Anda di halaman 1dari 21

STUDI KASUS PERUSAHAAN DALAM SUATU BISNIS TERHADAP

PENCEMARAN LINGKUNGAN

OLEH:

ANAK AGUNG BAGUS WILLI ADIGUNA 1907521090

DEWA AYU PUTU MAS WIADNYANI 1907521091

NI KADEK SRI WAHYUNI 1907521111

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

MANAJEMEN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatka kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, kami dari kelompok 7 diberi kesempatan dan pengetahuan, berhasil dalam
menulis dan menyusun makalah ini dengan judul “Studi Kasus Perusahaan dalam Suatu Bisnis
terhadap Pencemaran Lingkungan” pada mata kuliah Pengantar Bisnis sehingga dapat selesai
pada waktunya.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat membantu para pembaca agar
dapat menambah ilmu pengetahuan. Namun, kami menyadari bahwa makalah ini juga masih jauh
dari kata sempurna dan memiliki banyak kekurangan, sehingga kami sangat mengharapkan kritik
maupun saran yang bersifat membangun dan juga saran dari para pembaca sehingga kami dapat
membuat makalah dengan lebih baik lagi.

Jimbaran, 15 September 2019

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 5
BAB II............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
2.1 Pengertian Limbah serta Kerusakan Akibat Limbah Dari Suatu Perusahaan. ...................... 6
2.2 Sistem Pembuangan serta Pengelolaan Limbah yang Baik dan Benar bagi Suatu
Perusahaan. .................................................................................................................................. 7
2.3 Studi Kasus PT PRIA yang Merusak Kelestarian Lingkungan........................................... 10
2.4 Penyelesaian Kasus PT PRIA dengan Warga Desa Lakardowo ......................................... 11
BAB III ......................................................................................................................................... 13
PENUTUP..................................................................................................................................... 13
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, bisnis di Indonesia menjadi sebuah kegiatan usaha yang


berkembang dengan pesat. Kemajuan bisnis ini disebabkan oleh usaha dari para
pelaku bisnis dan juga pemerintah untuk meyediakan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan untuk bisnis itu sendiri. Di saat banyaknya bisnis yang mengalami
kemajuan, mulai timbul kekhawatiran tentang lingkungan hidup tidak dapat
dihindari dari adanya ancaman limbah industri yang dihasilkan oleh perusahaan-
perusahaan industri atau pabrik yang ada di Indonesia. Walaupun sudah banyak
perusahaan yang menerapkan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan),
namun saat ini, banyaknya kasus-kasus antara bisnis khususnya bisnis yang ada di
Indonesia dengan lingkungan harus secepatnya diselesaikan. Salah satunya adalah
masalah beberapa pemilik usaha yang membuang limbah produksi dari bisnis yang
dimilikinya ke sembarang tempat. Dalam bisnis khususnya bisnis industri, suatu
proses produksi yang dilakukan oleh suatu bisnis tidak jarang akan menimbulkan
pencemaran lingkungan atau polusi. Bisnis-bisnis ini apabila terus dibiarkan begitu
saja maka akan mengganggu kestabilan lingkungan dan juga dapat mengganggu
kehidupan masyarakat disekitar. Beberapa permasalahan ini dapat terjadi karena
pelaku bisnis yang tidak sepenuhnya memperhatikan aspek pencemaran
lingkungan. Bisnis sendiri merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan
manusia, oganisasi ataupun masyarakat luas untuk memperoleh laba (keuntungan).
Namun dalam melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan
memperoleh keuntungan tersebut, pelaku bisnis sangat tidak diperbolehkan untuk
merusak lingkungan sehingga untuk menjalankan sebuah usaha, pebisnis harus
menjadi pelaku bisnis yang baik. Bisnis yang baik adalah bisnis yang mampu
menaati segala aturan dari berbagai aspek seperti menaati hukum dan peraturan
yang berlaku serta memiliki moral serta etika yang baik dalam menjalankan

4
bisnisnya. Karena bagaimana pebisnis menjalankan usahanya menjadi aspek utama
masyarakat melihat etika dari bisnis tersebut.

Dengan adanya beberapa kasus terkait dengan menjalankan bisnis yang


dapat merusak lingkungan, kami mencoba untuk menguraikan beberapa
permasalahan terkait kasus-kasus bisnis yang terkait dengan kerusakan lingkungan.
Kami mengambil satu contoh kasus yaitu Kasus Kerusakan Lingkungan yang
dilakukan oleh PT. PRIA (Putra Restu Ibu Abadi).

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa itu limbah dan bagaimana kerusakan lingkungan akibat limbah yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan?
b. Bagaimana sistem pembuangan dan pengolahan limbah yang baik dan benar
bagi suatu perusahaan di Indonesia?
c. Studi kasus kerusakan lingkungan akibat pembuangan limbah yang tidak benar
yang dilakukan oleh PT PRIA
d. Bagaimana penyelesaian dari kasus PT PRIA dan bagaimana hubungan
kerusakan yang dilakukan PT. PRIA dengan Etika Bisnis?

1.3 Tujuan

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memahami tentang studi
kasus pencemaran limbah yang dilakukan suatu perusahaan dan bagaimana langkah
yang tepat dalam mengatasinya. Selain itu, makalah ini dibuat untuk lebih
mengetahui pengertian dari limbah, limbah B3 dan alur dari pengelolaan limbah
B3.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Limbah serta Kerusakan Akibat Limbah Dari Suatu Perusahaan.

Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Ada beberapa jenis limbah yaitu:

1. Limbah cair: bersumber dari air sabun, atau air deterjen


2. Limbah padat: bersumber dari plastik, kaleng dan kaca.
3. Limbah gas: bersumber dari gas CFC yang merupakan bahan buangan dari gas aerosol.
4. Limbah B3
Limbah B3 merupakan limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya
yang secara langsung atau tidak langsung merusak lingkungan hidup dan kesehatan
masyarakat seperti: aki bekas dan asam sulfat
Pengertian Limbah B3 menurut Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan zat, energy dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat membahyakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya. Yang termasuk
limbah B3 antara lain bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi
karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 apabila
memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut, yaitu: mudah meledak, mudah terbakar,
bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, korosif, dan lain-lain, yang bila diuji
dengan toksikologi (pemahaman mengenai pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi
organisme hidup) dapat diketahui termasuk limbah B3.

6
Di Indonesia, saat ini banyak sekali perusahaan-perusahaan yang membuang
limbah hasil produksi mereka secara sembarangan. Contohnya saja di Jawa Barat, menurut
laporan dari petugas Citarum Harum pada tahun 2018 setidaknya terdapat kurang lebih 20
perusahaan yang terbukti masih membuang limbah ke sungai Citarum. Hal ini disebabkan
karena perusahaan tersebut memiliki IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) tetapi tidak
dikelola dengan baik untuk memangkas pengeluaran limbah dan memperbanyak
keuntungan sehingga perusahaan tersebut tidak memaksimalkan IPAL (Instalasi
Pengelolaan Air Limbah) dengan baik. Perilaku dari perbuatan perusahaan-perusahaan
tersebut mengakibatkan sungai Citarum menjadi tercemar dan mengakibat warga tidak
dapat memanfaatkan sungai tersebut dengan baik seperti sebelumnya.

2.2 Sistem Pembuangan serta Pengelolaan Limbah yang Baik dan Benar bagi Suatu
Perusahaan.

Untuk meciptakan hubungan yang harmonis antara kemajuan bisnis khususnya


usaha industri dan juga kelestarian lingkungan, maka sangat diperlukannya kesadaran yang
utuh dari para pelaku bisnis untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang limbah
apalagi limbah B3 ke sembarangan tempat. Mayoritas pabrik atau perusahaan tidak
menyadari, bahwa limbah yang dihasilkan termasuk dalam kategori limbah B3, sehingga
limbah dibuang begitu saja ke sistem perairan tanpa adanya proses pengolahan. Pada
dasarnya prinsip pengolahan limbah adalah upaya untuk memisahkan zat pencemar dari
cairan atau padatan. Walaupun volumenya kecil, konsentrasi zat pencemar yang telah
dipisahkan itu sangat tinggi. Selama ini, zat pencemar yang sudah dipisahkan
atau konsentrat belum tertangani dengan baik, sehingga terjadi akumulasi bahaya yang
setiap saat mengancam kesehatan manusia dan keselamatan lingkungan hidup. Untuk
itu limbah B3 perlu dikelola antara lain melalui pengolahan limbah B3.

7
Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan oleh para pelaku bisnis industri agar
dapat mengolah limbah hasil produksinya dengan baik dan benar. Kegiatan Pengolahan
limbah khususnya limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan serta
penimbunan hasil pengolahan limbah tersebut. Dalam rangkaian kegiatan tersebut terkait
beberapa pihak yang merupakan mata rantai dalam pengolahan limbah tersebut, yaitu:

a. Reduksi Limbah B3: Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan
mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan
b. Penyimpanan Limbah B3: kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil
dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3
dengan maksud menyimpan sementara
c. Pengumpulan Limbah B3: kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3
dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat dan/atau
pengolah dan/atau penimbun limbah B3
d. Pengangkutan Limbah B3: kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil dan/atau dari
pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/ atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau ke
pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3
e. Pemanfaatan Limbah B3: kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau penggunaan
kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3
menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan dan
kesehatan manusia
f. Pengolahan Limbah B3: proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3
untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun
g. Penimbunan Limbah B3: kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu fasilitas
penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan
hidup

8
Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas. maka mata rantai siklus
perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir
oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan
limbah B3 dikendalikan dengan system manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan system
manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan
ke dalam proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki persyaratan
lingkungan.

Gambar 1.1 Alur Pegolahan Limbah B3

9
2.3 Studi Kasus PT PRIA yang Merusak Kelestarian Lingkungan

PT. PRIA (PUTRA RESTU IBU ABADI) sesuai dengan surat izin yang tersedia
merupakan sebuah industri yang bergerak di bidang pembuatan batako dan juga kertas. PT PRIA
mulai beroperasi pada tahun 2010 ini terletak di Desa Lakardowo, Kabupaten Mojokerto, Jawa
Timur. Usaha ini berdiri diatas tanah seluas 3 hektare Adanya kasus antara PT PRIA dan juga
masyarakat Desa Lakardowo tentang kerusakan lingkungan diawali dengan adanya sosialisasi dari
PT PRIA pada tahun 2010 kepada pengurus serta tokoh masyarakat di Desa Lakardowo, Jetis
Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur namun tidak melibatkan masyarakat setempat. Diketahui oleh
masyarakat di Desa Lakardowo, PT PRIA merupakan sebuah industry yang bergerak di bidang
pembuatan batako serta kertas dan juga sudah tertulis pada surat izin usaha. Namun, ternyata
perusahaan yang beroperasi adalah perusahaan pengolah bahan limbah B3. Hal ini dinilai janggal
oleh masyarakat karena diduga bahwa keterangan produksi batako sengaja tertulis di surat
perizinan untuk kelancaran perizinan. Pembuangan limbah oleh PT PRIA berupa limbah padat
dilakukan setahun setelah adanya sosialisasi yaitu pada tahun 2011. Pembuangan limbah tersebut
dilakukan dengan menggunakan truk colt diesel di sekitar Dusun Kedung Palang dan Sambi
Gempol. Kedua kawasan tersebut berdekatan dengan desa Lakardowo. Limbah tersebut diangkut
dengan jumlah yang sangat banyak. Pembuangan limbah tersebut berlangsung hingga pertengahan
tahun 2011. Selain itu di tahun 2011, dilakukan pembangunan gudang-gudang di Dusun Kedung
Palang dan Sambi Gembol.

Limbah B3 yang didatangkan oleh PT PRIA dari 1.200 lebih industri, rumah sakit, dan
klinik kesehatan se-Jawa Timur itu, ditimbun ke sumur dalam (deep well injection) dengan
kedalaman 30 meter.

 Dampak yang dirasakan oleh warga sekitar:

Pembuangan limbah oleh PT. PRIA yang dilakukan sejak 2011 meresahkan masyarakat.
Pada tahun 2016, terdapat lima dusun di Desa Lakardowo yang merasakan dampaknya, yakni
Dusun Sambigembol, Dusun Kedung Palang, Dusun Sumber Wuluh, Dusun Selang dan Dusun

10
Greol. Berbagai gangguan dialami masyarakat seperti gangguan debu, polusi suara, dan bau
menyengat dari lokasi pembuangan limbah padat. Warga mengaku mengalami penyakit kulit
berupa gatal-gatal karena telah memakai air sumur yang sudah terkontaminasi limbah. Anak-anak
menjadi pihak yang paling terkena dampak tersebut. Selain itu, warga juga mengalami gangguan
pernafasan.

Pada tahun 2016 sebanyak 60 persen air sumur di Kabupaten Mojokerto tercemar air.
Pencemaran air mengakibatkan 432 warga desa Lakardowo terkena penyakit dermatitis pada
November 2016 hingga Januari 2017. Pencemaran air akibat limbah juga berdampak kepada
pertanian warga. Lahan pertanian seperti cabai dan jagung milik warga menjadi kering dan bahkan
berubah warna hitam.

2.4 Penyelesaian Kasus PT PRIA dengan Warga Desa Lakardowo

Masyarakat melaporkan kepada DPRD Kabupaten Mojokerto mengenai hal ini, tetapi
laporan tidak direspon oleh DPRD. Aksi unjuk rasa dilakukan pada Oktober 2013 dengan dua
tuntutan, yaitu menutup pabrik dan melakukan pembersihan limbah yang dibuang PT. PRIA.
Sebulan setelah aksi, mediasi pun telah dilakukan antara PT. PRIA dan warga. Alhasil dicapai
kesepakatan bahwa PT. PRIA tidak akan membuang dan menimbun limbah. Walaupun sudah
menandatangani kesepakatan, pihak PT PRIA melanggar perjanjian dengan tetap membuang
limbah. Pada 24 Febuari 2016, mediasi dilakukan lagi antara warga dengan pihak PT. Pria. Tetapi
mediasi juga tidak berhasil menghasilkan penyelesaian.

Prigi Arisandi selaku Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Ecoton mengatakan kepada
CNN bahwa pada Agustus 2016, Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan (KLHK) telah
melakukan kebohongan publik. KLHK menyatakan bahwa data mengenai pencemaran lingkungan
di Desa Lakardowo tidak sesuai dengan keadaan lapangan, yaitu tidak ada kontaminasi
pencemaran limbah yang disebabkan PT PRIA. Pencemaran pada sumur diakibatkan karena ulah
dari warga sendiri. Namun, pada Oktober 2016, KLHK memberikan data terbaru bahwa terdapat
pencemaran limbah di Desa Lakardowo.

Sampai pada tahun 2019, ternyata permasalahan limbah di Desa Lakardowo masih terus
berlangsung. Warga masih berjuang untuk menghentikan kegiatan pembuangan dan penimbunan

11
limbah B3 yang dilakukan PT. PRIA. Warga menuntut agar pemerintah mencabut surat izin PT
PRIA dan pertanggung jawaban pihak perusahaan untuk pemulihan kerusakan lingkungan.

 Hubungan Kerusakan Lingkungan yang dilakukan oleh PT. PRIA dengan Etika
Bisnis

Tindakan yang dilakukan oleh PT PRIA yaitu tindakan dalam membuang limbah
B3 secara sembarangan merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan pendekatan dasar dalam
merumuskan tingkah laku etika bisnis. Salah satu pendekatan tersebut adalah Utilitarian Approach
yang memiliki arti bahwa setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensi. Oleh karena itu,
dalam bertindak pelaku usaha seharusnya mengikuti aturan serta cara-cara yang dapat memberikan
manfaat baik kepada perusahaan maupun kepada masyarakat di sekitarnya yaitu dengan memberi
manfaat sebesar-besarnya dan tidak membahayakan masyarakat sekitar. Tentu saja perbuatan yang
dilakukan oleh PT PRIA merupakan hal yang tidak boleh ditiu oleh pelaku usaha lain karena hal
tersebut sangat merugikan masyarakat khususnya di desa Lakardowo.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam proses produksi suatu bisnis, tidak jarang akan menimbulkan pecemaran
lingkungan dan juga polusi, baik polusi air, udara, hingga polusi suara. Banyak pelaku
bisnis di Indonesia yang telah melakukan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) dan wujud nyata dari AMDAL ini adalah pengelolaan limbah hasil produksi
industri yang sedemikian rupa dan sesuai dengan aturan sehingga limbah tersebut tidak
merugikan masyarakat sekitar. Namun, dalam hal ini, masih banyak pula perusahaan-
perusahaan di Indonesia yang belum menyadari atau bahkan mengabaikan
tanggungjawabnya terhadap pengelolaan limbah produksi mereka. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya perhatian dan kesadaran dari para pelaku bisnis terhadap lingkungan. Seperti
salah satu contoh studi kasus yaitu PT PRIA yang melakukan pengolahan limbah tidak
sesuai dengan aturan yang ada. Hal ini menyebabkan masyarakat sekitar terkena
dampaknya seperti gatal-gatal, sesak nafas, hingga berdampak pada kebun atau pertanian
miliki masyarakat desa Lakardowo dan sekitarnya. Hal ini jelas bukan merupakan sebuah
etika bisnis yang baik dan juga bukan merupakan bentuk tanggungjawab social dari suatu
bisnis. Bisnis yang baik adalah bisnis yang mampu memberikan manfaat bagi
perusahaannya sendiri melalu kegiatan usaha untuk meraih keuntungan dan juga seimbang
dengan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada masyarakat seperti dengan
menjaga lingkungan daerah tersebut sehingga tidak ada limbah yang sampai merugikan
masyarakat sekitar perusahaan tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://www.indeksberita.com/limbah-b3-pt-pria-lima-tahun-hantui-penduduk-
desa-lakardowo/
https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/tata-cara-pengelolaan-limbah-b3-
63
https://mediaparahyangan.com/desa-lakardowo-pembuangan-limbah-
berbahaya-b3-merugikan-warga/2019/01/
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pendekatan-dan-prinsip-etika-bisnis-dalam-
perusahaan/
https://blog.ruangguru.com/apa-saja-jenis-limbah

https://banucare.blogspot.com/2017/04/kegiatan-pengelolaan-limbah-b3-
diatur.html
https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/tata-cara-pengelolaan-limbah-b3-63
(https://id.wikipedia.org/wiki/Limbah#Pengolahan_limbah)
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Limbah)
https://jabar.tribunnews.com/2018/05/14/ada-20-an-perusahaan-yang-terbukti-masih-membuang-
limbah-ke-citarum

14
15
16
17
18
19
20
21

Anda mungkin juga menyukai