Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENANGANAN LIMBAH B3 DI

KEBUN & PABRIK SAWIT

MATA KULIAH SISTEM MANAJEMEN K3 PABRIK

Disusun Oleh :
1. Muh Shafa Adhin S.W (011.22.036)
2. Kurnia Akbar Habibi (011.22.032)
3. Ikhsanul fikri (011.22.044)
3. Ike sentiya (011.22.062)

Dosen Pengampu : Dr. Asep Yunta Darma, S.T., M.T

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAWIT

FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SAINS BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Kami bersyukur kepada Allah SWT atas anugerah-Nya yang telah memberikan rahmat,
taufik, serta petunjuk-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mengenai penanganan
limbah B3 ini dengan baik dan sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditentukan. Seperti
yang kita ketahui bersama, pentingnya "Penanganan Limbah B3" bagi keberlanjutan
lingkungan dan keselamatan masyarakat sudah menjadi jelas, terutama dalam konteks industri
dan kegiatan yang melibatkan bahan-bahan berbahaya.
Dalam laporan ini, kami akan membahas mengapa penanganan limbah B3 begitu krusial dan
patut menjadi fokus utama dalam upaya pelestarian lingkungan dan keamanan masyarakat.
Harapannya, laporan ini akan memberikan gambaran singkat tentang urgensi penanganan
limbah B3.
Kami sadar bahwa masih ada kelemahan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk meningkatkan kualitas
laporan ini. Kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata
kuliah Sistem Manajemen K3 Pabrik bapak Dr. Asep Yunta Darma, S.T., M.T ,serta kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini. Semua kontribusi
dan dukungan yang diberikan sangat kami hargai. Terima kasih banyak.

Cikarang, 22 Desember 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4
1.1 .Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
1.2 .Rumusan Masalah ............................................................................................................... 5
1.3 .Batasan Masalah .................................................................................................................. 5
1.4 .Tujuan Makalah ................................................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI......................................................................................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 9
2.1 . Peraturan & Perundang-undangan B3 ............................................................................. 9
2.2 . Limbah B3 di Pabrik Kelapa Sawit ................................................................................. 10
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 18

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas penting bagi Indonesia, baik dari segi
ekonomi maupun sosial. Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia,
dengan produksi mencapai 48,2 juta ton pada tahun 2022. Minyak sawit memiliki berbagai
manfaat, seperti bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi, dan bahan bakar nabati.
Namun, di balik manfaatnya, industri kelapa sawit juga menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan, salah satunya adalah limbah B3.

Limbah B3 adalah singkatan dari bahan berbahaya dan beracun, yang merupakan sisa
usaha atau kegiatan yang mengandung zat atau komponen yang dapat mencemarkan,
merusak, atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lain. Limbah B3 yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit
terdiri dari limbah cair dan limbah padat. Limbah cair adalah limbah yang berasal dari
proses pengolahan minyak sawit, seperti air limbah pabrik (Palm Oil Mill Effluent/POME)
dan air cucian tandan buah segar (Fresh Fruit Bunch/FFB). Limbah padat adalah limbah
yang berasal dari bahan baku dan bahan penolong, seperti tandan kosong kelapa sawit
(Empty Fruit Bunch/EFB), serabut (fibre), cangkang (shell), abu boiler, dan spent
bleaching earth (SBE).

Limbah B3 pada pabrik kelapa sawit memiliki potensi untuk mencemari tanah, air, dan
udara, serta mengganggu keseimbangan ekosistem. Limbah cair dapat menyebabkan
penurunan kualitas air,dan bau tidak sedap. Limbah padat dapat menyebabkan
penumpukan sampah, penurunan kesuburan tanah, dan emisi gas rumah kaca. Selain itu,
limbah B3 juga dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi pekerja dan masyarakat sekitar,
seperti iritasi kulit, gangguan pernapasan, dan keracunan.

Oleh karena itu, pengelolaan limbah B3 pada pabrik kelapa sawit menjadi hal yang
sangat penting untuk dilakukan. Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah,
mengurangi, atau menghilangkan dampak negatif limbah B3 terhadap lingkungan dan
kesehatan, serta memanfaatkan limbah B3 sebagai sumber daya yang bernilai ekonomis.
Pengelolaan limbah B3 harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip dan peraturan-
peraturan yang berlaku, seperti reduce, recycle, recovery, dan landfill. Beberapa contoh
pengelolaan limbah B3 pada pabrik kelapa sawit adalah pengolahan limbah cair menjadi
biogas dan listrik, pengolahan limbah padat menjadi pupuk organik, bahan bangunan, dan
bahan bakar, serta penimbunan limbah padat yang tidak dapat dimanfaatkan di tempat
yang aman.

Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengelolaan limbah B3 pada
pabrik kelapa sawit di Indonesia, dengan fokus pada aspek-aspek teknis, ekonomis, sosial,
dan lingkungan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan industri kelapa sawit yang berkelanjutan, serta memberikan manfaat bagi
pemerintah, pengusaha, pekerja, masyarakat, dan lingkungan hidup.

4
1.2 .Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang menjadi perhatian
dalam penelitian ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Limbah B3 ?
2. Apa saja yang termasuk dalam Limbah B3 di pabrik?
3. Apakah ada peraturan perundang-undangan dan peraturan Limbah B3 di pabrik?
4. Apa saja Jenis-jenis/ kategori dan karakteristik Limbah B3 di pabrik ?
5. Apa dampak Limbah B3 pada lingkungan di pabrik?
6. Apa saja simbol yang digunakan dan arti dari Limbah-Limbah B3 di pabrik?
7. Bagaimana cara penanganan/pengelolaan Limbah B3 di pabrik?

1.3 .Batasan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Limbah B3 di pabrik, dengan fokus pada
aspek-aspek berikut:

- Pengertian Limbah B3, yaitu limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
yang dapat mencemari dan merusak lingkungan hidup, kesehatan, dan keselamatan
manusia dan makhluk hidup lain.
- Sumber Limbah B3 di pabrik, yaitu sumber-sumber yang menghasilkan limbah B3
dalam proses produksi, seperti bahan baku, bahan penolong, bahan sisa, dan bahan kimia.
- Peraturan Limbah B3 di pabrik, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur tentang
pengelolaan limbah B3 di pabrik, baik dari sisi hukum, teknis, maupun administratif.
- Jenis-jenis/ kategori dan karakteristik Limbah B3 di pabrik, yaitu jenis-jenis atau
kategori limbah B3 berdasarkan sifat fisik, kimia, dan biologi, serta karakteristik limbah
B3 berdasarkan potensi bahaya, seperti mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, korosif,
dan beracun.
- Dampak Limbah B3 pada lingkungan di pabrik, yaitu dampak-dampak yang
ditimbulkan oleh limbah B3 terhadap lingkungan hidup, baik secara langsung maupun
tidak langsung, seperti pencemaran tanah, air, dan udara, gangguan ekosistem, dan
perubahan iklim.
- Simbol Limbah B3 di pabrik, yaitu simbol-simbol yang digunakan untuk menandai
limbah B3 di pabrik, baik berdasarkan kategori bahaya maupun sumbernya, serta arti dari
simbol-simbol tersebut.
- Cara penanganan/pengelolaan Limbah B3 di pabrik, yaitu cara-cara yang dilakukan
untuk mengurangi, mengumpulkan, menimbun, memanfaatkan, dan mengolah limbah B3
di pabrik, baik secara fisik, kimia, maupun biologi, serta prinsip-prinsip dan metode-
metode yang digunakan.

Penelitian ini dibatasi pada limbah B3 yang dihasilkan di pabrik-pabrik di Indonesia.


Penelitian ini juga tidak membahas secara detail teknik-teknik pengolahan limbah B3,
melainkan hanya memberikan gambaran umum tentang prinsip-prinsip dan metode-
metode yang digunakan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
berbagai sumber, seperti buku, jurnal, artikel, laporan, dan situs web yang terkait dengan
topik penelitian.
.

5
1.4 .Tujuan Makalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Limbah B3 di pabrik, dengan fokus pada
aspek-aspek berikut:

1. Menjelaskan pengertian Limbah B3, yaitu limbah yang mengandung bahan


berbahaya dan beracun yang dapat mencemari dan merusak lingkungan hidup,
kesehatan, dan keselamatan manusia dan makhluk hidup lain.
2. Menyebutkan contoh-contoh Limbah B3 yang dihasilkan di pabrik, baik dari bahan
baku, bahan penolong, bahan sisa, maupun bahan kimia yang digunakan dalam
proses produksi.
3. Mengetahui peraturan perundang-undangan dan peraturan Limbah B3 yang berlaku
di pabrik, baik dari sisi hukum, teknis, maupun administratif, serta sanksi yang
diberikan bagi pelanggarannya.
4. Mengidentifikasi jenis-jenis atau kategori Limbah B3 berdasarkan sifat fisik, kimia,
dan biologi, serta karakteristik Limbah B3 berdasarkan potensi bahaya, seperti
mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, korosif, dan beracun.
5. Menganalisis dampak Limbah B3 terhadap lingkungan hidup di pabrik, baik secara
langsung maupun tidak langsung, seperti pencemaran tanah, air, dan udara, gangguan
ekosistem, dan perubahan iklim.
6. Mengenal simbol-simbol Limbah B3 yang digunakan untuk menandai limbah B3 di
pabrik, baik berdasarkan kategori bahaya maupun sumbernya, serta arti dari simbol-
simbol tersebut.
7. Mengetahui cara-cara penanganan atau pengelolaan Limbah B3 di pabrik, baik
secara fisik, kimia, maupun biologi, serta prinsip-prinsip dan metode-metode yang
digunakan, seperti reduce, reuse, recycle dan recovery..

6
BAB II
KAJIAN TEORI

Limbah B3 adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang dapat
mencemari dan merusak lingkungan hidup, kesehatan, dan keselamatan manusia dan makhluk
hidup lain. Limbah B3 memiliki karakteristik mudah meledak, mudah menyala, reaktif,
infeksius, korosif, dan beracun. Limbah B3 berasal dari berbagai sumber, seperti industri,
rumah tangga, pertanian, dan kesehatan. Limbah B3 memiliki simbol khusus yang
menunjukkan jenis dan tingkat bahayanya. Limbah B3 memerlukan penanganan dan
pengolahan yang sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku, agar tidak menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat (UU No. 32 Tahun 2009).

Salah satu sumber limbah B3 yang cukup signifikan adalah pabrik kelapa sawit. Pabrik
kelapa sawit adalah pabrik yang mengolah tandan buah segar (TBS) menjadi minyak sawit
mentah (CPO) dan inti sawit. Pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah padat, cair, dan gas
dalam proses produksinya. Limbah padat terdiri dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS),
serabut, cangkang, abu boiler, dan spent bleaching earth (SBE). Limbah cair terdiri dari air
limbah pabrik (POME) dan air cucian TBS. Limbah gas terdiri dari gas metana dan karbon
dioksida (Siregar dkk, 2008).

Limbah B3 yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit terutama berasal dari bahan kimia
yang digunakan dalam proses pengolahan, seperti asam fosfat, natrium hidroksida, natrium
sulfat, natrium klorida, dan natrium hipoklorit. Limbah B3 ini termasuk dalam kategori limbah
berbahaya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Limbah B3 ini memiliki potensi untuk mencemari
tanah, air, dan udara, serta mengganggu keseimbangan ekosistem dan kesehatan manusia
(Darmawati dkk, 2014).

Oleh karena itu, penanganan dan pengolahan limbah B3 di pabrik kelapa sawit menjadi
hal yang sangat penting untuk dilakukan. Penanganan dan pengolahan limbah B3 di pabrik
kelapa sawit harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang
berlaku, seperti reduce, reuse, recycle, recovery, dan landfill. Beberapa contoh penanganan dan
pengolahan limbah B3 di pabrik kelapa sawit adalah sebagai berikut:

- Reduce: Mengurangi penggunaan bahan kimia yang berpotensi menjadi limbah B3, seperti
dengan menggunakan bahan kimia yang lebih ramah lingkungan, mengoptimalkan dosis dan
waktu penggunaan, serta melakukan pengawasan dan kontrol yang ketat (Ima Syofia dkk,
2013).
- Reuse: Menggunakan kembali limbah B3 yang masih memiliki nilai guna, seperti dengan
menggunakan oli bekas sebagai bahan bakar boiler, menggunakan abu boiler sebagai bahan
campuran pupuk, atau menggunakan SBE sebagai bahan campuran pakan ternak (Anjani dkk,
2022).
- Recycle: Mengubah limbah B3 menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomis, seperti
dengan mengolah SBE menjadi asam lemak, mengolah abu boiler menjadi zeolit, atau
mengolah air limbah pabrik menjadi biogas dan listrik (Setyorini dkk, 2020).

7
- Recovery: Memulihkan bahan kimia yang terkandung dalam limbah B3, seperti dengan
melakukan proses pemisahan, penyaringan, atau destilasi, sehingga bahan kimia tersebut dapat
digunakan kembali atau dijual ke pihak lain (Utari dkk, 2021).
- Landfill: Menimbun limbah B3 yang tidak dapat dimanfaatkan atau dipulihkan di tempat yang
aman, seperti dengan menggunakan tempat penyimpanan sementara (TPS) atau tempat
pembuangan akhir (TPA) yang memiliki izin dari pemerintah, serta dilengkapi dengan sistem
pengamanan dan pemantauan yang memadai (Rodrigues dan Tam, 2010).

Penanganan dan pengolahan limbah B3 di pabrik kelapa sawit tidak hanya bermanfaat
untuk mencegah pencemaran lingkungan, tetapi juga dapat memberikan nilai tambah bagi
pabrik, seperti menghemat biaya produksi, meningkatkan efisiensi energi, memperluas pasar
produk, dan meningkatkan citra perusahaan (Kouassi et al., 2012).

8
BAB III
PEMBAHASAN

2.1 . Peraturan & Perundang-undangan B3

Peraturan dan perundang-undangan B3 adalah kumpulan aturan hukum yang


mengatur tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di Indonesia. B3
adalah bahan yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup,
kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. B3 dapat berasal
dari berbagai sumber, salah satunya adalah pabrik kelapa sawit.

Pabrik kelapa sawit adalah pabrik yang mengolah tandan buah segar (TBS)
menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan inti sawit. Pabrik kelapa sawit menghasilkan
limbah padat, cair, dan gas dalam proses produksinya. Limbah padat terdiri dari tandan
kosong kelapa sawit (TKKS), serabut, cangkang, abu boiler, dan spent bleaching earth
(SBE). Limbah cair terdiri dari air limbah pabrik (POME) dan air cucian TBS. Limbah
gas terdiri dari gas metana dan karbon dioksida.

Limbah B3 yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit terutama berasal dari
bahan kimia yang digunakan dalam proses pengolahan, seperti asam fosfat, natrium
hidroksida, natrium sulfat, natrium klorida, dan natrium hipoklorit. Limbah B3 ini
termasuk dalam kategori limbah berbahaya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Limbah
B3 ini memiliki potensi untuk mencemari tanah, air, dan udara, serta mengganggu
keseimbangan ekosistem dan kesehatan manusia.

Oleh karena itu, penanganan dan pengolahan limbah B3 di pabrik kelapa sawit
menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. Penanganan dan pengolahan limbah
B3 di pabrik kelapa sawit harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip dan peraturan-
peraturan yang berlaku, seperti reduce, reuse, recycle, recovery, dan landfill. Beberapa
peraturan dan perundang-undangan B3 yang sesuai dengan penanganan dan
pengolahan limbah B3 di pabrik kelapa sawit adalah sebagai berikut:

- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup. UU ini mengatur tentang prinsip-prinsip, kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, dan penegakan hukum dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, termasuk pengelolaan limbah B3.

9
- Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. PP ini mengatur tentang persetujuan lingkungan,
perlindungan dan pengelolaan mutu air, udara, dan laut, pengendalian kerusakan
lingkungan hidup, pengelolaan limbah B3 dan nonB3, data penjamin untuk pemulihan
fungsi lingkungan hidup, sistem informasi lingkungan hidup, pembinaan dan
pengawasan, dan pengenaan sanksi administratif.

- Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 3 Tahun 2021 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Permen
ini mengatur tentang pedoman penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, termasuk pedoman pengelolaan limbah B3 dan nonB3.

- Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 6 Tahun 2021 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pengawasan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup.
Permen ini mengatur tentang pedoman penyelenggaraan pengawasan dan penegakan
hukum lingkungan hidup, termasuk pedoman pengawasan dan penegakan hukum
terhadap pelanggaran pengelolaan limbah B3 dan nonB3.

Penanganan dan pengolahan limbah B3 di pabrik kelapa sawit tidak hanya


bermanfaat untuk mencegah pencemaran lingkungan, tetapi juga dapat memberikan
nilai tambah bagi pabrik, seperti menghemat biaya produksi, meningkatkan efisiensi
energi, memperluas pasar produk, dan meningkatkan citra perusahaan. Oleh karena itu,
pabrik kelapa sawit harus mematuhi peraturan dan perundang-undangan B3 yang
berlaku, serta melakukan upaya-upaya yang inovatif dan berkelanjutan dalam
pengelolaan limbah B3.

2.2 . Limbah B3 di Pabrik Kelapa Sawit

• Limbah oli bekas


o Termasuk ke dalam limbah jenis cair
o Termasuk kedalam kategori 1
o Karakteristik dari limbah ini adalah mudah terbakar dan beracun
o Dampak limbah jika dilepas ke lingkungan menyebabkan pencemaran tanah,
air, dan udara, serta membahayakan kesehatan manusia dan hewan
o Sumber limbah berasal dari oli yang digunakan untuk melumasi mesin-mesin
di pabrik
o Simbol sebagai penanda limbah adalah

10
Simbol B3 klasifikasi berbahaya bagi lingkungan
(dangerous for the environment)

o Penanganan limbah dengan cara mengumpulkan oli bekas dalam wadah


tertutup dan kemudian mengirimkannya ke pihak yang berwenang untuk
didaur ulang atau dimusnahkan1

• Limbah abu boiler


o Termasuk ke dalam limbah jenis padat
o Termasuk kedalam kategori 1
o Karakteristik dari limbah ini adalah mudah menyala dan korosif
o Dampak limbah jika dilepas ke lingkungan menyebabkan penurunan
kesuburan tanah, peningkatan pH tanah, dan emisi gas rumah kaca
o Sumber limbah berasal dari pembakaran serabut dan cangkang kelapa sawit
sebagai bahan bakar boiler
o Simbol sebagai penanda limbah adalah

Simbol B3 klasifikasi korsif Simbol B3 klasifikasi mudah terbakar


(corrosive) (flameable)

o Penanganan / pengolahan limbah dengan cara mengumpulkan abu boiler


dalam karung dan kemudian memanfaatkannya sebagai bahan campuran
pupuk, bahan bangunan, atau zeolit.

11
• Limbah spent bleaching earth (SBE)
o Termasuk ke dalam limbah jenis padat
o Termasuk kedalam kategori 2
o Karakteristik dari limbah ini adalah mudah terbakar dan beracun
o Dampak limbah jika dilepas ke lingkungan menyebabkan penumpukan
sampah, penurunan kesuburan tanah, dan emisi gas rumah kaca
o Sumber limbah berasal dari bahan kimia yang digunakan untuk memutihkan
minyak sawit
o Simbol sebagai penanda limbah adalah

Simbol B3 klasifikasi berbahaya bagi Simbol B3 klasifikasi mudah terbakar


lingkungan (flameable)
(dangerous for the environment)

o Penanganan / pengolahan limbah dengan cara mengumpulkan SBE dalam


karung dan kemudian memanfaatkannya sebagai bahan campuran pakan
ternak, asam lemak, atau bahan bakar.

12
• Limbah POME (Palm Oil Mill Effluent)
o Termasuk ke dalam limbah jenis cair
o Termasuk kedalam kategori 1
o Karakteristik dari limbah ini adalah beracun dan infeksius
o Dampak limbah jika dilepas ke lingkungan menyebabkan pencemaran air,
eutrofikasi, bau tidak sedap, dan penurunan oksigen terlarut
o Sumber limbah berasal dari air limbah yang dihasilkan dalam proses
pengolahan minyak sawit
o Simbol sebagai penanda limbah adalah

Simbol B3 klasifikasi berbahaya bagi lingkungan


(dangerous for the environment)

o Penanganan / pengolahan limbah dengan cara mengolah air limbah menjadi


biogas dan listrik, atau mengolahnya menjadi pupuk organik cair.

13
• Limbah aki bekas
o Termasuk ke dalam limbah jenis padat
o Termasuk kedalam kategori 1
o Karakteristik dari limbah ini adalah mudah terbakar, korosif, dan beracun
o Dampak limbah jika dilepas ke lingkungan menyebabkan pencemaran tanah,
air, dan udara, serta membahayakan kesehatan manusia dan hewan
o Sumber limbah berasal dari aki yang digunakan untuk menghidupkan mesin-
mesin di pabrik
o Simbol sebagai penanda limbah adalah

Simbol B3 klasifikasi korsif


(corrosive)

o Penanganan / pengolahan limbah dengan cara mengumpulkan aki bekas dalam


wadah tertutup dan kemudian mengirimkannya ke pihak yang berwenang
untuk didaur ulang atau dimusnahkan.

• Limbah lampu bohlam bekas


o Termasuk ke dalam limbah jenis padat
o Termasuk kedalam kategori 1
o Karakteristik dari limbah ini adalah mudah pecah, mudah menyala, dan
beracun
o Dampak limbah jika dilepas ke lingkungan menyebabkan penumpukan
sampah, penurunan estetika, dan emisi gas rumah kaca
o Sumber limbah berasal dari lampu bohlam yang digunakan untuk penerangan
di pabrik

14
o Simbol sebagai penanda limbah adalah

Simbol B3 klasifikasi korsif Simbol B3 klasifikasi berbahaya bagi


(corrosive) lingungan
(dangerous for environment)

o Penanganan / pengolahan limbah dengan cara mengumpulkan lampu bohlam


bekas dalam wadah tertutup dan kemudian memanfaatkannya sebagai bahan
dekorasi, hiasan, atau lampu hias.

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Limbah B3 pabrik kelapa sawit adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun yang berasal dari bahan kimia yang digunakan dalam proses pengolahan
kelapa sawit. Limbah B3 ini termasuk dalam kategori limbah berbahaya berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun. Limbah B3 ini memiliki potensi untuk mencemari tanah, air,
dan udara, serta mengganggu keseimbangan ekosistem dan kesehatan manusia.

Penanganan dan pengolahan limbah B3 pabrik kelapa sawit menjadi hal yang
sangat penting untuk dilakukan. Penanganan dan pengolahan limbah B3 pabrik kelapa
sawit harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang
berlaku, seperti reduce, reuse, recycle, recovery, dan landfill. Beberapa contoh
penanganan dan pengolahan limbah B3 pabrik kelapa sawit adalah dengan
menggunakan oli bekas sebagai bahan bakar boiler, menggunakan abu boiler sebagai
bahan campuran pupuk, menggunakan SBE sebagai bahan campuran pakan ternak,
mengolah SBE menjadi asam lemak, mengolah abu boiler menjadi zeolit, mengolah
air limbah pabrik menjadi biogas dan listrik, memulihkan bahan kimia dari limbah
B3, dan menimbun limbah B3 yang tidak dapat dimanfaatkan atau dipulihkan di
tempat yang aman.

Penanganan dan pengolahan limbah B3 pabrik kelapa sawit tidak hanya bermanfaat
untuk mencegah pencemaran lingkungan, tetapi juga dapat memberikan nilai tambah
bagi pabrik, seperti menghemat biaya produksi, meningkatkan efisiensi energi,
memperluas pasar produk, dan meningkatkan citra perusahaan. Oleh karena itu, pabrik
kelapa sawit harus mematuhi peraturan dan perundang-undangan B3 yang berlaku,
serta melakukan upaya-upaya yang inovatif dan berkelanjutan dalam pengelolaan
limbah B3.

B. Saran

Saran yang dapat kami berikan mengenai limbah B3 pabrik kelapa sawit adalah
sebagai berikut:

• Pabrik kelapa sawit harus meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab


terhadap pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan, serta melakukan sosialisasi dan
pelatihan kepada karyawan dan masyarakat sekitar tentang bahaya dan dampak
limbah B3.
• Pabrik kelapa sawit harus melakukan pengawasan dan evaluasi secara berkala
terhadap penanganan dan pengolahan limbah B3, serta melaporkan hasilnya kepada
pihak yang berwenang, seperti Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Badan
Pengawas Lingkungan Hidup.

16
• Pabrik kelapa sawit harus berkoordinasi dan berkolaborasi dengan pihak-pihak
terkait, seperti pemerintah, akademisi, peneliti, LSM, dan pengumpul limbah B3,
untuk mencari solusi dan inovasi yang efektif dan efisien dalam pengelolaan limbah
B3.
• Pabrik kelapa sawit harus memanfaatkan teknologi dan metode yang tepat dan
ramah lingkungan dalam penanganan dan pengolahan limbah B3, serta
mengoptimalkan pemanfaatan produk dan energi yang dihasilkan dari limbah B3.
• Pabrik kelapa sawit harus mematuhi peraturan dan perundang-undangan B3
yang berlaku, serta menghindari pelanggaran dan sanksi yang dapat merugikan pabrik
dan lingkungan.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Anjani, D., Suryani, A., dan Sari, R. (2022). Pemanfaatan Spent Bleaching Earth
sebagai Bahan Pakan Ternak di Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Teknologi Pertanian.

2. Assemu, D.M., Tafere, T.E., Gelaw, Y.M., dan Banatie, G.M. (2020). Healthcare
Waste Management Practise and Associated Factors among Private and Public
Hospitals of Bahir Dar City Administration. Journal of Environmental and Public
Health.

3. Avfall Sverige. (2009). Swedish Waste Management 2009. Avfall Sverige.

4. Azwar, A. (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang: Binarupa Aksara.

5. Badan Pusat Statistik Kota Padang. (2017). Kota Padang Dalam Angka 2017. Badan
Pusat Statistik Kota Padang.

6. Burlakovs, J. dan Kļaviņś, S. (2012). Stabilization and Solidification Technology


Implementation in Latvia: First Studies. International Journal of Environmental
Pollution and Remediation.

7. Cabannis, A. D. (2008). Handbook on Household Hazardous Waste. Government


Institutes.

8. Canadian Council of Ministers of The Environment. (1992). National Guidelines for


Hazardous Waste Incineration Facilities: Design and Operating Criteria. Ontario
Ministry of The Environment.

9. Central Pollution Control Board (CPCB). (2005). Guidelines for Common Hazardous
Waste Incineration. Ministry of Environment and Forests.

10. Damanhuri, E. (2010). Diktat Pengelolaan Sampah. Teknik Lingkungan Institut


Teknologi Bandung.

11. Damanhuri, E. dan Padmi. (2004). Diktat Pengelolaan Sampah. Teknik Lingkungan
Institut Teknologi Bandung.

12. Darmawati, E., Sari, R., dan Wijayanti, A. (2014). Analisis Potensi Pencemaran
Limbah B3 di Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Lingkungan.

18
13. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

14. Eresti, T. F. (2016). Implementasi Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 21 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan Sampah. Skripsi Program Sarjana Ilmu Politik Universitas
Andalas.

15. Hangulu, L. dan Akintola, O. (2017). Perspectives of Policy-Makers and Stakeholders


about Health Care Waste Management in Community-Based Care in South Africa.
BMC Health Services Research.

16. Himayati, N., Tri, J., dan Hana, L.D. (2018). Evaluasi Pengelolaan Limbah Medis
Padat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit TK.II.04.05.01 dr.
Soedjono Magelang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

17. Ima Syofia, N., Sutrisno, E., dan Suharyanto. (2013). Pengurangan Penggunaan Bahan
Kimia Berbahaya dan Beracun pada Proses Produksi Minyak Sawit. Jurnal Teknik
Kimia.

18. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

19. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 52 Tahun 2018 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

20. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

21. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman Pengelolaan Limbah


Rumah Sakit Rujukan, Rumah Sakit Darurat dan Puskesmas yang Menangani Pasien
Covid-19. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

22. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2015). Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

19
23. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2021). Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

24. Kouassi, A. M., et al. (2012). Environmental and Socio-Economic Impacts of Palm
Oil Production in Côte d’Ivoire. Journal of Applied Sciences.

25. Prihartanto, B. (2020). Perkiraan Timbulan Limbah Medis Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) dari Rumah Sakit Penanganan Pasien Covid-19. Jurnal Sains dan
Teknologi Mitigasi Bencana.

26. Prihartanto, B. (2020). Tinjauan Penelitian tentang Timbulan Limbah B3 Medis dan
Rumah Tangga Selama Bencana Pandemik Covid-19. Jurnal Alami.

27. Purwanto, A., Amin, M., Mardiyah, A., dan Wahyuningtyas, S. (2020). Pengaturan
Pengelolaan Limbah Medis Covid-19. Jurnal Yustika.

28. Purwanti, N. (2018). Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Rumah Sakit di RSUD Soetomo Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan.

29. Rodrigues, C. M. dan Tam, V. W. Y. (2010). Analysis of the Landfill Disposal Process
in Macao. Waste Management.

30. Setyorini, D., et al. (2020). Pemanfaatan Limbah Abu Boiler Kelapa Sawit sebagai
Zeolit. Jurnal Teknik Kimia.

31. Siregar, R. P., et al. (2008). Analisis Potensi Pencemaran Limbah Cair Pabrik Kelapa
Sawit. Jurnal Teknik Lingkungan.

32. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

33. Utari, D. P., et al. (2021). Recovery of Phosphoric Acid from Spent Bleaching Earth
of Palm Oil Refinery Plant. IOP Conference Series: Materials Science and
Engineering.

20

Anda mungkin juga menyukai