Anda di halaman 1dari 11

‘’ ETIKA LINGKUNGAN KEWIRAUSAHAAN SOSIAL ’’

Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kawirausahaan, Koprasi, dan UMKM

Dosen Pengampu : Lili Bariadi

Gambar

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Khoirul Fajar [ 11180530000 ]

Muzammil Fatah [ 11180530000]

Mubasarotul Mundiah [ 11180530000102]

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH 4B

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalsh ini yang berjudul “Etika Lingkungan Kewirausahaan
Sosial“. Makalah ini kami susun,dalam rangka untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Kewirausahaan,
Koperasi, dan UMKM.

Atas dukungan baik moral dan materi,kami juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang turut
serta membantu kami dalam penyelesaian meyusun penulisan makalah ini, sehingga juga dapat menjadi
panduan untuk siapapun yang ingin mendalami tentang kewirausahaan ini.

Kami menyadari bahwa suatu karya dibidang apa pun tidak terlepas dari kekurangan. Oleh sebab
itu , penulis sangat mengharapkan keritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaatmaupun ispiras terhadap
pembaca, Terima Kasih.

Ciputat, 18 febuari 2020

penulis
DAFTARISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................…...
KATA PENGANTAR...............................................................................................…...............1
DAFTAR ISI.............................................................................................................…………...2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi etika kewirausahaan..........................................................................4
2. kewirausahaan dan organisasi kriminal ( organized cime )...............................5
3. etika dalam persilangan budaya bisnis...........................................................6
4. kewirausahaan sosial………………………….................................................7
5. Ecopreneurs………………...................................................................12
6. Kewirausahaan di kalangan masyarakat kurang beruntung……………………
BAB.III.PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................13
B. Saran....................................................................................................................13
DAFTARPUSTAKA...................................................................................................................14
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman definisi etika kewirausahaan ?
2. Apa yang di maksud kewurausahaan dan organisasi criminal ?
3. Bagaimana etika dalam persilangan budaya bisnis ?
4. Apa pengertian dari kewirausahaan sosial ?
5. Apa pengertian dari Ecopreneurs ?
6. Apa itu Kewirausahaan di kalangan masyarakat kurang beruntung ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai memenuhi tugas mata kuliah
kewirausahaan, koperasi, dan UMKM dan memberikan informasi kepada mahasiswa tentang
betapa pentingnya mempelajari etika lingkungan kewirausahaan sosial.
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Definisi Etika Kewirausahaan


2. Kewirausahaan dan Organisasi Kriminal
3. Etika dalam Persilangan Budaya Bisnis
4. Kewirausahaan Sosial
5. Ecopreneurs

Ecopreneurs adalah wirausahawan yang telah melihat peluang di lingkungan untuk


memulai bisnis yang mendukung keberlanjutan. Mereka peduli pada generasi masa depan
yang menghadapi konsekuensi penyalahgunaan alam oleh generasi sebelumnya. Mereka
sensitif untuk menjaga keseimbangan ekologis sambil menghasilkan uang dengan solusi
inovatif. Ecopreneur dapat diartikan juga sebagai entrepreneur yang memfokuskan diri
kepada perjuangan yang ramah lingkungan, mencoba melaksanakan bisnis yang
mempersembahkan laba kepada lingkungan. Mereka memproduksi barang-barang yang
ramah lingkungan dan segala acara memproduksi barang tersebut dengan cara yang
memperhatikan kelestarian Iingkungan.

Isu wacana lingkungan ketika ini menjadi perhatian pokok setiap elemen bangsa di
seluruh dunia. Isu tersebut sangat sensitif bagi masyarakat. Apalagi, ketika ini sebagian
masyarakat sudah bersedia membeli suatu produk dengan harga yang sedikit lebih mahal
asalkan produk tersebut ramah lingkungan.

Bisnis yang ramah lingkungan sering diistilahkan dengan bisnis hijau (green bisnis).
Bisnis tersebut ketika ini tumbuh dengan sangat pesat, dan mempersembahkan laba yang
menjanjikan bagi orang yang memeloporinya. Bahkan kini, tidak sedikit negara sudah
mempersembahkan insentif khusus kepada para pelaku bisnis yang fokus menghasilkan
produk-produk ramah lingkungan.

Dalam jangka panjang ecopreneur akan menjadi tuntutan zaman bagi semua entrepreneur
di dunia ini, bahkan sebagian orang meyakini bahwa bisnis ecopreneur yaitu bisnis yang
sangat prospektif dan menjanjikan di masa mendatang. Contoh bisnis yang berfokus pada
upaya pelestarian lingkungan hidup seperti pengolahan sampah, reklamasi pantai, dan
penghijauan, pemanfaatan berbagai limbah dan lain sebagainya. ( Budhi Wibowo, Menembus
Pasar Ekspor, Jakarta, PT Elek Media Komputindo, 2010, hal 27)

Tentu saja salah satu kejahatan terburuk di dunia adalah pemanasan global, di masa lalu
beberapa pengusaha hanya mencoba untuk menyangkal masalah pelanet ini. Paling buruk
mereka mengeksploitasi pemulihan langka bahkan lebih intensif sehingga mereka bisa
mendapatkan bagian yang adil sebelum sumber daya benar-benar habis. Tentu saja itu hanya
memperburuk masalah, untuk mengatasi perilaku ini pemerintahaan telah menetPKn
serangkaian peraturan yang semakin membingungkan untuk membatasi akses lingkungan
seperti itu. Ini pada gilirannya meningkatkan biaya kepatuhan pada perusahaan wirausaha.
Yang mengarah ke spiral ke bawah yang tajan karena resistensi bisnis terhadap regulasi
mengarah pada lebih banyak tekanan pemerintah, yang pada gilirannya menciptakan lebih
banyak perlawanan. Untungnya bagi kita di abad ke-21,sekelompok wirausaha yang
berkembang telah menyadari bahwa pendekatanramah lingkungan tidak harus diterjemahkan
ke dalam garis bawah yang lebih tinggi. Bahkan hal itu dapat mengarah pada peningkatan
keuntungan. Perusahan wirausaha dapat memperoleh daya saing denganmengurangi biaya
dengan mengurangi otput polusi dan mengurangi bahan baku yang mereka gunakan
menumbuhkan loyalitas pelanggan yang lebih besar dengan memenuhi permintaan barang
ramah lingkungan menciptakan lingkungan yang diinginkan untuk bekerja, sehingga
membuat perekrutan lebih mudah dan mampu mempertahankan staf yang terlatih.
(Referensi buku bapaknya)

Banyak perusahaan yang menggunakan prinsip-prinsip ecopreneurship menggabungkan


desain produk yang berkelanjutan. Desain produk yang menggabungkan keberlanjutan dapat
terjadi pada setiap tahap bisnis, termasuk ekstraksi bahan, logistik, proses pembuatan,
pembuangan, dll. Desain produk yang berkelanjutan dapat dicapai dengan menggunakan
teknologi inovatif (atau eko-inovasi ), desain cradle to cradle, bio- mimikri, dll. Dalam
deskripsi oleh pemerintah departemen Kanada tentang Inovasi, Ilmu Pengetahuan dan
Pengembangan Ekonomi, desain produk berkelanjutan dijelaskan lebih lanjut:

"Desain produk menawarkan kesempatan untuk menggabungkan atribut hijau dan


bertanggung jawab secara sosial ke dalam suatu produk. Disebut sebagai Desain untuk
Keberlanjutan (D4S), itu adalah proses yang membahas pertimbangan lingkungan dan sosial
pada tahap awal proses pengembangan produk untuk meminimalkan lingkungan negatif. dan
dampak sosial sepanjang siklus hidup produk dan untuk mematuhi prinsip-prinsip
keberlanjutan ekonomi, sosial dan ekologis.''

Desain produk yang berkelanjutan dapat mencakup pemilihan bahan, penggunaan sumber
daya, persyaratan produksi dan perencanaan untuk disposisi akhir (daur ulang, penggunaan
kembali, remanufakturing, atau pembuangan) suatu produk. Ini memperhitungkan keadaan
sosial-ekonomi perusahaan dan peluang bagi perusahaan untuk mengatasi masalah sosial
yang terkait dengan kemiskinan, keselamatan, ketidakadilan, kesehatan dan lingkungan kerja.
Ini bukan metodologi yang berdiri sendiri tetapi harus diintegrasikan dengan desain produk
perusahaan yang sudah ada sehingga parameter lingkungan dan sosial dapat diintegrasikan
dengan atribut produk tradisional seperti kualitas, biaya, dan fungsionalitas.

Beberapa contoh cara untuk mengimplementasikan desain produk berkelanjutan meliputi:


1) Merampingkan desain : gunakan lebih sedikit bahan, temukan bahan pengganti yang
berkelanjutan.
2) Mendapatkan kelestarian bahan : pilih sumber daya yang ekstraksinya tidak berbahaya
bagi lingkungan sekitarnya dan gunakan metode ekstraksi yang paling ramah lingkungan.
3) Mengurangi material : mengurangi berat material atau volume transportasi.
4) Mengoptimalkan produksi : gunakan teknik produksi dengan sesedikit mungkin efek
samping lingkungan yang berbahaya seperti pelepasan bahan kimia beracun, kurangi
limbah dan emisi.
5) Meningkatkan distribusi : gunakan lebih sedikit atau kemasan yang dapat digunakan
kembali , transportasi dan distribusi produk lebih efisien.
6) Potong dampak : kurangi konsumsi energi, gunakan sumber energi yang lebih bersih
seperti panel surya atau tenaga angin.
7) Memperpanjang usia : meningkatkan daya tahan dan keandalan produk, menawarkan
layanan perbaikan, re-purpose rusak atau produk yang tidak digunakan.
8) Mengelola limbah : menerapkan program daur ulang atau menggunakan kembali, produk
daur ulang, buang dengan aman.

https://en.wikipedia.org/wiki/Ecopreneurship

6. Kewirausahaan dikalangan Masyarakat Kurang Beruntung

Pendapatan masyarakat yang rendah dan tingkat populasi penduduk yang tinggi menjadi
suatu permasalahan yang harus diatasi oleh pemerintah negara berkembang dalam upaya
mensejahterakan rakyatnya. Di kota besar seperti Jakarta yang terhitung pendududknya sangat
padat, keadaan seperti ini sudah menjadi pemandangan umum.

Banyak orang yang hidup kurang beruntung terpaksa hidup sebagai pemulung sampah.
Karena pendapatan yang diperolehnya sangat rendah, anaknya tidak dapat disekolahkan sehingga
tingkat kecerdasan anak tersebut tidak berkembang.

Hal ini juga menimbulkan kesenjangan ekonomi yang tajam antara orang yang
berpenghasilan tinggi dan orang yang berpenghasilan rendah. Hal ini menyebabkan kemerosotan
perekonomian di Negara Indonesia.

Jika di biarkan keadaan perekonomian Negara Indonesia seperti itu terus maka semakin
lama Negara akan semakin miskin dan terbelakang, serta berdampak pada keamanan nasional
akan terganggu. Maka dari itu peran kewirausahaan sangat diperlukan untuk pertumbuhan
perekonomian di Indonesia.

Negara membutuhkan lebih banyak orang yang berwirausaha. Jumlah pengusaha sangat
perlu diperbanyak untuk menggerakan perekonomian nasional. pengusaha memiliki
kecenderungan untuk terus berinovasi dan memunculkan teknologi baru untuk memenangkan
persaingan pasar dan meningkatkan daya saing bangsa. Selain itu, juga menciptakan banyak
lapangan kerja sehingga angka pengangguran dapat ditekan.

https://www.kompasiana.com/rachelfasya1167/5b012be7caf7db06ed5f1cb6/
meningkatkan-kewirausahaan-masyarakat-indonesia-apakah-bisa

Maka dari itu peran kewirausahaan sangat diperlukan untuk pertumbuhan perekonomian
di Indonesia. Mengapa? Ada beberapa alasan mengapa kewirausahaan dikatakan sebagai faktor
yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia
Kewirausahaan juga memiliki peranan penting untuk menjadikan masyarakat lebih
kreatif dan mandiri. Di Indonesia sendiri jumlah wirausahawan adalah sebesar 19,3% dari jumlah
total penduduk dewasa. Dengan adanya kewirausahaan masyarakat dapat mempunyai
kemampuan untuk menciptakan dan menyediakan produk yang bernilai tambah atau inovasi-
inovasi yang baru sehingga dapat menjadikan masyarakat lebih kreatif dalam menyampaikan ide-
ide dan kreasinya, mereka bisa menciptakan barang yang dirasa perlu dan penting untuk
kesejahteraan masyarakat itu sendiri sehingga tidak perlu menimpor dari luar negeri. Selain itu
masyarakat tidak tergantung dengan pemerintah seperti tenaga kerja negri (PNS) yang masih di
gaji oleh pemerintah, bahkan seorang wirausaha akan mendatangkan omset yang akan di berikan
ke negara melalui pajak. Secara tidak langsung kesejahteraan ekonomi masyarakat bisa stabil.

https://www.kompasiana.com/riki1987/551fd72f813311f3379df4df/kewirausahaan-di-
indonesia-mempengaruhi-perekonomian

Hambatan-hambatan yang dihadapi orang-orang yang kurang beruntung ketika mereka


mempertimbangakn pilihan untuk berwirausaha antara lain sebagai berikut.

 Sosial dan individu : Kurang atau tidak cukupnya makanan,tempat tinggal atau pakaian,
cacat, masalah keuangan dan stress terkait, lingkungan keluarga yang sulit atau tanggung
jawab keluarga yang berat, tingkat percaya diri yang rendah, masalah keaksaraan, tingkat
pendidikan dan kualifikasi formal yang rendah, kurangnya keterampilandan kualifikasi
yang di butuhkan untuk pekerjaan, pengalaman negative pendidikan, maslah
penyalahgunaan narkoba atau alcohol,dan pencabutan hak dari proses demokrasi.
 Geografis : Isolasi pedesaan, lingkungan perkotaan yang kurang beruntung dengan
pengangguran antargenerasi, dan kurangnya akses lokal kepelatihan dan peluang
pendidikan.
 Komunitas: Kurangnya pendekatan lokal yang kohesif untuk memungkinkan transisi ke
pekerjaan; kurangnya jaringan modal sosial dengan mereka yang bekerja; dan defisit
informasi terkait pelatihan dan kesempatan kerja.
 Budaya: Hambatan bahasa yang dialami oleh imigran dan pengungsi; perbedaan budaya
yang dialami oleh imigran dan pengungsi; pengalaman rasisme di pihak etnis minoritas;
dan pengalaman diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, ras, kelas, agama, usia, orientasi
seksual, kecacatan atau status keluarga.
 Ekonomi: Sedikit atau tidak ada pekerjaan yang tersedia; kurangnya penyediaan
pengasuhan anak untuk memungkinkan mereka yang memiliki anak-anak bekerja; dan
disinsentif untuk pekerjaan yang timbul dari sistem kesejahteraan / pajak.
 Politik dan struktural: Kurangnya ketentuan negara untuk layanan dan infrastruktur
sosial: kebijakan pemerintah membatasi kelayakan untuk program pelatihan; kurangnya
informasi aksesibilitas tentang hak dan masalah kewarganegaraan; dan kendala pada hak
untuk bekerja bagi pencari suaka.
 Organisasi: Pelatihan organisasi dan pengusaha menggunakan praktik rekrutmen terbatas;
organisasi pelatihan yang memiliki kriteria kelayakan terbatas, pendekatan pelatihan,
tempat dan struktur; melatih organisasi yang tidak memiliki dukungan sosial untuk
peserta pelatihan; dan program pelatihan dan pemberi kerja yang kurang memiliki
kelekatan dengan kelompok klien.
Intinya adalah bahwa menjadi orang yang kurang beruntung sebenarnya bisa membuat
seseorang menjadi lebih berwirausaha. Sebagai contoh, Scase dan Goffee menyarankan
bahwa 'wirausahawan mungkin lebih mungkin muncul dari kelompok-kelompok dalam
masyarakat yang kurang atau marjinal; yaitu, kelompok-kelompok yang didiskriminasi,
dianiaya, dipandang rendah atau dieksploitasi secara luar biasa. Beberapa penelitian bahkan
melihat pengusaha dalam konteks karakter yang terpinggirkan. Shapero menyebut masalah
pengusaha sebagai orang terlantar. Ini sesuai dengan apa yang disebut teori marginalitas
sosial yang dikemukakan oleh Stanworth dan Curran, yang mengemukakan bahwa
ketidaksesuaian antara atribut personai individu yang dirasakan istimewa dan posisi yang
dipegang seseorang dalam masyarakat mungkin mendorong mereka untuk berwirausaha.
Hagen menyarankan bahwa ketika perilaku suatu kelompok tidak diterima atau di mana suatu
kelompok didiskriminasi, maka akan terjadi disequilibrium psikologis. Ini mungkin
mendorong seseorang untuk berperilaku giat untuk mengimbangi ketidakseimbangan ini.
Tentu saja, teori-teori ini tidak memperhitungkan pengusaha, tetapi merupakan hipotesis yang
menarik untuk berpikir bahwa orang yang kurang beruntung akan lebih mungkin untuk
memulai usaha baru daripada orang lain. Di negara maju ini biasanya merujuk pada
kelompok-kelompok seperti perempuan, pemuda, masyarakat adat dan imigran; misalnya,
orang Afrika-Amerika di New Orleans, perempuan imigran India di London, atau orang Cina
perantauan yang tinggal di Singapura. Tapi itu juga bisa berarti pengusaha gay di Sydney
atau San Francisco, pengusaha Palestina di Teluk, atau bahkan minoritas agama yang giat
seperti Sikh di Au stralia. Tidak ada bab yang bisa secara efektif membahas semua kisah
yang menarik ini. Tapi inilah sedikit pelangi dari pengusaha yang kurang beruntung:

 Pengusaha pariwisata di Kerala: Negara bagian Kerala di India mengakui bahwa


kurangnya keterampilan wirausaha di antara penduduk asli menghambat perkembangan
ekonomi. Jika Kerala harus melestarikan dan mempertahankan aset alam dan budayanya,
para pengusaha lokal harus meningkatkan keterampilan mereka. Transformasi rumah
perahu asli menjadi predikat pariwisata mewakili ilustrasi inovasi dan perusahaan
Pribumi yang berpotensi menambah nilai bagi masyarakat dan ekonomi setempat. Daya
tariknya telah diperkuat oleh hambatan masuk yang relatif rendah, dikombinasikan
dengan permintaan akan pendekatan modern, yang lebih bertanggung jawab secara sosial
terhadap liburan. Selain itu, telah merevitalisasi industri dan kerajinan tradisional dan
memperkuat sistem sosial dan tradisi budaya.
 Dhivehis dari Maladewa: Tidak ada perusahaan keuangan, bank investasi atau bank
dagang di Maladewa. Negara ini juga tidak memiliki pasar saham. Namun, dengan
sedikit pendidikan formal, pengusaha Dhivehi, orang-orang yang tidak terampil
menggunakan teknologi sederhana, menjalankan fungsi ekonomi yang penting. Mereka
tidak menganggap kurangnya infrastruktur formal atau kurangnya modal sebagai kendala.
Mereka juga tidak peduli dengan risiko. Sementara pulau-pulau berkembang pesat di
ekonomi pasar subsisten, ibu kotanya adalah kota usaha kecil. Pengangguran tidak
pernah melebihi 1 persen dan rata-rata orang Dhivehi adalah yang terkaya di wilayah ini.

(referensi buku bapaknya)


BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai