Anda di halaman 1dari 17

STUDI KASUS

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Bisnis

Disusun oleh :
Ni Putu Nanda Pramesti Nata Putri (1907511131)
Maria Regina Hilda Bunga Verena (1907511134)
Ida Ayu Putu Widyastari Dewi (1907511135)
Boby Hanafi Sembiring (1907511153)
A.A.Sg. Diah Suta Narawinda (1907511159)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Studi Kasus” ini
dengan baik.

Makalah ini dapat diselesaikan atas dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada bapak Drs. I Gusti Salit Ketut Netra, M.M selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan tugas ini. Tak lupa kepada semua pihak yang
bersangkutan, kami mengucapkan terimakasih karena telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah
ilmu atau pengetahuan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jimbaran, 08 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................. 2

BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................... 3


A. Bisnis dan Lingkungan Bisnis ................................................ 6
B. Tanggung jawab Sosial Suatu Bisnis ..................................... 7
C. Bisnis Internasional ................................................................ 8
D. Bentuk – Bentuk Badan Usaha .............................................. 9
E. Hubungan Perusahaan dan Bank .......................................... 11

BAB III. PENUTUP ............................................................................... 15


A. Kesimpulan .......................................................................... 15
B. Saran ..................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 17


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan penelitian adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan atau
memecahkan permasalahan yang dihadapi, dilakukan secara ilmiah, sistematis dan
logis, dan menempuh langkah-langkah tertentu. Dalam penelitian di bidang apa pun
pada umumnya langkah-langkah itu mempunyai kesamaan, walaupun dalam
beberapa hal sering terjadi pelaksanaannya yang dimodifikasi oleh peneliti yang
bersangkutan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Adapun studi kasus
termasuk kedalam fase perencanaan penelitian yang diawali dengan kegiatan
memilih masalah secara operasional dan membuat pembatasan-pembatasan, yaitu
untuk menentukan ruang lingkup masalah yang diteliti. Setelah memilih masalah
penelitian, baru dilakukan studi kasus.
Banyak penelitian yang perencanaannya tidak dilakukan sebagaimana
mestinya. Terdapat kecenderungan di kalangan peneliti untuk menyelidiki sesuai
dengan pergi ke lapangan guna mengumpulkan data tanpa perencanaan yang
matang. Pada waktu hendak mengolah datanya barulah dirasakan adanya
kekurangan-kekurangan dalam penelitian itu secara keseluruhan, sehingga hasil
yang diperoleh tidak memuaskan, baik bagi si peneliti sendiri, maupun bagi pihak
yang akan mempergunakan hasil penelitian tersebut. Oleh karena itu, tidak dapat
disangsikan lagi bahwa studi kasus ini sangat penting artinya untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan.
Bisnis merupakan aktivitas yang selalu ada di sekitar kita dan dikenal oleh
kaum muda hingga kaum tua. Pada era globalisasi saat ini, masyarakat Indonesia
khususnya para mahasiswa masih bingung dengan manfaat dan tujuan dari bisnis
tersebut. Bangsa Indonesia, merupakan bangsa yang memiliki kekayaan alam yang
melimpah jika kita tidak pandai mengatur itu semua, maka bangsa kita akan jatuh
ke dalam keterpurukan dalam hal perekonomian, kemiskinan dan menjadikan negeri
kita gagal atau miskin. Pasti sebagai rakyat Indonesia kita tidak ingin jika hal
tersebut terjadi di negara yang kita cintai.
Secara terminologis, bisnis merupakan sebuah kegiatan atau usaha. Bisnis
dapat pula diartikan sebagai aktivitas terpadu yang meliputi pertukaran barang, jasa
atau uang yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dengan maksud memperoleh
manfaat atau keuntungan. Dengan demikian, bisnis merupakan proses social yang
dilakukan oleh setiap individu atau kelompok melalui proses penciptaan dan
pertukaran kebutuhan dan keinginan akan suatu produk tertentu yang memiliki nilai
atau memperoleh manfaat atau keuntungan.
Dalam menghadapi persaingan dalam dunia bisnis diperlukan suatu strategi
yang tepat guna memenangkan persaingan tersebut. Strategi di tingkat operasional
akan memegang kendali utama terlaksananya tujuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Memberikan perhatian kepada lingkungan merupakan cara terbaik
untuk merumuskan strategi yang akan diterapkan guna menghadapi persaingan.
Lingkungan Internal berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh
perusahaan. Lingkungan eksternal adalah lingkungan umum serta lingkungan
industri di luar internal perusahaan yang merupakan suatu peluang atau hambatan
bagi perusahaan. Lingkungan tidak hanya semata-mata merefleksikan lingkungan
ekologi, tetapi juga menjelaskan gambaran keseluruhan terhadap kekuatan
lingkungan eksternal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian dari lingkungan bisnis ?
2. Bagaimana analisis terhadap lingkungan umum ?
3. Bagaimana Hubungan Bisnis dan Lingkungan ?
4. Apakah saja yang termasuk lingkungan bisnis ?
5. Apa saja faktor-faktor yang menentukan lingkungan bisnis ?

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan ini adalah :
1. Mampu memahami pengertian dari lingkungan bisnis.
2. Mengetahui bagaimana analisis terhadap lingkungan umum.
3. Mampu menjelaskan hubungan bisnis dan lingkungan.
4. Mampu memahami apa saja yang termasuk lingkungan bisnis.
5. Mampu Memahami faktor-faktor yang menentukan lingkungan bisnis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. STUDI KASUS : BISNIS DAN LINGKUNGAN BISNIS


“Mengapa Gerai Indomaret dan Alfamart Selalu Berdekatan?”
1. Adu persaingan
Seolah dalam sebuah pertandingan, Indomaret dan Alfamart saling
menunjukkan taringnya untuk merebut hati konsumen. Keberadaan kedua mini
market yang kerap berdekatan, mengindikasi bahwa persaingan antar keduanya
memang cukup ketat. Alfamart maupun Indomaret tidak mau sama-sama kalah. Dua
mini market tersebut tidak keberatan saling bersaing dalam wilayah yang sama
untuk menunjukkan eksistensi masing-masing.
2. Membidik pasar yang lebih luas
Di mana ada pembeli, maka di situ ada penjual. Hal ini tentu saja tidak
dilewatkan oleh Indomaret maupun Alfamart. Membidik pasar yang lebih luas tentu
menjadi strategi marketing yang diluncurkan oleh keduanya, walaup pasar yang
harus mereka jangkau adalah pasar sama di wilayah yang sama.
3. Pasar yang sangat besar
Bisnis retail memang menjanjikan pasar yang tidak ada habisnya. Kebutuhan
masyarakat akan makanan, minuman, produk kebersihan dan sebagainya memang
tidak akan pernah mengalami penyusutan. Bahkan dari waktu ke waktu, kebutuhan
tersebut semakin meningkat seiring berubahnya gaya hidup, dan juga naiknya
pendapatan masyarakat. Hal itulah yang menjadikan Indomaret dan Alfamart tidak
takut bersaing di tempat yang sama. Karena keduanya sama-sama tahu, bahwa pasar
yang mereka bidik adalah pasar yang sangat besar. Kehabisan konsumen tidak akan
pernah menjadi kendala yang mereka takuti, karena memang hal tersebut tidak akan
terjadi.
4. Target penambahan gerai yang marathon
Indomaret sebagai market leader (Pemimpin pangsa pasar) dari bisnis mini
market ini telah memiliki lebih dari 3000 gerai, disusul oleh Alfamart sebagai
kompetitor utama. Walau telah menjadi ikon dari keberadaan mini market di
Indonesia, keduanya tidak henti melebarkan sayap kejayaannya. Baik Indomaret
maupun Alfamart memiliki target penambahan gerai yang tidak tanggung-
tanggung. Keduanya seakan melakukan marathon dalam pembukaan gerai, tidak
peduli walau gerai baru harus dibuka berdekatan dengan sang pesaing.
5. Mengusung keunggulan yang berbeda
Sekilas Alfamart dan Indomaret terlihat tidak jauh berbeda, apalagi di mata
para konsumen. Keduanya seakan saudara yang memiliki banyak kesamaan. Namun
ternyata keduanya mengakui bahwa mereka memiliki keunggulan masing-masing.
Konsep bisnis yang dibawa berbeda, nilai tambah yang ditawarkan pun berbeda.
Ada yang mengusung keunggulan dari segi harga yang lebih murah, kapasitas toko
yang lebih luas, pelayanan yang lebih ramah, maupun suasana yang lebih nyaman.
Semua hal yang ditawarkan antar kedua toko dianggap menjadi nilai lebih yang
membedakan dengan pesaingnya.

B. STUDI KASUS : TANGGUNG JAWAB SOSIAL SUATU BISNIS


“Tanggung jawab Sosial Industri Rokok”
Dalam hal industri rokok, ada begitu banyak tanggung jawab sosial yang mereka
abaikan. Yang pertama dan utama adalah tanggung jawab terhadap efek rokok pada
kesehatan manusia, baik perokok maupun orang-orang di sekitarnya. Alih-alih
bertanggung jawab, industri rokok cenderung membantah efek rokok terhadap
kesehatan. Mustahil kita bisa menyaksikan ada perusahaan rokok yang menyantuni
perokok yang sakit akibat merokok.
Industri rokok juga tutup mata terhadap perokok di bawah umur. Alih-alih
melakukan usaha mencegah anak-anak remaja merokok, industri rokok justru
menjadikan mereka sebagai target pemasaran. Yang tak kalah penting adalah tata krama
para perokok. Di Indonesia masih sangat banyak perokok mengabaikan tata krama.
Orang bisa merokok di sembarang tempat, seperti dalam angkutan umum, atau tempat
umum. Lalu mereka dengan enteng membuang puntung rokok sembarangan, menjadi
sampah yang mengotori lingkungan. Yang lebih mengerikan, ada banyak perokok yang
dengan enteng menyulut rokok di depan anak-anaknya, menjadikan mereka perokok
pasif.
Apa yang dilakukan industri rokok terhadap hal itu? Tidak ada. Mereka
menghabiskan entah berapa puluh miliar uang setiap tahun untuk berbagai iklan dan
sponsor. Adakah yang memberi pendidikan kepada para perokok? Tidak. Yang terjadi
di Jepang menurut saya bagus untuk dijadikan teladan. Di Jepang kita tidak akan
menemukan iklan rokok dalam siaran TV, dalam arti iklan yang mengajak orang untuk
membeli rokok. Atau, iklan yang membangun citra baik untuk perokok. Perusahaan
rokok Japan Tobacco menyiarkan iklan di TV, tapi tidak untuk mengiklankan rokok.
Perusahaan itu menyiarkan iklan yang mendidik perokok untuk menjaga tata krama
ketika merokok. Misalnya, mengingatkan orang soal bahaya lentingan api rokok atau
gangguan asap bagi orang lain.
Pernahkah itu dilakukan oleh industri rokok Indonesia? Tidak. Mereka tidak
peduli terhadap efek apapun yang terjadi, sebagai akibat produk bisnis mereka. Mereka
lebih fokus pada kegiatan filantropi, melalui klub olah raga, pemberian beasiswa, dan
lain-lain. Kasarnya, mereka menyogok masyarakat dengan sumbangan-sumbangan,
dengan mengabaikan tanggung jawab yang lebih fundamental.

C. STUDI KASUS : BISNIS INTERNASIONAL


“Penyebab Sengketa Impor Daging Ayam antara Indonesia dengan Brasil”
Indonesia tidak berupaya untuk melarang atau membatasi impor daging ayam
atau produk ayam dari negara manapun, termasuk Brasil. Indonesia hanya memastikan
bahwa daging ayam dan produk ayam aman, sehat, dan halal. Upaya Indonesia untuk
memastikan kesehatan dan keamanan produk lebih lanjut telah mengakibatkan
penghentian beberapa langkah yang ditentang oleh Brasil dalam proses ini. Berikut
adalah langkah-langkah Indonesia menghentikan impor daging ayam Brasil ke
Indonesia:
1. Larangan Umum pada Impor Daging Ayam dan Produk Ayam.
2. Larangan Impor Potongan Daging Ayam dan Daging Ayam yang Disiapkan atau
Diawetkan Lainnya (Daftar Positif).
3. Batasan Penggunaan Produk Impor.
4. Prosedur Perizinan Impor Ketat Indonesia.
5. Penundaan yang Tidak Semestinya Sehubungan dengan Persetujuan Persyaratan
Sanitasi.
6. Batasan Pada Transportasi Produk Impor
Dalam perselisihan ini, ketiadaan respons sepenuhnya setelah tujuh tahun
proposal pertama adalah bukti yang jelas bahwa pihak berwenang Indonesia telah secara
tidak adil menunda prosedur untuk memeriksa dan memastikan pemenuhan persyaratan
sanitasi yang akan memungkinkan untuk ekspor produk Brasil.
Keputusan Akhir untuk sengketa impor daging ayam yakni sebagaimana yang
telah dirilis Kementrian Pertanian Republik Indonesia, terdapat 3 (tiga) ketentuan yang
dimenangkan Indonesia karena Brasil dianggap gagal membuktikan ketentuan tersebut
bertentangan dengan perjanjian WTO, yaitu Diskriminasi persyaratan pelabelan halal,
persyaratan pengangkutan langsung, pelarangan umum terhadap impor daging ayam
dan produk ayam. Sedangkan 4 (empat) ketentuan yang dimenangkan oleh Brasil karena
dianggap bertentangan dengan Perjanjian WTO, yaitu Daftar produk yang dapat
diimpor (positif list), persyaratan penggunaan produk impor (itendeduse), prosedur
perizinan impor, penundaan proses persetujuan sertifikat kesehatan veteriner
(unduedelay).
Atas keputusan kemenangan Brasil di WTO, Indonesia dan Brasil bersepakat
untuk tidak melakukan banding. Implikasi dengan tidak dilakukannya banding maka
Indonesia harus menyesuaikan atau mengimplementasikan putusan final Panel WTO
yang akan dilakukan dengan perubahan dan penyederhanaan sebagaimana dalam
Peraturan Menteri Pertanian No. 34 Tahun 2016. Dengan demikian dalam negosiasi
tersebut Brasil menerima tawaran Indonesia untuk tidak mengimpor daging ayam ke
Indonesia karena Indonesia dalam kondisi kelebihan produksi dan mengambil
kesempatan untuk mengekspor daging sapi ke Indonesia dan kerja sama lainnya yang
menguntungkan.

D. STUDI KASUS : BENTUK – BENTUK BADAN USAHA


Tuan X adalah General Manager A Company, sebuah perusahaan perkapalan yang
berbasis di Singapura. Sebagai perusahaan UKM muda yang terus berkembang, Tuan
X menginvestasikan sebagian modal perusahaan untuk promosi di media cetak dan
elektronik, serta melatih kemampuan karyawan melalui berbagai kursus. Untuk
mendukung kerja karyawan, A Company menggunakan komputer dasar (Basic PC)
yang dilengkapi dengan office software. Seperti kebanyakan UKM lainnya, A Company
juga memiliki akses internet yang hanya dapat digunakan secara terbatas di beberapa
PC. A Company memiliki satu buah email resmi yang masih menggunakan domain dari
ISP (Internet Service Provider). Untuk komunikasi dilingkungan karyawan, mereka
menggunakan fasilitas email gratis yang banyak tersedia di internet. Email gratis ini
kadang juga digunakan untuk berkomunikasi dengan supplier dan pelanggan.
Sebagai perusahaan UKM yang terus berkembang cepat, Tuan X mulai berfikir
untuk mengembangkan A Company lebih professional. Harapan Tuan X, calon
pelanggan potensial, pelanggan, supplier dan karyawan lebih mengenal A Company.
Disisi lain, ia juga berharap agar cara yang digunakan lebih efisien, hemat biaya, tetapi
menampilkan sosok perusahaan yang meyakinkan atau bonafit. Tuan X meyakini,
bahwa berkomunikasi menggunakan alamat email atau domain sendiri; promosi melalui
website sendiri; data yang terintegrasi dan dapat diakses disemua komputer perusahaan
akan dapat membawa perusahaan menjadi lebih profesional.
A Company tidak memiliki departemen khusus untuk menangani TI. Untuk
mewujudkan keinginannya, Tuan X meminta bantuan perusahaan khusus TI.
Implementasi TI dikerjakan oleh perusahaan TI (sebagai pemenang tender) dalam
jangka waktu kontrak 1 tahun, Dalam proses implementasi, Tuan X menyerahkan tugas
dan tanggung-jawab kepada bawahannya. Semua karyawan dilibatkan dalam pertemuan
dan diskusi dengan perusahaan pembangun TI. Dari waktu kontrak 1 tahun yang
disepakati, TI yang bisa diimplementasikan adalah pembangunan jaringan komputer,
akses internet, email, dan pembangunan data terpusat. Sedangkan untuk website belum
bisa dikerjakan sepenuhnya karena sebagian besar waktu yang tersedia habis digunakan
untuk menyatukan keinginan para pihak yang terkait dalam implementasi.
Meskipun demikian, sistem yang dibangun mulai dirasakan manfaatnya oleh A
Company. Komunikasi melalui email mulai dapat dilakukan karyawan dengan supplier
dan pelanggan. Pengambilan keputusan sudah mulai bisa dilakukan dengan cepat karena
data yang diperlukan sudah terpusat. Tuan X juga merasakan terjadinya penghematan
dalam penggunaan kertas dan alat tulis, karena perusahaan mulai menerapkan e-
document. Namun demikian, kepuasan Tuan X tidak bertahan lama, karena sistem TI
mulai menimbulkan masalah. Hal itu misalnya terjadi pada email yang mengalami over
quota dan dibanjiri virus, sehingga komunikasi perusahaan dengan pelanggan menjadi
terputus dan komputer perusahaan menjadi rusak. Hal yang terjadi tidak hanya membuat
kerjaan perusahaan menjadi terganggu, tetapi berbagai peluang bisnis menjadi hilang.
Citra perusahaan dimana supplier dan pelanggan menjadi berubah dan A Company
harus menanggung kerugian investasi.
Tuan X baru menyadari bahwa implementasi TI yang dilakukan belum
memberikan hasil positif secara keseluruhan kepada perusahaannya. Ditambah lagi ia
harus menyiapkan budget tambahan untuk memperbaiki sistem jaringan yang rusak.
Kekecewaan Tuan X bertambah ketika budget yang diusulkan dalam proposal
implementasi tidak termasuk biaya perawatan. Tuan X akhirnya memutuskan untuk
menghentikan proyek pengerjaan website, karena TI yang sudah diimplementasikan
merugikan perusahaan dan menghabiskan budget yang sudah dialokasikan sebelum
keseluruhan proyek selesai dilaksanakan. ntungkan kedua belah pihak.
E. STUDI KASUS : HUBUNGAN PERUSAHAAN DAN BANK
“Pembobolan Dana Nasabah Citibank”
Setelah digegerkan oleh kasus Bank Century beberapa waktu lalu, kali ini
Indonesia kembali digegerkan dengan pembobolan dana nasabah Citibank. Direktorat
Tindak Pidana Ekonomi danKhusus Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri
menahan tersangka Inong Malinda Dee berusia 47 tahun yang menjabat sebagai Senior
Relationship Manager di Citibank, karena diduga melakukan tindak pidana perbankan
dan pencucian uang dari uang nasabah yang dipegangnya. Dana nasabah itu lalu
dialirkan ke berbagai rekening milik Malinda maupun perusahaan. Salah satu
perusahaan yang menerima aliran dana itu yakni PT Sarwahita Global Management.
Pejabat Citibank yang diduga turut terlibat mendirikan PT Sarwahita Global
Management (SGM) bersama Malinda Dee telah diberhentikan sementara waktu oleh
pihak Citibank. Pejabat tersebut adalah Reniwaty Hamid.
Sementara itu, dua orang lainnya yang juga diduga turut mendirikan PTSarwahita
Global Management yakni Gesang Situmorang dan Dennis Roy Sangkilawang sudah
tidak lagi menjadi pejabat Citibank. Gesang telah pensiun sementara Dennis telah
mengundurkan diri. Polri menetapkan status saksi pada Reniwati Hamid dalam kasus
pencucian uang dengan tersangka Malinda Dee. Polri mengaku masih fokus kepada
Malinda dan belum membidik direksi PT Sarwahita lainnya. Malinda dilaporkan oleh
Citibank karena adanya pengaduan atau keluhan tiga nasabah bank tersebut yang
kehilangan uang, sehingga total kerugian sementara yang dialami tiga nasabahsebesar
Rp16,6 miliar. Wanita yang lahir di Pangkal Pinang pada 5 Juli 1965, sudah 20 tahun
bekerja di bank milik Amerika Serikat dan telah tiga tahun melakukan aksi kejahatan
perbankan tersebut. Citibank mengakui terbongkarnya dugaan kejahatan pembobolan
dana nasabah oleh Malinda Dee bukan temuan audit internal perusahaan tapi laporan
nasabah.
Direktur Kepatuhan Citibank Yesica Effendi menceritakan kronologi
terbongkarnya kasus ini bermula pada 9 februari 2001 di mana seorang nasabah
menanyakan kepada Malinda Dee tentang berkurangnya dana pada rekening oleh
transaksi yang tidak dikenali. Kepala Divisi Hubungan Masyarakat(Kadiv Humas)
Polri, Irjen Pol Anton Bachrul Alam mengatakan modus yang dilakukan Malinda
dengan sengaja telah melakukan pengaburan transaksi dan pencatatan tidak benar
terhadap beberapa “slip transfer”. Seorang “teller” Citibank yang berinisial D telah
ditetapkan sebagai tersangka dan dua kepala “teller” Citibank Landmark yang berinisial
W dan N sudah dimintai keterangan, sementara pihak-pihak yang diduga terlibat kasus
ini juga terus dikejar. Sedangkansaksi-saksi yang telah diperiksa hingga kemarin ada 25
orang. Anton merinci saksi-saksi itu tigaorang nasabah Citibank yang melaporkan aksi
Malinda ke bank, 18 karyawan Citibank, dan sisanya berasal dari PT Sarwahita Global
Management. Malinda mengatakan, Citibank telah menampung dana pencucian uang
nasabah Malinda selama10 tahun. Dan selama itu pula para atasan Malinda di Citibank
cabang Landmark sangat mengetahui apa yang dilakukan Malinda terhadap uang
nasabahnya. Pasalnya Malinda menjadi perpanjangan tangan nasabah untuk mencuci
uang tabungan tersebut. Malinda akan menawarkan jasa lain dengan memindahkan
rekening nasabah ke bisnis lain seperti asuransi dan produk Citibank lainnya. Dari
pencucian uang nasabah ke bisnis lain, nasabah akan mendapatkan keuntungan.
Kartu identitas (KTP) lebih dari satu jadi sarana Malinda Dee melancarkan aksi
penggelapan dana nasabah dan pencucian uang yang dipraktikkan di delapan bank dan
dua perusahaan asuransi. Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) Yunus Husein mengatakan, pihaknya menemukan 28 transaksi mencurigakan
dengan rekening atas nama Malinda Dee, tersangka penggelapan uang Citibank dan
pencucian uang.Yunus Husein sebelumnya membenarkan ada eks pejabat yang
‘dikerjai’ Malinda. Namun, sang eks pejabat yang kini telah pensiun itu tidak melapor
ke polisi. Sementara itu, Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo memilih merahasiakan
identitas sang eks pejabat itu. Berdasarkan keteranganPolri, ada 3 nasabah Malinda yang
menjadi korban.
Mereka sudah menjalani pemeriksaan. Polri juga pernah menyampaikan total
uang yang dikuras, untuk sementara mencapai Rp 17 miliar. Polri juga sudah menyita 4
mobil mewah dan rekening milik Malinda senilai Rp 11 miliar. Malinda dijerat pasal
pencucian uang dan penggelapan. Mobil mewah masing-masing mobil, Ferrari merah
seri F430 Scuderria, Mercedez Benz warna putih dengan seri E350 dua pintu dan
Ferrari merah bernopol B 125 Dee seri California dan telah dititipkan di Rumah
Penitipan Barang Sitaan (Rupbasan). Mobil disita dari apartemen Pacific Place dan di
Capital Residence, mungkin ada satu mobil yang dikejar yakni Alphard. Selain itu,
diduga Malinda juga memiliki tiga unit apartemen salah satunya di SCBD. Baik mobil
mewah dan apartemen milik Malinda dibeli secara kredit Penyelesaian : Bank Indonesia
(BI) menyatakan telah menghentikan untuk sementara (suspend) penghimpunan
nasabah baru di segmen prioritas Citibank Indonesia (Citi Indonesia), yaitu Citigold
Wealth Management Banking (Citigold). Hal itu dilakukan sebagai sanksi administratif
atas kasus pembobolan dana nasabah senilai Rp 17 miliar oleh seorang relationship
manager (RM) bernama Melinda Dee (MD) alias Inong Malinda. “Kami sudah
melakukan berbagai tindakan untuk mengkaji masalah ini, termasuk mengenakan
sanksi. Saat ini Citigold sudah di-suspend untuk penghimpunan nasabah baru. Namun
nasabah lama dan transaksinya tetap berjalan,” kata Gubernur BI Darmin Nasution
dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di
Jakarta, Rabu (6/4).
Vice President Customer Care Citi Indonesia Hotman Simbolon mengakui,
pihaknya memang sudah menghentikan penghimpunan nasabah baru Citigold sesuai
permintaan BI. Selain karena adanya praktek kolusi untuk membobol dana nasabah,
sanksi tersebut juga diberikan atas kelalaian Citi Indonesia melakukan rotasi untuk
karyawannya. Berdasarkan permintaan BI, bank harus melakukan rotasi secara berkala
untuk menghindarkan potensi fraud. “Memang kami tidak melakukan rotasi RM kami,
karena sangat tidak mudah memindahkan portofolio nasabah dari RM satu ke RM
lainnya. Selain itu, banyak nasabah yang ditangani MD tidak bersedia dipindahkan ke
RM selain MD,” jelas Hotman. Darmin mengatakan, suspend tersebut belum diketahui
kapan akan dicabut, karena masih menunggu hasil review BI dan penyelidikan pihak
Kepolisian. Jika ditemukan bukti-bukti lainnya yang semakin memberatkan, kata dia,
sanksinya bisa berbeda dan bisa lebih berat. Sebagai contoh, pencabutan izin bisnis
private banking/priority banking.
BI juga telah memanggil Chief Country Officer Citi Indonesia Shariq Mukhtar
dan pejabat-pejabat terkait. Selain itu, surat pembinaan atau teguran juga telah diberikan
agar tidak kembali merugikan nasabah. Dalam surat itu, BI juga meminta Citi Indonesia
melakukan perbaikan internal control, sekaligus meminta penghentian penghimpunan
nasabah prioritas baru. “Kasus di Citibank ini terjadi terutama karena tidak bekerjanya
internal control. Supervisi oleh atasan juga tidak optimal. Mereka juga tidak
mengimplementasikan rotasi karyawan secara berkala. Selain itu, dual control tidak
dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan informasi yang baik kepada nasabah tidak
berjalan,” papar Darmin. Deputi Gubernur BI S Budi Rochadi dan Deputi Gubernur BI
Halim Alamsyah sama-sama menegaskan bahwa, jika terbukti melanggar ketentuan
yang berlaku, manajemen Citi Indonesia bisa di-fit and proper test ulang. Namun Halim
telah mengakui, terdapat prosedur yang dilompati dalam kasus transfer dana tersebut.
Hal itu berarti terjadi penyalahgunaan wewenang oleh MD. Terkait pengawasan BI
secara umum terhadap individu bank masing-masing, kata Darmin, salah satu potensi
risiko yang perlu dicermati adalah operasional, terutama standard operational procedure
(SOP), sumber daya manusia (SDM), dan sistem informasi. “Untuk pengawasan
terhadapnya, terutama perilaku pegawai dan kelemahan SOP, secara berkala BI me-
review hasil assesment terhadap laporan pihak audit internal bank maupun eksternal,
yaitu kantor akuntan publik,” jelas Darmin.
Priority Banking Rawan Sebelumnya, Peneliti Eksekutif Direktorat Penelitian dan
Pengaturan Perbankan (DPNP) BI Ahmad Berlian mengatakan, priority banking
memang cukup rawan karena dalam segmen itu, nasabah menuntut kemudahan,
sehingga menimbulkan peluang untuk berbuat kejahatan. Sebab itu, BI tengah
melakukan kajian untuk menetapkan guidelines bagi segmen tersebut. “Banyak hal yang
harus disempurnakan, apakah membatasi jumlah RM, memberikan edukasi lebih
banyak kepada nasabah, atau transparansi produk-produk yang ditawarkan. Setiap orang
harus sadar apa yang dia beli dan bank wajib men-declare tingkat risikonya,” jelas
Ahmad. Dia juga tidak memungkiri potensi segmen tersebut digunakan sebagai
pencucian uang (money laundering), kendati BI telah mengaturnya dalam Peraturan
Bank Indonesia (PBI) tentang anti pencucian uang dan pembiayaan terorisme. Namun,
kata Ahmad, justru banyak pelaku pencucian uang yang tidak memilih segmen priority
banking dan lebih memilih segmen perbankan biasa.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bisnis adalah suatu usaha untuk mendapatkan keuntungan/laba. Organisasi
bisnis yang dijalankan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar
konsumen untuk mendapatkan keuntungan, dikenal dengan istilah perusahaan.
Selain mencari keuntungan, organisasi bisnis juga berkepentingan untuk menjaga
kelangsungan hidup sumber daya alam dan lingkungan social. Selain dari pesaing,
bisnis juga disaingi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah.
Mempelajari bisnis berarti mempelajari cara mengelola kebutuhan dan
keinginan yang tak terbatas dengan sumber daya yang terbatas. Di era globalisasi
ini, bisnis dituntut untuk bisa fleksibel karena apabila organisasi bisnis itu
kaku/rigid, maka organisasi itu tidak bisa bertahan dari lingkkungannya dan
akhirnya tamat/hancur. Bisnis merupakan subsistem dari sebuah sistem ekonomi. .
Subsistem dari suatu organisasi bisnis terdiri dari suatu input, proses dan output.
Masing-masing subsistem itu juga merupakan sistem yang mandiri atas beberapa
subsistem didalamnya. Kebijakan-kebijakan dalam skala mikro akan memiliki
implikasi secara langsung atau tidak lanngsung atas kelangsungan bisnis.
Perkembangan dalam system mekanisme industrial telah memberikan
implikasikasi pada organisasi bisnis atau perusahaan. Lingkunngan bisnis dapat
dibedakan menjadi lingkunngan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan bisnis
memiliki ketergantungan yang kuat dengan fenomena kehidupan ekonomi anggota
masyarakat yang lainnya. Pihak yang dipengaruhi oleh lingkungan bisnis disebut
dengan stake-holders. Stake-holder terdiri dari para pelanggan/konsumen, pemasok,
karyawan, investor, dan pesaing. Organisasi bisnis yang peduli akan keadaan
lingkungan eksternalnya akan selalu melakukan penyesuaian lingkungan internal
sesuai dengan perubahan yang terjadi. Organisasi atau bisnis dapat juga dipandang
sebagai suatu sistem tranformasi. Sebagai suatu system transformasi, bisnis
memiliki beberapa subsistem, yaitu subsistem input, proses, dan output yang
bermanfaat untuk menganalisis problem-problem yang berkaitan dengan output
(produk atau jasa) dari organisasi bisnis (perusahaan). Untuk meningkatkan daya
saing, produk atau jasa perlu ditingkatkan kualitasnya.
B. Saran
Dalam upaya penyelesaiannya diperlukan studi lebih lanjut untuk meneliti
mengenai pokok masalah yang sedang terjadi agar tercipta solusi yang dapat
memberikan titik terang. Begitu pula pada kegiatan bisnis, diperlukan ketelitian dan
kesabaran dalam merintih usaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan
bantuan komponen-komponen bisnis lainnya dalam lingkup yang luas.
DAFTAR PUSTAKA

Larasati, Kiki A. 2013. 5 Alasan Mengapa Indomaret dan Alfamart selalu Berdekatan.
https://yea-indonesia.com/2013/08/15/5-alasan-mengapa-indomaret-dan-alfamart
selalu-berdekatan/ (Diakses pada tanggal 6 Februari 2020)

Abdurakhman, Hasanudin. 2018. Tanggung Jawab Sosial Industri Rokok.


https://news.detik.com/kolom/d-3803959/tanggung-jawab-sosial-industri-rokok
(Diakses pada tanggal 6 Februari 2020)

Jayanti, Luh Made Junita Dwi. 2018. Penyelesaian Sengketa Impor Daging Ayam Antara
Brasil Dengan Indonesia Melalui Disputte Settlement Body World Trade
Organization. https://ojs.unud.ac.id/index.php/Kerthanegara/article/view/42393
(Diakses pada tanggal 7 Februari 2020)

Permana, David Yoga. 2014. Studi Kasus Pendirian Badan Usaha.


http://davidyogaa.blogspot.com/2014/11/studi-kasus-pendirian-badan-
usaha_14.html (Diakses pada tanggal 8 Februari 2020)

Trhamun, Tatang. 2016. Kasus Pembobolan Dana Nasabah Citibank.


http://gubuktatang.blogspot.com/2016/11/kasus-pembobolan-dana-nasabah
ditibank.html (Diakses pada tanggal 8 Februari 2020)

Anda mungkin juga menyukai