1. Perbedaan loka karya mini bulanan dan tribulanan:
a. Lokmin bulanan merupakan rapat bulanan internal Puskesmas (lintas program), sehingga dipimpin oleh kapuskes dan beranggotakan staf Puskesmas. Sedangkan loka karya mini tribulanan untuk tingkat kecamatan (lintas sektoral) melibatkan dinas instansi lain tingkat kecamatan, sehingga dipimpin oleh Camat dan beranggotakan pihak-pihak sektoral mitra Puskesmas yang ada di Kecamatan, contohnya Kapolsek, Kepala Desa, Ketua tim penggerak PKK, Kepala sekolah/UPT pendidikan dan lainnya. b. Loka karya mini bulanan diselenggarakan tiap bulan seputar inventarisasi kegiatan di Puskesmas, analisis beban kerja, pembagian tugas darbin (daerah binaan), penyusunan POA, sedangan tribulanan diselenggarakan per tiga bulanan dan biasanya ditambah masalah-masalah yang tidak bisa diselesaikan internal Puskesmas, namun membutuhkan pihak lintas sektoral untuk membuat kesepakatan atau solusi penyelesaian masalah c. Output Lokmin bulanan berhubungan dengan kegiatan puskesmas bulan lalu dan rencana utk bulan selanjutnya, bahan utk lokmin tribulanan dan penyempurnaan juknis operasional kegiatan yg dirasa perlu. Sedangkan lokmin tribulanan pemantapan kerja lintas sektoral berupa pembianaan. 2. Anggota Rapat Loka Karya Mini Tribulanan : Sebaiknya yang memimpin rapat adalah Pak camat, jika berhalangan hadir Pak Camat dapat menunjuk orang yang tepat dan kompeten. Anggota rapat lainya yakni : Kapuskes, kapustu, pengelola program, kapolsek, danramil, ketua tim penggerak PKK kecamatan, kepala pembangunan desa, Ka UPT pendidikan, pertanian, KUA, Ormas mitra Puskesmas dan pihak swasta yang menjadi Mitra Puskesmas. 3. Output Loka Karya Mini Tribulanan yakni pemantaban kerja linsek berupa pembinaan a. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM), seperti : pembinaan posyandu, posyandu lansia, Upaya perbaikan gizi keluarga dll. Contohnya : sweeping penimbangan balita di posyandu bekerja sama dengan kader dan aparat des dsb. b. Poskesdes/poskeskel, contoh : optimalisasi poskesdes/poskeskel sebagai sarana kesehatan terdekat di masyarakat dsb . c. Peningkatan peran serta masyarakat, contohnya : Sosialisasi kawasan mandiri pangan di rumah dalam memerangi stunting . d. Penyempuraan juknis operasional jika dirasa perlu dll.