratio

Quick ratio atau yang sering disebut juga dengan acid ratio, adalah perimbangan antara jumlah aktiva
lancar yang dikurangi dengan persedaian, dengan jumlah hutang lancar. Disini persediaan tidak
dimasukkan kedalam perhitungan quick ratio, karena persediaan merupakan salah satu komponen dari
aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya.

Dalam hal ini quick ratio lebih berfokus pada komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid
seperti kas, surat-surat berharga, piutang yang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka
pendek (Martono, 2003 hal 56).
Dibawah ini adalah rumus dari Quickratio:

Quick Ratio = Current Assets – Inventory / Current Liabilities x 100%

jika terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara quick ratio dengan current ratio, dimana posisi
current ratio meningkat sedangkan pada quick rationya menurun, hal ini menandakan bahwa terjadi
sebuah investasi yang besar pada persediaan.

Rasio ini akan menunjukan kemampuan ativa lancar yang paling likuid sanggup menutupi hutang lancar.
Dimana semakin besar Quick rasio maka semakin baik, sedangkan untuk angka rasio ini tidaklah harus
mencapai angka 100% atau 1:1, artinya walaupun rasio nya tidak mencapai angka 100% dan hanya
mendekati 100% maka perusahaan juga sudah dikatakan sehat (Harahap, 2002 hal 302).

3. Cash Ratio

Rasio ini berguna untuk membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa dengan segera menjadi
uang kas dengan hutang lancar. Dalam hal ini kas yang dimaksud adalah uang perusahaan yang disimpan
dikantor dan yang ada di bank dalam bentuk rekening koran.

Sedangakan harta setara dengan kas atau near cash adalah merupakan harta lancar yang dengan mudah
dan cepat untuk dapat diuangakan kembali, hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian
Negara yagn menjadi domisili dari perusahaan yang bersangkutan.

Berikur ini adalah rumusnya:

Cash Ratio = Cash or Cash Equivalent /Current Liabilities x 100%

Rasio ini akan menunjukan porsi jumlah kas ditambah dengan setara kas kemudian dibandingkan
dengan totoal aktiva lancar. Diamana kondisi semakin besar rasionya semakin baik pula, rasio ini sama
dengan Quick ratio, dimana angkanya tidak harus mencapai 100% (Harahap, 2002 hal 302).

4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover Ratio)


Rasio Perputaran Kas menampilkan perbandingan nilai penjualan bersih terhadap modal kerja bersih.
Modal kerja bersih berupa semua komponen aktiva lancar dikurangi total utang lancar. Rasio ini juga
untuk mengetahui seberapa besar penjualan untuk modal kerja yang dimiliki perusahaan. Rumus Rasio
Perputaran Kas sebagai berikut.

Rasio Perputaran Kas = Penjualan Bersih / Modal Kerja Bersih x 100%

5. Working Capital to Total Asset Ratio

Rasio ini dipakai untuk menilai likuiditas dengan menghitung total aktiva dan posisi modal kerja. Hakikat
akuntansi sangat berpengaruh pada rasio jenis ini. Rumus rasio ini sebagai berikut.

Working Capital to Total Assets Ratio = Current Assets – Current Liabilities / Total Assets x 100%

Contoh Perhitungan Rasio Kas (Cash Ratio)

PT HIJ memiliki aktiva lancar sebesar Rp. 100 juta yang terdiri dari Rp. 30 juta dalam bentuk uang tunai
dan Rp. 20 juta berupa rekening giro di bank. Sedangkan utang lancar perusahaan sebesar Rp. 70 juta.
Berapakah Rasio Kas Perusahaan PT HIJ?

Diketahui:

Kas dan Setara Kas = Rp. 50 juta yang diperoleh dari perhitungan (Rp. 30 juta + Rp. 20 juta)

Utang lancar = Rp. 70 juta

Rasio Kas = ?

Jawaban

Rasio Kas = (Kas + Setara Kas) / Hutang Lancar

Rasio Kas = Rp. 50 juta / Rp. 70 juta = 0,71 kali


Soal 2

Current Ratio = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar. (Baca: Tujuan Laporan Keuangan)

Neraca suatu perusahaan diketahui sebagai berikut:

Kas Rp 25.000.000,-

Piutang Dagang Rp 75.000.000,-

Barang dagangan Rp 200.000.000,-

Jumlah utang dagang, wesel, bunga dan pajak Rp 255.000.000,-

Hitunglah Current Ratio perusahaan tersebut!

Jawaban:

Aktiva Lancar = 25.000.000 + 75.000.000 + 200.000.000 = Rp 300.000.000

Utang Lancar = Rp 255.000.000,-

Current Ratio = Aktiva Lancar 300.000.000

—————– x 100% = —————– x 100%

utang Lancar 255.000.000

= 117.65 %

= 118 % (dibulatkan)

= 1.18 x

(artinya setiap Rp 1, utang lancar dijamin dengan Rp 1.18 aktiva lancar.

Soal 3
Quick Ratio

Neraca PT. Aghnina

Kas = Rp 700.000, Piutang = Rp 500.000, dan Kewajiban Lancar Rp 1.100.000

maka perhitungan quick ratio yaitu 700.000 + 500.000 = 1.200.000 = 1,09

artinya PT Aghninan memiliki aset sangat lancar sebanyak 1,09 kali dari total kewajiban lancarnya atau
setiap Rp1 kewajiban lancar perusahaan dijamin sebesar Rp 1,09 aset sangat lancar.

Soal 4

Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang memiliki kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilukuidasi. Perusahaan yang memiliki kekayaan
atau aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut sebagi perusahaan yang
solvable, sedang yang tidak disebut dengan perusahaan yang insolvable.

Berkaitan dengan perhitunga rasio solvabilitas yang bisa digunakan adalah sebagai berikut:

Rasio totoal hutang terhadapa totoal aktiva (Total Debt to Total Assets Ratio)

Debet ratio atau yang biasanya disebut denan rasio hutang ini digunakan untuk mengukur presentase
besarnya danan yang berasal dari hutang. Dimana hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang
dimiliki perusahaan baik yang berjangaka pendek maupun berjangka panjang. Berikut ini adalah rumus
yang digunakan untuk mengukur besarnya hutang pasa suatu perusahaan.

Debet Ratio = (Total Uang : Total Aktiva) x 100%


Rasio ini akan menggambarkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Dimana kondisi semakin
kecil rasionya makan semakin aman (solvable). Sebagai catatan porsi hutang terhadap aktiva harus lebih
kecil atau berada dibawahnya.

Debt to equity ratio atau rasio hutang dengan modal sendiri

Maksud dari rasio hutang dengan modal sendiri ini adalah keseimbangan antara hutang yang dimiliki
perusahaan dengan modal sendiri, atau semakin tinggi rasio ini menandakan bahwa modal sendiri lebih
kecil dibandingkan dengan hutangnya.

Jika anda memiliki perusahaan kami sarankan sebaiknya besaran hutang tidaklah melebihi modal
sendiri. Hal ini dimaksudkan agar beban tetapnya tidak terlalu tingi, jadi dapat kita simpulkan bahwa
semakin kecil rasio ini semakin baik. Maksudnya adalah semakin kecil hutang terhadap modal, maka
semakin aman.

Debt to equity ratio = (Total Utang : Modal) x 100%

Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio atau perbandingan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari pendapatan (earning) terkait penjualan, aset, dan
ekuitas berdasarkan dasar pengukuran tertentu. Jenis-jenis rasio profitabilitas dipakai untuk
memperlihatkan seberapa besar laba atau keuntungan yang diperoleh dari kinerja suatu perusahaan
yang memengaruhi catatan atas laporan keuangan yang harus sesuai dengan standar akuntansi
keuangan.

Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas

a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Margin laba kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba kotor terhadap
pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Laba kotor yang dipengaruhi oleh laporan arus kas
memaparkan besaran laba yang didapatkan oleh perusahaan dengan pertimbangan biaya yang terpakai
untuk memproduksi produk atau jasa.

Margin Laba Kotor ini sering disebut juga dengan Gross Margin Ratio (Rasio Marjin Kotor). Gross profit
margin mengukur efisiensi perhitungan harga pokok atau biaya produksi. Semakin besar gross profit
margin semakin baik (efisien) kegiatan operasional perusahaan yang menunjukkan harga pokok
penjualan lebih rendah daripada penjualan (sales) yang berguna untuk audit operasional. Jika
sebaliknya, maka perusahaan kurang baik dalam melakukan kegiatan operasional. Rumus perhitungan
laba kotor sebagai berikut.

Gros Profit Margin = (laba kotor/ total pendapatan) x 100%

Contoh :

Laba kotor perusahaan PT Megah Sejahtera: Rp48.000.000

Total pendapatan perusahaan: Rp55.000.000

Maka Gross Profit Margin perusahaan PT Megah Sejahtera= (Laba Kotor : Total Pendapatan) x 100%

= (48.000.000 : 55.000.000) x 100%

= 87%

b. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)


Net profit margin atau margin laba bersih merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba
bersih yang didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan. Margin
laba bersih ini disebut juga profit margin ratio. Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap
penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit margin
dihitung dengan rumus berikut ini.

Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak : Penjualan

Contoh:

Pendapatan Penjualan Bersih (Net Sales) = Rp27.063.310.000.000.

Laba Bersih setelah Pajak (Net Profit after Tax) = Rp2.064.650.000.000.

Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) : ??

Jawaban:

Margin Laba Bersih = Laba Bersih setelah Pajak : Pendapatan Penjualan bersih

Margin Laba Bersih = Rp2.064.650.000.000 : Rp27.063.310.000.000

Margin Laba Bersih = 7,63%


c. Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio)

Tingkat pengembalian aset merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase keuntungan (laba)
yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau total asset sehingga efisiensi suatu perusahaan
dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari persentase rasio ini. Rumus Rasio Pengembalian Aset sebagai
berikut.

ROA = Laba Bersih : Total Aset

Contoh perhitungan ROA dengan memakai data laporan keuangan sebuah perusahaan. Diketahui: laba
bersih perusahaan sebesar Rp180.000.000 dan total aset Rp20.000.000, maka hitunglah ROA
perusahaan.

ROA = Laba Bersih : Total Aset

ROA = 180.000.000 : 20.0000.000 = 9%

d. Return on Equity Ratio (Rasio Pengembalian Ekuitas)

Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam
persentase. ROE dihitung dari penghasilan (income) perusahaan terhadap modal yang diinvestasikan
oleh para pemilik perusahaan (pemegang saham biasa dan pemegang saham preferen). Return on
equity menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengelola modalnya (net worth), sehingga tingkat
keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau pemegang saham perusahaan. ROE yaitu
rentabilitas modal sendiri atau yang disebut rentabilitas usaha. Rumus Return On Equity sebagai berikut.

ROE = Laba Bersih Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang saham

Contoh:

Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan per tanggal 31 Desember 2017, PT Megah Sejahtera
yang bergerak di sektor konstruksi memiliki laba bersih setelah pajak sebesar Rp500 juta, total ekuitas
para pemegang saham adalah sebanyak Rp800 juta. Berapakah rasio pengembalian ekuitas atau Return
of Equity (ROE) PT Megah Sejahtera?

ROE = Laba bersih setelah Pajak : Ekuitas Pemegang Saham

ROE = Rp500.000.000 : Rp800.000.000

ROE = 62,5%

e. Return on Sales Ratio (Rasio Pengembalian Penjualan)

Return on Sales merupakan rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat keuntungan perusahaan
setelah pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti upah pekerja, bahan baku, dan lain-lain
sebelum dikurangi pajak dan bunga. Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh dari
setiap rupiah penjualan yang juga disebut margin operasional (operating margin) atau Margin
pendapatan operasional (operating income margin). Berikut ini rumus untuk menghitung return on sales
(ROS).
ROS = (Laba sebelum Pajak dan Bunga / Penjualan) x 100%

Contoh:

PT Megah Sejahtera menghasilkan Laba sebelum Pajak dan Bunga sebesar Rp100 juta sedangkan
Penjualan adalah sebesar Rp1,5 miliar. Berapakah Return on Sales atau tingkat pengembalian Penjualan
PT Megah Sejahtera?

Jawaban:

ROS = (Laba sebelum Pajak dan Bunga : Penjualan) x 100%

ROS = (Rp. 100.000.000 : Rp. 1.500.000.000) x 100%

ROS = 6,7%

f. Return on Capital Employed (Pengembalian Modal yang digunakan)

Return on Capital Employed (ROCE) merupakan rasio profitabilitas yang mengukur keuntungan
perusahaan dari modal yang dipakai dalam bentuk persentase (%). Modal yang dimaksud adalah rkuitas
suatu perusahaan ditambah kewajiban tidak lancar atau total aset dikurangi kewajiban lancar. ROCE
mencerminkan efisiensi dan profitabilitas modal atau investasi perusahaan. Laba sebelum pengurangan
pajak dan bunga dikenal dengan istilah ”EBIT” yaitu Earning Before Interest and Tax. Berikut ini 2 rumus
ROCE yang sering digunakan.

ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga / Modal Kerja

atau

ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga / (Total Aset – Kewajiban)

g. Return on Investment (ROI)

Return on investment merupakan rasio profitabilitas yang dihitung dari laba bersih setelah dikurangi
pajak terhadap total aktiva. Return on investment berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan
secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan terhadap jumlah aktiva secara keseluruhan yang
tersedia pada perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik kondisi suatu perusahaan.
Rumus Return on Investment berikut ini.

ROI= ( (Laba Atas Investasi – Investasi Awal) / Investasi )x 100 %

Contoh :
Perusahaan Maju Bersama melakukan investasi sebesar Rp500.000.000 kepada sebuah usaha penjualan
produk kendaraan. Perusahaan Maju Bersama ternyata mendapatkan penjualan sebesar 1.000 unit
kendaraan. Dan dari penjualan tersebut perusahaan mendapat keuntungan sebesar Rp600.000.000.

Diketahui : keuntungan (laba) investasi sebesar Rp100.000.000

Dan modal (investasi) awal sebesar Rp500.000.000

Jadi diperoleh perhitungannya sebagai berikut.

ROI = (Rp600 juta – Rp500 juta) : Rp500 juta) x 100 = 20%

Jadi diperoleh ROI nya adalah sebesar 20%

h. Earning Per Share (EPS)

Earning per share merupakan rasio profitabilitas yang menilai tingkat kemampuan per lembar saham
dalam menghasilkan laba untuk perusahaan. Manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon
pemegang saham sangat memperhatikan earning per share karena menjadi indikator keberhasilan
perusahaan. Rumus earning per share sebagai berikut.

EPS = Laba Bersih Setelah Pajak – Dividen Saham Preferen / Jumlah Saham Biasa yang Beredar

Contoh:

Perusahaan Setia Merdeka mempunyai saham yang beredar sebanyak 1 juta lembar pada tahun 2017,
Laba bersih setelah pajak adalah Rp1 miliar. Perusahaan Setia Merdeka kemudian memutuskan untuk
membagikan 10% dividen atau sekitar Rp100 juta kepada pemegang sahamnya. Berapakah Earning Per
Share (EPS) atau Laba per lembar sahamnya ?

Laba per Saham (EPS) = (Laba Bersih setelah Pajak – Dividen) : Jumlah Saham yang Beredar

Laba per Saham (EPS) = (1.000.000.000 – Rp100.000.000) : 1.000.000

Laba per Saham (EPS) = 900.000.000 : 1.000.000

Laba per Saham (EPS) = 900,-

Jadi Laba per Saham atau Earning per Share (EPS) PT Setia Merdeka adalah sebesar Rp900.

Jenis jenis Rasio Solvabilitas

A. Debt to Equity Ratio (Rasio Utang terhadap Ekuitas)

Rasio ini memaparkan porsi yang relatif antara ekuitas dan utang yang dipakai untuk membiayai aset
perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) membandingkan antara total kewajiban (liabilities) dengan
ekuitas (equity). Utang tidak boleh lebih besar dari modal supaya beban perusahaan tidak bertambah.
Tingkat rasio yang rendah berarti kondisi perusahaan semakin baik karena porsi utang terhadap modal
semakin kecil.

Rasio ini memperlihatkan bahwa dana pinjaman yang segera jatuh tempo akan ditagih dibandingkan
modal yang dimiliki. Perhitungan rasio ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar bagian dari
modal (termasuk pengertian modal dan jenis jenis modal yang menjadi jaminan utang lancar. Semakin
kecil rasio ini berarti kondisi perusahaan semakin baik karena modal untuk menjamin utang lancar masih
cukup (besar). Batas terendah dari rasio ini adalah 100% atau 1 : 1. Rumus Debt to Equity Ratio (DER)
sebagai berikut.

Debt to Equity Ratio (DER) = Total Utang / Ekuitas (Modal) x 100%

B. Debt Ratio (Rasio Utang)

Debt Ratio atau Rasio Utang menilai seberapa besar perusahaan berpatokan pada utang untuk
membiayai asetnya. Rasio ini membandingkan total utang (total liabilities) dengan total aset yang
dimiliki. Aset dan ekuitas itu berbeda sehingga harus mengetahui terlebih dahulu tentang asset dan
ekuitas. Aset merupakan sumber daya yang diperoleh dari transaksi atau kegiatan lain di masa lalu
sehingga menjadi milik perusahaan. Sedangkan ekuitas merupakan hak residual atas asset perusahaan
setelah pengurangan seluruh liabilitas sesuai hakikat akuntansi.

Rasio ini juga memperlihatkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman baru sebagai
tambahan modal dengan jaminan aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Jika tingkat rasio ini
semakin tinggi maka jaminan berupa asset yang ada dan uang yang diberikan oleh kreditor dalam jangka
panjang semakin terjamin. Besaran presentasi rasio ini minimu 100% atau 1 : 1 artinya Rp 1 utang
jangka panjang bisa dijamin oleh Rp 1 aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Utang yang dihitung
dalam hal ini adalah semua utang perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kreditor
biasanya lebih memilih debt ratio yang rendah karena kondisi perusahaan aman (tidak akan bangkrut).
Tingkat rasio yang rendah maka kondisi perusahaan semakin aman (solvable). Berikut ini rumus rasio
utang (debt ratio).

Rasio utang = Total utang / Total Aset x 100%

C. Times Interest Earned Ratio


Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi beban bunga pada masa yang akan datang.
Times Interest Earned Ratio disebut juga Interest Coverage Ratio. Rasio ini membandingkan laba
sebelum pajak dan bunga terhadap Biaya Bunga yang sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi. Berikut ini
rumus Times Interest Earned Ratio.

Times Interest Earned Ratio = Laba sebelum Pajak dan bunga / Beban Bunga x 100%

Contoh Kasus Perhitungan Rasio Hutang (Debt Ratio)

Perusahaan PT. XXZZ memiliki total aset sebanyak Rp. 100 juta dan total hutang sebanyak Rp. 70 juta .
Berapakah Rasio Hutang perusahaan PT. XXZZ ?

Diketahui :

Total Aset = Rp. 100.000.000,-

Total Hutang = Rp. 70.000.000,-

Rasio Hutang (Debt Ratio) = ?

Jawaban :

Rasio Hutang = Total Hutang / Total Aset x 100%

Rasio Hutang = Rp. 70.000.000,- / Rp. 100.000.000,- x 100%

Rasio Hutang = 0,7 kali

Jadi Rasio Hutang atau Debt Ratio pada Perusahaan PT. XXZZ adalah sebesar 0,7 kali.

Anda mungkin juga menyukai