Oleh
Kelompok V
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Laporan Kunjungan
Ke PT JAPFA COMFEED INDONESIA Tbk Unit Lampung secara virtual dengan
Judul Kunjungan Lapang ke PT.JAPFA COMFEED INDONESIA Tbk Unit
Lampung. Laporan ini disusun secara sistematis dan sebaik mungkin guna
memenuhi Tugas Industri Pakan Ternak.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kesalahan
dan kekurangan dan belum bisa dikategorikan sempurna baik dari segi bahasa,
penulisan, dan pengolahan data. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca agar laporan yang akan penulis buat
kedepannya dapat lebih baik dari laporan saat ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.
Penulis,
iii
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Kesimpulan .................................................................................... 8
B. Saran .............................................................................................. 8
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri pakan ternak merupakan bagian dari mata rantai pada sektor peternakan,
karena keberhasilan sektor peternakan salah satunya ditentukan oleh ketersediaan
pakan ternak. Pakan ternak yang tersedia bukan hanya dari segi kuantitas saja
tetapi dari segi kualitasnya. Produsen pakan ternak wajib menghasilkan dan
mempertahankan kualitas dari ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak.
Produsen harus menjamin bahwa ransum yang dihasilkan tidak membahayakan
kesehatan bagi ternak dan manusia sebagai konsumen produk peternakan.
Produsen harus menjamin bahwa semua bahan baku telah memenuhi standar
kualitas, tidak terdapat benda asing pada bahan baku dan ransum, butiran dan
bahan lain mempunyai ukuran dan bentuk yang sesuai, ransum diproduksi sesuai
dengan formulasi, pellet dan crumble mempunyai ukuran yang sempurna dan
ketahanan yang sesuai dengan standar, tidak terjadi kontaminasi silang atau
percampuran antara ransum dengan bahan lain, tidak ada kehilangan vitamin atau
bahan baku mikro lainnya, tidak terdapat bahan atau mikroorganisme berbahaya,
pembungkus bersih, rapi dan kualitas ransum yang sesuai dengan standar.
Variasi alami dan pengolahan bahan baku dapat menyebabkan kandungan zat
makanan yang berbeda. Bahan baku yang terkontaminasi atau sengaja dicampur
dengan benda-benda asing dapat menurunkan kualitas sehingga perlu dilakukan
pengujian secara fisik untuk menentukan kemurnian bahan. Penurunan kualitas
bahan baku dapat terjadi karena penanganan, pengolahan atau penyimpanan yang
kurang tepat. Kerusakan dapat terjadi karena serangan jamur akibat kadar air yang
tinggi, ketengikan dan serangga - serangga. Pengawasan mutu bahan baku harus
dilakukan secara ketat saat penerimaan dan penyimpanan. Pemilihan dan
pemeliharaan kualitas bahan baku menjadi tahap penting dalam menghasilkan
ransum yang berkualitas tinggi. Kualitas ransum yang dihasilkan tidak akan lebih
baik dari bahan baku penyusunnya (Fairfield, 2003).
B. Tujuan
II. ISI
Penerimaan bahan baku lokal dan impor yang masuk akan diceck atau dipastikan
terlebih dahulu oleh tim Quality Control (QC), bahan baku yang diterima harus
sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan oleh tim Quality Control Japfa.
Setelah proses pemgecekan selesai maka bahan baku akan masuk ke gudang bahan
baku ataupun untuk bahan baku yang dikarungkan maupun curah disimpan dalam
gudang penyimpanan sedangkan untuk jagung disimpan dalam silo. Proses
Penyimpanan bahan baku ini dilakukan untuk menjaga kualitas bahan baku ini agar
tetap dalam keadaan standar & bebas kontaminasi.
2.3 Intake
Proses pengisian bahan baku dimasukkan ke area proses produksi via intake yaitu
transport untuk memasukkan bahan baku kedalam bin produksi baik bahan baku
yang dikarungkan maupun bahan baku yang curah.
Bahan baku yaitu jagung, SBM, dll, dimasukkan ke dalam BIN bahan baku. Pada
proses produksi ini terdapat banyak bahan baku, jadi pada saat proses pengisian
bahan baku pada BIN-BIN produksi yang dituju harus sesuai dan benar,
seandainya jagung harus jagung , tidak boleh tercampur dengan SBM ataupun
bahan baku lainnya. Karena secara nutrisi pun bahan tersebut akan berbeda. Bahan
baku yang telah masuk BIN-BIN produksi akan ditakar sesuai dengan formula yang
telah dikirim dari tim formulator pusat sehingga semua cabang Japfa memiliki
standar kualitas dan nutrisi yang sama.
5
2.5 Dosing
Proses penimbangan bahan baku yang akan digunakan sesuai dengan resep pakan
jadi yang akan diprosuksi (Std Min dosing 2 % Kap. DW).
2.6 Grinding
Dengan bentuk bahan baku yang berbeda-beda bentuk dan ukuran, maka dilakukan
proses penghancuran bahan baku di hammermill berdasarkan script yang disiapkan
berdasarkan standar perusahaan sehingga didapatkan ukuran partikel yang
seragam. Untuk mempermudah proses pencampuran di mixer & proses produksi
seanjutnya serta menghindari terdapat biji utuh (Std #10= Max 8 % & #pan = (60
%-65%). 1 mesin grinding dapat menghancurkan 20 ton pakan/jam
2.7 Mixing
Semua bahan baku dicampur atau dikombinasi menjadi satu, mulai dari bahan baku
utama, bahan baku tambahan, bahan baku liquid dengan waktu yang telah
ditentukan . Kemudian didapat bahan pakan dengan berbagai bentuk, untuk bahan
pakan berbentuk tepung langsung dikemas karena tidak ada proses lagi sedangkan
untuk bahan pakan yang berbentuk butiran baik itu crumble, pellet , dll masih ada
proses yang harus dilakukan sebelum pengemasan.
6
Proses menyiapkan, menimbang dan meracik feed additive sesuai formula yang
direncanakan untuk ditambahkan pada proses pembuatan pakan ternak sebagai
pelengkap nutrisi pada produk yang akan diproduksi. Dilakukan penimbangan
bahan baku dengan standar 2/1000, dipacking dalam karung, kemudian disiapkan
untuk dicurah secara manual
2.9 Conditioning
2.10 Pelletizing
Proses pembentukan pakan menjadi pellet yaitu dengan menggunakan mesin press
( Std. PDI = 85 % - 93 % ).
2.11 Cooling
Cooling atau proses pendinginan yang bertujuan agar pakan yang bersuhu panas
menjadi bersuhu dingin atau yang bertemperatur ruangan. Proses pendinginan
pakan ini mencapai suhu 90°C, karena jika bahan pakan dibiarkan tetap panas dapat
menimbulkan jamur dan sebagainya pada saat penyimpanan, sehingga bahan pakan
harus dipastikan dingin sampai suhu ruangan.
2.12 Crumble
Merupakan proses penggilingan atau pemecahan pada pellet menjadi partikel yang
kasar atau berbentuk granula.
2.13 Sievter/pengayakan
Proses untuk menentukan ukuran butiran - butiran pada pakan sesuai dengan
standar yang diinginkan .Saat proses crumble tadi kemungkinan masih ada banyak
tepung ataupun pellet yang lolos sehingga perlu diayak lagi dengan menggunakan
7
Pakan jadi yang telah dikemas tadi akan dilakukan proses pengaturan selama proses
penyimpanan, sehingga pakan jadi bebas dari kontaminasi kutu, jamur, tikus, dll
dan tidak mengalami penurunan kualitas yang ditetapkan.
2.16 Pengiriman
3.1 Kesimpulan